Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ASMA
Oleh:
Pembimbing:
2019
BORANG STATUS FORTOFOLIO
No. ID dan Nama peserta Dr. NIKEN PERTIWI
No. ID dan Nama Wahana RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
Topik ASMA
Tanggal (kasus) 17 November 2018
Nama Pasien An. N No. RM
Tanggal Presentasi Pendamping dr. Andriyan Sulin
Tempat Presentasi Ruang Konfrens RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
Objektif Presentasi
Keilmuan o Keterampilan oPenyegaran o Tinjauan Pustaka
Diagnostik o Manajemen oMasalah o Istimewa
o Neonatus o Bayi Anak o Remaja o Dewasa o Lansia o Bumil
Deskripsi Laki-laki, 1 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan Sesak nafas sejak 6
jam yang lalu.
Tujuan
Bahan bahasan o Tinjauan Pustaka o Riset Kasus o Audit
Cara membahas o Diskusi Presentasi dan diskusi o E-mail o Pos
Data Pasien Nama: Ny. W No. Registrasi:
Nama RS : RSUD Dr. M. Zein Painan Telp: Terdaftar sejak:
DATA UTAMA UNTUK BAHAN DISKUSI
Diagnostik/gambaran klinis:
Pasien berusia 1 tahun datang dengan keluhan sesak nafas yang dialami sejak ± 6 jam SMRS,
Sesak dirasakan terus-menerus, menetap, semakin lama semakin memberat dan tidak mengalami
perbaikan dengan istirahat, dan sesak disertai bunyi mengi. Pasien tiba-tiba mulai sesak saat
terkena udara dingin, dan memberat pada malam sehingga tidurnya sampai terganggu. Keluhan ini
sudah dialami pertama kali sebelumnya mengalami serangan pertama 6 bulan yang lalu namun
tidak seberat ini. Keluhan yang menyertai batuk berdahak dan pilek yang terjadi 3 hari sebelum
pasien sesak. Lendir warna putih, demam 1 hari yang lalu, menggigil (-), kejang (-), muntah (-)
BAB dan BAK normal.
Riwayat pengobatan: Tidak ada
Riwayat kesehatan/penyakit: Keluhan yang sama pernah dialami sebelumnya
Riawayat keluarga : ayah pasien menderita sakit yang sama
Riwayat pekerjaan : -
Daftar Pustaka:
1. Global Initiative for Asthma (GINA). Pocket guide management and prevention
bronchial smooth muscle remodelling in asthma. Eur Respir J 2010; 36: 1174–
1184
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1023/Menkes/SK/XI 2008
Indonesia
5. Mangunegoro, H. Widjaja, A. Sutoyo, DK. Yunus, F. Pradjnaparamita. Suryanto, E.
Global Initiative for Asthma Global Strategy for Asthma Management and
Alwi, I. Simadibrata, M. Setiati, S. (eds), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I,
Hasil Pembelajaran:
Mengetahui Patofisiologi Asma
Mengetahui Klasifikasi Asma
Mengetahui Diagnosis Asma
Mengetahui Penatalaksanaan Asma
Status Lokalis
Kepala : DBN
Thorax
Inspeksi : gerakan dinding dada simetris, retraksi (-)
Palpasi : vokal fremitus sama kanan dan kiri
Perkusi : sonor di semua lapangan paru
Auskultasi : suara nafas vesikuler dengan ekspirasi memanjang, wheezing (+/+),
Ronchi (-/-), bunyi jantung I & II normal, murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : bentuk normal, simetris, datar, scar (-)
Palpasi : supel, tidak ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus normal
Ektremitas
Superior & Inferior : akral hangat, CRT <2 detik, tidak edema
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium ( tanggal 17 November 2018 )
Hasil Pemeriksaan Hematologi
Pemeriksaan Hasil
Hb 13,8
Leukosit 15.60
Ht 40
Trombosit 233.000
Patofisiologi
Asma merupakan penyakit inflamasi kronis yang dikarakteristikan dengan proses yang
sangat kompleks dan melibatkan beberapa komponen yaitu hiperresponsif dari bronkial,
inflamasi dan remodeling saluran pernafasan. (O, Byrne,2010)
Penyempitan Saluran Napas
Penyempitan saluran napas merupakan hal yang mendasari timbulnya gejala dan
perubahan fisiologis asma. Ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya penyempitan
saluran napas yaitu kontraksi otot polos saluran napas, edema pada saluran napas, penebalan
dinding saluran napas dan hipersekresi mukus.(N. Miglino 2011)
Kontraksi otot polos saluran napas yang merupakan respon terhadap berbagai
mediator bronkokonstiktor dan neurotransmiter adalah mekanisme dominan terhadap
penyempitan saluran napas dan prosesnya dapat dikembalikan dengan bronkodilator. Edema
pada saluran napas disebabkan kerena adanya proses inflamasi. Hal ini penting pada
eksaserbasi akut. Penebalan saluran napas disebabkan karena perubahan struktural atau
disebut juga ”remodelling”. Proses inflamasi kronik pada asma akan menimbulkan kerusakan
jaringan yang secara fisiologis akan diikuti oleh proses penyembuhan (healing process) yang
menghasilkan perbaikan (repair) dan pergantian sel-sel yang mati atau rusak dengan sel-sel
yang baru. Proses penyembuhan tersebut melibatkan perbaikan jaringan yang rusak dengan
jenis sel parenkim yang sama dan pergantian jaringan yang rusak dengan jaringan
penyambung yang menghasilkan jaringan parut. Pada asma kedua proses tersebut
berkontribusi dalam proses penyembuhan dan inflamasi yang kemudian akan menghasilkan
perubahan struktur yang komplek yang dikenal dengan airway remodelling.(N. Miglino,
2011)
Inflamasi kronis yang terjadi pada bronkus menyebabkan kerusakan jaringan yang
menyebabkan proses perbaikan (repair) yang terjadi berulang-ulang. Proses remodeling ini
yang menyebabkan terjadinya asma. Namun, pada onset awal terjadinya proses ini kadang-
kadang sebelum disesbkan oleh inflamasi eosinofilik, dikatakan proses remodeling ini dapat
menyebabkan asma secara simultan. Proses dari remodeling ini dikarakteristikan oleh
peningkatan deposisi protein ekstraselular matrik di dalam dan sekitar otot halus bronkial,
dan peningkatan daripada ukuran sel atau hipertropi dan peningkatan jumlah sel atau
hyperplasia. (Sudaru, 2006)
Klasifikasi
Asma diklasifikasikan atas asma saat tanpa serangan dan asma saat serangan (akut).
a) Asma saat tanpa serangan
Pada anak secara arbiter Pedoman Nasional Asma Anak (PNAA). mengklasifikasikan
derajat asma menjadi: 1) Asma episodik jarang; 2) Asma episodik sering; dan 3) Asma
persisten (Tabel 1).(PNAA,2008)
Parameter klinis,
Asma episodik Asma episodik
No kebutuhan obat Asma persisten
jarang sering
dan faal paru asma
1 Frekuensi serangan <1x/bulan >1x/bulan Sering
Hampir sepanjang
tahun, tidak ada
2 Lama serangan <1minggu >1minggu
periode bebas
serangan
3 Intensitas serangan Biasanya ringan Biasanya sedang Biasanya berat
Sering ada Gejala siang dan
4 Diantara serangan Tanpa gejala
gejala malam
Tidak Sering
5 Tidur dan aktifitas Sangat tergganggu
tergganggu tergganggu
Mungkin
Normal (tidak
Pemeriksaan fisik tergganggu
6 ditemukan Tidak pernah normal
diluar serangan (ditemukan
kelainan)
kelainan)
Obat
7 pengendali(anti Tidak perlu Perlu Perlu
inflamasi)
Uji faal paru(diluar PEFatauFEV1>80 PEFatauFEV1<60
8 PEVatauFEV<60%
serangan) % -80%
Variabilitas faal
Variabilitas 20-30%.
9 paru(bila ada Variabilitas>15% Variabilitas>30%
Variabilitas >50%
serangan)
b) Asma saat serangan
Klasifikasi derajat asma berdasarkan frekuensi serangan dan obat yang digunakan
sehari-hari, asma juga dapat dinilai berdasarkan berat-ringannya serangan. Global Initiative
for Asthma (GINA) membuat pembagian derajat serangan asma berdasarkan gejala dan tanda
klinis, uji fungsi paru, dan pemeriksaan laboratorium. Derajat serangan menentukan terapi
yang akan diterapkan. Klasifikasi tersebut meliputi asma serangan ringan, asma serangan
sedang dan asma serangan berat. (PNAA 2008).
Diagnosis
Diagnosis asma ditegakkan bila dapat dibuktikan adanya obstruksi jalan nafas yang
reversibel. Dari anamnesis didapatkan adanya riwayat penyakit/gejala :
- bersifat episodik, reversibel dengan atau tanpa pengobatan.
- gejala berupa batuk, sesak nafas, rasa berat di dada, dan berdahak.
- gejala timbul/memburuk di malam hari.
- respons terhadap pemberian bronkodilator.
Selain itu melalui anamnesis dapat ditanyakan mengenai riwayat keluarga (atopi),
riwayat alergi/atopi, penyakit lain yang memberatkan, perkembangan penyakit dan
pengobatan. Adapun beberapa tanda dan gejala yang dapat meningkatkan kecurigaan
terhadap asma adalah :
a. Dengarkan Suara mengi (wheezing) Pada anak-anak
Apabila didapatkan pemeriksaan dada yang normal, tidak dapat mengeksklusi
diagnosis sama, apabila terdapat :
1. Memiliki Riwayat dari:
a. Batuk, yang memburuk dimalam hari
b. Mengi yang berulang
c. Kesulitan bernafas
d. Sesak nafas yang berulang
2. Keluhan terjadi dan memburuk saat malam
3. Keluhan terjadi dan memburuk saat musim tertentu
4. Pasien juga memiliki riwayat eksema, hay fever, atau riwayat keluarga asmaatau
penyakit atopi
5. Keluhan terjadi atau memburuk apabila terpapar :
a. Bulu binatang
b. Aerosol bahan kimia
c. Perubahan temperature
d. Debu tungau
e. Obat-obatan (aspirin, beta bloker)
f. Beraktivitas
g. Serbuk tepung sari
h. Infeksi saluran pernafasan
i. Rokok
j. Ekpresi emosi yang kuat
6. Keluhan berespon dengan pemberian terapi anti asma
Dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya tanda-tanda obstruksi saluran nafas dan
tanda yang khas adalah adanya mengi pada auskultasi. Namun pada sebagian penderita dapat
ditemukan suara nafas yang normal pada auskultasi walaupun pada pengukuran faal paru
telah terjadi penyempitan jalan nafas. (Magunego, 2004)
Pengukuran faal paru dilakukan untuk menilai obstruksi jalan nafas, reversibiliti
kelainan faal paru, variabiliti faal paru, sebagai penilaian tidak langsung hiper-responsif jalan
nafas. Pemeriksaan faal paru yang standar adalah pemeriksaan spirometri dan peak
expiratory flow meter (arus puncak ekspirasi). Pemeriksaan lain yang berperan untuk
diagnosis antara lain uji provokasi bronkus dan pengukuran status alergi. Uji provokasi
bronkus mempunyai sensitivitas yang tinggi tetapi spesifisitas rendah. Komponen alergi pada
asma dapat diidentifikasi melalui pemeriksaan uji kulit atau pengukuran IgE spesifik serum,
namun cara ini tidak terlalu bernilai dalam mendiagnosis asma, hanya membantu dalam
mengidentifikasi faktorpencetus.(Magunego,2004)
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan asma klasifikasikan menjadi: 1) Penatalaksanaan asma akut/saat
serangan, dan 2) Penatalaksanaan asma jangka panjang.
Serangan akut adalah episodik perburukan pada asma yang harus diketahui oleh
pasien. Penatalaksanaan asma sebaiknya dilakukan oleh pasien di rumah (lihat bagan 1), dan
apabila tidak ada perbaikan segera ke fasilitas pelayanan kesehatan. Penanganan harus cepat
dan disesuaikan dengan derajat serangan. Penilaian beratnya serangan berdasarkan riwayat
serangan termasuk gejala, pemeriksaan fisik dan sebaiknya pemeriksaan faal paru, untuk
selanjutnya diberikan pengobatan yang tepat dan cepat. (Nataprawira,2008)
Pada serangan asma obat-obat yang digunakan adalah bronkodilator (β2 agonis kerja
cepat dan ipratropium bromida) dan kortikosteroid sistemik. Pada serangan ringan obat yang
digunakan hanya β2 agonis kerja cepat yang sebaiknya diberikan dalam bentuk inhalasi. Bila
tidak memungkinkan dapat diberikan secara sistemik. Pada dewasa dapat diberikan
kombinasi dengan teofilin/aminofilin oral. (Nataprawira,2008)
Pada keadaan tertentu (seperti ada riwayat serangan berat sebelumnya) kortikosteroid
oral (metilprednisolon) dapat diberikan dalam waktu singkat 3- 5 hari. Pada serangan sedang
diberikan β2 agonis kerja cepat dan kortikosteroid oral. Pada dewasa dapat ditambahkan
ipratropium bromida inhalasi, aminofilin IV (bolus atau drip). Pada anak belum diberikan
ipratropium bromida inhalasi maupun aminofilin IV. Bila diperlukan dapat diberikan oksigen
dan pemberian cairan IV. (Nataprawira,2008)
Pada serangan berat pasien dirawat dan diberikan oksigen, cairan IV, β2 agonis kerja
cepat ipratropium bromida inhalasi, kortikosteroid IV, dan aminofilin IV (bolus atau drip).
Apabila β2 agonis kerja cepat tidak tersedia dapat digantikan dengan adrenalin subkutan.
Pada serangan asma yang mengancam jiwa langsung dirujuk ke ICU.
Pemberian obat-obat bronkodilator diutamakan dalam bentuk inhalasi menggunakan
nebulizer. Bila tidak ada dapat menggunakan IDT (Inhalasi Dosis Terukur) dengan alat bantu
(spacer). (Nataprawira,2008)
Obat asma terdiri dari obat pelega dan pengontrol. Obat pelega diberikan pada saat
serangan asma, sedangkan obat pengontrol ditujukan untuk pencegahan serangan asma dan
diberikan dalam jangka panjang dan terus menerus. Untuk mengontrol asma digunakan anti
inflamasi (kortikosteroid inhalasi). Pada anak, kontrol lingkungan mutlak dilakukan sebelum
diberikan kortikosteroid dan dosis diturunkan apabila dua sampai tiga bulan kondisi telah
terkontrol. Obat asma yang digunakan sebagai pengontrol antara lain: Inhalasi kortikosteroid,
β2 agonis kerja panjang, antileukotrien, teofilin lepas lambat. .(Setiawati, 2010)
Klinik / IGD
Nilai derajat serangan
Tatalaksana awal
nebulisasi -agonis 1-3x, selang 20 menit
N
G
Alur Tatalaksana Asma Anak jangka Panjang HI
Asma episodik jarang
Obat pereda: -agonis atau teofilin N
D
(hirupan atau oral) bila perlu
A
3-4 minggu, obat
dosis / minggu > 3x 3x R
A
Tambahkan obat pengendali: N
Asma episodik sering
Kortikosteroid hirupan dosis rendah *)
antileukotrien
6-8 minggu, respons: () (+)
*) Ketotifen dapat digunakan pada pasien balita dan/atau asma tipe rinitis