Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
SKENARIO
Seorang pasien Tn. A umur 55 tahun, jatuh terduduk di kamar mandi, mengeluh nyeri dan
tidak dapat berjalan. Keluarga membawanya ke RS dan dilakukan x-ray. Hasilnya
menunjukkan femoral neck fracture. Dipertimbangkan kemungkinan tidak dapat dilakukan
internal fixation. Saat ini untuk sementara dilakukan skin tracktion. Pada hari ke 20 terjadi
foot droop, atropi dan kontraktur pada ankle kaki cedera. Saat ini klien tidak kooperative
untuk latihan ambulasi, nyeri skala 7 pada saat bergerak miring, mengeluh perut begah,
susah BAB terjadi pressure score pada bagian atas sacrum. TD 110/70 mmHg, N 90
x/menit, S 37,8 0C, RR 20 X/menit
TAHAP I
1. Nyeri
2. Femoral neck fracture
3. Internal fixation
4. Skin tracktion
5. Foot droop
6. Atropi
7. Kontraktur pada ankle
8. Tidak kooperative
9. Pressure score (sore)
10. Sacrum
Definisi :
1. Nyeri adalah keluhan rasa sakit
2. Femoral neck fracture adalah lokasi patah tulang di pangkal paha.
3. Internal fixation adalah prosedur tindakan operasi (pembedahan) orthopedi untuk
memfixsasi (menstabilkan) tulang yang patah / memperbaiki tulang dengan implant
dari dalam seperti plate, screw, k-nail, rush nail, dll.
4. Skin tracktion adalah prosedur tindakan non pembedahan dengan traksi atau
penarikan untuk mereposisi, menstabilkan dan imobilisasi (mempertahankan posisi)
tulang yang patah melalui kulit.
5. Foot droop adalah ketidakmampuan mengangkat bagian depan kaki, sebagai tanda
adanya masalah otot atau syaraf tepi (syaraf peroneus).
6. Atropi adalah proses fisiologis umum reabsorpsi dan kerusakan jaringan, yang
melibatkan apoptosis (kematian sel). Ketika atrofi terjadi sebagai akibat dari penyakit
atau kehilangan dukungan trofik akibat penyakit lain, disebut sebagai atrofi patologis,
meskipun dapat menjadi bagian dari perkembangan normal tubuh dan homeostasis
juga.
7. Kontraktur pada ankle adalah kekakuan sendi pergelangan kaki
8. Tidak kooperative adalah tidak dapat diajak kerjasama
9. Pressure score (sore) adalah luka tekan / dekubitus
10. Sacrum adalah bagian dari struktur tulang belakang manusia
TAHAP II
Mengidentifikasi masalah
1. Nyeri
a. Mengapa pasien fraktur mengalami nyeri pada daerah fraktur ?
b. Bagaimaka asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien dengan keluhan
nyeri?
2. Skin Traction
a. Apa indikasi skin traksi ?
b. Berapa berat beban maksimal skin traction ?
c. Kapan skin traction dapat diganti ?
d. Imobilisasi apa yang memungkinkan pasien dipasang skin traction ?
e. Apa perbedaat skin traction dan skeletal traction ?
3. Foot Droop
a. Mengapa bisa terjadi foot groop pada pasien ?
b. Apa hubungan foot groop dengan skin traction ?
c. Bagaimana cara mengatasi foot droop ?
4. Atrofi
a. mengapa bisa terjadi atrofi pada pasien yang terpasang skin traction ?
b. Apakah semua pasien fraktur dapat mengalami atrofi ?
c. Apa tindak lanjut untuk pasien yang mengalami atrofi ?
5. Kontraktur
Apa penyebab kontraktur pada pasien ?
6. Pressure Sore
Apa penyebab terjadinya presseru sore ?
TAHAP III
TAHAP V
Merumuskan sasaran pembelajaran
1. Kelompok mampu mengkaji nyeri
2. Mampu memahami penyakit pasien pada kasus berdasarkan gejala yang ada.
3. Kelompok mampu memahami komplikasi yang terjadi pada kasus tersebut seperti
atrofi, foot drop, kontraktur dan pressure sore.
4. Kelompok mampu mengidentifikasi asuhan keperawatan yang dibutuhkan pasien pada
kasus tersebut.
TAHAP VI
Mengumpulkan informasi diluar waktu diskusi (belajar mandiri)
TAHAP VII
Femoral Neck Fracture
Fraktur leher femur merupakan jenis fraktur yang sering ditemukan pada orang tua
terutama wanita umur 60 tahun keatas disertai tulang yang osteoporosis.
A. Klasifikasi
1. Lokasi
Menurut lokasi fraktur dapat berupa fraktur subkapital, transervikal dan
basal, yang kesemuanya terletak di dalam simpai sendi panggul atau
intrakapsular; fraktur intertrokanter dan subtrokanter terletak ekstrakapsuler.
2. Radiologis
a. Berdasarkan keadaan fraktur
1) Tidak ada pergeseran fraktur
2) Fragmen distal, rotasi eksterna, abduksi dan dapat bergeser ke proksimal
3) Fraktur impaksi
b. Klasifikasi menurut Garden
1) Tingkat I : fraktur impaksi yang tidak total
2) Tingkat II : fraktur total tetapi tidak bergeser
3) Tingkat III : fraktur total disertai sedikit pergeseran
4) Tingkat IV : fraktur disertai dengan pergeseran ynag hebat
c. Klasifikasi menurut Pauwel
1) Tipe I : fraktur dengan garis fraktur 30˚
2) Tipe II : fraktur dengan garis fraktur 50˚
3) Tipe III : fraktur dengan garis fraktur 70˚
B. Gambaran Klinik
Biasanya terdapat riwayat jatuh, yang diikuti nyeri pinggul. Tungkai pasien
terletak pada rotasi lateral, dan terlihat pemendekan bila dibandingkan tungkai kiri
dengan tungkai kanan. Jarak antara trochanter mayor dan spina iliaka anterior superior
lebih pendek, karena trokanter terletak lebih tinggi akibat pergeseran tungkai ke
kranial. Namun, tidak semua fraktur nampak demikian jelas. Pada fraktur yang
terimpaksi pasien mungkin masih dapat berjalan; dan pasien yang sangat lemah atau
cacat mental mungkin tidak mengeluh sekalipun mengalami fraktur bilateral.
C. Pemeriksaan Radiologis
Pada foto rontgen dapat diketahui apakah ada fraktur dan pergeseran. Biasanya
patahan itu jelas tapi fraktur yang terimpaksi dapat terlewatkan bila tidak hati-hati.
Pergeseran dinilai melalui bentuk bayangan tulang yang abnornal dan tingkat
ketidakcocokan garis trabekular pada kaput femoris dan ujung leher femur. Penilaian
ini penting karena fraktur yang terimpaksi atau tak bergeser (stadium I dan II Garden)
dapat membaik setelah fiksasi interna, sementara fraktur yang bergeser sering
mengalami non-union dan nekrosis avaskular.
D. Penatalaksanaan