Вы находитесь на странице: 1из 18

Kejadian Luar Biasa dan Program Pemberantasan Diare

Ngakan Made Ari Mahardika


102013311
Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA
Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
ngakanmahardika@yahoo.com
PENDAHULUAN

Angka kejadian diare di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih
tinggi. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia, diare merupakan
penyebab kematian nomor 2 pada balita dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5 bagi semua
umur. Setiap anak di Indonesia mengalami episode diare sebanyak 1,6 – 2 kali per tahun.
Kasubdit Diare dan Kecacingan Depkes, I Wayan Widaya mengatakan hasil Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, angka kematian akibat diare 23 per 100 ribu
penduduk dan pada balita 75 per 100 ribu balita. Selama tahun 2006 sebanyak 41 kabupaten
di 16 provinsi melaporkan KLB (kejadian luar biasa) diare di wilayahnya. Jumlah kasus
diare yang dilaporkan sebanyak 10.980 dan 277 diantaranya menyebabkan kematian. Hal
tersebut, terutama disebabkan rendahnya ketersediaan air bersih, sanitasi buruk dan perilaku
hidup tidak sehat. Jumlah penderita diare tertinggi ada di daerah NTT yakni 2194 jiwa,
sedangkan di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur sebesar 196 jiwa.1
Pada makalah ini akan menjelaskan tentang Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)
diare melalui program kerja puskesmas.

Kasus 4
Laporan surveillance di atas terjadi pada bulan Juli, dan peningkatan tersebut signifikan
dari pada periode yang lalu. Kejadian ini selalu terulang setiap tahun terutama musim
1
kemarau. Puskesmas sedang menyusun program terpadu untuk menangani hal
tersebut.Uraikanlah bagaimana seharusnya program ini di laksanakan.

Pengertian Puskesmas
Puskesmas menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI no 128/2004 adalah
suatu unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten yang betanggung jawab terhadap
kesehatan.

Upaya pelayanan puskesmas


Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan yang bersifat ‘mutlak perlu’,
yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat serta mempunyai nilai strategis
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.Upaya pelayanan kesehatan tingkat
pertama yang diselenggarakan Puskesmas bersifat holistic, komprehensif, terpadu, dan
berkesinambungan. Misi ini berkaitan erat dengan program Puskesmas. Pada era
desentralisasi ini, program kesehatan Puskesmas dapat dibedakan menjadi program
kesehatan dasar dan program kesehatan pengembangan.2

Program kesehatan dasar


Program kesehatan dasar adalah program minimal yang harus dilaksanakan oleh tiap
Puskesmas yang dikemas dalam ‘basic six’.2
Tabel 1.Program Kesehatan Dasar Puskesmas.2,3
Program Kegiatan
Pokok
Promosi Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (PKM), Sosialisasi Program
kesehatan Kesehatan, Survey Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS),
(Promkes) Penilaian Strata Posyandu.

Program Pengawasan Kesehatan Lingkungan : SPAL (saluran pembuangan air


Kesehatan limbah), SAMI-JAGA (sumber air minum-jamban keluarga),
Lingkungan Pemeriksaan Sanitasi: TTU (tempat-tempat umum), Institusi
Perkantoran, Survey Jentik Nyamuk (SJN).

Program ANC (Antenatal Care), PNC (Post Natal Care), Pertolongan


Kesehatan Ibu Persalinan, Rujukan Ibu Hamil Risiko Tinggi, Pelayanan Neonatus,
2
dan Anak Kemitraan Dukun Bersalin, Manajemen Terpadu Balita Sakit
(KIA) , KB (MTBS), Imunisasi

Keluarga berencana (KB) : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja


(PKPR), Imunisasi Calon Pengantin (TT Catin), Pelayanan KB
Pasangan Usia Subur (PUS), Penyuluhan KB.

Program Surveilens Terpadu Penyakit (STP), Pelacakan Kasus: TBC, Kusta,


Pemberantasan DBD, Malaria, Flu Burung, Infeksi Saluran Peranafasan Akut
Penyakit (ISPA), Diare, Infeksi Menular Seksual (IMS), Penyuluhan Penyakit
Menular (P2M) Menular.

Program Penimbangan Bayi Balita, Pelacakan dan Perawatan Gizi Buruk,


Perbaikan Gizi Stimulasi dan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak, Penyuluhan
Gizi,Pemantauan Status Gizi (PSG),Distribusi Vit A/Fe/Cap Yodium.

PengobatanPengobatan Dalam Gedung : Poli Umum, Poli Gigi (Rawat Jalan), Apotek,,
Unit Gawat Darurat (UGD), Perawatan Penyakit (Rawat Inap),
Pertolongan Persalinan (Kebidanan)Pengobatan

Luar Gedung : Rujukan Kasus, Pelayanan Puskesmas Keliling


(Puskel).

Pengertian, Tujuan dan Ruang Lingkup


1. Pengertian
SP2TP adalah tatacara pencatatan dan pelaporan yang lengkap untuk
pengelolaan Puskesmas, meliputi keadaan fisik, tenaga, sarana dan kegiatan pokok
yang dilakukan serta hasil yang dicapai oleh puskesmas. Dengan melakukan
SP2TP sebaik-baiknya, akan didapat data dan informasi yang diperlukan untuk
perencanaan, penggerakan pelaksanaan, pemantauan, pengawasan, pengendalian dan
penilaian penampilan Puskesmas serta situasi kesehatan masyarakat umumnya. 4
2. Tujuan
Tujuan Umum
Tersedia data dan informasi yang akurat, tepat waktu dan mutakhir secara
periodik/teratur untuk pengelolaan program kesehatan masyarakat melalui Puskesmas
di berbagai tingkat administrasi. 4
Tujuan Khusus

3

Tersedianya data yang meliputi keadaan fisik, tenaga, sarana dan kegiatan
pokok puskesmas yang akurat, tepat waktu dan mutakhir secara teratur.

Terlaksananya pelaporan data tersebut secara teratur di berbagai jenjang
administrasi, sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Termanfaatkannya data tersebut untuk pengambilan keputusan dalam rangka
pengelolaan program kesehatan masyarakat melalui puskesmas di berbagai
tingkat administrasi.
3. Ruang lingkup
a. SP2TP dilakukan oleh semua Puskesmas (termasuk Puskesmas dengan Perawatan,
Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling)
b. Pencatatan dan Pelaporan mencakup :

Data umum dan demografi wilayah kerja Puskesmas

Data ketenagaan di Puskesmas

Data sarana yang dimiliki Puskesmas

Data kegiatan pokok Puskesmas yang dilakukan baik di dalam maupun di
luar gedung Puskesmas.
c. Pelaporan dilakukan secara periodik (bulanan, tribulanan, semester dan tahunan),
dengan menggunakan formulir yang baku. Seyogyanya berjenjang dari Puskesmas ke
Dati II, dari Dati II ke Dati I dan Dati I ke Pusat. Namun sementara ini dapat
dilakukan dari Dati II langsung ke Pusat, dengan tindasan ke Propinsi.

Beberapa Batasan

Dalam pelaksanaan SP2TP ada beberapa batasan tentang istilah yang digunakan untuk
didapatkan kesamaan pengertian, sehingga pencatatan dilakukan dengan benar dan sama di
seluruh Puskesmas.

1. Kunjungan
Ada 2 (dua) macam kunjungan :
a. Kunjungan seorang ke Puskesmas, Puskesmas Pembantu, baik untuk
mendapat pelayanan kesehatan maupun sekedar mendapat pelayanan
kesehatan maupun sekedar mendapat keterangan sehat-sakit.
4
Untuk itu dibedakan 2 kategori :

Kunjungan baru, ialah seseorang yang pertama kali datang ke
Puskesmas/Puskesmas Pembantu, sehingga umur hidupnya hanya dicatat
sebagai satu kunjungan baru.

Kunjungan lama, ialah seseorang yang datang Puskesmas/Puskesmas
Pembantu yang kedua kali dan seterusnya untuk mendapat pelayanan
kesehatan.

Perkecualian kedua kategori tersebut pada Ibu Hamil, Ibu Menyusui dan Balita

b. Kunjungan sebagai kasus

Kunjungan kasus adalah kasus baru + kasus lama+ kunjungan baru +


kunjungan lama suatu penyakit.

2. Kasus

Ada 2 macam kasus :

a. Kasus baru, adalah “new episode of illness”, yaitu pernyataan pertama kali
seseorang menderita penyakit tertentu sebagai hasil diagnosa dokter atau
tenaga paramedis.
b. Kasus lama adalah kunjungan kedua dan seterusnya, dari kasus baru yang
belum dinyatakan sembuh atau kunjungan kasus lama dalam tahun/periode
yang sama. Untuk tahun berikutnya, kasus ini diperhitungkan sebagai kasus
baru.
c. Keluarga
Keluarga dalam catatan SP2TP adalah satu kepala keluarga beserta
anggotanya yang terdiri dari istri, anak-anak (kandung,tiri, angkat), danorang
lain yang tinggal dalam satu atap/rumah.
d. Nomor Kode Puskesmas
Pemberian nomor kode Puskesmas/Puskesmas Pembantu berdasar pada letak
geografis dan jenjang administrasi serta peresmian per S.K. Bupati atas
existensinya setelah dibangun.

3. Pelaksanaan SP2TP

5
Pelaksanaan SP2TP terdiri dari 3 kegiatan,ialah :


Pencatatan dengan menggunakan format

Pengiriman laporan dengan menggunakan format secara periodik

Pengolahan analisis dan pemanfaatan data/informasi.
a. Pencatatan
Pencatatan dilakukan dalam gedung Puskesmas/Puskesmas Pembantu, yaitu
mengisi :

Family folder (Kartu Individu dan Kartu Tanda Pengenal Keluarga)

Buku register untuk : rawat jalan/rawat inap, penimbangan, kohort ibu,
kohort anak, persalinan, laboratorium, pengamatan penyakit menular,
imunisasi, P.K.M.

Kartu Indek Penyakit (Kelompok Penyakit) yang distribusi jenis
kelamin,golongan,umur dan desa.

Kartu perusahaan

Kartu murid

Sensus harian (Penyakit dan Kegiatan Puskesmas) untuk mempermudah


pembuatan laporan.

b. Pelaporan
Jenis dan periode laporan sebagai berikut :
1. Bulanan
 Data kesakitan (Format LB.1)
 Data kematian (Format LB.2)
 Data operasional (Format LB.3) (Gizi,Imunisasi,KIA)
 Data manajemen obat (Format LB.4)
2. Triwulan
 Data kegiatan Puskesmas (Format LT)
3. Tahunan
 Umum,Fasilitas (Format LSD.1)
 Sarana (Format LSD.2)
 Tenaga (Format LSD.3)
4. KLB/program
 Laporan penyakit menular dengan form: W2
 Laporan wabah dengan form: W1
 Laporan proyek sesuai dengan juklak masing-masing

Alur pengiriman laporan adalah sebagai berikut :

1. Alur pengiriman laporan sampai saat akhir Pelita V adalah :

6

Laporan dari Puskesmas dikirim ke Dinas Kesehatan Tk. II untuk diolah sesuai
dengan petunjuk, dan selanjutnya direkapitulasi, laporan dikirim ke Dinkes Tk.I
dan Departemen Kesehatan c.q. Bagian Informasi Ditjen Pembinaan Kesehatan
Masalah.

Umpan balik darei Departemen Kesehatan dikirim ke Ka.Kanwil Departemen
Kesehatan Propinsi.

2. Alur pengiriman laporan jangka panjang (mulai Pelita VI) adalah mengikuti jalur
jenjang administrasi organisasi. Departemen Kesehatan menerima laporan dari
Kantor Wilayah Departemen Kesehatan R.I.

3. Pengelolaan, Analisa dan Pemanfaatan

Pengolahan, analisa dan pemanfaatan data SP2TP dilaksanakan di tiap jenjang


administrasi yang pemanfaatannya disesuaikan dengan tugas dan fungsinya dalam
mengambil keputusan. Ditingkat Puskesmas, untuk tindakan segera serta untuk
pemantauan pelaksaan program (operative) sebagai early warning system. Pada
tingkat Dati II dapat digunakan untuk pemantauan, pengendalian dan pengambilan
tindakan koreksi yang diperlukan. Pada tingkat I dapat digunakan juga untuk
perencanaan program dan pemberian bantuan yang diperlukan. Pada tingkat Pusat
digunakan dalam pengambilan kebijaksanaan yang diperlukan.

5. Pemanfaatan data SP2TP

Pada hakekatnya data dari SP2TP mempunyai peran ganda,karena :

a. Data tersebut dilaporkan dari Puskesmas untuk kebutuhan administrasi di atasnya,


dalam rangka pembinaan,perencanaan serta penetapan kebijaksanaan.
b. Data tersebut dapat dimanfaatkan oleh Puskesmas sendiri dalam rangka
peningkatan upaya kesehatan Puskesmas, melalui perencanaan (micro planning),
penggerakan, pelaksanaan (mini lokakarya) dan pengawasan,pengendalian serta
penilaian (stratifikasi). Salah satu komponen dari pengawasan adalah pemantauan
yang merupakan tindak lanjut secara kontinu dari kegiatan program yang
dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan serta tindakan (action).

7
Contoh :

Data dari hasil SP2TP dapat dimanfaatkan untuk :


Penyusunan profil Puskesmas, dengan menggunakan data dasar.

Penggambaran peran serta masyarakat, dengan menggunakan data jumlah
kader (aktif/tidak aktif), pelaksanaan KB-Kes Terpadu melalui Posyandu.

Penggambaran tingkat pemanfaatan Puskesmas, dengan menggunakan data
kunjungan.

Penggambaran tingkat cakupan sasaran pelayanan kesehatan dari berbagai
program yang dilaksanakan dalam bentuk kegiatan pokok Puskesmas dan
sebagainya.

Kejadian Luar Biasa dan Wabah

Kejadian Luar Biasa (KLB) didefinisikan sebagai timbulnya dan/atau meningkatnya


suatu kejadian kesakitan dan /atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada
suatu kelompok kpenduduk dalam kurun waktu tertentu ( undang-undang wabah, 1969).
Pengertian secara epidemiologi dimaksudkan apakah terjadi peningkatan frekuensi kasus
dalam arti epidemiologi deskriptif yaitu menurut waktu, tempat dan orang. Berbeda dengan
KLB, wabah harus mencakup frekuensi kasus yang tinggi, daerah yang luas dan periode
waktu yang lebih lama dengan dampak yang ditimbulkan lebih berat.5

Dalam UU Republik Indonesia No. 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular dan PP
Republik Indonesia No. 40 tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular
dinyatakan: 6


Wabah (wabah penyakit menular) adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit
menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata
melebihi keadaan yang lazim pada wilayah dan periode tertentu serta dapat
menimbulkan malapetaka. 6

KLB (kejadian luar biasa) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian
morbiditas/mortalitas yang bermakna secara epidemiologis pada suatu wilayah dan
periode tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya
wabah. 6

8
Kriteria Kejadian Luar Biasa (Keputusan Dirjen PPM No 451/91):


Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal.

Peningkatan kejadian penyakit terus-menerus selama 3 kurun waktu
berturut-turut menurut penyakitnya (jam, hari, minggu).

Peningkatan kejadian penyakit dan kematian dua kali lipat atau lebih
dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam,hari,minggu,bulan,
tahun).

Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan
2 kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata
perbulan dalam tahun sebelumnya.

Angka rata-rata perbulan selama satu tahun menunjukkan kenaikkan > 2 kali
dibandingkan angka rata-rata per bulan tahun sebelumnya.

CFR suatu penyakit dalam satu kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikkan 50 %
atau lebih dibanding CFR periode sebelumnya.

Proporsional Rate penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikkan
> 2 kali dibandingkan periode yang sama dan kurun waktu/tahun sebelumnya.

Kriteria KLB diare :

a. Angka kesakitan dan atau kematian penderita diare di suatu kecamatan


menunjukkan kenaikan yang menyolok selama 3 kali waktu observasi berturut-turut
(periode observasi itu adalah harian/mingguan).
b. Jumlah penderita dan atau kematian oleh karena diare di suatu kecamatan
menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih dalam suatu periode (harian,
mingguan, bulanan) dibandingkan dengan angka rata-rata tersebut diperoleh dari
perhitungan incidence rate atau death rate diare dalam setahun yag lalu.
c. Kenaikan menyolok case fatality rate di suatu kecamatan dalam satu bulan
dibandingkan dengan CFR penyakit tersebut bulan yang lalu.
d. Kenaikan jumlah penderita dan atau kematian oleh karena diare dalam periode
waktu (minggu,bulan) dibandingkan dengan periode yang sama tahun yang lalu.

Bila dicurigai terjadi KLB di suatu daerah maka harus dilakukan penyelidikan lapangan
pada daerah tesebut. Penyelidikan ini mempunyai tujuan umum untuk mendapatkan
informasi daam rangka penanggulangan dan pengendalian KLB. Untuk mencapai tujuan
umum ini maka dirumuskan tujuan khusus sebagai berikut: 5

 Memastikan diagnosis penyakit yang dicurigai menyebabkan KLB


9
 Menetapkan apa benar terjadi KLB
 Menentukan penyebab penyakit dalam KLB
 Menentukan sumber dan cara penularan
 Kesimpulan
 Saran-saran untuk pencegahan KLB berikutnya.

Memastikan diagnosis penyakit

Dalam memastikan diagnosis penyakit, terlebih dahulu dijelaskan tingkatan kasus penyakit
yang bersangkutan. 5

a. Kepastian diagnosis
Kasus pasti - ada kepastian pemeriksaan laboratorium serologi, bakteriologi,
virologi atau parasitologi dengan atau tanpa gejala klinis.
Kasus mungkin - tanda/gejala sesuai penyakitnya tanpa dukungan laboratorium .
Kasus tersangka - tanda/gejala sesuai dengan penyakitnya tetapi pemeriksaan
laboratorium negatif.
b. Hubungan epidemiologi
Kasus primer - kasus yang sakit karena paparan pertama .
Kasus sekunder - kasus yang sakit karena adanya kontak dengan kasus primer.
Kasus tak ada - terjadinya sakit bukan karena paparan pertama ataupun hubungan
kontak dengan kasus.

Pada kasus diare diagnosis dapat ditegakkan dengan :

1. Gejala klinis
Buang air besar encer dengan atau tanpa disertai lendir dan darah lebih dari 3 kali dalam
1 hari. 7
2. Pemeriksaan fisik
Tentukan status dehidrasi 7
3. Pemeriksaan laboratorium
Tes darah : hitung darah lengkap; anemia atau mengarahkan dugaan adanya penyakit
kronis. Albumin yang rendah bisa menjadi patokan untuk tingkat keparahan penyakit
namun tidak spesifik. 7
Tes tinja bisa identifikasi organisme penyebab. Bakteri C.difficile ditemukan pada 5%
orang sehat; oleh karenanay diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya gejala disertai
ditemukannya toksin, bukan ditemukannya bakteri saja. Ditemukannya leukosit dalam
tinja juga dapat dijadikan acuan bahwa diare disebabkan oleh bakteri.7

10
Epidemiologi

Epidemiologi merupakan salah satu bagian dari pengetahuan Ilmu Kesehatan Masyarakat
(Public Health) yang menekankan perhatiannya terhadap keberadaan penyakit dan masalah
kesehatan lainnya dalam masyarakat. Keberadaan penyakit masyarakat itu didekati oleh
epidemiologi secara kuantitatif. Karena itu, epidemiologi akan mewujudkan dirinya sebagai
suatu metode pendekatan banyak memberikan perlakuan kuantitatif dalam menjelaskan
masalah kesehatan.8

Epidemiologi berasal dari kata Epi, demos, dan Logos. Epi = atas, demos = masyarakat,
logos = ilmu, sehingga epidemiologi dapat diartikan ilmu yang mempelajari tentang
masyarakat.
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang distribusi, frekuensi, dan determinan
penyakit pada populasi. 8-10
 Distribusi : Orang, tempat, waktu
 Frekuensi, ukuran frekuensi : Insiden dan atau prevalen

 Determinan faktor risiko : faktor yang mempengaruhi atau faktor yang memberi
risiko atas terjadinya penyakit atau masalah kesehatan

Epidemiologi sangat berhubungan dengan keadaan masyarakat pada satu daerah,


epidemiologi dapat disimpulkan menjadai 3 dasar yang mempengaruhinya yaitu
keseimbangan anatara host, agent dan enviroment. Menurut Gordon dan Le Richt tahun
1950, timbul atau tidaknya penyakit pada manusia dapat dipengaruhi oleh tiga faktor utama,
yaitu: 8-10

1. Pejamu (Host), yaitu semua faktor yang terdapat dalam diri manusia yang dapat
mempengaruhi timbulnya suatu penyakit. Faktor tersebut diantaranya faktor keturunan,
mekanisme imun/pertahanan tubuh, umur, jenis kelamin, ras, status perkawinan, pekerjaan,
dan kebiasaan hidup.

2. Bibit penyakit (Agent), adalah suatu substansi atau elemen tertentu yang kehadiran atau
ketidakhadirannya dapat menimbulkan atau mempengaruhi perjalanan suatu penyakit.

11
3. Lingkungan (Environment), yaitu merupakan agregat dari seluruh kondisi dan pengaruh-
pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan suatu organisasi. Peran
lingkungan adalah sebagai reservoir. Secara umum lingkungan dapat dibedakan menjadi
lingkungan fisik dan lingkungan non fisik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alamiah
yang terdapat di sekitar manusia, sedangkan lingkungan non fisik adalah lingkungan yang
muncul akibat adanya interaksi antar manusia.

Agent

Host Enviroment
*3 faktor yang saling berhubungan dalam proses
Perjalan terjadinya KLB dalam suatu masyarakat

Cara Penularan Penyakit

Ada dua cara umum penularan penyakit: 11

a. Penularan langsung, atau juga dikenal sebagai penularan orang ke orang. Penularan
langsung dapat tejradi melalui kontak fisik langsung atau kontak langsung orang per
orang, seperti bersentuhan dengan tangan yang terkontaminasi, sentuhan kulit
dengan kulit.

b. Penularan tidak langsung, terjadi ketika pathogen atau agens berpindah atau terbawa
melalui beberapa item, organisme, benda, atau proses perantara menuju pejamu yang
tentan sehingga menimbulkan penyakit. Fomite, vector, udara yang beredar, kontak
oral-fecal, dan mekanisme lain yang secara efektif menyebarkan organisme
penyebab penyakit adalah alat penularan tidak langsung. Penularan tidak langsung
dilakukan melalui salah satu atau beberapa cara:

 Airbone: melalui droplet atau partikel debu, saat berbicara, bersin, batuk.

 Waterbone: air minum, kolam renang, sungai.

 Vehiclebone: fomite, peralatan makan, pakaian, sisir.

12
 Vectorbone: nyamuk, lalat, tikus, kutu.

Surveillans
Menurut WHO Surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan
interprestasi data secara sistematik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada
Unit yang membutuhkan untuk diambil tindakan. Oleh karena itu perlu dikembangkan suatu
definisi Surveilans epidemiologi yang lebih mengedepankan analisis atau kajian
epidemiologi serta pemanfaatan informasi epidemiologi, tanpa melupakan pentingnya
kegiatan pengumpulan dan pengolahan data). Sehingga dalam sistem ini yang dimaksud
dengan Surveilans epidemiologi adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus
menerus terhadap penyakit atau masalah –masalah kesehatan dan kondisi yang
mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah
kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan
efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi
epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan. Sistem Surveilans epidemiologi
merupakan tatanan prosedur penyelenggaraan Surveilans epidemiologi yang terintegrasi
antara unit-unit penyelenggara Surveilans dengan laboratorium, sumber-sumber data, pusat
penelitian, pusat kajian dan penyelenggara program kesehatan, meliputi hubungan
Surveilans epidemiologi antar wilayah kabupaten/kota, propinsi dan Pusat. 10
Dapat disimpulkan pengamatan epidemiologi penyakit menular ialah kegiatan yang teratur
dalam mengumpulkan, meringkas, dan analisis data tentang insidens penyakit menular
untuk mengidentifikasi kelompok penduduk dengan resiko tinggi,memahami cara
menyebaran, memberantas dan mengurangi penyebarannya. 10
Dengan menganalisa secara teratur kita dapat memperoleh berbagai informasi
tentang penyakit musiman atau kecenderungan jangka panjang, perubahan daerah
penyebaran, kelompok penduduk resiko tinggi yang dirinci menurut umur, jenis kelamin,
suku, sosial ekonomi dan penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan. Pengamatan
surveilans secara garis besar dapat dilakukan secara aktif dan pasif. 10
Surveilans pasif ialah pengumpulan datayang diperoleh dari laporan bulanan sarana
pelayanan di daerah. Dari data yang diperoleh dapat diketahui distribusi geografis tentang
berbagai penyakit menular, penyakit rakyat, perubahan-perubahan yang terjadi, dan
penelitian sebagai tindak lanjut.

13
Surveilans aktif ialah pengumpulan data yang dilakukan secara langsung untuk
mempelajari penyakit tertentu dalam waktu yang relatif singkat dan dilakukan oleh petugas
kesehatan secra teratur seminggu sekali atau 2 minggu sekali untuk mencatat ada atau
tidaknya kasus baru penyakit tertentu.
Pencatatan meliputi variabel demografis, sperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, sosial
ekonomi, saat waktu timbul gejala, pola makanan, tempat kejadian yang terkait dengan
penyakit tertentu dan pencatatan tetap dilakukan walaupun tida ditemukan kasus baru.
Pengamatan epidemiologi atau surveilans ialah kegiatan yang dilakukan secara rutin dan
teratur berupa pencatatan lengkap hasil pencatatan lengap hasil pengamatan tentang ada
tidaknya kasus baru penyakit tertentu atau adanya peningkatan terjdinya jumlah kasus baru
untuk memantau perubahan yang terjadi pada penyakit yang mempunyai resiko timbulnya
wabah. Umumnya surveilans dilakukan pada:
1. Penyakit yang dapat menimbulkan wabah atau KLB
2. Penyakit kronis
3. Penyakit endemis
4. Penyakit baru yang dapat menimbulkan masalah epidemiologi
5. Penyakit yang dapat menimbulkan epidemi ulang.

Penanggulangan Lintas Sektoral dan Program


Masa pra KLB :12,13
 Informasi kemungkinan akan terjadinya KLB / wabah adalah dengan melaksanakan
Sistem Kewaspadaan Dini secara cermat, selain itu melakukan langkah-langkh
lainnya :

1. Meningkatkan kewaspadaan dini di puskesmas baik SKD (Sistem kewaspadaan


dini), tenaga dan logistik.

2. Membentuk dan melatih TIM Gerak Cepat puskesmas.

3. Mengintensifkan penyuluhan kesehatan pada masyarakat

4. Memperbaiki kerja laboratorium

5. Meningkatkan kerjasama dengan instansi lain - Tim Gerak Cepat (TGC) :


Sekelompok tenaga kesehatan yang bertugas menyelesaikan pengamatan dan
penanggulangan wabah di lapangan sesuai dengan data penderita puskesmas
atau data penyelidikan epideomologis. Tugas /kegiatan :

14
Pengamatan :

- Pencarian penderita lain yang tidak datang berobat.

- Pengambilan usap dubur terhadap orang yang dicurigai terutama anggota


keluarga. Pengambilan contoh air sumur, sungai, air pabrik dll yang diduga
tercemari dan sebagai sumber penularan.

- Pelacakan kasus untuk mencari asal usul penularan dan mengantisipasi


penyebarannya, Pencegahan dehidrasi dengan pemberian oralit bagi setiap
penderita yang ditemukan di lapangan.

- Penyuluhahn baik perorang maupun keluarga, Membuat laporan tentang


kejadian wabah dan cara penanggulangan secara lengkap.

Pembentukan Pusat Rehidrasi : Untuk menampung penderita diare yang


memerlukan perawatan dan pengobatan. Tugas pusat rehidrasi :

- Merawat dan memberikan pengobatan penderita diare yang berkunjung.

- Melakukan pencatatan nama , umur, alamat lengkap, masa inkubasi, gejala


diagnosa dsb.

- Memberikan data penderita ke Petugas TGC, Mengatur logistic, Mengambil


usap dubur penderita sebelum diterapi.

- Penyuluhan bagi penderita dan keluarga : Menjaga pusat rehidrasi tidak


menjadi sumber penularan (lisolisasi).

- Membuat laporan harian, mingguan penderita diare yang dirawat.(yang


diinfus, tidak diinfus, rawat jalan, obat yang digunakan dsb).

Sampai saat ini penyakit diare merupakan masalah kesehatan masyarakat di


Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka kesakitan diare dari tahun ke
tahun. Diare termasuk sepuluh besar diagnosis penyakit pada kunjungan rawat jalan
puskesmas. Upaya penanggulangan lintas sektoral Sejalan dengan inilah, saat pertemuan
lintas sektoral mengenai penanganan diare telah dibuat kesepakatan bagaimana melakukan
penanganan diare yang efektif. Dalam kesepakatan tersebut juga tercantum, prinsip
penanganan diare yang disebut Lintas Diare.

Prinsip penatalaksanaan penderita diare merupakan upaya standarisasi, disebut


15
dengan LINTAS DIARE yakni Lima Langkah Tuntaskan Diare, yang terdiri atas :

1. Pemberian Oralit dengan Osmolaritas rendah : untuk mencegah dehidrasi dianjurkan


lebih banyak memberikan cairan rumah tangga yang mempunyai osmolaritas
rendah, seperti: air tajin, kuah sayur dan air matang.

2. Pemberian Tablet suplemen Zinc : diberikan dengan dosis untuk anak berumur
kurang dari 6 bulan diberikan 10 mg (1/2 tablet) per hari, untuk anak berumur lebih
dari 6 bulan diberikan 20 mg (1 tablet) per hari, diteruskan selama 10 hari.

3. Teruskan pemberian ASI dan makanan tambahan : untuk memberikan gizi agar tetap
kuat, dan mencegah berkurangnya berat badan.

4. Pengobatan dengan antibiotika harus selektif, hanya atas indikasi : khususnya untuk
diare berdarah (disentri atau kolera)

5. Penjelasan dan pemberian nasihat : tetap memberikan cairan tambahan dan kapan
harus berkunjung kembali ke puskesmas.

Perencanaan Tahunan
Program Pemberantasan Penyakit Diare (P2D)
Program Pemberantasan Penyakit Diare adalah salah satu usaha pokok di Puskesmas.
Kebijaksanaan Program P2D ini adalah menurunkan angka kesakitan, kematian, dan
penanggulangan KLB karena diare yang akan terus dilaksanakan dengan mengintensifkan
peningkatan mutu pelayanan (quality assurance), meningkatkan kerja sama lintas program
dan sektoral terkait serta mengikutsertakan partisipasi aktif masyarakat secara luas, antara
lain dengan organisasi profesi dan LSM di pusat maupun daerah.

1.2 Pojok oralitc

Kegiatan Pojok Oralit :

1) Penyuluhan (Upaya Rehidrasi Oral) URO:

- Memberikan demonstrasi tentang bagaimana mencampur larutan oralit dan


bagaimana cara memberikannya

16
- Menjelaskan cara mengatasi kesulitan dalam memberikan larutan oralit bila ada
muntah
- Memberikan dorongan kepada ibu untuk memulai memberikan makanan pada
anak atau AsI pada bayi ( puskusmas perlu memberikan makanan pada anak
yang tinggal sementara di fasilitas pelayanan )
- Mengajari ibu mengenai bagaimana meneruskan pengobatan selama anaknya di
rumah dan menentukan indikasi kapan anaknya dibawa kembali ke puskesmas
- Petugas kesehatan perlu memberikan penyuluhan kepada pengunjung puskesmas
dengan menjelaskan tatalaksana penderita diare dirumah serta cara pencegahan
diare
2) Pelayanan Penderita :
Setelah penderita diperiksa , ditentukan diagnosa dan derajat dehidrasi diruang
pengobatan tentukan jumlah cairan yang dibutuhkan dalam 3 jam selanjutnya dan
bawalah ibu ke pojok URO untuk menunggu selama di observasi serta :
o Jelaskan manfaat oralit dan ajari ibu membuat larutan oralit
o Perhatikan ibu waktu memberikan oralit
o Periksa secara periodik dan catat keadaanya ( pada catatan klinik penderita diare
rawat jalan ) setiap 1-2 jam sampai penderita teratasi dehidrasinya ( 3-6 jam )
Catat / Hitung jumlah oralit yang diberikan
o Berikan pengobatan terhadap gejala lainnya seperti penurunan panas dan
antibiotika untuk mengobati disentri dan kolera.

Kesimpulan
Salah satu upaya mengurangi kerugian akibat yang ditimbulkan oleh letusan
Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit adalah melakukan pengamatan penyakit cara intensif
yang dikenal dengan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB) terhadap
penyakit yang potensial terjadi KLB. Kegiatan SKD diarahkan pada pengendalian mata
rantai atau faktor-faktor yang memungkinkan timbulnya penyakit, berikut cara
intervensinya sehingga dapat mengurangi kerugian. Dalam manajemen, SKD-KLB akan
dilanjutkan dengan kegiatan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) untuk memantau
17
program pencegahan dan pemberantasan penyakit yang dilaksanakan. Program Surveilans
epidemiologi dapat memanfaatkan kegiatan PWS ini untuk memantau SKD-KLB.

DAFTAR PUSTAKA

1. Diare.Diunduh dari http://www.puskel.com/maksud-dan-tujuan-sistem-kesehatan-


daerah/
2. Azrul A. Pedoman manajemen puskesmas.Jakarta:Bakti husada;2002.h.13-4.
3. Departemen kesehatan RI. Pedoman kerja puskesmas. Jilid I. Jakarta: Bakti husada.
4. Waloejono K.Pedoman praktis pelaksanaan kerja di puskemas. Magelang: Podorejo
offset; 2000.h. 52-61.
5. Lapau B. Prinsip dan metode epidemiologi. Edisi ke-2. Jakarta: balai penerbit FKUI;
2011.h. 71-81.
6. Wibowo T A. Investigasi wabah .Diunduh dari: http:
www.kmpk.ugm.ac.id/images/semsester_1/epidemiologi/investigasi_wabah.pdf
7. Setiawan B. Diare akut karena infeksi. Dalam : Sudoyo A W, Setyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-5. Jilid ke-3.
Jakarta : InternaPublishing; 2009. h. 2836 – 42.
8. Pickett G, Hanlon J J. Kesehatan masyarakat. Edisi ke-9. Jakarta: EGC; 2008.
9. Rosemary M M. Manajemen pelayanan kesehatan primer. Edisi ke-2. Jakarta: EGC;
2003.
10. Notoatmodjo S. Kesehatan masyarakat. Jakarta: PT. Rineka Cipta; 2007.
11. Widyastuti P, editor. Epidemiologi: suatu pengantar. Edisi ke-2. Jakarta: EGC;
2005.h. 6-14.

12. Diare. Diunduh dari http//:www.infeksi.com


13. Distribusi penyakit diare. Diunduh dari
http://www.scribd.com/doc/54414805/2/B-DISTRIBUSI-DAN-FREKUENSI-
PENYAKIT-DIARE

18

Вам также может понравиться