Вы находитесь на странице: 1из 34

ASUHAN

KEPERAWATAN
PADA LANSIA DENGAN MASALAH

PSIKOSOSIAL

Aga Rahma Putri P07120217002


Anisa P07120217007
Siti Nur Kumala Sari P07120217035
Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 1998
tentang Kesejahteraan Lansia yang
dimaksud dengan lansia adalah seseorang
KONSEP LANSIA
yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
Lebih lanjut Maryam (2008) mendefinisikan
lansia sebagai seseorang yang telah berusia
lanjut dan telah terjadi perubahan perubahan
dalam sistem tubuhnya.

WHO dalam Kunaifi (2009) membagi lansia


menurut usia ke dalam empat kategori, yaitu:
a.         Usia pertengahan (middle age) : 45-59
tahun
b.        Lansia (elderly) : 60-74 tahun
c.         Usia tua (old) : 75-89 tahun
d.        Usia sangat lanjut (very old) : lebih dari 90
tahun.
Perubahan Yang Terjadi
Pada Lanjut Usia
Terkait Sistem Psikososial

Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan


fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi,
pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan
perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif)
meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan,
tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.
Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami
perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia.
Lansia 1. Ketergantungan pada orang lain
Secara
(sangat memerlukan pelayanan orang lain).
Psikososial
Dinyatakan
Krisis
2. Mengisolasi diri atau menarik diri dari kegiatan
Apabila :
kemasyarakatan karena berbagai sebab, diantaranya
setelah menjalani masa pensiun, setelah sakit cukup berat
dan lama, atau setelah kematian pasangan hidup dan lain-
lain.
Masalah Psikososial
yang Sering Muncul Pada Lansia
1. MASALAH PSIKOLOGI
PADA LANSIA

A. DEMENSIA B. DEPRESI
Demensia ialah kemunduran fungsi
mental umum, terutama intelegensi, DEMENSIA
disebabkan oleh kerusakan jaringan
otak yang tidak dapat kembali lagi.
Depresi adalah suatu jenis keadaan
perasaan atau emosi dengan komponen
psikologis seperti rasa sedih, susah,
DEPRESI
merasa tidak berguna, gagal, putus asa
dan penyesalan atau berbentuk
penarikan diri, kegelisahan atau agitasi.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA LANSIA 
DENGAN MASALAH PSIKOLOGI
PENGKAJIAN
1. Identitas pasien dan keluarga (penanggung jawab )
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, golongan darah,
penghasilan, hubungan pasien dengan penanggung jawab.
2. Riwayat
Kaji ulang riwayat klien dan pemeriksaan fisik untuk
adanya tanda dan gejala karakteristik yang berkaitan
dengan gangguan tertentu yang didiagnosis.
3. Status Mental
Kaji adanya demensia dan atau depresi dengan alat-alat
yang sudah distandardisasi, meliputi :
Short Portable Mental Status Questionnaire ( SPMSQ )
Mini-Mental State Exam ( MMSE )
Inventaris Depresi Beck ( IDB )
Skala Depresi Geritrik Yesavage
4. Wawancarai klien, pemberi asuhan atau keluarga.
Lakukan observasi langsung terhadap :
A. Pengkajian Perilaku
Observasi untuk mengkaji data objektif demensia,
apakah lansia :
~ Kurang konsentrasi
~ Kurang kebersihan diri
~ Rentan terhadap kecelakaan: jatuh
~ Tidak mengenal waktu, tempat dan orang
~ Tremor
~ Kurang kordinasi gerak
~ Aktiftas terbatas
~ Sering mengulang kata-kata.
B. Pengkajian Afektif
Apakah kilen menunjukkan ansietas? Labilitas
emosi? Depresi atau apatis? lritabilitas? Curiga?
Tidak berdaya? Frustasi?

C. Pengkajian Respon Kognitif


Bagaimana tingkat orientasi klien? Apakah klien
mengalami kehilangan ingatan tentang hal¬hal yang
baru saja atau yang sudah lama terjadi? Sulit
mengatasi masalah, mengorganisasikan atau
mengabstrakan? Kurang mampu membuat penilaian ?
Terbukti mengalami afasia, agnosia, atau, apraksia?
D. ldentifikasi sistem pendukung yang ada bagi
pemberi asuhan dan anggota keluarga yang lain.
E. Identifikasi pengetahuan dasar tentang perawatan
klien dan sumber daya komunitas (catat hal-hal yang
perlu diajarkan).
F. Identifikasi sistem pendukung spiritual bagi keluarga.
G. Identifikasi kekhawatiran tertentu tentang klien dan
kekhawatiran pemberi asuhan tentang dirinya sendiri.
DIAG NOSA
A. Demensia
1)        Gangguan memori berhubungan dengan proses
penuaan (SDKI,2016)
2)        Risiko cedera berhubungan dengan penurunan
fungsi fisiologis daan kognitif (NANDA,2018)
3)        Gangguan persepsi sensori berhubungan
dengan  usia lanjut (SDKI,2016)
4)        Defisit perawatan diri: hygiene nutrisi, dan
atau toileting berhubungan dengan
ketergantungan fisiologis dan atau psikologis.
(NANDA, 2018)
DIAG NOSA
5)       Koping tidak efektif berhubungan dengan
ketidakadekuatan sistem pendukung
(SDKI,2016)

B. Depresi
1)        Mobilitas fisik, hambatan b.d gangguan
konsep diri, depresi, ansietas berat.
(NANDA,2016)
2)        Gangguan pola tidur b.d ansietas
(NANDA,2016)
3)        Risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri
berhubungan dengan berencana bunuh diri
(SDKI,2016)
INTERVENSI
A. DEPRESI
1)  Mobilitas fisik, hambatan b.d gangguan konsep diri, depresi, ansietas berat.

Intervensi:
a)         Bicara secara langsung dengan klien; hargai individu dan ruang
pribadinya jika tepat
b)        Beri kesempatan terstruktur bagi klien untuk membuat pilihan
perawatan
c)         Susun sasaran aktivitas progresif dengan klien
d)        Bersama keluarga memilih kemampuan yang bisa dilakukan pasien saat
ini
INTERVENSI
A. DEPRESI
2)        Gangguan pola tidur b.d ansietas.

Intervensi
a)        Identifikasi gangguan dan variasi tidur yang dialami dari pola yang biasanya
b)        Anjurkan latihan relaksasi, seperti musik lembut sebelum tidur
c)        Kurangi asupan kafein pada sore dan malam hari
d)       Anjurkan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang tenang untuk
memfasilitasi agar pasien dapat tidur.
INTERVENSI
A. DEPRESI
3)        Risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri b.d berencana bunuh diri

Intervensi
a)        Identifikasi derajat resiko / potensi untuk bunuh diri
b)        Lakukan tindakan pencegahan bunuh diri
c)        Mendiskusikan dengan keluarga koping positif yang pernah dimiliki klien
dalam menyelesaikan masalah
INTERVENSI
B. DEMENSIA
1)        Gangguan memori b.d proses penuaan

Intervensi
a)         Kaji derajat gangguan derajat kognitif, orientasi orang, tempat dan waktu
b)        Pertahankan lingkungan yang menyenangkan dan tenang

2)        Risiko cedera b.d penurunan fungsi fisiologis dan kognitif

Intervensi
a)    Pertahankan tindakan kewaspadaan
b)        Hadir dekat pasien selama prosedur atau pengobatan dilakukan
INTERVENSI
B. DEMENSIA
3)       Gangguan persepsi sensori b.d usia lanjut

Intervensi
a)        Kaji derajat sensori/ gangguan persepsi
b)        Mempertahankan hubungan orientasi realita dan lingkungan
INTERVENSI
B. DEMENSIA
4)        Kurang perawatan diri : hygiene nutrisi, dan atau toileting b.d
ketergantungan fisiologis dan atau psikologis
Intervensi
a)         Identifikasi kesulitan dalam berpakaian/ perawatan diri
b)        Identifikasi kebutuhan akan kebersihan diri dan berikan bantuan sesuai
kebutuhan

5)        Koping defensif b.d ketidakefektifan sistem pendukung


Intervensi
a)        Berikan dukungan emosional
b)        Rujuk keluarga ke kelompok pendukung
2. MASALAH SOSIAL
PADA LANSIA

GANGGUAN KOMUNIKASI
Berkomunikasi pada lansia juga harus
memperhatikan kaidah-kaidah tertentu GANGGUAN
sehingga kita bisa mengetahui cara pendekatan
KOMUNIKASI
yang tepat. Tantangannya tentu saja dari sifat-
sifat lansia itu sendiri. Umumnya, lansia lebih
cenderung suka untuk bercerita mengenai masa
lalunya , mendominasi pembicaraan, dan
mudah lupa.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA LANSIA 
DENGAN MASALAH SOSIAL
PENGKAJIAN
1. Identitas pasien dan keluarga (penanggung jawab )
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, golongan darah,
penghasilan, hubungan pasien dengan penanggung jawab.

2. Riwayat
Kaji ulang riwayat klien dan pemeriksaan fisik untuk
adanya tanda dan gejala karakteristik yang berkaitan
dengan gangguan tertentu yang didiagnosis.
3. Status Mental
Kaji adanya demensia dan atau depresi dengan alat-alat
yang sudah distandardisasi, meliputi :
APGAR Keluarga
PENGKAJIAN
4. Ajukan pertanyaan tentang pasien dan lingkungan
sekitarnya, misalnya, “Apakah anda duduk di atas kursi?”
“Apakah anda mengenakan sepatu?”

Apabila respons ya/tidak dapat diandalkan maka perawat


memiliki suatu alat komunikasi awal untuk digunakan pada
individu tersebut. Apabila tidak, komunikasi akan menjadi
sulit karena individu tersebut mungkin menjawab ya, tetapi
maksud sebenarnya adalah sebaliknya.
Setiap pengkajian keperawatan unuk lansia harus merujuk
pada tingkat pendidikan individu tersebut sebelum ia
menderita sakit, bahasa dominan, budaya tingkat
bicara/menulis/membaca, kemampuan melihat dan
mendengar, rentang perhatian, orientasi kemampuan
mental, dan riwayat pernapasan serta neurologisnya.
PENGKAJIAN
Sangat penting utnuk mengkaji kepribadian, minat, karir, hobi,
filosofi, keterampilan sosial, dan pola serta ritual budaya
premorbid unuk individu penderita Alzeimer.

5. Pengkajian secara fisik pada saraf kranium dan fungsi


pernapasan juga penting unuk semua individu yang mengalami
gangguan komunikasi.

6. Pengkajian bahasa formal terstandarisai, yang dilakukan


oleh ahli patologi bicara dan ahli neuropsikologi sering kali
dibutuhkan untuk menentukan luas gangguan komunikasi.
PENGKAJIAN
Karena individu yang menderita afasia, apraksia, dan
disartria tidak mampu secara efektif melaporkan gejala
emosional dan fisik, perawat perlu terampil dalam
melakukan pengkajian yang akurat dan cepat sehingga
gejala klinis berbahaya
Mereka yang mangalami gangguan komunikasi akibat
peristiwa tragis misalnya dapat mengalami perasaan tidak
nyaman , contohnya akibat fraktur yang tidak terdiagnosis,
atau kerusakan internal lainnya.
Dengan demikian, perawat wajib mengobservasi pasien-
pasien lansia terutama yang memiliki gangguan komunikasi
dengan cermat untuk mendeteksi setiap abnormalitas
sesegera mungkin
DIAG NOSA

1. Kesiapan Meningkatkan Komunikasi


2. Hambatan Komunikasi Verbal b.d
proses menua

(NANDA,2018)
INTERVENSI
1. Kesiapan Meningkatkan Komunikasi

Libatkan anggota keluarga dalam mempertahankan


komunikasi yang efektif dengan lansia
Puji dan dukung setiap usaha dari lansia
INTERVENSI

2. Hambatan  komunikasi verbal b.d proses menua


Praktikan penulisan nama, menulis simbol serial dan kata-kata
yang biasa digunakan. Gunakan kartu baca atau papan kata
sebagai alat komunikasi.
Berdiri di depan pasien ketika berbicara dan mendengar
dengan penuh perhatian.
Lakukan percakapan satu arah sesuai kebutuhan.
Beri penguatan positif dan pujian
INTERVENSI

Gunakan gambar/kata-kata jika dibutuhkan.

Upayakan menahan diri untuk tidak berteriak kepada


pasien yang mengalami gangguan komunikasi.
Atur terapi bicara setelah pulang jika dibutuhkan
Format Pengkajian Format Pengkajian

Status Kognitif dan Afektif Status Sosial

Pada Lansia Pada Lansia

1.        Mini-Mental State Examination 1. APGAR KELUARGA


(MMSE)

2.       Short Portable Mental Status


Questionnaire (SPMSQ)

3. Inventaris Depresi Beck ( IDB )


4. Skala Depresi Geritrik Yesavage
TERIMAKASIH

Вам также может понравиться