Вы находитесь на странице: 1из 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hampir semua orang pernah mengalami demam, ada yang cuma demam
ringan dan ada yang sampai demamnya tinggi sekali. Demam merupakan
keadaaan yang sering di temui sehari-hari dalam kehidupan terutama pada
anak yang tubuhnya masih rentan terhadap penyakit. Demam di tandai
dengan meningkatnya suhu di atas ambang normal. Peningkatan suhu tubuh
dapat di golongkan menjadi dua, yaitu peningkatan suhu yang tergolong
normal (bersifat fisologis) dan peningkatan suhu yang abnormal (patologis).
Peningkatan suhu tubuh dalam keadaan normal, misalnya peningkatan suhu
setelah anak beraktivitas, setelah mandi air panas, anak menangis, setelah
makan, anak yang kurang minum atau cemas. Peningkatan suhu yang
abnormal misalnya akibat penyakit. Beragam penyakit memang biasanya di
mulai dengan manifestasi berupa demam. Untuk mengatasi ketidaknyamanan
yang di akibatkannya, di lakukan berbagai cara mulai dari sederhana sampai
harus kepelayanan kesehatan. Demam merupakan kasus tersering yang
menyebabkan orangtua membawa anak ke pelayanan kesehatan dan
terkadang membuat orang tua panik (Lusia,2015).
Ada hal-hal yang harus mendapat perhatian khusus sehubungan dengan
demam pada anak di masa tumbuh kembang nya, yaitu anak dengan kejang
demam. Anak yang kejang demam merupakan masalah penting yang harus di
ketahui untuk melakukan tindakan yang tepat jika terjadi, agar tidak
membawa dampak yang serius (Lusia, 2015). Pada umum nya demam
merupakan salah satu gejala yang menyertai penyakit infeksi, tetapi ada
beberapa kondisi yang tidak menjadi representasi infeksi seperti kasus
dehidrasi. Kondisi demam sebenarnya tidak berbahaya, tetapi jika demam
tinggi dapat membahayakan anak. Demam tinggi bisa menyebabkan kejang
pada anak. (Ngastiyah, 2005).

1
Kejang demam (febris convulsion/stuip/step) yaitu kejang yang timbul
pada waktu demam yang tidak di sebabkan oleh proses di dalam kepala (otak:
seperti meningitis atau radang selaput otak, ensifilitis atau radang otak) tetapi
diluar kepala misalnya karena ada nya infeksi di saluran pernapasan, telinga
atau infeksi di saluran pencernaan. Biasanya dialami anak usia 6 bulan
sampai 5 tahun. Bila anak sering kejang, utamanya dibawah 6 bulan,
kemungkinan besar mengalami epilepsy (Airlangga Universty Press (AUP),
2015). Kejang demam adalah serangan kejang yang terjadi karena kenaikan
suhu tubuh (suhu rektal di atas 38) (Sujono Riyadi, 2013).
Penyebab kejang demam hingga kini belum di ketahui dengan pasti.
Kejang demam tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi, kadang kadang
demam tidak terlalu tinggi dapat menyebabkan kejang (Taslim, 2013).
Menurut Riyadi, 2013 kondisi yang menyebabkan kejang demam antara lain :
infeksi yang mengenai jaringan ektrakranial seperti tonsilitis, ototis media
akut, bronkitis. Adapun menurut IDAI, 2013 penyebab terjadinya kejang
demam, antara lain : obat-obatan, ketidakseimbangan kimiawi seperti
hiperkalemia, hipoglikemia dan asidosis, demam, patologis otak, eklampsia
(ibu yang mengalami hipertensi prenatal, toksimea gravidarum) (IDAI, 2013).
Selain penyebab kejang demam diantara infeksi saluran pernapasan atas
adapun penyakit yang menyertainya kejang demam menurut data profil
kesehatan indonesia tahun 2012 yaitu didapatkan 10 penyakit-penyakit yang
sering rawat inap di rumah sakit diantaranya diare dan penyakit
gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu, demam berdarah dengue,
demam tifoid dan paratifoid, penyulit kehamilan, dispepsia, hipertensi
esensial, cidera intrakranial, infeksi saluran pernafasan atas (ISPA),
pneumonia (Profil Kesehatan Indonesia, 2012), biasanya penyakit yang
menyertai kejang demam memiliki manifestasi klinis demam. Demam dengan
peningkatan suhu 1akan dapat mengakibatkan bangkitan kejang (Johston MV
dalam Wisnu, 2014).
WHO memperkiraan pada tahun 2005 terdapat 21,65 juta penderita
kejang demam dan lebih dari 216 ribu diantaranya meninggal. Selain itu di

2
Kuwait dari 400 anak berusia 1 bulan – 13 tahun dengan riwayat kejang, yang
mengalami kejang demam sekitar 77% (WHO, 2005 dalam Ervina Tri Untari,
2013). Menurut Hernal, 2010 dalam Ervina Tri Untari, 2013. Insiden terjadi
nya kejang demam di perkirakan mencapai 4-5% dari jumlah penduduk di
Amerika Serikat, Amerika Selatan, dan Eropa Barat. Namun di Asia angka
kejadian kejang lebih tinggi, seperti di jepang di laporkan antara 6-9%
kejadian kejang demam, di india yaitu 5-10%, dan di Guam adalah 14%
(Ervina, 2013)
Angka kejadian kejang demam di Indonesia dalam jumlah persentase
yang cukup seimbang dengan negara lain. Disini kejang demam dilaporkan di
Indonesia mencapai 2% sampai 4% dari tahun 2005 sampai 2006. Untuk
provinsi Jawa Tengah tahun 2012-2013 mencapai 2% sampai 3 %.
Berdasarkan data yang dimiliki oleh Fakultas Kedokteran Muhammadiyah
Surakarta, angka kejadian di wilayah Jawa Tengah sekitar 2 % sampai 5%
pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun setiap tahunnya (Iksan, 2011).
Berdasarkan fenomena yang banyak terjadi di Indonesia sering terjadi saat
demam tidak di tangani dengan baik oleh orang tua, seperti tidak segera
memberikan kompres pada anak ketika terjadi kejang demam, tidak
memberikan obat penurunan demam, dan sebagai orang tua justru membawa
anaknya kedukun sehingga sering terjadi keterlambatan bagi petugas dalam
menangani yang berlanjut pada kejang demam. Adapun prilaku-prilaku ibu
pada saat kejang berupa : memasukkan sendok ke mulut anak, memberikan
kopi saat anak kejang, memasukkan gula ke dalam mulut anak, menyembur
tubuh anak yang kejang, mengoleskan terasi dan bawang ke tubuh anak,
meletakkan jimat di dekat tubuh anak. Prilaku prilaku demikian berdasarkan
data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tercatat terjadi 35% dari kasus
kejang demam yang di tangani dan hal itu dapat lebih besar pada kasus kasus
yag tidak tercatat (IDAI, 2013). Menurut Taslim, 2013 kejang demam yang di
perkirakan setiap tahun nya terjadi diantara nya mengalami komplikasi
epilepsi. Di indonesia sendiri komplikasi yang terjadi kejadian kejang demam

3
berupa kejang berulang, epilepsi, hemiparese dan gangguan mental (IDAI,
2013).
Menurut taslim, 2013 faktor faktor yang mempengaruhi perilaku ibu
dalam penanganan demam diantaranya adalah pengetahuan, kemampuan ibu
dalam penanganan kejang demam harus di dasari pengetahuan yang benar
tentang kejang demam. Pengetahuan tersebut memerlukan pembelajaran
melalui pendidikan baik formal maupun nonformal, melalui pengalaman
dalam berinteraksi dengan anak yang kejang maupun pengalaman yang di
dapat dari orang lain. Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya
memeperbaiki dengan cara mengulang kembali pengalaman yang di peroleh
dalam memecahkan masalah yang sama seperti misalnya penanganan anak
kejang demam. Hal yang tidak kalah penting dalam menghadapi kejang dan
menangani anak yang kejang demam adalah kematangan atau sifat
kedewasaan ibu, sehingga ibu dapat berprilaku positif (Notoatmojo, 2010).

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Kejang Demam?
2. Apa saja Penyebab kejang?
3. Apa yang terjadi bila anak kejang?
4. Apa yang harus dilakukan bila anak kejang?
5. Bagaimana cara mencegah kejang?
6. Apakah kejang dapat membuat anak menjadi bodoh dan menderita epilepsi
dikemudian hari?
7. Apakah balita yang kejang dewasanya akan kejang juga?
8. Berapa Batas usia normal kejang pada anak-anak?
9. Obat apa yang dapat diberikan bila anak kejang?
10. Apa saja Efek samping setelah minum obat kejang?

C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa mampu mengetahui Kejang Demam
2. Mahasiswa mampu mengetahui Penyebab kejang
3. Mahasiswa mampu mengetahui yang terjadi bila anak kejang

4
4. Mahasiswa mampu mengetahui tindakan yang harus dilakukan bila anak
kejang
5. Mahasiswa mampu mengetahui cara pencegahan kejang
6. Mahasiswa mampu mengetahui Apakah kejang dapat membuat anak
menjadi bodoh dan menderita epilepsi dikemudian hari
7. Mahasiswa mampu mengetahui Apakah balita yang kejang dewasanya
akan kejang juga
8. Mahasiswa mampu mengetahui Batas usia normal kejang pada anak-anak
9. Mahasiswa mampu mengetahui Obat yang dapat diberikan bila anak
kejang
10. Mahasiswa mampu mengetahui Efek samping setelah minum obat kejang

BAB II
PEMBAHASAN

5
1. Apa itu Kejang Demam?
Kejang demam Febrile Convulsion adalah kejang pada bayi atau anak-
anak yang terjadi akibat demam, tanpa adanya infeksi pada susunan saraf
pusat maupun kelainan saraf lainnya. Seorang anak yang mengalami kejang
demam, tidak berarti dia menderita epilepsi karena epilepsi ditandai dengan
kejang berulang yang tidak dipicu oleh adanya demam. (Aden R. 2010)
Kejang merupakan suatu perubahan fungsi pada otak secara mendadak
dan sangat singkat atau sementara yang dapat disebabkan oleh aktivitas otak
yang abnormal serta adanya pelepasan listrik serebral yang sangat berlebihan.
Terjadinya kejang dapat disebabkan oleh malformasi otak kongenital, faktor
genetis atau adanya penyakit seperti meningitis, ensefalitis serta demam yang
tinggi atau dapat dikenal dengan istilah kejang demam. Gangguan
metabolisme, trauma, dan lain sebagainya. Apabila kejang bersifat kronis
dapat dikatakan sebagai epilepsi yang terjadi secara berulang-ulang dengan
sendirinya.
Kejang-kejang merupakan gangguan neurologis yang lazim pada
kelompok umur pediaatri dan terjadi dengan frekuensi 4-6 kasus/1.000 anak.
Kejang ini merupakan penyebab yang paling lazim untuk rujukan pada
praktek neurologi anak. Adanya gangguan sistem saraf sentral (SSS) yang
mendasari yang memerlukan pengamatan menyeluruh dan rencana
manajemen. Pada kebanyakan anak, etiologi untuk kejang tidak dapat
ditentukan, dan dibuat diagnosis epilepsi idiopatik. Walaupun hasil akhir
kebanyakan kejang tidak terkomplikasi pada anak adalah baik, sejumlah kecil
mengalami kejang-kejang menetap yang refrakter terhadap obat, dan ini
merupakan tantangan diagnostik dan menejemen. Istilah kejang dan
konvulasi dapat secara tidak benar digunakan secara bergantian dengan
epilepsi. Kejang (konvulasi) didefinisikan sebagai gangguan fungsi otak tanpa
sengaja proksismal yang dapat nampak sebagai gangguan atau kehilangan
kesadaran,aktivitas motorik abnormal, kelainan perilaku, gangguan sensoris,
atau disfungsi autonom. Beberapa kejang ditandai oleh gerakan abnormal

6
tanpa kehilangan atau gangguan kesadaran. Epilepsi didefinisikan sebagai
kejang berulang yang tidak terkait dengan demam atau engan serangan otak
akut.

2. Apa penyebab kejang?


Penyebab yang pasti dari terjadinya kejang demam tidak diketahui.
Kejang demam biasanya berhubungan dengan yang tiba-tiba demam tinggi
dan kebanyakan terjadi pada hari pertama anak mengalami demam. Kejang
berlangsung selama beberapa detik sampai beberapa menit.
Kejang demam cenderung ditemukan dalam satu keluarga, sehingga
diduga malibatkan faktor keturunan (faktor genetik). Kadang kejang yang
berhubungan dengan demam disebabkan oleh penyakit lain, seperti
keracunan, meningitis atau ensefalitis.
Roseola atau infeksi oleh virus herpes manusia 6 juga bisa sering
menyebabkan kejang demam pada anak-anak. Disentri karena Shigella juga
sering menyebabkan demam tinggi dan kejang demam pada anak-anak.
Neuron dalam Susunan Saraf Pusat (SSP) mengalami depolarisasi
sebagai akibat dari masuknya kalium dan repolarisasi sebagai akibat
keluarnya kalium. Kejang timbul bila terjadi depolarisasi berlebihan akibat
arus listrik yang terus menerus dan berlebihan.
Volpe mengemukakan empat kemungkinan alasan terjadinya depolarisasi
yang berlebihan yaitu:
a. Gagalnya pompa natrium kalium karena gangguan produksi energi
b. Selisih relatif antara neurotransmitter eksitasi dan inhibisi
c. Defisiensi relatif neurotransmitter inhibisi dibanding eksitasi
d. Perubahan membran neuron menyebabkan hambatan gerakan natrium
e. Tetapi, dasar mekanisme kejang pada neonatus masih belum dapat
diketahui dengan jelas.

Penyebab kejang yang dapat diketahui :


1. Gangguan vaskuler
 Perdarahan berupa petekia akibat anoksia dan asfiksia yang dapat
terjadi intraserebral atau intraventrikuler

7
 Perdarahan akibat trauma langsung, yaitu berupa perdarahan di
subraknoid atau subdural
 Trombosis
 Penyakit perdarahan seperti defisiensi vitamin K
 Sindrom hiperviskositas
2. Gangguan metabolisme
 Hipokalsemia, Hipomagnesemia, Hipoglekemia
 Gangguan keseimbangan elektrolit: hiponatremia, hipernatremia
 Hiperbilirubinemia
 Kekurangan dan ketergantungan akan pridoksin
 Aminosiduria
3. Infeksi
 Miningitis, sepsis, ensefalitis
 Toksoplasmosis kongenital, dan masih ada beberapa penyebab lainnya.

3. Apa yang terjadi bila anak kejang?


Gejalanya berupa :
1. Demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang terjadi
secara tiba-tiba)
2. Kejang tonik-klonik atau grand mal
3. Pingsan yang berlangsung selama 30 detik sampai 5 menit (hampir selalu
terjadi pada anak-anak yang mengalami kejang demam)
4. Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya
berlangsung selama 10-20 detik)
5. Gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama,
biasanya berlangsung selama 1-2 menit)
6. Lidah atau pipinya tergigit
7. Gigi atau rahangnya terkatup rapat
8. Inkontinensia (mengeluarkan air kemih atau tinja diluar kesadarannya)
9. Gangguan pernafasan
10. Apneu (henti nafas)
11. Kulitnya kebiruan
Setelah mengalami kejang biasanya :
1. Akan kembali sadar dalam waktu beberapa menit atau tertidur selama 1
jam atau lebih

8
2. Terjadi amnesia (tidak ingat apa yang telah terjadi) sampai sakit kepala
3. Mengantuk
4. Linglung (sementara dan sifatnya ringan
Jika kejang tunggal berlangsung kurang dari 5 menit, maka kemungkinan
terjadinya cedera otak atau kejang menahun adalah kecil. (Aden R. 2010).

4. Apa yang harus dilakukan bila anak kejang?


1. Atasi kejang
2. Sebelum menghentikan kejang maka lakukan :
a. Semua pakaian ketat dibuka
b. Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung.
3. Usahakan agar jalan napas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen
4. Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen
5. Segera berikan diazepam intravena: dosis rata-rata 0,3 mg/kg BB atau
diazepam rectal dosis berat badan kurang dari 10 kg, 5 mg, lebih dari 10
kg dosis 10 mg, jika kejang tidak berhenti tunggu 15 menit, dapat diulang
dengan dosis yang sama, setelah kejang berhenti, maka diberikan dosis
awal fenobarbital yakni : pada neonatus dosis 30 mg secara intramuscular,
pada bayi umur 1 bulan sampai 1 tahun dosis 50 mg (Lia Yulianti. 2012).
Penatalaksanaan pada anak saat mengalami kejang salah satunya
memposisikan miring dan menengadahkan kepala agar jalan nafas tetap
terjaga (Maedow, 2005).
5. Bagaimana cara mencegah kejang?
Kejang bisa terjadi jika suhu tubuh naik atau turun dengan cepat. Pada
sebagian besar kasus, kejang terjadi tanpa terduga atau tidak dapat dicegah.
Dulu digunakan obat anti kejang sebagai tindakan pencegahan pada anak-
anak yang sering mengalami kejang demam. Tetapi hal ini sudah jarang
dilakukan. Kepada anak-anak yang cenderung mengalami kejang demam,
pada saat mereka menderita demam, bisa diberikan diazepam (baik yang
melalui mulut maupun melalui rektal).

9
Cara mencegah kejang demam yang pertama tentu dengan menurunkan
suhu tubuh pada anak, hal ini dapat dilakukan dengan memberi obat penurun
panas, misalnya paracetamol atau ibuprofen. Hindari obat dengan bahan aktif
asam asetilsalisilat, karena obat tersebut dapat menyebabkan efek samping
serius pada anak. Pemberian kompres air hangat (bukan Dingin) pada dahi,
ketiak, dan lipatan siku juga dapat membantu (jurnal kegawatdaruratan
kejang demam pada anak).

6. Apakah kejang dapat membuat anak menjadi bodoh dan menderita


epilepsi dikemudian hari?
Belum bisa dibuktikan bahwa kejang demam bisa menyebabkan
kerusakan otak. Penelitian menunjukkan, anak-anak yang pernah mengalami
kejang demam memiliki prestasi dan kecerdasan yang normal disekolahnya.
95-98% dari anak-anak yang pernah mengalami kejang demam, tidak
berlanjut menjadi epilepsi. Tetapi beberapa anak memiliki resiko tinggi
menderita epilepsi, jika :
1. Kejang demam berlangsung lama
2. Kejang hanya mengenai bagian tubuh tertentu
3. Kejang demam yang berulang dalam waktu 24 jam
4. Anak menderita serebral palsy (gangguan pertumbuhan atau kelainan saraf
lainnya. (Aden R. 2010)

7. Apakah balita yang kejang dewasanya akan kejang juga?


Hingga kini belum diketahui secara pasti, tetapi dikaitkan faktor resiko
yang penting adalah demam. Demam sering disebabkan infeksi saluran
pernafasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran
kemih. Faktor resiko lainnya adalah riwayat keluarga kejang demam, problem
pada masa neonatus, kadar natrium rendah. Setelah kejang demam pertama,
kira-kira 33% anak akan mengalami satu kali rekurensi atau lebih, dan kira-
kira 9% akan mengalami 3X recurrent atau lebih. (Manjoer, 2000)

8. Berapa batas usia normal kejang pada anak-anak

10
Hampir sebanyak 1 dari setiap 25 anak pernah mengalami kejang demam
dan lebih dari sepertiga dari anak-anak tersebut mengalaminya lebih dari 1
kali. Kejang demam biasanya terjadi pada anak-anak usia antara 6 bulan
sampai 5 tahun dan jarang terjadi sebelum usia 6 bulan maupun sesudah 3
tahun. (Aden R. 2010)
Kejang demam adalah tergantung umur dan jarang terjadi sebelum umur
9 bulan dan sesudah umur 5 tahun. Puncak umur mulainya adalah sekitar 14-
18 bulan, dan insiden mendekati 3-4% anak kecil. Ada riwayat kejang demam
keluarga yang kuat pada saudara kandung dan orangtua, menunjukkan
kecenderungan genetik. (Nelson 2000)
Menurut hasil penelitian jurnal (insiden dan karakteristik klinis epilepsy
pada anak, I Gusti Ngurah Made Suwarba, 2007) : insiden kejang terbanyak
pada kelompok umur 1-5 tahun, sedangkan onset terbanyak pada kelompok
umur <1 tahun, sedangkan menurut penelitian British Colombia tahun 2002-
2003 kasus terbanyak didaptkan pada anak usia 0-4 tahun. (insiden dan
karakteristik klinis epilepsy pada anak, I Gusti Ngurah Made Suwarba, 2007)

9. Obat apa yang dapat diberikan bila anak kejang?


Untuk mengatasi demam bisa diberikan asetaminofen atau ibuprofen.
Aspirin sebaiknya tidak digunakan untuk mengobati demam pada anak-anak
karena resiko terjadinya Sindroma Reye. Penyebab demam harus diobati.
Menurut Melda Deliana. 2002. Tata Laksana Kejang Demam pada Anak
yaitu :
 Diazepam merupakan obat pilihan utama untuk kejang demam fase akut,
karena diazepam mempunyai masa kerja yang singkat. Diazepam dapat
diberikan secara intravena atau rektal, jika diberikan intramuskular
absorbsinya lambat. Dosis diazepam pada anak adalah 0,3 mg/kg BB. Jika
jalur intravena belum terpasang, diazepam dapat diberikan per rektal
dengan dosis 5 mg bila berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg pada
berat badan lebih dari 10 kg. Bila
 Luminal suntikan intramuskular dengan dosis awal 30 mg untuk neonatus,
50 mg untuk usia 1 bulan – 1 tahun, dan 75 mg untuk usia lebih dari 1
tahun.

11
10. Efek samping setelah minum obat kejang?
Menurut Melda Deliana. 2002. Efek samping setelah minum obat kejang
adalah :
 Efek samping diazepam adalah ataksia yaitu kondisi berkurangnya kendali
otot dan koordinasi gerakan tubuh,mengantuk dan hipotoni adalah
Merendahnya tegangan (tonus) otot pada waktu istirahat, yang terjadi bila
jalan yang menyampaikan rangsang dan kumparan otot ke alfa
motoneuron rusak atau putus; dapat terjadi juga bila otot sendiri rusak
 Efek samping luminal : Merasa lelah,mengantuk,pusing,sakit
kepala,sensitif atau mudah marah, disartria, yaitu melemahnya otot-otot
bicara, ataksia, yaitu kondisi berkurangnya kendali otot dan koordinasi
gerakan tubuh, seperti berjalan atau mengambil benda, kesemutan, dan
vertigo

12
Menurut Nelson (2000) :
Dosis Kadar Therapeutis
No Obat Tipe Kejang Dosis Oral Efek samping dan Toksisitas
Pembebanan Serum (g/ml)
1 Karbamazepin Tonik-klonik Mulai 10 mg/kg/24 jam - 8-12 Pusing, mengantuk, diplopia,
Ditambah sampai 20
menyeluruh disfungsi hati, anemia,
mg/kg/24 jam
parsial leukopenia
2 Klonazepam Linglung Mulai 0,05 mg/kg/24 jam - >0,013 Mengantuk, iritabilitas,
mioklonik ditambah dengan 0,05 kelainan perilaku, depresi,
spasme infantil mg/kg/minggu maksimum salivasi berlebihan
parsial 0,2 mg/kg/24 jam
3 Etosuksinid Linglung Mulai 20 mg/kg/24 jam - 40-100 Ketidakenakan perut, ruam
ditambah sampai kulit, disfungsi hati, leukopenia
maksimum 40 mg/kg/24
jam atau 1,5 g/24 jam,
yang mana saja adalah
kurang
4 Gabapentin Parsial kompleks Mulai 100 mg/24 jam - Tidak perlu Mengantuk, pusing, ataksia,
menyeluruh ditambah dengan 300 dimonitor nyeri kepala, tremor, muntah,
sekunder mg/24 jam setiap 3-5 hari; nistagmus, kelelahan
maksimum 900-1.200

13
mg/24 jam dalam dosis
terbagi 3 yang sama
5 Nitrazepam Linglung Mulai 0,2 mg/kg/24 jam - - Serupa dengan klonazepam
mioklonik ditambah bertahab sampai
spasme infantil 1 mg/kg/24 jam
6 Paraldehid Status epileptikus Buat 5% larutan dengan 150-200 mg/kg 10-40
menyeluruh menambah 1,75 ml Rumatan, 20
paraldehid pada D,W mg/kg/jam
dengan volume total 35 ml
7 Fenobarbital Tonik-klonik 3-5 mg/kg/24 jam 10-20 mg/kg 15-40 Hiperaktivitas, iritabilitas,
20-30 mg/kg pada
menyeluruh jangka perhatian pendek,
neonatus
parsial berwatak pemarah, pola tidur
berubah, sindrom stevens-
Johnson, depresi fungsi
kognitif
8 Fenitoin Tonik-klonik 5 mg/kg/24 jam 10-20 mg/kg 10-20 Hirsutisme, hipertrofi, gusi,
menyeluruh ataksia, ruam kulit, Sindrom
parsial Stevens-johnson
9 Pirimidon Tonik-klonik Mulai 50 mg/24 jam dalam - 5-12 Perilaku agresif, perubahan
menyeluruh 2 dosis terbagi secara kepribadian, serupa dengan
parsial bertahap ditambah sampai fenobarbital

14
150-500 mg/24 jam
diberikan dalam 3 dosis
terbagi
10 Natrium Tonik-klonik Mulai 10 mg/kg/24 jam - 50-100 Penambahan berat, alopesia,
valproat menyeluruh ditambah dengan 5-10 hepatotoksisitas, tremor
Linglung mg/kg/minggu dosis biasa,
Mioklonik Parsial 30-40 mg/kg/24 jam

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kejang demam Febrile Convulsion adalah kejang pada bayi atau anak-
anak yang terjadi akibat demam, tanpa adanya infeksi pada susunan saraf
pusat maupun kelainan saraf lainnya. Seorang anak yang mengalami kejang
demam, tidak berarti dia menderita epilepsi karena epilepsi ditandai dengan
kejang berulang yang tidak dipicu oleh adanya demam. (Aden R. 2010)
Penyebab kejang demam hingga kini belum di ketahui dengan pasti. Kejang
demam tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi, kadang kadang demam tidak
terlalu tinggi dapat menyebabkan kejang (Taslim, 2013). Menurut Riyadi, 2013
kondisi yang menyebabkan kejang demam antara lain : infeksi yang mengenai
jaringan ektrakranial seperti tonsilitis, ototis media akut, bronkitis. Adapun menurut
IDAI, 2013 penyebab terjadinya kejang demam, antara lain : obat-obatan,
ketidakseimbangan kimiawi seperti hiperkalemia, hipoglikemia dan asidosis,
demam, patologis otak, eklampsia (ibu yang mengalami hipertensi prenatal,
toksimea gravidarum) (IDAI, 2013)

B. Saran
Semoga dalam makalah ini sasaran yang dibahas dapat menuju apa yang
telah diharapkan dan memperoleh apa yang telah di tetapkan dalam makalah
ini, oleh sebab itu kami meminta kritikan dari pembaca guna kesempurnaan
makalah ini selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

16
Aden R. 2010. Seputar Penyakit dan Gangguan Lain Pada Anak. Yogyakarta:
Siklus

IDAI (2013). Kejang Demam Anak, (Online).


<Http:www.idai.or.id/main.php.pdf> (diakses pada tanggal 24 mei 2019).

Kementrian Kesehatan. (2012). Pusat Data dan Informasi. Profil Kesehatan


Indonesia Tahun 2011, Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Lusia.(2015). Mengenal Demam dan Perawatannya pada Anak. Surabaya:


Airlangga University Press (AUP).

Lia Yulianti. 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balit. Jakarta: Trans Info
Media

Mansjoer, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid2, Media Aesculapius,


Jakarta

Meadow & Newel. 2005. Lecture Notes. Pediatrika. Edisi VII. Jakarta: Erlangga.

Nelson 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Vol,3. Jakarta: EGC

Ngastiyah.(2005). Perawatan anak sakit.Edisi 2. Jakarta: EGC

Taslim.(2013). Buku Ajar Neorologis Anak. Jakarta: FKUI

17

Вам также может понравиться