Вы находитесь на странице: 1из 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Thermodinamika memainkan peran penting dalam analisis sistem dan piranti yang ada
didalamnya terjadi perpindahan formasi energi. Implikasi thermodinamika bercakupan jauh,
dan penerapannya membentang ke seluruh kegiatan manusia. Bersamaan dengan sejarah
teknologi kita, perkembangan sains telah memperkaya kemampuan kita untuk memanfaatkan
energi dan menggunakan energi tersebut untuk kebutuhan masyarakat. Kebanyakan kegiatan
kita melibatkan perpindahan energi dan perubahan energi.
Thermodinamika merupakan ilmu tentang energi, yang secara spesific membahas
tentang hubungan antara energi panas dengan kerja. Seperti telah diketahui bahwa energi
didalam alam dapat terwujud dalam berbagai bentuk, selain energi panas dan kerja, yaitu
energi kimia, energi listrik, energi nuklir, energi gelombang elektromagnit, energi akibat
gaya magnit, dan lain-lain . Energi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk lain, baik secara
alami maupun hasil rekayasa tehnologi. Selain itu energi di alam semesta bersifat kekal,
tidak dapat dibangkitkan atau dihilangkan, yang terjadi adalah perubahan energi dari satu
bentuk menjadi bentuk lain tanpa ada pengurangan atau penambahan. Prinsip ini disebut
sebagai prinsip konservasi atau kekekalan energi.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun masalah yang akan dibahas pada makalah ini yaitu:
- Apa pengertian dari hukum-hukum Termodinamika?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan Makalah ini yaitu:
- Dapat memahami bentuk-bentuk energi thermodinamika
- Dapat mengetahui hukum-hukum dari Thermodinamika

1.4 Manfaat
Makalah ini dapat memberikan beberapa manfaat, diantarnya dapat menambah wawasan
dan pengetahuan bagi pembaca.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dasar Thermodinamika

Thermodinamika adalah ilmu tentang energi, yang secara spesific membahas hubungan
antara energi panas dengan kerja. Seperti telah diketahui bahwa energi didalam alam dapat
terwujud dalam berbagai bentuk, selain energi panas dan kerja, yaitu energi kimia, energi
listrik, energi nuklir, energi gelombang elektromagnit, energi akibat gaya magnit, dan lain-
lain . Energi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk lain, baik secara alami maupun hasil
rekayasa tehnologi. Selain itu energi di alam semesta bersifat kekal, tidak dapat dibangkitkan
atau dihilangkan, yang terjadi adalah perubahan energi dari satu bentuk menjadi bentuk lain
tanpa ada pengurangan atau penambahan. Prinsip ini disebut sebagai prinsip konservasi atau
kekekalan energi.

Prinsip thermodinamika tersebut sebenarnya telah terjadi secara alami dalam kehidupan
sehari-hari. Bumi setiap hari menerima energi gelombang elektromagnetik dari matahari, dan
di bumi energi tersebut berubah menjadi energi panas, energi angin, gelombang laut, proses
pertumbuhan berbagai tumbuh-tumbuhan dan banyak proses alam lainnya. Proses didalam
diri manusia juga merupakan proses konversi energi yang kompleks, dari input energi kimia
dalam makanan menjadi energi gerak berupa segala kegiatan fisik manusia, dan energi yang
sangat bernilai yaitu energi pikiran kita. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi, maka prinsip alamiah dalam berbagai proses thermodinamika direkayasa menjadi
berbagai bentuk mekanisme untuk membantu manusia dalam menjalankan kegiatannya.
Mesin-mesin transportasi darat, laut, maupun udara merupakan contoh yang sangat kita kenal
dari mesin konversi energi, yang merubah energi kimia dalam bahan bakar atau sumber.
energi lain menjadi energi mekanis dalam bentuk gerak atau perpindahan diatas permukaan
bumi, bahkan sampai di luar angkasa.

Pabrik-pabrik dapat memproduksi berbagai jenis barang, digerakkan oleh mesin


pembangkit energi listrik yang menggunakan prinsip konversi energi panas dan kerja. Untuk
kenyamanan hidup, kita memanfaatkan mesin air conditioning, mesin pemanas, dan
refrigerators yang menggunakan prinsip dasar thermodinamila. Aplikasi thermodinamika
yang begitu luas dimungkinkan karena perkembangan ilmu thermodinamika sejak abad 17
yang dipelopori dengan penemuan mesin uap di Inggris, dan diikuti oleh para ilmuwan
thermodinamika seperti Willian Rankine, Rudolph Clausius, dan Lord Kelvin pada abad ke
19. Pengembangan ilmu thermodinamika dimulai dengan pendekatan makroskopik, yaitu
sifat thermodinamis didekati dari perilaku umum partikel-partikel zat yang menjadi media
pembawa energi, yang disebut pendekatan thermodinamika klasik.

2
Pendekatan tentang sifat thermodinamis suatu zat berdasarkan perilaku kumpulan
partikel-partikel disebut pendekatan mikroskopis yang merupakan perkembangan ilmu
thermodinamika modern, atau disebut thermodinamika statistik. Pendekatan thermodinamika
statistik dimungkinkan karena perkembangan teknologi komputer, yang sangat membantu
dalam menganalisis data dalam jumlah yang sangat besar.

2.2 Bentuk-Bentuk Energi


Total energi (E) suatu sistem merupakan jumlah dari energi thermal, mekanis, kinetis,
potensial, elektrik, magnetik, kimia dan nuklir.
Di dalam thermodinamika yang dipelajari adalah besarnya perubahan dari satu bentuk
energi ke bentuk lainnya, bukan menghitung jumlah anergi dari suatu sistem.
Bentuk energi dibagi menjadi dua kelompok:
1. Energi Makroskopik: Berhubungan dengan gerak dan pengaruh luar seperti gravitasi,
magnetik, elektrik dan tegangan permukaan.
Energi Makroskopik terdiri dari:
Energi Kinetik ( KE ): Energi yang disebabkan oleh gerakan relatif terhadap suatu
referensi. Adapun besarnya dalam berntuk energi per-satuan masa dengan: * m= satuan
masa media pembawa energi
* v= satuan kecepatan gerakan masa
Energi Potensial ( PE ): Energi yang disebabkan oleh elevasinya dalam medan gravitasi,
besarnya adalah:
PE= m.g.z

2. Energi Mikroskopik: Berhubungan dengan struktur molekul dan derajat aktivitas


molekul. Jumlah total energi mikroskopik disebut energi dalam (internal energy) , dengan
simbol U.

Energi Mikroskopik terdiri dari:


- Energi Sensibel
Berhubungan dengan energi kinetik dan gerakan (translasi, rotasi, vibrasi) molekul
sistem.
- Energi Latent
Berhubungan dengan fasa dari sistem, mencair, menguap dll.
- Energi Kimia
Berhubungan dengan ikatan atm-atom dalam sistem.
Dengan demikian energi total suatu sistem hanya dipengaruhi oleh energi
kinetik,energy potensial dan energi dalam.
2.3 SISTEM, PROSES DAN SIKLUS TERMODINAMIKA

3
Suatu sistem thermodinamika adalah sustu masa atau daerah yang dipilih, untuk dijadikan
obyek analisis. Daerah sekitar sistem tersebut disebut sebagai lingkungan. Batas antara
sistem dengan lingkungannya disebut batas sistem (boundary), dalam aplikasinya batas
sistem merupakan bagian dari sistem maupun lingkungannya, dan dapat tetap atau dapat
berubah posisi atau bergerak. Dalam thermodinamika ada dua jenis sistem, yaitu sistem
tertutup dan sistem terbuka. Dalam sistem tertutup masa dari sistem yang dianalisis tetap dan
tidak ada masa keluar dari sistem atau masuk kedalam sistem, tetapi volumenya bisa
berubah. Yang dapat-keluar masuk sistem tertutup adalah energi dalam bentuk panas atau
kerja. Contoh sistem tertutup adalah suatu balon udara yang dipanaskan, dimana masa udara
didalam balon tetap, tetapi volumenya berubah, dan energi panas masuk kedalam masa udara
didalam balon. Dalam sistem terbuka, energi dan masa dapat keluar sistem atau masuk
kedalam sistem melewati batas sistem. Sebagian besar mesin-mesin konversi energi adalah
sistem terbuka. Sistem mesin motor bakar adalah ruang didalam silinder mesin, dimana
campuran bahan bahan bakar dan udara masuk kedalam silinder, dan gas buang keluar
sistem. melalui knalpot.

Turbin gas, turbin uap, pesawat jet dan lain-lain adalah merupakan sistem
thermodinamika terbuka, karena secara simultan ada energi dan masa keluar-masuk sistem
tersebut. Karakteristik yang menentukan sifat dari sistem disebut property dari sistem, seperti
tekanan P, temperatur T, volume V, masa m, viskositas, konduksi panas, dan lain-lain. Selain
itu ada juga property yang disefinisikan dari property yang lainnya seperti, berat jenis,
volume spesifik, panas jenis, dan lain-lain. Suatu sistem dapat berada pada suatu kondisi
yang tidak berubah, apabila masing-masing jenis property sistem tersebut dapat diukur pada
semua bagiannya dan tidak berbeda nilainya. Kondisi tersebut disebut sebagai keadaan
(state) tertentu dari sistem, dimana sistem mempunyai nilai property yang tetap. Apabila
property nya berubah, maka keadaan sistem tersebut disebut mengalami perubahan keadaan.
Suatu sistem yang tidak mengalami perubahan keadaan disebut sistem dalam keadaan
seimbnag (equilibrium). Perubahan sistem thermodinamika dari keadaan seimbang satu
menjadi keadaan seimbang lain disebut proses, dan rangkaian keadaan diantara keadaan awal
dan akhir disebut lintasan proses. Suatu sistem disebut menjalani suatu siklus, apabila sistem
tersebut menjalani rangkaian beberapa proses, dengan keadaan akhir sistem kembali ke
keadaan awalnya.

2.4 HUKUM-HUKUM TERMODINAMIKA

Energi Dalam
Suatu gas yang berada dalam suhu tertentu dikatakan memiliki energi dalam. Energi
dalam gas berkaitan dengan suhu gas tersebut dan merupakan sifat mikroskopik gas tersebut.
Meskipun gas tidak melakukan atau menerima usaha, gas tersebut dapat memiliki energi
yang tidak tampak tetapi terkandung dalam gas tersebut yang hanya dapat ditinjau secara

4
mikroskopik. Berdasarkan teori kinetik gas, gas terdiri atas partikel-partikel yang berada
dalam keadaan gerak yang acak. Gerakan partikel ini disebabkan energi kinetik rata-rata dari
seluruh partikel yang bergerak. Energi kinetik ini berkaitan dengan suhu mutlak gas. Jadi,
energi dalam dapat ditinjau sebagai jumlah keseluruhan energi kinetik dan potensial yang
terkandung dan dimiliki oleh partikel-partikel di dalam gas tersebut dalam skala
mikroskopik. Dan, energi dalam gas sebanding dengan suhu mutlak gas. Oleh karena itu,
perubahan suhu gas akan menyebabkan perubahan energi dalam gas. Dimana ∆U adalah
perubahan energi dalam gas, n adalah jumlah mol gas, R adalah konstanta umum gas (R =
8,31 J mol−1 K−1, dan ∆T adalah perubahan suhu gas (dalam kelvin).

Terdapat empat Hukum Dasar yang berlaku di dalam sistem termodinamika, yaitu:
 Hukum Awal (Zeroth Law) Termodinamika
Hukum ini menyatakan bahwa dua sistem dalam keadaan setimbang dengan sistem ketiga,
maka ketiganya dalam saling setimbang satu dengan lainnya.
 Hukum Pertama Termodinamika
Hukum ini terkait dengan kekekalan energi. Hukum ini menyatakan perubahan energi
dalam dari suatu sistem termodinamika tertutup sama dengan total dari jumlah energi
kalor yang disuplai ke dalam sistem dan kerja yang dilakukan terhadap sistem.
 Hukum kedua Termodinamika
Hukum kedua termodinamika terkait dengan entropi. Hukum ini menyatakan bahwa total
entropi dari suatu sistem termodinamika terisolasi cenderung untuk meningkat seiring
dengan meningkatnya waktu, mendekati nilai maksimumnya.
 Hukum ketiga Termodinamika
Hukum ketiga termodinamika terkait dengan temperatur nol absolut. Hukum ini
menyatakan bahwa pada saat suatu sistem mencapai temperatur nol absolut, semua proses
akan berhenti dan entropi sistem akan mendekati nilai minimum. Hukum ini juga
menyatakan bahwa entropi benda berstruktur kristal sempurna pada temperatur nol
absolut bernilai nol.

2.4.1 TERMODINAMIKA I
Jika kalor diberikan kepada sistem, volume dan suhu sistem akan bertambah (sistem akan
terlihat mengembang dan bertambah panas). Sebaliknya, jika kalor diambil dari sistem,
volume dan suhu sistem akan berkurang (sistem tampak mengerut dan terasa lebih dingin).
Prinsip ini merupakan hukum alam yang penting dan salah satu bentuk dari hukum
kekekalan energi. Sistem yang mengalami perubahan volume akan melakukan usaha dan
sistem yang mengalami perubahan suhu akan mengalami perubahan energi dalam. Jadi, kalor
yang diberikan kepada sistem akan menyebabkan sistem melakukan usaha dan mengalami
perubahan energi dalam. Prinsip ini dikenal sebagai hukum kekekalan energy dalam
termodinamika atau disebut hukum I termodinamika. Secara matematis, hukum I
termodinamika dituliskan sebagai :

5
Q = W + ∆U
Dimana Q adalah kalor, W adalah usaha, dan ∆U adalah perubahan energi dalam. Secara
sederhana, hukum I termodinamika dapat dinyatakan sebagai berikut.
“Jika suatu benda (misalnya krupuk) dipanaskan (atau digoreng) yang berarti diberi kalor Q,
benda (krupuk) akan mengembang atau bertambah volumenya yang berarti melakukan usaha
W dan benda (krupuk) akan bertambah panas (coba aja dipegang, pasti panas deh!) yang
berarti mengalami perubahan energi dalam ∆U” .
 Proses Isotermik
Suatu sistem dapat mengalami proses termodinamika dimana terjadi perubahan-perubahan
di dalam sistem tersebut. Jika proses yang terjadi berlangsung dalam suhu konstan, proses
ini dinamakan proses isotermik. Karena berlangsung dalam suhu konstan, tidak terjadi
perubahan energi dalam (∆U = 0) dan berdasarkan hukum I termodinamika kalor yang
diberikan sama dengan usaha yang dilakukan system (Q = W). Proses isotermik dapat
digambarkan dalam grafik p – V di bawah ini. Usaha yang dilakukan sistem dan kalor
dapat dinyatakan sebagaiDimana V2 dan V1 adalah volume akhir dan awal gas.
 Proses Isokhorik
Jika gas melakukan proses termodinamika dalam volume yang konstan, gas dikatakan
melakukan proses isokhorik. Karena gas berada dalam volume konstan (∆V = 0), gas
tidak melakukan usaha (W = 0) dan kalor yang diberikan sama dengan perubahan energi
dalamnya. Kalor di sini dapat dinyatakan sebagai kalor gas pada volume konstan QV.
QV = ∆U
 Proses Isobarik
Jika gas melakukan proses termodinamika dengan menjaga tekanan tetap konstan, gas
dikatakan melakukan proses isobarik. Karena gas berada dalam tekanan konstan, gas
melakukan usaha (W = p∆V). Kalor di sini dapat dinyatakan sebagai kalor gas pada
tekanan konstan Qp. Sebelumnya telah dituliskan bahwa perubahan energi dalam sama
dengan kalor yang diserap gas pada volume konstan QV =∆U Dari sini usaha gas dapat
dinyatakan sebagai W = Qp – QV.
Jadi, usaha yang dilakukan oleh gas (W) dapat dinyatakan sebagai selisih energi (kalor)
yang diserap gas pada tekanan konstan (Qp) dengan energi (kalor) yang diserap gas pada
volume konstan (QV).
 Proses Adiabatik
Dalam proses adiabatik tidak ada kalor yang masuk (diserap) ataupun keluar (dilepaskan)
oleh sistem (Q = 0). Dengan demikian, usaha yang dilakukan gas sama dengan perubahan
energi dalamnya (W = ∆U).
Jika suatu sistem berisi gas yang mula-mula mempunyai tekanan dan volume masing-
masing p1 dan V1 mengalami proses adiabatik sehingga tekanan dan volume gas berubah
menjadi p2 dan V2, usaha yang dilakukan gas dapat dinyatakan sebagai Dimana γ adalah
konstanta yang diperoleh perbandingan kapasitas kalor molar gas pada tekanan dan volume
konstan dan mempunyai nilai yang lebih besar dari 1 (γ > 1). Proses adiabatik dapat
6
digambarkan dalam grafik p – V dengan bentuk kurva yang mirip dengan grafik p – V pada
proses isotermik namun dengan kelengkungan yang lebih curam.
Hukum pertama termodinamika adalah suatu pernyataan mengenai hukum universal dari
kekekalan energi dan mengidentifikasikan perpindahan panas sebagai suatu bentuk
perpindahan energi. Pernyataan paling umum dari hukum pertama termodinamika ini
berbunyi:
“ Kenaikan energi internal dari suatu sistem termodinamika sebanding dengan jumlah energi
panas yang ditambahkan ke dalam sistem dikurangi dengan kerja yang dilakukan oleh sistem
terhadap lingkungannya. ”
Pondasi hukum ini pertama kali diletakkan oleh James Prescott Joule yang melalui
eksperimen-eksperimennya berhasil menyimpulkan bahwa panas dan kerja saling dapat
dikonversikan. Pernyataan eksplisit pertama diberikan oleh Rudolf Clausius pada 1850:
"Terdapat suatu fungsi keadaan E, yang disebut 'energi', yang diferensialnya sama dengan
jumlah kerja yang dipertukarkan dengan lingkungannya pada suatu proses adiabatik."

2.4.2 TERMODINAMIKA II
Hukum kedua termodinamika berkaitan dengan apakah proses-proses yang dianggap taat
azas dengan hukum pertama, terjadi atau tidak terjadi di alam. Hukum kedua
termodinamika seperti yang diungkapkan oleh Clausius mengatakan, “Untuk suatu mesin
siklis maka tidak mungkin untuk menghasilkan efek lain, selain dari menyampaikan kalor
secara kontinu dari sebuah benda ke benda lain pada temperatur yang lebih tinggi".
Bila ditinjau siklus Carnot, yakni siklus hipotesis yang terdiri dari empat proses
terbalikkan: pemuaian isotermal dengan penambahan kalor, pemuaian adiabatik,
pemampatan isotermal dengan pelepasan kalor dan pemampatan adiabatik; jika integral
sebuah kuantitas mengitari setiap lintasan tertutup adalah nol, maka kuantitas tersebut yakni
variabel keadaan, mempunyai sebuah nilai yang hanya merupakan ciri dari keadaan sistem
tersebut, tak peduli bagaimana keadaan tersebut dicapai. Variabel keadaan dalam hal ini
adalah entropi. Perubahan entropi hanya gayut keadaan awal dan keadaan akhir dan tak
gayut proses yang menghubungkan keadaan awal dan keadaan akhir sistem tersebut.
Hukum kedua termodinamika dalam konsep entropi mengatakan, "Sebuah proses alami
yang bermula di dalam satu keadaan kesetimbangan dan berakhir di dalam satu keadaan
kesetimbangan lain akan bergerak di dalam arah yang menyebabkan entropi dari sistem dan
lingkungannya semakin besar".
Jika entropi diasosiasikan dengan kekacauan maka pernyataan hukum kedua
termodinamika di dalam proses-proses alami cenderung bertambah ekivalen dengan
menyatakan, kekacauan dari sistem dan lingkungan cenderung semakin besar.
Di dalam ekspansi bebas, molekul-molekul gas yang menempati keseluruhan ruang kotak
adalah lebih kacau dibandingkan bila molekul-molekul gas tersebut menempati setengah
ruang kotak. Jika dua benda yang memiliki temperatur berbeda T1 dan T2 berinteraksi,
sehingga mencapai temperatur yang serba sama T, maka dapat dikatakan bahwa sistem

7
tersebut menjadi lebih kacau, dalam arti, pernyataan "semua molekul dalam sistem tersebut
bersesuaian dengan temperatur T adalah lebih lemah bila dibandingkan dengan pernyataan
semua molekul di dalam benda A bersesuaian dengan temperatur T1 dan benda B
bersesuaian dengan temperatur T2". Di dalam mekanika statistik, hubungan antara entropi
dan parameter kekacauan adalah, pers. (1): S = k log w dimana k adalah konstanta
Boltzmann, S adalah entropi sistem, w adalah parameter kekacauan, yakni kemungkinan
beradanya sistem tersebut relatif terhadap semua keadaan yang mungkin ditempati.
Jika ditinjau perubahan entropi suatu gas ideal di dalam ekspansi isotermal, dimana
banyaknya molekul dan temperatur tak berubah sedangkan volumenya semakin besar, maka
kemungkinan sebuah molekul dapat ditemukan dalam suatu daerah bervolume V adalah
sebanding dengan V; yakni semakin besar V maka semakin besar pula peluang untuk
menemukan molekul tersebut di dalam V. Kemungkinan untuk menemukan sebuah molekul
tunggal di dalam V adalah, pers. (2):
W1 = c V dimana c adalah konstanta. Kemungkinan menemukan N molekul secara
serempak di dalam volume V adalah hasil kali lipat N dari w. Yakni, kemungkinan dari
sebuah keadaan yang terdiri dari N molekul berada di dalam volume V adalah, pers.(3):
w = w1N = (cV)N.
Jika persamaan (3) disubstitusikan ke (1), maka perbedaan entropi gas ideal dalam proses
ekspansi isotermal dimana temperatur dan banyaknya molekul tak berubah, adalah bernilai
positip. Ini berarti entropi gas ideal dalam proses ekspansi isotermal tersebut bertambah
besar.
Definisi statistik mengenai entropi, yakni persamaan (1), menghubungkan gambaran
termodinamika dan gambaran mekanika statistik yang memungkinkan untuk meletakkan
hukum kedua termodinamika pada landasan statistik. Arah dimana proses alami akan terjadi
menuju entropi yang lebih tinggi ditentukan oleh hukum kemungkinan, yakni menuju
sebuah keadaan yang lebih mungkin. Dalam hal ini, keadaan kesetimbangan adalah
keadaan dimana entropi maksimum secara termodinamika dan keadaan yang paling
mungkin secara statistik. Akan tetapi fluktuasi, misal gerak Brown, dapat terjadi di sekitar
distribusi kesetimbangan.
Dari sudut pandang ini, tidaklah mutlak bahwa entropi akan semakin besar di dalam tiap-
tiap proses spontan. Entropi kadang-kadang dapat berkurang. Jika cukup lama ditunggu,
keadaan yang paling tidak mungkin sekali pun dapat terjadi: air di dalam kolam tiba-tiba
membeku pada suatu hari musim panas yang panas atau suatu vakum setempat terjadi
secara tiba-tiba dalam suatu ruangan.

2.4.3 TERMODINAMIKA III


Efek magnetokalorik di pakai untuk menurunkan temperatur senyawa
paramagnetikhingga sekitar 0.001 K. Secara prinsip, temperatur yang lebih rendah lagi
dapat dicapai dengan menerapkan efek magnetokalorik berulang-ulang. Jadi setelah
penaikan medan magnetik semula secara isoterm, penurunan medan magnetik secara

8
adiabat dapat dipakai untuk menyiapkan sejumlah besar bahan pada temperatur Tᶠ¹, yang
dapat dipakai sebagai tandon kalor untuk menaikan tandon kalor secara isoterm ynag
berikutnya dari sejumlah bahan yang lebih sedikit dari bahan semula. Penurunan medan
magnetik secara adiabat yang kedua dapat menghasilkan temperatur yang lebih rendah lagi,
Tᶠ², dan seterusnya. Maka akan timbul pertanyaan apakah efek magnetokalorik dapat
dipakai untuk mendinginkan zat hingga mencapai nol mutlak.
Pecobaan menunjukan bahwa sifat dasar semua proses pendinginan adalah bahwa
semakin rendah temperatur yang dicapai, semakin sulit menurunkannya.hal yang sama
berlaku juga untuk efek magnetokalorik.dengan persyaratan demikian, penurunan medan
secara adiabat yang tak trhingga banyaknya diperlukan untuk mencapai temperatur nol
mutlak. Perampatan dari pengalaman dapat dinyatakan sebagai berikut :
“Temperatur nol mutlak tidak dapat dicapai dengan sederetan prosesyang banyaknya
terhingga.Ini dikenal sebagi ketercapaian temperatur nol mutlak atau ketaktercapaian
hukum ketiga termodinamika. Pernyataan lain dari hukum ketiga termodinamika adalah
hasil percobaan yang menuju ke perhitungan bahwa bagaimana ΔST berlaku ketika T
mendekati nol. ΔST ialah perubahan entropi sistem terkondensasi ketika berlangsung
proses isoterm terbuktikan. Percobaan sangat memperkuat bahwa ketika T menurun, ΔST
berkurang jika sistem itu zat cair atau zat padat”. Jadi prinsip berikut dapat di terima:
Perubahan entropi yang berkaitan dengan proses-terbalikan-isotermis-suatu sistem-
terkondensasi mendekati nol ketika temperaturnya mendekati nol. Pernyataan tersebut
merupakan hukum ketiga termodinamika menurut Nernst-Simon. Nernst menyatakan
bahwa perubahan entropi yang menyertai tiap proses reversibel, isotermik dari suatu sistem
terkondensasi mendekati nol. Perubahan yang dinyatakan di atas dapat berupa reaksi kimia,
perubahan status fisik, atau secara umum tiap perubahan yang dalam prinsip dapat
dilakukan secara reversibel.
Hal ini dikenal sebagai hukun Nernst, yang secara matematika dinyatakan sebagai :
“Pada Kemudian, Pada tahun 1911, Planck membuat suatu hipotesis 0, bukan hanya
beda entropi yg = 0, tetapi entropi setiap zatàsuhu T padat atau cair dalam keseimbangan
dakhir pada suhu nol. Dapat ditunjukkan secara eksperimen, bahwa bila suhunya mendekati
St menurun.D0 K, perubahan entropi transisi. Persamaan diatas dikenal sebagai hukum
ketiga termodinamika”.
Hukum ketiga termodinamika terkait dengan temperatur nol absolut. Hukum ini
menyatakan bahwa pada saat suatu sistem mencapai temperatur nol absolut, semua proses
akan berhenti dan entropi sistem akan mendekati nilai minimum. Hukum ini juga
menyatakan bahwa entropi benda berstruktur kristal sempurna pada temperatur nol absolut
bernilai nol. StD Hukum ketiga termodinamika menyatakan bahwa perubahan entropi yang
berkaitan dengan perubahan kimia atau perubahan fisika bahan murni pada T = 0 K bernilai
nol.Secara intuitif hukum ketiga dapat dipahami dari fakta bahwa pergerakan ionik atau
molekular maupun atomik yang menentukan derajat ketidakteraturan dan dengan demikian
juga besarnya entropi, sama sekali berhenti pada 0 K. Dengan mengingat hal ini, tidak akan

9
ada perubahan derajat ketidakteraturan dalam perubahan fisika atau kimia dan oleh karena
itu tidak akan ada perubahan entropi.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

BENTUK-BENTUK ENERGI
Total energi (E) suatu sistem merupakan jumlah dari energi thermal,
mekanis, kinetis, potensial, elektrik, magnetik, kimia dan nuklir.

10
SISTEM, PROSES DAN SIKLUS TERMODINAMIKA
Dalam thermodinamika ada dua jenis sistem, yaitu sistem tertutup dan sistem terbuka.
Dalam sistem tertutup masa dari sistem yang dianalisis tetap dan tidak ada masa keluar dari
sistem atau masuk kedalam sistem, tetapi volumenya bisa berubah. Yang dapat-keluar masuk
sistem tertutup adalah energi dalam bentuk panas atau kerja.

HUKUM TERMODINAMIKA I,II,III

 Hukum Pertama Termodinamika: Hukum ini terkait dengan kekekalan energi. Hukum ini
menyatakan perubahan energi dalam dari suatu sistem termodinamika tertutup sama
dengan total dari jumlah energi kalor yang disuplai ke dalam sistem dan kerja yang
dilakukan terhadap sistem.
 Hukum kedua Termodinamika: Hukum kedua termodinamika terkait dengan entropi.
Hukum ini menyatakan bahwa total entropi dari suatu sistem termodinamika terisolasi
cenderung untuk meningkat seiring dengan meningkatnya waktu, mendekati nilai
maksimumnya.
 Hukum ketiga Termodinamika: Hukum ketiga termodinamika terkait dengan temperatur
nol absolut. Hukum ini menyatakan bahwa pada saat suatu sistem mencapai temperatur
nol absolut, semua proses akan berhenti dan entropi sistem akan mendekati nilai
minimum.

B. SARAN
Agar dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Termodinamika

http://www.cuacajateng.com/hukumpertamathermodinamika.html

http://www.forumsains.com/fisika-smu/bunyi-hukum-ke-2-thermodynamics/

http://adeputriprasetya.blogspot.com/2009/11/hukum-3-termodinamika.html

11
www.infofisioterapi.com/info/makalah-termodinamika.html

www.bebas.vlsm.org/v12/sponsor/.../0285%20Fis-1-5b.html

http://odimirakoyukieto.blogspot.com/2011/06/makalah-kimia-fisik-termodinamika.html

http://termodinamika1.wordpress.com/2007/12/08/materi-perkuliahan/

http://khairunnisa2.blogspot.com/2013/03/konsep-dasar-termodinamika.html

12

Вам также может понравиться