Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
DISUSUN OLEH :
HASRIANI
21606027
REGULER A
SEMESTER V
(YAPMA)
2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian Parkinson
b. fisiologi
Sistem saraf pusat meliputi otak (ensephalon) dan sumsum tulang belakang
(medulla spinalis). Keduanya merupakan organ yang sangat lunak, dengan fungsi
yang sangat penting maka perlu perlindungan. Selain tengkorak dan ruas-ruas tulang
belakang, otak juga dilindungi 3 lapisan selaput meninges. Bila membran ini terkena
infeksi maka akan terjadi radang yang disebut meningitis.
Ketiga lapisan membran meninges dari luar ke dalam adalah sebagai berikut:
a. Durameter; terdiri dari dua lapisan, yang terluar bersatu dengan tengkorak
sebagaiendostium, dan lapisan lain sebagai duramater yang mudah dilepaskan
dari tulang kepala. Di antara tulang kepala dengan duramater terdapat
rongga epidural.
b. Arachnoidea mater; disebut demikian karena bentuknya seperti sarang labah-
labah. Di dalamnya terdapat cairan yang disebut liquor cerebrospinalis;
semacam cairan limfa yang mengisi sela sela membran araknoid. Fungsi
selaput arachnoidea adalah sebagai bantalan untuk melindungi otak dari
bahaya kerusakan mekanik.
c. Piameter. Lapisan terdalam yang mempunyai bentuk disesuaikan dengan
lipatan-lipatan permukaan otak.
Walaupun otak dan sumsum tulang belakang mempunyai materi sama tetapi
susunannya berbeda. Pada otak, materi kelabu terletak di bagian luar atau kulitnya
(korteks) dan bagian putih terletak di tengah. Pada sumsum tulang belakang bagian
tengah berupa materi kelabu berbentuk kupu-kupu, sedangkan bagian korteks
berupa materi putih.
a. Otak
Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu: otak besar (serebrum), otak
tengah (mesensefalon), otak kecil (serebelum), sumsum sambung (medulla
oblongata), dan jembatan varol.
Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan
otak tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjar-
kelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal) otak tengah merupakan lobus optikus
yang mengatur refleks mata seperti penyempitan pupil mata, dan juga merupakan
pusat pendengaran.
Sistem saraf tepi adalah sistem saraf di luar sistem saraf pusat, untuk
menjalankan otot dan organ tubuh. Tidak seperti sistem saraf pusat, sistem saraf
tepi tidak dilindungi tulang, membiarkannya rentan terhadap racun dan luka
mekanis.
Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadar dan sistem saraf tak sadar
(sistem saraf otonom). Sistem saraf sadar mengontrol aktivitas yang kerjanya
diatur oleh otak, sedangkan saraf otonom mengontrol aktivitas yang tidak dapat
diatur otak antara lain denyut jantung, gerak saluran pencernaan, dan sekresi
keringat.
Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu saraf-saraf
yang keluar dari otak, dan saraf sumsum tulang belakang, yaitu saraf-saraf yang
keluar dari sumsum tulang belakang.
Saraf otak dikhususkan untuk daerah kepala dan leher, kecuali nervus
vagus yang melewati leher ke bawah sampai daerah toraks dan rongga perut.
Nervus vagus membentuk bagian saraf otonom. Oleh karena daerah jangkauannya
sangat luas maka nervus vagus disebut saraf pengembara dan sekaligus
merupakan saraf otak yang paling penting
b. Saraf Otonom
Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak
maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan.
Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk
sinapsis yang kompleks dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat
pada pangkal ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada pada ujung
ganglion disebut urat saraf post ganglion.
Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan sistem
sarafparasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik
terletak pada posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai ganglion yang terletak di
sepanjang tulang belakang menempel pada sumsum tulang belakang sehingga
mempunyai urat pra ganglion pendek, sedangkan saraf parasimpatik mempunyai
urat pra ganglion yang panjang karena ganglion menempel pada organ yang
dibantu.
Parasimpatik :
1. Mengecilkan pupil
2. Menstimulasi aliran ludah
3. Memperlambat denyut jantung
4. Membesarkan bronkus
5. Menstimulasi sekresi kelenjar pencernaan
Mengerutkan kantung kemih
Simpatik
1. Memperbesar pupil
2. Menghambat aliran ludah
3. Mempercepat denyut jantung
4. Mengecilkan bronkus
5. Menghambat sekresi kelenjar pencernaan
6. Menghambat kontraksi kandung kemih
3. Etiologi
Beberapa keadaan yang bisa menyebabkan parkinson :
a. Faktor usia : terjadinya penurunan dopamin pada usia lanjut.
b. Encephalitis virus : peradangan otak yang langka yang diikuti infeksi
seperti flu
c. Gangguan struktur otak seperti tumor otak dan stroke.
d. Luka kepala atau trauma kepala.
e. Obat-obatan seperti psikotropik dan antipsikotis dan racun tertentu seperti
keracunan Karbonmonoksida (CO) menganggu atau menghambat aksi
dopamin dan neurotransmiter aksi dopamin.
5. Manifestasi Klinis
Gejala parkinson dapat muncul pada usia berapa pun, tetapi onset rata-rata
gejala terjadi pada usia 60 tahun dan jarang ditemukan pada usia 30 tahun.
Penyakit parkinson memiliki gejala klinis sebagai berikut :
a. Tremor terjadi pada saat istirahat dengan tingkat keparahan relative stabil.
b. Bradikinesia (pergerakan lambat), hilang secara spontan.
c. Hypokinase (berkurangnya gerakan).
d. Tindakan dan pergerakan yang tidak terkontrol.
e. Gangguan saraf otonom (sulit tidur, berkeringat, hipotensi ortostatik).
f. Dysathria (kesulitan bicara karena kelumpuhan otot)
g. Dysphagia (kesulitan menelan).
h. Perubahan status mental (depresi, demensia, anxietas, apatis, halusinasi
atau psikosis).
i. Wajah seperti topeng.
6. Komplikasi
Komplikasi yang bisa terjadi akibat dari parkinson antara lain :
a. Gangguan motorik.
b. Kerusakan berjalan, keseimbangan dan postur.
c. Demensia.
d. Gangguan autonom.
e. Depresi.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. EEG, MRI, PET
b. CT Scan kepala (biasanya terjadi atrofi kortikal difuse, sulki melebar,
hidrosefalua eks vakuo)
8. Penatalaksanaan
1. Medis
Beberapa obat yang diberikan pada penderita penyakit parkinson:
a. Antikolinergi
Benzotropine (Cogentin), trihexyphenidyl (Artane). Berguna untuk
mengendalikan gejala dari penyakit parkinson. Untuk mengaluskan
pergerakan, mengontrol tremor dan kekakuan.
b. Carbidopa/levodop
Merupakan preparat yang paling efektif untuk menghilangkan gejala
derivat dopamin-agonis-ergot berguna jika ditambahkan kedalam
levodopa untuk mempelancar fluktasi klinis.
9. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit perawatan diri berhubungan dengan tremor dan gangguan motoric
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
c. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan kekakuan otot wajah
d. Resiko kurangnya nutrisi berhubungan dengan kesulitan dalam mengunyah dan
menelan makanan
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas Pasien
Nama pasien : Tn. C
Usia : 65 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Karanganyar
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :Wiraswasta
Suku Bangsa : Indonesia
Diagnosa Medis : Parkinson
No. RM : 231213
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : An. A
Usia : 25 th
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Karanganyar
Agama : Islam
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku Bangsa : Indonesia
Hubungan dengan Pasien : Anak kandung
2. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Klien mengeluh lemah dan badan yang gemetar terus-menerus, sulit menelan
makanan.
Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengeluh lemah dan badan gemetar terus-menerus, klien menjadi malas
makan dikarenakan susah menelan. Kemudian pada tanggal 20 Januari 2017 pukul
08.00 WIB klien dibawa ke rumah sakit oleh keluarganya. Pada saat pengkajian fisik
menunjukkan terjadi gerakan yang tidak terkontrol pada tangan, klien tampak
berkeringat dan wajah tampak tidak memiliki ekspresi.
Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang dialaminya saat ini.
Riwayat Penyakit Keluarga
Menurut pengakuan keluarga, dalam keluarganya tidak ada yang mengalami
penyakit yang sedang diderita pasien.
3. Genogram
G1.
X X X X
?
?
? X ?
G2 ?
G3 65 ?
25
G4
Keterangan
G1: kakek dan nenek klien meninggal karena factor tidak diketahui
G2 : ayah dan ibu klien masih hidup sedangkan bapak klien sudah meninggal
4. Pola Aktivitas
a. Pola Istirahat dan Tidur
c. Pola Eliminasi
BAB
7. Ekstermitas
1). Atas
Kekuatan otot kanan dan kiri : Lemah, 4/3
ROM kanan dan kiri : 4/3
Perubahan bentuk tulang : Tidak ada
Pergerakan sendi bahu : Lemah
Perabaan akral : Hangat
Pitting Edema : Tidak ada
Terpasang Infus : RL/ Asering
2). Bawah
Kekuatan otot kanan dan kiri : Lemah, 4
ROM kanan dan kiri : 4/4
Perubahan bentuk tulang : Tidak ada
Varises : Tidak ada
Perabaan Akral : Hangat
Pitting Edema : Tidak ada
8. Pemeriksaan Penunjang
Rontgen tengkorak : Normal
CT Scan : Normal (dengan riwayat demensia kronik mungkin tampak atrophy
cerebral)
EEG : Disorganisasi (ditandai dengan bradikinensia)
9. Terapi Medis
Erytrosit :5,70/m3
Hb :17,3 gr%
Ht :47,3 vol%
Mcv :83,0 %
Mch :30,4%
Mcac : 36,6%
Trombosit :160 %
Gol darah : B
Ureum : 51,0
Creatini : 1.3
Terapi medis
1. Kalfoxim 2x1
2. Dexa 3x1
B. Analisa Data
Nama : Tn. C
Umur : 65 tahun
No. RM : 231213
Diagnosa Medis: Parkinson
4 3
4 4
3. Jum’at, DS : Hambatan Kekakuan Hambatan komunikasi
20 Keluarga klien komunikasi otot wajah verbal berhubungan
Januari mengatakan verbal dengan kekakuan otot
2017 kliensusah saat akan wajah
Pukul mengatakan sesuatu.
08.00 DO :
WIB Klien
nampakmenggerakkan
mulutnya saat
ingin mengatakan
sesuatu.
C. Diagnosa Keperawatan
Nama : Tn. C
Umur : 65 tahun
No. RM : 231213
Diagnosa Medis: Parkinson
3
Mengajarkan klien DS : -
berbicara dari esofagus DO : Klien tampak
kesusahan berbicara
dengan esofagus
Pukul15.15WIB 1
Kaji kemampuan DS : -
komunikasi untuk DO : Klien hanya
Pukul 18.00 buang air kecil, memberikan isyarat saat
WIB kemampuan akan melakukan buang air
menggunakan urinal, kecil dan buang air besar
pispot. Antarkan ke
kamar mandi bila
kondisi memungkinkan
1
DS : -
Rencanakan tindakan DO : Klien belum mampu
untuk mengatasi melakukan ADL secara
keterbatasan melakukan mandiri
3 ADL
DS : -
Mengajarkan senam DO : Klien tampak
wajah kesakitan dan mengunyah
dengan sangat pelan
1
DS : -
Menempatkan klien DO : Klien tampak
dalam posisi nyaman kesusahan saat membuka
saat makan mulut
DS : -
DO : Klien tampak rileks
dengan posisinya
Sabtu, 21-01-
2017
Pukul 06.00
WIB 2 Mengukur TTV DS : -
DO :
- TD : 90/60 mmHg
- HR : 80x/ menit
- RR : 22x/ menit
Pukul 08.00 - T : 36,5°C
WIB
1 Ajarkan dan dukung DS : -
klien selama aktivitas DO : Klien tampak
Pukul 09.00 bersemangat saat perawat
WIB memberikan latihan
aktivitas
2 Mengkonsultasikan
dengan terapi fisik DS : -
Pukul 09.30 tentang rencana DO : Klien tampak setuju
WIB ambulasi sesuai dengan untuk belajar teknik
kebutuhan ambulasi
Pukul 11.30
WIB 2 Mengajarkan klien
tentang teknik ambulasi DS : -
DO : Klien
mempraktekkan teknik
Pukul 12.00 3 Mengajarkan ekspresi yang telah diajarkan
WIB diri dengan cara lain
dalam menyampaikan DS : -
informasi (bahasa DO : Klien tampak
isyarat) mengerti dan mencoba
Pukul 15.00 menganggukkan kepala.
WIB 1 Kolabolasi dengan
terapi fisik dalam
Pukul 16.00 perencanaaan tindakan DS : -
WIB pasien dalam perawatan DO : Klien mampu
pasien dengan alat melakukan aktivitas
bantu dengan alat bantu
3
Mengkonsultasikan
dengan dokter DS : -
kebutuhan terapi wicara DO : Klien bersedia jika
3 dilakukan terapi wicara
Mengajarkan senam
wajah DS : -
DO : Klien tampak bisa
menggerakkan wajahnya
Minggu, 22-01-
2017
Pukul 06.00
WIB 2 Mengukur TTV DS : -
DO :
- TD : 90/60 mmHg
- HR : 80x/ menit
- RR : 22x/ menit
Pukul 09.00 - T : 36,5°C
WIB
2 Mengajarkan ulang DS : -
Pukul 10.00 klien teknik ambulasi DO : Klien sudah bisa
WIB melakukan mandiri
3 Menganjurkan DS : -
kunjungan keluarga DO : Keluarga klien
klien secara teratur mengerti dan berusaha
untuk memberi untuk terus mengajak
stimulus komunikasi klien berbicara
F. Evaluasi
Nama : Tn.C
Umur : 65 tahun
No. RM : 00896xxxx
Diagnosa Medis: Parkinson
No. Hari/ Tanggal, Evaluasi TTD
Diagnosa Jam
1 Jum’at, 20 S : -
Januari 2017 O : Klien tampak belum merespon sepenuhnya
Pukul 19.00 A : Masalah belum teratasi
WIB - Klien belum mampu meningkatkan aktivitas
fisik
- Klien belum paham tujuan dari peningkatan
fisik
- Klien belum mampu memperagakan alat bantu
untuk bergerak
P : Intervensi dilanjutkan
- TTV
- Konsultasi dengan terapi fisik tentang rencana
ambulasi sesuai dengan kebutuhan
- Ajarkan klien tentang teknik ambulasi
2 S:-
O : Klien tampak kesusahan saat melakukan ADL
secara mandiri
A : Masalah teratasi sebagian
- Klien mulai mampu berpakainan, mandi,
eliminasi secara mandiri
- Klien mulai mampu berkomunikasi saat ingin
buang air kecil, dan mampu mampu menggunakan
pispot
P : Intervensi dilanjutkan
- Ajarkan dan dukung klien selama aktivitas
- Kolabolasi dengan terapi fisik dalam
perencanaaan tindakan pasien dalam perawatan
pasien dengan alat bantu
S:-
O : Klien tampak masih sulit berbicara
A : Masalah belum teratasi
- Klien belum mampu mengekspresikan diri
3 dalam menyampaikan informasi
- Klien
- Klien belum mengerti cara melakukan senam
wajah
P : Intervensi dilanjutkan
- Ajarkan ekspresi diri dengan cara lain dalam
menyampaikan informasi (bahasa isyarat)
- Konsultasi dengan dokter kebutuhan terapi
wicara
- Ajarkan senam wajah
1 Sabtu, 21 S : -
Januari 2017 O : Klien mampu melakukan apa yang sudah
Pukul 19.00 diajarkan
WIB A : Masalah teratasi sebagian
- Klien mulai mampu melakukan teknik
ambulasi
P : Intervensi dilanjutkan
- TTV
- Ajarkan klien tentang teknik ambulasi
S:-
2 O : Klien mampu melakukan aktivitas dengan alat
bantu
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
S:-
3 O : Klien dapat mengekspresikan diri dengan
isyarat
A : Masalah teratasi sebagian
- Klien mulai mengekspresikan diri saat ingin
menyampaikan informasi
- Klien mulai mengerti tentang cara senam
wajah
P : Intervensi dilanjutkan
- Dorong klien untuk berkomunikasi secara
perlahan dan mengulangi permintaan
- Anjurkan kunjungan keluarga klien secara
teratur untuk memberi stimulus komunikasi
1 Minggu, 22 S : -
Januari 2017 O : Klien mampu memperagakan penggunaan alat
Pukul 19.00 bantu untuk mobilisasi
WIB A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
3 S:-
O : Klien mampu mengkomunikasikan kebutuhan
dengan lingkungan sosial
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
DAFTAR PUSTAKA
DOENGES,ME.2014 ,Rencana Asuhan Keperawatan,edisi 3,Jakarta:EGC