Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ABSTRACT
Mangosteen (Garcinia mangostana Linn.) rinds is well recognized as “the queen of fruits”.
It is used by Indonesian peoplefor cancer treatment nowadays. They usually prepared the
mangosteen rinds with boiling water. Research data on the efficacy of mangosteen decoction for
cancer has not been widely published. This research aimed to evaluate cytotoxic activity of
mangosteen-rinds aqueous and ethanolic extract on HeLa, MCF-7, T47D, and HepG2 cancer cell
line. This research also characterize the major compound of the extracts by TLC. Aqueous extract
(EAM) was obtained by infusion, while ethanolic extract (EEM) by maceration method. MTT assay
was done to determine viability of HeLa, MCF-7, T47D, and HepG2 cell line. The treatment of both
extract against all cells caused morphological changes similar to apoptosis. The results of MTT
assay revealed that EEM and EAM was effective against HepG2 with IC50 of 96,1 and 87,3 μg/mL
respectively. Both had low activity against the other cell, with the IC50 137-660 μg/ml. The result of
TLC characterization of both extracts revealed terpenoid and flavonoid as the major compound.
This research suggest the mangosteen rind extract as potential candidate for hepatocarcinoma
treatment.
ABSTRAK
Kulit buah manggis (Garcinia mangostana Linn.), sering dimanfaatkan oleh masyarakat untuk
mengobati kanker. Data riset mengenai efikasi rebusan kulit manggis untuk kanker belum
banyak dipublikasikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aktivitas sitotoksik ekstrak air
dan etanol dengan MTT assay pada sel HeLa, MCF-7, T47D, dan HepG2, serta karakterisasi
golongan kimia menggunakan KLT. Ekstrak air kulit buah manggis (EAM) diperoleh dengan
metode infusa, sedangkan ekstrak etanol 96% (EEM) dengan maserasi. Pengamatan sel setelah
perlakuan kedua ekstrak memperlihatkan perubahan morfologi yang mirip dengan kondisi
apoptosis. Hasil MTT assay menunjukkan perlakuan EEM dan EAM efektif terhadap sel kanker
hepar HepG2 dengan IC50 berturut-turut 96,1 and 87,3 μg/mL. Kedua ekstrak memiliki aktivitas
sitotoksik lemah terhadap sel HeLa, MCF-7, dan T47D dengan rentang IC50 137-660 μg/ml.
Berdasarkan karakterisasi KLT, kedua ekstrak mengandung senyawa terpenoid dan flavonoid.
Berdasarkan hasil penelitian ini, ekstrak kulit manggis potensial untuk dikembangkan sebagai
salah satu alternatif dalam pengobatan kanker hepar.
mengalami mutasi pada gen CASP3 sehingga mengandung fetal bovine serum (FBS) 10%
ekspresi protein caspase-3 menjadi jauh (Sigma), 100 µg/ml penicillin-streptomisin
berkurang atau bahkan tidak terjadi (Gibco), dan diinkubasi dalam inkubator 5%
ekspresi. Caspase-3 merupakan suatu CO2 suhu 370C.
protein yang berperan penting dalam Uji sitotoksik dan pengamatan
eksekusi apoptosis (kematian sel secara morfologi sel in-vitro. Uji dilakukan
terprogram). Gangguan signaling apoptosis dengan metode MTT [3-(4,5-dimetiltiazol-2-
mengakibatkan sel MCF-7 menjadi tidak il)-2,5 difeniltetrazolium bromida]. Sel
responsif atau mengalami resistensi dengan kepadatan 8000 sel/sumuran
terhadap beberapa agen kemoterapi seperti didistribusikan ke dalam 96 well plate,
doksorubisin, cisplatin, dan etoposid. diinkubasi selama 24 jam dalaminkubator
Sedangkan sel T47D tidak mengalami CO2 5% dengan suhu 370C. Setelah 24 jam,
mutasi pada gen penyandi caspase-3, sel diberi perlakuan ekstrak dengan rentang
sehingga induksi apoptosis oleh agen konsentrasi masing-masing 25-800 µg/mL.
kemoterapi tidak mengalami gangguan Perlakuan ekstrak dilakukan selama 24 jam
(Devarajan et al., 2002). Selain uji sitotoksik, dalam inkubator inkubator CO2 5% dengan
juga dilakukan uji kualitatif kandungan suhu 370C.
golongan kimia kedua ekstrak dengan Pengamatan morfologi sel dilakukan
kromatografi lapis tipis (KLT). pada akhir perlakuan ekstrak menggunakan
mikroskop inverted. Morfologi sel
METODE PENELITIAN didokumentasikan dengan kamera Canon
Tempat dan waktu penelitian. Ixus 145. Kemudianke dalam masing-
Penelitian dilakukan di Laboratorium masing sumuran ditambahkan 100 μL
Biologi Molekuler dan Laboratorium media kultur yang dengan MTT 5 mg/mL,
Fitokimia, Balai Besar Penelitian dan kemudian diinkubasi selama 3 jam pada
Pengembangan Tanaman Obat dan Obat inkubator CO2 5% dengan suhu 370C. Sel
Tradisional (B2P2TO-OT), Tawangmangu, hidup akan bereaksi dengan MTT
Jawa Tengah. membentuk kristal formazan berwarna
Bahan tumbuhan dan preparasi ungu. Kristal dilarutkan dengan
ekstrak. Kulit manggis diperoleh dari penambahan reagen stopper (SDS 10%
daerah Matesih, dideterminasi dan diolah di dalam HCL 0,01N), dibiarkan di tempat
B2P2TO-OT. Kulit dikeringkan dalam oven gelap selama semalam, kemudian dibaca
suhu 400C kemudian diserbuk. Ekstrak air serapannya dengan ELISA reader pada
diperoleh dengan metoda infusa selama 10 panjang gelombang 595 nm. Besaran
menit kemudian diuapkan dalam oven 400C. serapan berbanding lurus dengan viabilitas
Ekstrak etanol diperoleh dengan maserasi sel (Riss et al.., 2004).
menggunakan penyari etanol teknis 95% Profil kromatografi lapis tips
selama 3x24 jam. Uji sitotoksik (KLT). Profil KLT ekstrak menggunakan
menggunakan larutan stok 10,0 mg ekstrak fase gerak metanol-etil asetat (97:3), plat
dalam 100 µL DMSO, kemudian dibuat seri KLT silika gel F 254, kemudian diamati di
konsentrasi dalam media kultur. bawah sinar tampak, UV 254 dan 366 nm.
Sel dan media kultur. Sel HepG2, Uji kandungan senyawa golongan terpenoid,
MCF-7, T47D, dan HeLa merupakan koleksi menggunakan fase gerak heksan-etil asetat
dari laboratorium Biologi Molekuler (1:1), plat KLT silika gel GF 254, hasil positif
B2P2TO-OT. Sel ditumbuhkan dalam media jika diamati dibawah sinar UV 365 nm
kultur cair DMEM (Sigma) yang terdapat fluoresensi hijau/berwarna merah
ungu atau biru dengan pereaksi asam sulfat apoptosis, autophagy, nekrosis, mitotic
pekat 10% dalam metanol. Golongan catasthrope, dan senescence. Salah satu
alkaloid, menggunakan fase gerak etil penanda dan pembeda kategori kematian
asetat-metanol-air (100:13,5:10), plat KLT sel adalah perubahan morfologi yang diikuti
Silika gel GF 254, hasil positif jika diamati terjadinya perubahan fungsi biokimia (Ricci
dibawah sinar UV 365 nm terdapat and Zong, 2006).
fluoresensi hijau/berwarna jingga dengan Pada penelitian ini, pengamatan
pereaksi Dragendorf. Golongan flavonoid, morfologi dilakukan di bawah mikroskop
menggunakan fase gerak kloroform-etil inverted fase kontras sesaat sebelum
asetat (6:4), plat KLT Silika gel GF 254, hasil dilakukan uji sitotoksik. Perlakuan ekstrak
positif jika diamati dibawah sinar UV 365 manggis etanol (EEM) maupun air (EAM)
nm terdapat fluoresensi hijau/berwarna mengakibatkan perubahan morfologi pada
biru atau kuning dengan pereaksi sitroborat sel HepG2, T47D, MCF-7, dan HeLa jika
(Harborne, 1996). dibandingkan sel tanpa perlakuan (kontrol).
Sel HepG2 merupakan sel yang paling
HASIL DAN PEMBAHASAN sensitif, perubahan morfologi terjadi pada
Kemampuan untuk terus menerus konsentrasi <100µg/ml, sedangkan sel
berproliferasi melalui signal pertumbuhan lainnya >100µg/ml. Keempat jenis sel yang
secara mandiri merupakan karakteristik diberi perlakuan ekstrak memperlihatkan
paling fundamental dari sel kanker. perubahan morfologi yaitu membran
Deregulasi signal pertumbuhan blebbing, cell shrinkage, pemisahan antar
menyebabkan sel kanker dapat terus sel, detachment dari permukaan dish, dan
bertahan hidup dan menginvasi jaringan pengurangan jumlah sel (Gambar 1.).
normal di seluruh bagian tubuh melalui
proses metastasis (Hanahan and Weinberg,
2011). Dengan demikian, strategi terapi
kanker mengarah pada penggunaan
senyawa/agen yang mampu menghambat
proliferasi dan menginduksi kematian sel.
Berdasarkan aktivitas dinamis seluler,
kematian sel dapat dikategorikan menjadi
Gambar 1. Perubahan morfologi sel karena perlakuan EAM dan EEM. Sel dikultur dalam 96 well plate,
kemudian diberi perlakuan EAM dan EEM konsentrasi seperti tersebut dalam cara kerja. Perubahan
morfologi sel diamati di bawah mikroskop inverted perbesaran 200x. Tanda panah (1) menunjukkan sel
normal, (2) membrane blebbing, (3) cell shrinkage.
Gambar 2. Penurunan viabilitas sel karena perlakuan EAM dan EEM. Viabilitas sel ditetapkan dengan
metode MTT, data yang ditampilkan dalam grafik merupakan representasi rerata tiga kali ulangan + SD.
Menurut Kuete and Efferth, 2015, penyebab kematian terkait kanker di urutan
nilai IC50 EAM dan EEM terhadap sel HepG2 ketiga di region Asia-Pasifik. Pengembangan
tergolong kuat, sedangkan terhadap sel terapi karsinoma hepatoseluler masih
kanker payudara (T47D dan MCF-7) serta sangat diperlukan untuk mencapai hasil
serviks (HeLa) tergolong lemah dengan nilai pengobatan yang efektif dan efisien (Zhu et
IC50 >100 µg/ml (Kuete and Efferth, 2015). al.., 2016).
Secara umum, EAM lebih potensial
dibandingkan EEM karena nilai IC50nya Perbedaan aktivitas tersebut terkait
lebih rendah. dengan komponen senyawa yang
terkandung dalam masing-masing ekstrak.
Sel HepG2 merupakan cell line Berdasarkan profil KLT, kedua ekstrak
murni karsinoma hepatoseluler manusia memiliki kandungan kimia yang mirip,
tanpa infeksi virus, digunakan sebagai namun kuantitas spot pada EEM lebih besar
model in vitro dalam riset kanker hati (Gambar 3).
(Costantini et al., 2013). Karsinoma
hepatoseluler adalah jenis kanker hati yang
paling mendominasi di berbagai negara dan
Gambar 3. Profil KLT EEM dan EAM. Eluen yang digunakan metanol-etil asetat (97:3).
Karakterisasi golongan kimia kedua 2015, melaporkan jumlah fenolik total dari
ekstrak dengan KLT juga menunjukkan ekstrak etanol 70% kulit manggis lebih
adanya kesamaan jenis, namun kuantitas besar hingga dua kali lipat jika
EEM lebih besar. Kedua ekstrak dibandingkan ekstrak air dengan
mengandung senyawa terpenoid dan menggunakan metode Folin-Ciocalteu
flavonoid (Tabel 1.). Sesuai dengan hasil (Manasathien and Khanema, 2015).
penelitian ini, Manasathien and Khanema,
Tabel 1. Karakterisasi kandungan senyawa EEM dan EAM dengan kromatografi lapis tipis
No Golongan Eluen Penampak Spot di UV Hasil
senyawa bercak 366 nm EAM EEM
1. Terpenoid Heksan-etil asetat Asam sulfat Biru + ++
(1:1) 10% kehijauan Rf 0,40 Rf 0,42
2. Flavonoid Kloroform-etil Sitroborat Hijau + ++
asetat (6:4) Rf 0,92 Rf 0,94
3. Alkaloid Etil asetat-metanol- Dragendorf - - -
air (100:13,5:10)
Mangostin merupakan kandungan utama enzim fase II. Dengan demikian, ekstrak
dalam kulit buah manggis. Mangostin dan kulit buah manggis berpotensi untuk
turunannya tergolong dalam senyawa dikembangkan lebih lanjut sebagai agen
xanton, suatu pigmen fenol berwarna alternatif dalam pengobatan antikanker,
kuning. Reaksi warna dan profil terutama hepatokarsinoma.
kromatografi xanton mirip dengan
flavonoid. Xanton memiliki efek biologis KESIMPULAN
yang cukup luas, di antaranya antioksidan, Ekstrak air dan etanolik kulit manggis
antiinflamasi, antihipertensi, toksik terhadap sel hepatokarsinoma
immunomodulator, dan antikanker (Putri, HepG2. Ekstrak air memiliki aktivitas yang
2015). lebih poten dibandingkan ekstrak etanol
Akao et al., 2008, melaporkan terhadap sel HepG2, MCF-7, T47D dan HeLa.
aktivitas antikanker xanton pada sel Riset lebih lanjut mengenai penelusuran
hepatokarsinoma melalui mekanisme mekanisme aksi dan formulasi sediaan
antioksidan, induksi apoptosis, dan induksi ekstrak air kulit manggis perlu dilakukan