Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Angka kejadian diare di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih
tinggi. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia, diare merupakan
penyebab kematian nomor 2 pada balita dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5 bagi semua
umur. Setiap anak di Indonesia mengalami episode diare sebanyak 1,6 – 2 kali per tahun.
Kasubdit Diare dan Kecacingan Depkes, I Wayan Widaya mengatakan hasil Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, angka kematian akibat diare 23 per 100 ribu
penduduk dan pada balita 75 per 100 ribu balita. Selama tahun 2006 sebanyak 41 kabupaten
di 16 provinsi melaporkan KLB (kejadian luar biasa) diare di wilayahnya. Jumlah kasus
diare yang dilaporkan sebanyak 10.980 dan 277 diantaranya menyebabkan kematian. Hal
tersebut, terutama disebabkan rendahnya ketersediaan air bersih, sanitasi buruk dan perilaku
hidup tidak sehat. Jumlah penderita diare tertinggi ada di daerah NTT yakni 2194 jiwa,
sedangkan di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur sebesar 196 jiwa.1
Pada makalah ini akan menjelaskan tentang Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)
diare melalui program kerja puskesmas.
Kasus 4
Laporan surveillance di atas terjadi pada bulan Juli, dan peningkatan tersebut signifikan
dari pada periode yang lalu. Kejadian ini selalu terulang setiap tahun terutama musim
1
kemarau. Puskesmas sedang menyusun program terpadu untuk menangani hal
tersebut.Uraikanlah bagaimana seharusnya program ini di laksanakan.
Pengertian Puskesmas
Puskesmas menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI no 128/2004 adalah
suatu unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten yang betanggung jawab terhadap
kesehatan.
PengobatanPengobatan Dalam Gedung : Poli Umum, Poli Gigi (Rawat Jalan), Apotek,,
Unit Gawat Darurat (UGD), Perawatan Penyakit (Rawat Inap),
Pertolongan Persalinan (Kebidanan)Pengobatan
3
Tersedianya data yang meliputi keadaan fisik, tenaga, sarana dan kegiatan
pokok puskesmas yang akurat, tepat waktu dan mutakhir secara teratur.
Terlaksananya pelaporan data tersebut secara teratur di berbagai jenjang
administrasi, sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Termanfaatkannya data tersebut untuk pengambilan keputusan dalam rangka
pengelolaan program kesehatan masyarakat melalui puskesmas di berbagai
tingkat administrasi.
3. Ruang lingkup
a. SP2TP dilakukan oleh semua Puskesmas (termasuk Puskesmas dengan Perawatan,
Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling)
b. Pencatatan dan Pelaporan mencakup :
Data umum dan demografi wilayah kerja Puskesmas
Data ketenagaan di Puskesmas
Data sarana yang dimiliki Puskesmas
Data kegiatan pokok Puskesmas yang dilakukan baik di dalam maupun di
luar gedung Puskesmas.
c. Pelaporan dilakukan secara periodik (bulanan, tribulanan, semester dan tahunan),
dengan menggunakan formulir yang baku. Seyogyanya berjenjang dari Puskesmas ke
Dati II, dari Dati II ke Dati I dan Dati I ke Pusat. Namun sementara ini dapat
dilakukan dari Dati II langsung ke Pusat, dengan tindasan ke Propinsi.
Beberapa Batasan
Dalam pelaksanaan SP2TP ada beberapa batasan tentang istilah yang digunakan untuk
didapatkan kesamaan pengertian, sehingga pencatatan dilakukan dengan benar dan sama di
seluruh Puskesmas.
1. Kunjungan
Ada 2 (dua) macam kunjungan :
a. Kunjungan seorang ke Puskesmas, Puskesmas Pembantu, baik untuk
mendapat pelayanan kesehatan maupun sekedar mendapat pelayanan
kesehatan maupun sekedar mendapat keterangan sehat-sakit.
4
Untuk itu dibedakan 2 kategori :
Kunjungan baru, ialah seseorang yang pertama kali datang ke
Puskesmas/Puskesmas Pembantu, sehingga umur hidupnya hanya dicatat
sebagai satu kunjungan baru.
Kunjungan lama, ialah seseorang yang datang Puskesmas/Puskesmas
Pembantu yang kedua kali dan seterusnya untuk mendapat pelayanan
kesehatan.
Perkecualian kedua kategori tersebut pada Ibu Hamil, Ibu Menyusui dan Balita
2. Kasus
a. Kasus baru, adalah “new episode of illness”, yaitu pernyataan pertama kali
seseorang menderita penyakit tertentu sebagai hasil diagnosa dokter atau
tenaga paramedis.
b. Kasus lama adalah kunjungan kedua dan seterusnya, dari kasus baru yang
belum dinyatakan sembuh atau kunjungan kasus lama dalam tahun/periode
yang sama. Untuk tahun berikutnya, kasus ini diperhitungkan sebagai kasus
baru.
c. Keluarga
Keluarga dalam catatan SP2TP adalah satu kepala keluarga beserta
anggotanya yang terdiri dari istri, anak-anak (kandung,tiri, angkat), danorang
lain yang tinggal dalam satu atap/rumah.
d. Nomor Kode Puskesmas
Pemberian nomor kode Puskesmas/Puskesmas Pembantu berdasar pada letak
geografis dan jenjang administrasi serta peresmian per S.K. Bupati atas
existensinya setelah dibangun.
3. Pelaksanaan SP2TP
5
Pelaksanaan SP2TP terdiri dari 3 kegiatan,ialah :
Pencatatan dengan menggunakan format
Pengiriman laporan dengan menggunakan format secara periodik
Pengolahan analisis dan pemanfaatan data/informasi.
a. Pencatatan
Pencatatan dilakukan dalam gedung Puskesmas/Puskesmas Pembantu, yaitu
mengisi :
Family folder (Kartu Individu dan Kartu Tanda Pengenal Keluarga)
Buku register untuk : rawat jalan/rawat inap, penimbangan, kohort ibu,
kohort anak, persalinan, laboratorium, pengamatan penyakit menular,
imunisasi, P.K.M.
Kartu Indek Penyakit (Kelompok Penyakit) yang distribusi jenis
kelamin,golongan,umur dan desa.
Kartu perusahaan
Kartu murid
b. Pelaporan
Jenis dan periode laporan sebagai berikut :
1. Bulanan
Data kesakitan (Format LB.1)
Data kematian (Format LB.2)
Data operasional (Format LB.3) (Gizi,Imunisasi,KIA)
Data manajemen obat (Format LB.4)
2. Triwulan
Data kegiatan Puskesmas (Format LT)
3. Tahunan
Umum,Fasilitas (Format LSD.1)
Sarana (Format LSD.2)
Tenaga (Format LSD.3)
4. KLB/program
Laporan penyakit menular dengan form: W2
Laporan wabah dengan form: W1
Laporan proyek sesuai dengan juklak masing-masing
6
Laporan dari Puskesmas dikirim ke Dinas Kesehatan Tk. II untuk diolah sesuai
dengan petunjuk, dan selanjutnya direkapitulasi, laporan dikirim ke Dinkes Tk.I
dan Departemen Kesehatan c.q. Bagian Informasi Ditjen Pembinaan Kesehatan
Masalah.
Umpan balik darei Departemen Kesehatan dikirim ke Ka.Kanwil Departemen
Kesehatan Propinsi.
2. Alur pengiriman laporan jangka panjang (mulai Pelita VI) adalah mengikuti jalur
jenjang administrasi organisasi. Departemen Kesehatan menerima laporan dari
Kantor Wilayah Departemen Kesehatan R.I.
7
Contoh :
Penyusunan profil Puskesmas, dengan menggunakan data dasar.
Penggambaran peran serta masyarakat, dengan menggunakan data jumlah
kader (aktif/tidak aktif), pelaksanaan KB-Kes Terpadu melalui Posyandu.
Penggambaran tingkat pemanfaatan Puskesmas, dengan menggunakan data
kunjungan.
Penggambaran tingkat cakupan sasaran pelayanan kesehatan dari berbagai
program yang dilaksanakan dalam bentuk kegiatan pokok Puskesmas dan
sebagainya.
Dalam UU Republik Indonesia No. 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular dan PP
Republik Indonesia No. 40 tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular
dinyatakan: 6
Wabah (wabah penyakit menular) adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit
menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata
melebihi keadaan yang lazim pada wilayah dan periode tertentu serta dapat
menimbulkan malapetaka. 6
KLB (kejadian luar biasa) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian
morbiditas/mortalitas yang bermakna secara epidemiologis pada suatu wilayah dan
periode tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya
wabah. 6
8
Kriteria Kejadian Luar Biasa (Keputusan Dirjen PPM No 451/91):
Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal.
Peningkatan kejadian penyakit terus-menerus selama 3 kurun waktu
berturut-turut menurut penyakitnya (jam, hari, minggu).
Peningkatan kejadian penyakit dan kematian dua kali lipat atau lebih
dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam,hari,minggu,bulan,
tahun).
Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan
2 kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata
perbulan dalam tahun sebelumnya.
Angka rata-rata perbulan selama satu tahun menunjukkan kenaikkan > 2 kali
dibandingkan angka rata-rata per bulan tahun sebelumnya.
CFR suatu penyakit dalam satu kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikkan 50 %
atau lebih dibanding CFR periode sebelumnya.
Proporsional Rate penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikkan
> 2 kali dibandingkan periode yang sama dan kurun waktu/tahun sebelumnya.
Bila dicurigai terjadi KLB di suatu daerah maka harus dilakukan penyelidikan lapangan
pada daerah tesebut. Penyelidikan ini mempunyai tujuan umum untuk mendapatkan
informasi daam rangka penanggulangan dan pengendalian KLB. Untuk mencapai tujuan
umum ini maka dirumuskan tujuan khusus sebagai berikut: 5
Dalam memastikan diagnosis penyakit, terlebih dahulu dijelaskan tingkatan kasus penyakit
yang bersangkutan. 5
a. Kepastian diagnosis
Kasus pasti - ada kepastian pemeriksaan laboratorium serologi, bakteriologi,
virologi atau parasitologi dengan atau tanpa gejala klinis.
Kasus mungkin - tanda/gejala sesuai penyakitnya tanpa dukungan laboratorium .
Kasus tersangka - tanda/gejala sesuai dengan penyakitnya tetapi pemeriksaan
laboratorium negatif.
b. Hubungan epidemiologi
Kasus primer - kasus yang sakit karena paparan pertama .
Kasus sekunder - kasus yang sakit karena adanya kontak dengan kasus primer.
Kasus tak ada - terjadinya sakit bukan karena paparan pertama ataupun hubungan
kontak dengan kasus.
1. Gejala klinis
Buang air besar encer dengan atau tanpa disertai lendir dan darah lebih dari 3 kali dalam
1 hari. 7
2. Pemeriksaan fisik
Tentukan status dehidrasi 7
3. Pemeriksaan laboratorium
Tes darah : hitung darah lengkap; anemia atau mengarahkan dugaan adanya penyakit
kronis. Albumin yang rendah bisa menjadi patokan untuk tingkat keparahan penyakit
namun tidak spesifik. 7
Tes tinja bisa identifikasi organisme penyebab. Bakteri C.difficile ditemukan pada 5%
orang sehat; oleh karenanay diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya gejala disertai
ditemukannya toksin, bukan ditemukannya bakteri saja. Ditemukannya leukosit dalam
tinja juga dapat dijadikan acuan bahwa diare disebabkan oleh bakteri.7
10
Epidemiologi
Epidemiologi merupakan salah satu bagian dari pengetahuan Ilmu Kesehatan Masyarakat
(Public Health) yang menekankan perhatiannya terhadap keberadaan penyakit dan masalah
kesehatan lainnya dalam masyarakat. Keberadaan penyakit masyarakat itu didekati oleh
epidemiologi secara kuantitatif. Karena itu, epidemiologi akan mewujudkan dirinya sebagai
suatu metode pendekatan banyak memberikan perlakuan kuantitatif dalam menjelaskan
masalah kesehatan.8
Epidemiologi berasal dari kata Epi, demos, dan Logos. Epi = atas, demos = masyarakat,
logos = ilmu, sehingga epidemiologi dapat diartikan ilmu yang mempelajari tentang
masyarakat.
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang distribusi, frekuensi, dan determinan
penyakit pada populasi. 8-10
Distribusi : Orang, tempat, waktu
Frekuensi, ukuran frekuensi : Insiden dan atau prevalen
Determinan faktor risiko : faktor yang mempengaruhi atau faktor yang memberi
risiko atas terjadinya penyakit atau masalah kesehatan
1. Pejamu (Host), yaitu semua faktor yang terdapat dalam diri manusia yang dapat
mempengaruhi timbulnya suatu penyakit. Faktor tersebut diantaranya faktor keturunan,
mekanisme imun/pertahanan tubuh, umur, jenis kelamin, ras, status perkawinan, pekerjaan,
dan kebiasaan hidup.
2. Bibit penyakit (Agent), adalah suatu substansi atau elemen tertentu yang kehadiran atau
ketidakhadirannya dapat menimbulkan atau mempengaruhi perjalanan suatu penyakit.
11
3. Lingkungan (Environment), yaitu merupakan agregat dari seluruh kondisi dan pengaruh-
pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan suatu organisasi. Peran
lingkungan adalah sebagai reservoir. Secara umum lingkungan dapat dibedakan menjadi
lingkungan fisik dan lingkungan non fisik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alamiah
yang terdapat di sekitar manusia, sedangkan lingkungan non fisik adalah lingkungan yang
muncul akibat adanya interaksi antar manusia.
Agent
Host Enviroment
*3 faktor yang saling berhubungan dalam proses
Perjalan terjadinya KLB dalam suatu masyarakat
a. Penularan langsung, atau juga dikenal sebagai penularan orang ke orang. Penularan
langsung dapat tejradi melalui kontak fisik langsung atau kontak langsung orang per
orang, seperti bersentuhan dengan tangan yang terkontaminasi, sentuhan kulit
dengan kulit.
b. Penularan tidak langsung, terjadi ketika pathogen atau agens berpindah atau terbawa
melalui beberapa item, organisme, benda, atau proses perantara menuju pejamu yang
tentan sehingga menimbulkan penyakit. Fomite, vector, udara yang beredar, kontak
oral-fecal, dan mekanisme lain yang secara efektif menyebarkan organisme
penyebab penyakit adalah alat penularan tidak langsung. Penularan tidak langsung
dilakukan melalui salah satu atau beberapa cara:
Airbone: melalui droplet atau partikel debu, saat berbicara, bersin, batuk.
12
Vectorbone: nyamuk, lalat, tikus, kutu.
Surveillans
Menurut WHO Surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan
interprestasi data secara sistematik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada
Unit yang membutuhkan untuk diambil tindakan. Oleh karena itu perlu dikembangkan suatu
definisi Surveilans epidemiologi yang lebih mengedepankan analisis atau kajian
epidemiologi serta pemanfaatan informasi epidemiologi, tanpa melupakan pentingnya
kegiatan pengumpulan dan pengolahan data). Sehingga dalam sistem ini yang dimaksud
dengan Surveilans epidemiologi adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus
menerus terhadap penyakit atau masalah –masalah kesehatan dan kondisi yang
mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah
kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan
efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi
epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan. Sistem Surveilans epidemiologi
merupakan tatanan prosedur penyelenggaraan Surveilans epidemiologi yang terintegrasi
antara unit-unit penyelenggara Surveilans dengan laboratorium, sumber-sumber data, pusat
penelitian, pusat kajian dan penyelenggara program kesehatan, meliputi hubungan
Surveilans epidemiologi antar wilayah kabupaten/kota, propinsi dan Pusat. 10
Dapat disimpulkan pengamatan epidemiologi penyakit menular ialah kegiatan yang teratur
dalam mengumpulkan, meringkas, dan analisis data tentang insidens penyakit menular
untuk mengidentifikasi kelompok penduduk dengan resiko tinggi,memahami cara
menyebaran, memberantas dan mengurangi penyebarannya. 10
Dengan menganalisa secara teratur kita dapat memperoleh berbagai informasi
tentang penyakit musiman atau kecenderungan jangka panjang, perubahan daerah
penyebaran, kelompok penduduk resiko tinggi yang dirinci menurut umur, jenis kelamin,
suku, sosial ekonomi dan penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan. Pengamatan
surveilans secara garis besar dapat dilakukan secara aktif dan pasif. 10
Surveilans pasif ialah pengumpulan datayang diperoleh dari laporan bulanan sarana
pelayanan di daerah. Dari data yang diperoleh dapat diketahui distribusi geografis tentang
berbagai penyakit menular, penyakit rakyat, perubahan-perubahan yang terjadi, dan
penelitian sebagai tindak lanjut.
13
Surveilans aktif ialah pengumpulan data yang dilakukan secara langsung untuk
mempelajari penyakit tertentu dalam waktu yang relatif singkat dan dilakukan oleh petugas
kesehatan secra teratur seminggu sekali atau 2 minggu sekali untuk mencatat ada atau
tidaknya kasus baru penyakit tertentu.
Pencatatan meliputi variabel demografis, sperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, sosial
ekonomi, saat waktu timbul gejala, pola makanan, tempat kejadian yang terkait dengan
penyakit tertentu dan pencatatan tetap dilakukan walaupun tida ditemukan kasus baru.
Pengamatan epidemiologi atau surveilans ialah kegiatan yang dilakukan secara rutin dan
teratur berupa pencatatan lengkap hasil pencatatan lengap hasil pengamatan tentang ada
tidaknya kasus baru penyakit tertentu atau adanya peningkatan terjdinya jumlah kasus baru
untuk memantau perubahan yang terjadi pada penyakit yang mempunyai resiko timbulnya
wabah. Umumnya surveilans dilakukan pada:
1. Penyakit yang dapat menimbulkan wabah atau KLB
2. Penyakit kronis
3. Penyakit endemis
4. Penyakit baru yang dapat menimbulkan masalah epidemiologi
5. Penyakit yang dapat menimbulkan epidemi ulang.
14
Pengamatan :
2. Pemberian Tablet suplemen Zinc : diberikan dengan dosis untuk anak berumur
kurang dari 6 bulan diberikan 10 mg (1/2 tablet) per hari, untuk anak berumur lebih
dari 6 bulan diberikan 20 mg (1 tablet) per hari, diteruskan selama 10 hari.
3. Teruskan pemberian ASI dan makanan tambahan : untuk memberikan gizi agar tetap
kuat, dan mencegah berkurangnya berat badan.
4. Pengobatan dengan antibiotika harus selektif, hanya atas indikasi : khususnya untuk
diare berdarah (disentri atau kolera)
5. Penjelasan dan pemberian nasihat : tetap memberikan cairan tambahan dan kapan
harus berkunjung kembali ke puskesmas.
Perencanaan Tahunan
Program Pemberantasan Penyakit Diare (P2D)
Program Pemberantasan Penyakit Diare adalah salah satu usaha pokok di Puskesmas.
Kebijaksanaan Program P2D ini adalah menurunkan angka kesakitan, kematian, dan
penanggulangan KLB karena diare yang akan terus dilaksanakan dengan mengintensifkan
peningkatan mutu pelayanan (quality assurance), meningkatkan kerja sama lintas program
dan sektoral terkait serta mengikutsertakan partisipasi aktif masyarakat secara luas, antara
lain dengan organisasi profesi dan LSM di pusat maupun daerah.
16
- Menjelaskan cara mengatasi kesulitan dalam memberikan larutan oralit bila ada
muntah
- Memberikan dorongan kepada ibu untuk memulai memberikan makanan pada
anak atau AsI pada bayi ( puskusmas perlu memberikan makanan pada anak
yang tinggal sementara di fasilitas pelayanan )
- Mengajari ibu mengenai bagaimana meneruskan pengobatan selama anaknya di
rumah dan menentukan indikasi kapan anaknya dibawa kembali ke puskesmas
- Petugas kesehatan perlu memberikan penyuluhan kepada pengunjung puskesmas
dengan menjelaskan tatalaksana penderita diare dirumah serta cara pencegahan
diare
2) Pelayanan Penderita :
Setelah penderita diperiksa , ditentukan diagnosa dan derajat dehidrasi diruang
pengobatan tentukan jumlah cairan yang dibutuhkan dalam 3 jam selanjutnya dan
bawalah ibu ke pojok URO untuk menunggu selama di observasi serta :
o Jelaskan manfaat oralit dan ajari ibu membuat larutan oralit
o Perhatikan ibu waktu memberikan oralit
o Periksa secara periodik dan catat keadaanya ( pada catatan klinik penderita diare
rawat jalan ) setiap 1-2 jam sampai penderita teratasi dehidrasinya ( 3-6 jam )
Catat / Hitung jumlah oralit yang diberikan
o Berikan pengobatan terhadap gejala lainnya seperti penurunan panas dan
antibiotika untuk mengobati disentri dan kolera.
Kesimpulan
Salah satu upaya mengurangi kerugian akibat yang ditimbulkan oleh letusan
Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit adalah melakukan pengamatan penyakit cara intensif
yang dikenal dengan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB) terhadap
penyakit yang potensial terjadi KLB. Kegiatan SKD diarahkan pada pengendalian mata
rantai atau faktor-faktor yang memungkinkan timbulnya penyakit, berikut cara
intervensinya sehingga dapat mengurangi kerugian. Dalam manajemen, SKD-KLB akan
dilanjutkan dengan kegiatan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) untuk memantau
17
program pencegahan dan pemberantasan penyakit yang dilaksanakan. Program Surveilans
epidemiologi dapat memanfaatkan kegiatan PWS ini untuk memantau SKD-KLB.
DAFTAR PUSTAKA
18