Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
unit gawat darurat suatu rumah sakit. ”No head injury is so serious that it should
bahwa tidak ada trauma kapitis yang perlu dikhawatirkan serius yang bisa kita
berikan harapan dan tidak ada juga keluhan yang dapat kita abaikan. Setiap tahun
di Amerika Serikat mencatat 1,7 juta kasus trauma kapitis, 52.000 pasien
meninggal dan selebihnya dirawat inap. Trauma kapitis juga merupakan penyebab
kematian ketiga dari semua jenis trauma yang dikaitkan dengan kematian (arief
Islamic Republic of Iran bahwa diantara semua jenis trauma tertinggi yang
dilaporkan yaitu sebanyak 78,7% trauma kapitis dan kematian paling banyak juga
Rata-rata rawat inap pada laki-laki dan wanita akibat terjatuh dengan
diagnosa trauma kapitis sebanyak 146,3 per100.000 dan 158,3 per100.000. Angka
kematian trauma kapitis akibat terjatuh lebih tinggi pada laki-laki dibanding
perempuan yaitu sebanyak 26,9 per100.000 dan 1,8 per100.000. Bagi lansia pada
usia 65 tahun ke atas, kematian akibat trauma kapitis mencatat 16.000 kematian
1
dari 1,8 juta lansia di Amerika yang mangalami trauma kapitis akibat terjatuh.
kapitis akibat terlibat dalam kecelakaan lalu lintas dan akibat kekerasan
sedangkan orang yang lebih tua cenderung mengalami trauma kapitis yang
disebabkan oleh terjatuh. Penyebab utama trauma kapitis adalah kecelakaan lalu
lintas, kekerasan dan terjatuh. Pejalan kaki yang mengalami tabrakan dengan
Estimasi sebanyak 1,9 juta hingga 2,3 juta orang mendapatkan perawatan
pada trauma yang tidak fatal akibat kekerasan (Turner DA, 1996). Menurut
(Sjahrir, 2004), insiden trauma kapitis pada tahun 1995 sampai 1998 terdiri dari
tiga tingkat keparahan trauma kapitis yaitu trauma kapitis ringan sebanyak 60,3%
(2463 kasus), trauma kapitis sedang sebanyak 27,3% (1114 kasus) dan trauma
kapitis berat sebanyak 12,4% (505 kasus). Kematian akibat trauma kapitis
mencatatkan sebanyak 11% berjumlah 448 kasus. Angka kejadian trauma kapitis
pada tahun 2004 dan 2005 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), FKUI
utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan
korban ke rumah sakit, penilaian dan tindakan awal di ruang gawat darurat sangat
2
menentukan penatalaksanaan dan prognosis selanjutnya. Tindakan resusitasi,
anamnesis, dan pemeriksaan fisis umum serta neurologis harus dilakukan secara
terlewatinya evaluasi pada tanda vital. Tingkat keparahan trauma kapitis, menjadi
ringan segera ditentukan saat pasien tiba di rumah sakit. (Arif mansjoer dkk, CDC
2000)
BAB II
3
T I N J A U A N P U S TA K A
2.1 Definisi
Trauma kapitis atau Cedera kepala atau Craniocerebral trauma atau head
injury adalah suatu trauma mekanik yang secara langsung atau tidak langsung
2004)
kelompok umur produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas.
Tidak hanya berakibat pada tingginya angka kematian pada korban kecelakaan.
Justru, yang harus menjadi perhatian adalah banyaknya kasus kecacatan dari
Trauma kapitis adalah trauma mekanik pada kepala yang terjadi baik secara
langsung atau tidak langsung yang kemudian dapat berakibat kepada gangguan
dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana
Greenberg, 2010)
Trauma kapitis adalah proses patologis pada jaringan otak yang bersifat
4
yang mungkin menyebabkan gangguan fungsi kognitif, fisik, dan psikososial yang
korban ke rumah sakit, penilaian dan tindakan awal di ruang gawat darurat sangat
DF, 1996).
Trauma kapitis adalah trauma mekanik terhadap kepala baik secara langsung
(PERDOSSI, 2007)
Trauma Kapitis adalah trauma yang mengenai kulit kepala, tengkorak, dan
otak yang disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma tembus (Arif Mansjoer,
2000)
Trauma Kapitis adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala,
tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat trauma baik secara langsung
antara penyakit neurologik, dan merupakan proporsi epidemik sebagai hasil dari
dengan atau tanpa kehilangan kesadaran. Traumatik yang terjadi pada otak mampu
(Harsono, 2005). Trauma Kapitis atau cedera kepala (brain injury) adalah salah
5
satu bentuk trauma yang dapat mengubah kemampuan otak dalam menghasilkan
mekanik terhadap kepala baik secara langsung ataupun tidak langsung yang
Dari definisi itu saja, kita sudah tahu bahwa trauma kapitis sangat berbahaya
kendati kasus terus meningkat, namun masih banyak pihak yang belum sadar
2.2 Etiologi
6
Kerusakannya menyebar secara luas dan terjadi dalam 4 bentuk : cedera
multipel pada otak koma terjadi karena cedera menyebar pada hemisfer cerebral,
Etiologi lainnya:
2.3 Patofisiologi
autoregulasi aliran darah serebral dan menjamin aliran daerah konstan melalui
autoregulasi diantaranya trauma otak, iskemia dan hipoksia, pada klien dengan
darah serebral juga dapat meningkatkan tekanan intra kranial. Tekanan intra
volume otak ditambah volume darah serebral dan cairan serebro spinal, dimana
tiap perubahan volume dari tiap-tiap komponan karena gangguan kranial dapat
7
Peningkatan tekanan intra kranial mengarah pada timbulnya iskemia,
berkembang pada hampir semua pasien dengan lesi intra kranial setelah
mengalami trauma kapitis. Pada semua pasien dengan trauma kapitis berat,
kematian.
pada otak yang dapat menyebabkan fragmentasi jaringan dan kontusio, kerusakan
sawar otak, disertai vasodilatasi dan eksudasi jaringan sehingga timbul edema
yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra kranial. Keadaan ini dapat
sawar darah otak lebih lanjut dan terjadi kematian sel-sel otak dan edema
bertambah positif.
pembuluh darah. Pada kontusio berat, hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi
penimbunan asam laktat akibat metabolisme anaerob. Hal ini akan menyebabkan
asidosis metabolik.
menit / 100 gr. Jaringan otak, yang merupakan 15 % dari cardiac output.
8
otonom pada fungsi ventrikel adalah perubahan gelombang T dan P dan disritmia,
darah arteri dan arteriol otak tidak begitu besar. (Mark S. Greenberg, 2010)
2.4 Klasifikasi
9
Trauma kapitis terbuka
Dapat disamakan dengan keluhan gegar otak ringan dan edema serebral yang luas
- Muntah
- Kejang
10
- Kehilangan kasadaran lebih dari 24 jam (penurunan kesadaran progresif)
c. Menurut morfologi
Fraktur tengkorak
nervus VII
d. Menurut patofisiologi
- Memar otak
- Laserasi
- Hipotensi sistemik
- Hipoksia
11
- Hiperkapnea
- Edema otak
- Komplikasi pernapasan
Kerusakan pada lapisan otak paling superior (korteks serebri biasanya akan
tertentu pada korteks serebri biasanya bertanggung jawab atas perilaku tertentu,
lokasi yang pasti dan beratnya cedera menentukan jenis kelainan yang terjadi.
motorik (misalnya menulis, memainkan alat musik atau mengikat tali sepatu).
Lobus frontalis juga mengatur ekspresi wajah dan isyarat tangan. Daerah tertentu
pada lobus frontalis bertanggung jawab terhadap aktivitas motor tertentu pada sisi
12
tubuh kontra lateral. Efek perilaku dari kerusakan lobus frontalis bervariasi,
tergantung kepada ukuran dan lokasi kerusakan fisik yang terjadi. Kerusakan yang
kecil, jika hanya mengenai satu sisi otak, biasanya tidak menyebabkan perubahan
menentang, kasar dan kejam; penderita mengabaikan akibat yang terjadi akibat
perilakunya.
tekstur dan berat badan ke dalam persepsi umum. Sejumlah kecil kemampuan
matematikan dan bahasa berasal dari daerah ini. Lobus parietalis juga membantu
mengarahkan posisi pada ruang di sekitarnya dan merasakan posisi dari bagian
parastesia pada sisi tubuh kontra lateral. Kerusakan yang agak luas bisa
(misalnya bentuk kubus atau jam dinding). Penderita bisa menjadi linglung atau
13
mengigau dan tidak mampu berpakaian maupun melakukan pekerjaan sehari-hari
lainnya.
Lobus temporalis mengolah kejadian yang baru saja terjadi menjadi dan
menyebabkan terganggunya ingatan akan suara dan bentuk. Kerusakan pada lobus
dari luar maupun dari dalam dan menghambat penderita dalam mengekspresikan
kefanatikan agama yang tidak biasa, obsesif dan kehilangan gairah seksual.
a. Fraktur Tengkorak
Fraktur Basiler : Pada dasar tengkorak atau pada tulang sepanjang bagian frontal
atau temporal.
Fraktur ini cukup serius karena menimbulkan kontak antara cairan serebro
spinal dan dunia luar melalui ruang subarakhnoid dan sinus yang mengandung
udara dari wajah atau tengkorak, memungkinkan bakteri masuk & mengisi
drainase sinus. Fraktur ini bisa melukai arteri dan vena yang kemudian
14
mengalirkan darahnya ke dalam rongga di sekeliling jaringan otak. Patah tulang di
dan menyebabkan infeksi serta kerusakan hebat pada otak. Sebagian besar patah
Gegar otak (kontusio serebri) merupakan memar pada otak, yang biasanya
disebabkan oleh pukulan langsung dan kuat ke kepala. Robekan otak adalah
robekan pada jaringan otak, yang seringkali disertai oleh luka di kepala yang
nyata dan patah tulang tengkorak. Hal ini menandakan terjadinya perdarahan pada
otak yang dapat menimbulkan pembengkakan Bakteri ringan dari trauma otak
Disorientasi dan bingung sesaat dengan gejala sakit kepala, tak mampu
15
terjadi pembengkakan pada otak, maka bisa terjadi kerusakan lebih lanjut pada
jaringan otak, pembengkakan yang sangat hebat bisa menyebabkan herniasi otak.
periode tidak sadarkan diri dalam beberapa detik sampai beberapa menit. Jika
permukaan otak yang terdiri dari area hemoragi kecil-kecil yang tersebar, gejala
trauma dan menimbulkan disfungsi luas akibat dari peningkatan edema serebral.
Pada scan tomografi terlihat masa dan menimbulkan perubahan TIK dengan jelas.
adanya sakit kepala, pusing, peka rangsang, dan ansietas (sindrom pasca-
komosio), yang dapat mengikuti tipe cedera. Dengan memberi pasien informasi,
16
penjelasan, dan dukungan pada pasien dapat mengurangi beberapa
d. Hematom Epidural
Adalah suatu akumulasi darah pada ruang epidural, terjadi karena robekan
cabang kecil arteri meningea media atau frontal. Hal ini terjadi karena patah
tulang tengkorak telah merobek arteri. Darah di dalam arteri memiliki tekanan
Tanda dan gejala berupa sakit kepala hebat yang bisa segera timbul tetapi
bisa juga muncul beberapa jam setelah trauma dengan intensitas nyeri tidak tetap,
dari kacau mental sampai koma, bentuk dekortikasi & deserebrasi, pupil isokor
burr hole di dalam tulang tengkorak untuk mengalirkan kelebihan darah, juga
17
e. Hematoma Subdural
permukaan dan lebih sering pada lansia dan alkoholik gejala sakit kepala, letargi,
pada vena di sekeliling otak. Perdarahan bisa terjadi segera setelah terjadinya
cedera kepala berat atau beberapa saat kemudian setelah terjadinya cedera kepala
yang lebih ringan. Hematoma subdural pada bayi bisa menyebabkan kepala
bertambah besar karena tulang tengkoraknya masih lembut dan lunak. Hematoma
subdural yang kecil pada dewasa seringkali diserap secara spontan. Hematoma
18
Hematoma subdural dapat terjadi akut, sub akut, atau kronik, bergantung
pada ukuran pembuluh yang terkena dan jumlah perdarahan yang ada.
dan serius dalam 24 – 48 jam setelah cedera. Trauma ini sering berkaitan dengan
keadaan koma dan tanda klinis sama dengan hematoma epidural. Tekanan darah
setelah trauma. Hematoma ini disebabkan oleh perdarahan vena ke dalam ruang
subdural. Riwayat klinis khas dari penderita hematoma subdural subakut adalah
kesadaran, dan perbaikan status neurologik secara bertahap. Namun setelah jangka
19
kesadaran menurun bertahap, pasien tidak berespon, peningkatan tekanan intra
kranial, lalu terjadi herniasi unkus atau sentral. Angka kematian tinggi pada pasien
hematom subdural akut dan sub akut, karena sering dihubungkan dengan
kerusakan otak.
Terjadi karena trauma kapitis minor, terjadi paling sering pada lansia akibat
atrofi otak karena proses penuaan. Tampaknya trauma kaptis minor dapat
mengakibatkan dampak yang cukup untuk menggeser isi otak secara abnormal
dengan sekuela negatif. Waktu di antara trauma dan awitan gejala mungkin lama,
minggu setelah trauma minor. Hematom subdural kronik mirip dengan kondisi
melalui burr hole ganda, atau kraniotomi dapat dilakukan untuk lesi massa
subdural yang cukup besar yang tidak dapat dilakukan melalui burr hole.
f. Hematoma Intrakranial
sebelah luar (hematom subdural) atau diantara pembungkus otak sebelah luar
20
biasanya bisa terlihat pada CT scan atau MRI. Sebagian besar perdarahan terjadi
menahun (hematom kronis) lebih sering terjadi pada usia lanjut dan membesar
secara perlahan serta menimbulkan gejala setelah beberapa jam atau hari.
pada akhirnya menghancurkan jaringan otak. Hematom yang luas juga akan
menyebabkan otak bagian atas atau batang otak mengalami herniasi. Pada
pada salah satu atau kedua sisi tubuh, gangguan pernafasan atau gangguan
jantung, atau bahkan kematian. Bisa juga terjadi kebingungan dan hilang ingatan,
g. Konkusio
setelah terjadinya trauma pada otak yang tidak menyebabkan kerusakan fisik yang
kerusakan struktural yang nyata. Hal ini bahkan bisa terjadi setelah trauma kapitis
yang ringan, tergantung kepada goncangan yang menimpa otak di dalam tulang
tengkorak.
total dalam beberapa jam atau hari. Beberapa penderita merasakan pusing,
21
hari sampai beberapa minggu, jarang lebih dari beberapa minggu. Penderita bisa
diketahui mengapa sindroma ini biasanya terjadi setelah suatu trauma kapitis yang
cedera mikroskopi atau faktor psikis. Pemberian obat-obatan dan terapi psikis bisa
membantu beberapa penderita sindroma ini. Yang lebih perlu dikhawatirkan selain
sindroma pasca konkusio adalah gejala-gejala yang lebih serius yang bisa timbul
dalam beberapa jam atau kadang beberapa hari setelah terjadinya trauma. Jika
sakit kepala, kebingungan dan rasa mengantuk bertambah parah, sebaiknya segera
Biasanya, jika terbukti tidak terdapat kerusakan yang lebih berat, maka
traumanya tidak parah, aspirin bisa digunakan setelah 3-4 hari pertama.
1. Gangguan kesadaran
2. Konfusi
22
3. Abnormalitas pupil
5. Perubahan TTV
6. Gangguan pergerakan
8. Disfungsi sensori
9. Kejang otot
11. Vertigo
12. Kejang
13. Pucat
17. Kecemasan
19. Bila fraktur, mungkin adanya cairan serebrospinal yang keluar dari hidung
1. Kekuatan benturan
2. Akselerasi / Deselerasi
23
Desekrasi = Kepala membentur benda diam
Keduanya bisa bersamaan terjadi bila gerakan kepala tiba-tiba tanpa kontak
langsung.
4. Lokasi Benturan
Bagi otak yang tersebar kemungkinan trauma kapitis terberat adalah bagian lobus
mesenfalon).
5. Rotasi
Pengubahan posisi rotasi kepala menyebabkan trauma regangan & robekan pada
6. Fraktur Impresi
Disebabkan oleh suatu kekuatan yang mendorong fragmen tulang turun menekan
otak yang lebih dalam. Akibat fraktur ini kemungkinan cairan serebro spinal akan
2.8 Komplikasi
beberapa waktu setelah otak mengalami trauma karena benturan di kepala. Kejang
24
bisa saja baru terjadi beberapa tahun kemudian setelah terjadinya trauma. Kejang
terjadi pada sekitar 10% penderita yang mengalami trauma kapitis hebat tanpa
adanya luka tembus di kepala dan pada sekitar 40% penderita yang memiliki luka
tembus di kepala.
diberikan kepada seseorang yang mengalami trauma kapitis yang serius, untuk
2. Afasia
terjadinya trauma pada area bahasa di otak. Penderita tidak mampu memahami
adalah lobus temporalis sebelah kiri dan bagian lobus frontalis di sebelahnya.
Kerusakan pada bagian manapun dari area tersebut karena stroke, tumor, trauma
kapitis atau infeksi, akan mempengaruhi beberapa aspek dari fungsi bahasa.
3. Apraksia
memerlukan ingatan atau serangkaian gerakan. Kelainan ini jarang terjadi dan
biasanya disebabkan oleh kerusakan pada lobus parietalis atau lobus frontalis.
25
4. Agnosia
merasakan sebuah benda tetapi tidak dapat menghubungkannya dengan peran atau
fungsi normal dari benda tersebut. Penderita tidak dapat mengenali wajah-wajah
yang dulu dikenalnya dengan baik atau benda-benda umum (misalnya sendok atau
secara spontan.
5. Amnesia
mengingat peristiwa yang baru saja terjadi atau peristiwa yang sudah lama berlalu.
Penyebabnya masih belum dapat sepenuhnya dimengerti. Trauma pada otak bisa
beratnya trauma) dan akan menghilang dengan sendirinya. Pada trauma otak yang
dari memori terutama terletak di dalam lobus oksipitalis, lobus parietalis dan
26
lobus temporalis. Amnesia menyeluruh sekejap merupakan serangan lupa akan
waktu, tempat dan orang, yang terjadi secara mendadak dan berat. Serangan bisa
hanya terjadi satu kali seumur hidup, atau bisa juga berulang. Alkoholik dan
Amnesia Korsakoff juga bisa terjadi setelah cedera kepala yang hebat, cardiac
6. Fistel Karotis-Kavernosus
Ditandai oleh trias gejala: eksoftalmus, kemosis, dan bruit orbita, dapat
Angiografi perlu dilakukan untuk konfirmasi diagnosis dan terapi dengan oklusi
7. Diabetes Insipidus
volume.
Dapat segera terjadi (dalam 24 jam pertama), dini (minggu pertama) atau
lanjut (setelah satu minggu). Kejang segera tidak merupakan predisposisi untuk
27
kejang lanjut; kejang dini menunjukkan risiko yang meningkat untuk kejang
pasien dengan trauma kapitis tertutup. Kebocoran ini berhenti spontan dengan
elevasi kepala setelah beberapa hari pada 85 % pasien. Drainase lumbal dapat
mempercepat proses ini. Walaupun pasien ini memiliki risiko meningitis yang
edema terjadi 72 Jam setelah cedera. Perubahan tekanan darah, Frekuensi nadi,
pernafasan tidak teratur merupakan gejala klinis adanya peningkatan tekanan intra
otak bergeser. Peningkatan tekanan terus menerus menyebabkan aliran darah otak
menurun dan perfusi tidak adekuat, terjadi vasodilatasi dan edema otak. Lama-
batang otak, menekan pusat vasomotor, arteri otak posterior, saraf oculomotor,
jalur saraf corticospinal, serabut RES. Mekanisme kesadaran, tekanan darah, nadi,
28
11. Defisit Neurologis dan Psikologis
Nyeri kepala hebat, Mual / muntah proyektil (tanda dari peningkatan tekanan
intra kranial).
Semua sel dan jaringan tubuh mausia terendam dalam cairan yang
komposisinya mirip dengan air laut, yang mencerminkan awal evolusi manusia.
Agar fungsi sel berlangsung normal komposisi cairan harus relatif konstan.
Komposisi cairan tersebut terdiri dari air dan zat terlarut baik yang termasuk
elektrolit ataupun yang non elektrolit dimana keduanya saling berhubungan dan
saling menyeimbangkan.
intravena untuk mengkoreksi kekurangan cairan. Jika kompensasi ini tidak terjadi
atau tidak adanya penanganan yang adekuat maka akan berdampak perfusi ke
Satu mol menyatakan berat molekul yang dinyatakan dalam gram. Satu
milimol 1/1000 dari 1 mol, atau beratnya dinyatakan dalam miligram. Molaritas
29
adalah jumlah mol dari zat terlarut perliter larutan. Molalitas menyatakan mol dari
zat terlarut per kilogram pelarut. Ekuivalensi biasanya digunakan pada zat yang
mengandung ion. Jumlah ekuivalen dari sebuah ion dalam larutan adalah jumlah
air ini dari yang konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Tekanan osmotik adalah
daya dorong air yang dihasilkan oleh partikel-partikel zat terlarut didalamnya.
Tekanan osmotik tergantung dari jumlah zat yang tidak terlarut didalamnya. Satu
osmol sama dengan satu mol pada zat yang tidak dapat dipisahkan. Perbedaan 1
mili osmol per liter antara dua larutan menghasilkan tekanan osmotik sebesar 19,3
mmHg. Osmolaritas dari larutan adalah sama dengan jumlah osmol per liter
larutan, dimana osmolalitas sama dengan jumlah osmol per kilogram pelarut.
volume sel. Larutan isotonik tidak mempunyai efek terhadap volume sel,
volume sel.6,9
30
2.9.3. Distribusi cairan tubuh
Komponen terbesar tunggal dari tubuh adalah air. Air bersifat pelarut bagi semua
yang terlarut. Air tubuh total atau total body water (TBW) adalah persentase dari
berat air dibandingkan dengan berat badan total, bervariasi menurut kelamin,
umur, dan kandungan lemak tubuh. Air membentuk sekitar 60% dari berat seorang
pria dan sekitar 50% dari berat badan wanita.1 Berikut ini adalah tabel persentase
Jaringan lemak pada dasarnya bebas air. Oleh karena itu jika dibandingkan
dengan orang gemuk dengan kurus maka orang gemuk memiliki TBW yang relaif
kecil. Jaringan otot memiliki kandungan air yang tinggi. Maka jika wanita
dibandingkan dengan pria, akan ditemukan bahwa TBW pria lebih besar karena
membran sel. Pada orang dewasa kira-kira 40% berat badannya atau 2/3 dari
TBWnya berada di cairan intrasel atau intracellular fluid (ICF) dan sisanya 1/3
31
dari TBW atau 20% berada cairan ekstra sel atau extraxellular fluid (ECF). Cairan
5% dari TBW dan cairan interstisial (ISF) sebesar 15%. Sebesar 1-2% tergolong
saluran cerna dan kesemua bagian ini memiliki komposisi elektrolit masing-
masing.6,9
Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan non
elektrolit. Non elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terlarut dan tidak
bermuatan lisrtrik yang terdiri dari protein, urea, glukosa, oksigen, kardondioksida
dan asam-asam organik. Garam yang terurai didalam air menjadi satu atau lebih
partikel-partikel bermuatan disebut ion atau elektrolit. Elektrolit tubuh terdiri dari
natrium (Na+), kalium (K+), kalsium (Ca2+), magnesium (Mg2+), klorida (Cl-),
bikarbonat (HCO3-), fosfat (HPO42-) dan sulfat (SO42-). Ion yang bermuatan
sel relativ tidak permeable tehadap ion Na dan ion K, oleh karenanya potasium
di ekstra sel. Potasium adalah kation utama ICF dan anion utamanya adalah fosfat.
32
intraselular, sedangkan sodium merupakan faktor terpenting yang menentukan
protein intraselular yang tinggi. Oleh karena protein merupakan zat terlarut yang
nondifusif (anion),rasio pertukaran yang tidak sama dari 3 Na+ dengan 2 K+ oleh
pompa membran sel adalah hal yang penting untuk pencegahan hiperosmolaritas
Fungsi dasar dari cairan ekstraselular adalah menyediakan nutrisi bagi sel
sangat penting. Oleh sebab itu secara kuantitatif sodium merupakan kation
osmotik dan volume sedangkan anion utamanya adalah klorida (Cl-), bikarbonat
perubahan jumlah total sodium dalam tubuh. Hal ini tergantung dari sodium yang
33
ekstraselular membentuk gel. Pada umumnya tekanan cairan interstisial adalah
positif. Pada saat hal ini terjadi, cairan bebas dalam gel akan meningkat secara
cepat dan secara klinis akan menimbulkan edema. Hanya sebagian kecil dari
plasma protein yang dapat melewati celah kapiler, oleh karena itu kadar protein
dalam cairan interstisial relatif rendah (2 g/Dl). Protein yang memasuki ruang
dengan bebas keluar masuk melalui plasma dan interstisial yang menyebabkan
ikatan antar sel endotel yang kuat akan mencegah keluarnya protein dari ruang
satunya zat terlarut secara osmotik aktif dalam pertukaran cairan antara plasma
berubah menjadi positif maka akan diikuti dengan peningkatan cairan ekstrasel
Pada keadaan ini kompartemen interstisial akan berperan sebagai reservoir dari
34
kompartemen intravaskular. Hal ini dapat dilihat secara klinis sebagai edema
jaringan.6
Koloid disebut juga sebagai cairan pengganti plasma atau biasa disebut “plasma
menyebabkan cairan ini cenderung bertahan agak lama (waktu paruh 3-6 jam)
besar yang tidak melintasi hambatan diffusional secara mudah seperti kristaloid.
memiliki kecendrungan yang lebih besar untuk tetap bertahan dan meningkatkan
Intake cairan yang normal dari seorang dewasa rata-rata sebanyak 2500ml,
secara kasar diperkirakan 1500 hilang melalui urin, 400 ml melalui pengauapn di
saluran napas, 400 ml melalui pengaupan di kulit, 100 ml melalui keringat, dan
100 ml melalui feses. Osmolalitas ECF dan ICF keduanya diregulasi hampir sama
dalam komposisi cairan dan volume sel akan menyebabkan timbulnya kerusakan
fungsi yang serius terutama pada otak. Nilai normal dari osmolalitas bervariasi
35
Rumus menghitung osmolalitas plasma;
natrium sementara jika dalam keadaan patologis urea dan glukosa turut
2.10 Manitol
obat diuretikosmotik.(1) Istilah diuretik osmotik terdiri dari dua kata yaitu diuretik
Secara umum diuretik dapat dibagi dalam dua golongan besar yaitu: (1)
ginjal.(2)
36
Tekanan osmotik adalah tekanan yang ditimbulkan oleh daya osmosis.
sebagai berikut; bilamana suatu membran di antara dua cairan permiabel terhadap
air tetapi tidak permiabel terhadap beberapa solut (zat larut) yang terlarut (ini
disebut suatu membran semi permiabel) dan konsentrasi solut lebih besar daripada
sisi lainya, air mengalir melalui membran tersebut menuju ke sisi dengan
konsentrasi yang lebih besar. Fenomena ini disebut osmosis.(4) Dalam hal ini
manitol memainkan prinsif yang sama terhadap sistem sirkulasi dan atau cairan
tubuh.
syarat berikut: (1) difiltrasi secara bebas oleh glomerulus; (2) tidak atau hanya
sedikit direabsorpsi sel tubuli ginjal; (3) secara farmakologis merupakan zat yang
Dengan sifat-sifat ini, maka diuretik osmotik dapat diberikan dalam jumlah cukup
dan cairan tubuli. Contoh obat goongan ini adalah manitol, gliserol, urea, dan
isosorbit. Dalam klinik manitol yang paling sering digunakan di antara obat
segolongannya.(2,3,5)
2.10.1. Farmakodinamik
sehingga jumlah elektrolit dan air yang dieksresi bertambah besar. Tetapi untuk
menimbulkan diuresis yang cukup besar diperlukan dosis diuretik osmotik yang
cukup tinggi.
37
Tempat kerja utama manitol adalah: (1) tubuli proksimal, yaitu dengan
menghambat reabsorpsi natrium dan air melalui daya osmotiknya; (2) ansa henle,
yaitu dengan penghambatan reabsorpsi natrium dan air oleh karena hipertonisitas
reabsorpi natrium dan air akibat adanya papillary wash out, kecepatan aliran
kedua macam cairan tersebut akan berdifusi kembali ke dalam plasma dan ke
dalam ruang ekstra sel. Di dalam sirkulasi cairan akan dikeluarkan dari tubuh
2.10.2. Farmakokinetik
dalam traktus gastrointestinal dan harus diberikan per intravena dalam jumlah
besar, karena itu manitol tidak praktis untuk pengobatan udem kronis.
2.10.3. Indikasi
jelas dan terpisah, tetapi semua tergantung pada sifat darasnya. Manitol digunakan
misalnya untuk profilaksis gagal ginjal akut, suatu keadaan yang dapat timbul
38
akibat operasi jantung, luka traumatik berat, dan menderita ikterus berat. Manitol
menghambat reabsorpsi air, dan menjaga laju aliran urin dengan syarat membran
normal. Hal ini melindungi ginjal dari kerusakan. Manitol juga dapat
manitol dapat digunakan untuk evaluasi oligouria akut dan keadaan penurunan
pada sebagian fungsi glomerulus seperti pada kehilangan cairan tubuh yang
berlebih.(3)
sebagai anti udem.(3,6)Manitol jarang diberikan dalam kasus gagal ginjal kronis
Dalam hal ini kerja manitol mengurangi udem serebral yang menyebabkan mual,
muntah, tremor, dan kejang. Manitol dapat pula digunakan untuk mengeluarkan
racun dan obat pada kasus keracunan atau over dosis obat.(1,3)
volume darah yang beredar meningkat sehingga memperberat kerja jantung yang
dengan anuria, kongesti atau udem paru yang berat, dehidrasi hebat, dan
39
perdarahan intra kranial, kecuali bila akan dilakukan kraniotomi, serta pada pasien
2.10.5. Sediaan
10% dalam kemasan plabottle 250 ml (25 gr) dan 500 ml (50 gr). Manitol 20%
dalam kemasan plabottle 250 ml (50 gr) dan 500 ml (100 gr).(1,3,5,7,8)
volume antara 50 – 1000 ml. Dosis untuk menimbulkan diuresis ialah 50 – 200 gr
yang diberikan dalam cairan infus selama 24 jam dengan kecepatan infus
200 ml/kg BB yang diberikan melalui infus selama 3 – 5 menit. Bila dengan 1 – 2
kali dosis percobaan diuresis masih kurang dari 30 ml/jam dalam 2 – 3 jam, maka
Untuk pencegahan gagal ginjal akut pada tindakan operasi atau untuk
mengatasi oligouria, dosis total manitol untuk orang dewasa ialah 50 – 100 gr.
intraokuler pada seorang akut glaukoma kongestif, atau sebelum operasi mata,
40
digunakan manitol 1,5 – 2 gr/kg BB sebagai larutan 15 – 20%, yang diberikan
fungsi ginjal yang progresiv, payah jantung, atau kongesti paru. Keracunan akut
dapat menyertai pada pemberian intravena manitol jika aliran ginjal tidak adekuat.
(1,2,3,5)
pelan secara injeksi intravena dan tidak boleh dicampur dengan darah dalam
peralatan transfusi.(2,3)
elektrolit dan cairan ini dengan pemeriksaan elektrolit darah. Reaksi anafilaksis
atau alergi bisa terjadi yang menyebabkan kardiak output dan tekanan arterial
gagal drastis. Destruksi eritrosit yang ireversibel juga dapat terjadi pada
pemberian manitol.
tertarik ke dalam vaskuler dan efek pada ginjal dapat meningkatkan aliran plasma,
dan menghambat reabsorpsi air dan elektrolit di tubulus proksimal, ansa henle,
41
Sehingga manitol dapat digunakan dalam penatalaksanaan pencegahan
gagal ginjal akut pada tindakan operasi dan luka traumatik berat, juga dapat
glaukoma serta dapat digunakan sebagai anti udem. Lebih spesifik lagi manitol
efek yang tidak diharapkan seperti pada pasien-pasien dengan payah jantung dan
kongestif atau udem paru yang merupakan kontra indikasi. Reaksi hipersensitifitas
terhadap tanda-tanda adanya payah jantung, kongesti atau udem paru serta adanya
Untuk dosis dan cara pemberian dapat disesuaikan dengan penyakit atau keadaan
yang diderita.
BAB III
PENUTUP
42
3.1 Prognosis Cedera Kepala
Glasgow Coma Scale yang rendah, pupil tidak reaktif, dan terdapatnya
cedera ekstrakranial mayor pada umur yang tua merupakan prediksi buruknya
prognosis. Skor Glasgow Coma Scale menunjukkan suatu hubungan linier yang
Lebih kurang 80% penderita yang datang ke ruang gawat darurat dengan
trauma kapitis ringan, sebagian besar penderita sembuh dengan baik. 10%
sederhana tetapi sering kali bingung dan somnolen, mungkin ada defisit
koma. Bila gejala neurologis membaik dan atau CT-scan ulangan tidak
yang tinggi.
FAKULTAS KEDOKTERAN
43
Makalah 1
Tinjauan Pustaka
Oleh:
NURHIDAYAT AFIANTO
Pembimbing:
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
DAFTAR ISI
44
Halaman Judul..................................................................................................... i
Daftar Isi.............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
2.1 Definisi............................................................................................... 4
2.2 Etiologi............................................................................................... 6
2.3 Patofisiologi....................................................................................... 7
2.4 Klasifikasi.......................................................................................... 10
2.8 Komplikasi......................................................................................... 24
45
2.10 Manitol............................................................................................. 36
2.10.1. Farmakodinamik.......................................................................... 37
2.10.2. Farmakokinetik............................................................................ 38
2.10.3. Indikasi......................................................................................... 39
2.10.5. Sediaan......................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... iv
DAFTAR PUSTAKA
1. Hasan sjahrir, Ilmu Penyakit Saraf Neurologi Khusus, Dian Rakyat, Jakarta,
2004
Yogyakarta, 2005
46
3. Mahar Mardjono, Priguna Sidharta, Neurologi Klinis Dasar, Dian Rakyat,
Jakarta, 2004
4. Arif Mansjoer dkk Editor, Trauma Susunan Saraf dalam Kapita Selekta
Kedokteran edisi Ketiga jilid 2, Media Aesculapius dan CDC, Jakarta, 2000
Therapeutics With Essentials of Diagnosis, 3th ed, Litle Brown & Co, 2000
3 November 2007
2010
10. Gennarelli TA, Meaney DF. Mechanism of Primary Head Injury. Dalam:
47
48