Вы находитесь на странице: 1из 3

ANALISIS KRITIS

“DOKTER LAYANAN PRIMER (DLP)”


Reformasi bidang kesehatan yang berdampak negative terhadap dokter spesialis dan sarjana IKM?

DOKTER LAYANAN PRIMER (DLP)

A. Latar Belakang
Kalau kita mengamati Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) Tahun 2013,
tercakup 22 komponen kompetensi dokter, antara lain area keterampilan klinis
(melakukan prosedur diagnosis, dan melakukan prosedur penatalaksanaan yang holistic
dan komprehensif); dan area pengelolaan masalah kesehatan (melaksanakan promosi
kesehatan pada individu, keluarga dan masyarakat; melaksanakan pencegahan dan
deteksi dini terjadinya masalah kesehatan pada individu, keluarga dan masyarakat;
melakukan penatalaksanaan masalah kesehatan individu, keluarga dan masyarakat;
memberdayakan dan berkolaborasi dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan
derajat kesehatan; mengelola sumber daya secara efektif, efisien dan berkesinambungan
dalam penyelesaian masalah kesehatan, mengakses dan menganalisis serta menerapkan
kebijakan kesehatan spesifik yang merupakan prioritas daerah masing-masing di
Indonesia.

Selain itu pada kenyataannya kesehatan di Indonesia sulit bergerak cepat menuju
Indonesia sehat. Berbagai indikator yang digunakan untuk menunjukkan derajat
kesehatan menduduki posisi yang semakin rendah di ASIA dan Pasifik. Lima belas tahun
yang lalu, konsep Primary Health Care (PHC) untuk mewujudkan Health for all by the
year of 2000 tidak berhasil meningkatkan pelayanan kesehatan primer demikian halnya
hingga tahun 2015.

Kemungkinan hal tersebut di atas memberikan keyakinan tenaga kesehatan profesi


dokter berkeinginan memperluas jangkaun program kesehatan sebagai dokter komunitas
dengan pendekatan kedokteran keluarga terutama pada level pelayanan kesehatan primer
atau Dokter Layanan Primer.

B. Isu penting
Kebutuhan dokter keluarga dengan pendekatan kedokteran komunitas, atau dokter
komunitas dengan pendekatan keluarga akan segera diwujudkan oleh pemerintah paling
lambat 2019. Kebutuhan tenaga dokter keluarga di wilayah perkotaan mencapai 43.000
dokter, dan di daerah perbatasan, tertinggal dan kepulauan 3730 dokter keluarga serta
9321 puskesmas untuk melayani 240 juta penduduk Indonesia.

C. Dampak Kebijakan DLP


Kebijakan Dokter Layanan Primer (DLP) yang sedang dipersiapkan saat ini dan akan
dilaksanakan sepenuhnya pada tahun 2019 menjadi paradigm baru dalam dunia program
kesehatan nasional, mungkin tidak salah kalau dikatakan reformasi bidang kesehatan
Indonesia masih terus berlanjut. Namun beberapa hal yang menurut kami perlu
dipertimbangkan secara sungguh-sungguh

1. Peningkatan pengetahuan dokter keluarga setelah menempuh pendidikan formal 2,5


tahun dengan ilmu kesmas 20% diyakini belum memiliki kapabilitas dalam aplikasi IKM
dibanding alumni IKM yang telah lama dipersiapkan untuk kegiatan preventif dan
promotif
2. Kebijakan DLP menciptakan rasa ketidakadilan bagi pengelola dan alumni IKM.
3. Persepsi masyarakat terhadap dokter selama ini adalah tenaga medis yang mampu
memberikan pelayanan medis kepada pasien. Kebijakan DLP ini akan merubah
paradigma masyarakat terhadap dokter yang berada di level pelayanan primer, dalam
jangka panjang kemungkinan akan terbangun persepsi bahwa dokter puskesmas adalah
tenaga penyuluh, tenaga surveillance, tenaga administrasi kesehatan, tenaga promosi, dll.
4. Kalau asumsi 1 dokter keluarga menangani 2500-3000 orang dengan Rp 19.000 per orang
(sesuai rencana pembiayaan BPJS), maka beban biaya kesehatan akan semakin tinggi,
artinya perlu tambahan pembiayaan baik pajak, asuransi, biaya sendiri atau dari donatur.
5. Bilamana pemerintah sudah mampu mengalokasikan dana kesehatan minimal 5% dari
APBN, maka area keterampilan medis yang didukung sarana-prasarana yang memadai
(kuantitas dan kualitas) dapat menjadi prioritas sehingga Indonesia sehat dapat tercapai.

Вам также может понравиться