Вы находитесь на странице: 1из 4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Kanker Ovarium


Kanker ovarium adalah kanker yang terdapat pada ovarium. Kanker ovarium
merupakan penyebab kematian tertinggi dari keganasan ginekologi Neoplasma ovarium
diklasifikasikan menurut jaringan asal, seperti epitel, sel-sel endokrin stroma, dan sel-sel
germinal (Jelovac et al, 2011).

Kanker ovarium merupakan penyakit heterogen yang dapat dibedakan menjadi


tiga tipe utama, yaitu sex cord stromal tumors, germ cell tumor, dan epithelial ovarian
cancer (EOC). Mayoritas kanker ovarium yang sering ditemukan adalah tipe EOC dan
memiliki beberapa subtipe, antara lain: mucinous, clear cell, endometroid, low-grade
serous, dan high-grade serous carcinoma (HGSC). Subtipe HGSC merupakan jenis
kanker epitel yang paling banyak dan juga paling agresif. Hal ini karena banyak wanita
didiagnosis telah memasuki stadium lanjut (stadium III atau IV) dengan nilai 5 tahun
ketahanan hidup (5 years survival rate) antara 20-40% (George et al., 2016).

B. Etiologi
Penyebab kanker ovarium hingga kini belum jelas, factor lingkungan dan
hormonal berperan penting dalam patogenesisnya. Berikut beberapa teori yang
menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium :
1. Hipotesis Ovulasi
Ovulasi berulang diduga sebagai penyebab utama kanker epitel ovarium. Hal ini
dikarenakan efek komulatif dari setiap trauma ringan pada epitel ovarium dapat
menyebabkan transformasi maligna. Paparan gonadotropin endogen dan eksogen
dengan ovarium yang berlangsung secara persisten juga diduga bersifat
karsinogenik. Beberapa studi menyimpulkan bahwa estrogen terbukti dapat
menstimulasi proliferasi pada sel-sel yang mengandung reseptor estrogen. Selain
itu, penggunaan terapi pengganti estrogen juga terbukti dapat meningkatkan
resiko kanker ovarium.
2. Hipotesis Androgen
Studi Risch menyimpulkan suatu hipotesis bahwa androgen mempunyai peran
penting dalam terbentuknya kanker ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil
percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen. Dalam
percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium
normal dan sel-sel kanker ovarium. Namun, studi berikutnya yang dilakukan pada
orang-orang dengan dugaan kadar androgen tinggi seperti pada penggunaan terapi
hormonal testosterone atau pengobatan androgenik, penderita polysytic ovary
syndrome (PCOS), masalah jerawat dan hirsutisme tidak ditemukan adanya bukti
yang konsisten mengenai peran androgen dalam etiologi kanker ovarium. Pada
wanita PCOS yang seringkali disertai berat badan berlebih ditemukan adanya
hubungan yang kuat dengan peningkatan resiko serous borderline tumours,
riwayat penggunaan suplemen testosterone juga terbukti dapat meningkatkan
resiko kanker ovarium, sedangkan pada wanita dengan masalah jerawat,
hirsutisme maupun riwayat penggunaan danazol tidak terbukti dapat
meningkatkan resiko kanker ovarium.
3. Faktor Genetik
Riwayat penyakit keluarga kanker ovarium atau payudara merupakan resiko
utama kanker epitel ovarium. Hal ini diduga terjadi akibat mutasi gen BRCA1 dan
BRCA2. Mutasi gen pada penyakit herediter kanker kolorektal nonpoliposis,
MSH2 dan MLH1 juga meningkatkan resiko kanker epitel ovarium yang invasive,
terutama dari subtype endometrioid. Mutasi gen CDKN2A, PTEN, TGFβRI,
km23, CTNBB1 dan PIK3CA ditemukan pada penderita kanker epitel ovarium,
terutama pada subtype endometrioid atau clear cell. Sedangkan pada 50%
penderita kanker epitel ovarium ditemukan adanya mutasi gen TP53.

C. Manifestasi Klinis
Menurut penelitian yang dilakukan pada jurnal ovarian cancer : the recognitian
and initial management menyebutkan bahwa dari penelitian yang dilakukan
didapatkan sekitar 17-64 % mengalami nyeri abdomen, 5-68 % mengalami perut
kembung, 22-86 % mengalami distensi perut, 16-33 % teraba massa di abdomen, 11-
43 % mengalami urgensi / sering BAK, 13-20 % mengalami perdarahan setelah
menstruasi, 14-39 % kehilangan nafsu makan. Jadi dari data-data diatas sebagian
besar Karsioma ovarium terjadi gangguan dari bagian abdomennya yaitu distensi
perut dan kemudian diikuti oleh perut kembung dan nyeri perut dan kemudian baru
diikuti gejala-gejala yang lainnya.

D. Komplikasi
E. Patofisiologi dan Pathway

F. Penatalaksanaan
Pengobatan utama pada kanker ovarium adalah dengan cara pembedahan yang
ditunjukan untuk mengangkat masa tumor dan melakukan penentuan stadium (
surgical staging ), selanjutnya jika diperlukan dilanjutkan dengan pemberian terapi
adjuvant seperti : pemberian obat-obat sitostatika atau kemoterapi, radioterapi, dan
immunoterapi ( Trimbos, 2010 ).
Prosedur pembedahan :
1. Surgical staging (massa terbatas pada ovarium / stadium dini)
2. Debulking (stadium lanjut)
Pada pra-pembedahan diperlukan persiapan colon dengan tujuan agar bisa
dilakukan repair bila terjadi cedera dan atau dilakukan anastomosis bila dilakukan
reseksi. Prosedur pembedahan penentuan stadium (Complete surgical staging) :
1. Pembilasan peritoneum
2. Inspeksi dan palpasi secara cermat seluruh permukaan peritoneum
3. Biopsy setiap lesi yang dicurigai metastasis tumor
4. Histerektomi total abdominal dan salpingo-ooforektomia bilateral
5. Omentektomi infrakolika
6. Biopsy atau reseksi setiap perlekatan dilekat didekat tumor primer
7. Biopsy secara buta (>2) peritoneum buli-buli dan cul de sac
8. Biopsy secara buta (>2) cekungan parakolik kiri dan kanan
9. Biopsy secara buta (>2) atau hapusan hemidiafragma kanan
10. Biopsy secara buta (>2) peritoneum dinding samping panggul pada sisi tumor
primer (ovarium fossa)
11. Samping KGB sepanjang arteri dan vena iliaka eksterna dan iliaka komunis
12. Sampling KGB sepanjang aorta dan vena cava termasuk daerah antara
mesenterika inferior dan vena renallis kiri.
Dengan dilakukan pembedahan yang sempurna diatas (complete surgical
staging) terlihat bahwa prosedur pembedahan tersebut cukup luas dan akan
mengakibatkan wanita kehilangan fungsi reproduksinya. Tindakan
pembedahan ini disebut dengan tindakan pembedahan radikal.
Jika ditemukan kanker ovarium pada wanita usia muda yang masih
memerlukan fungsi reproduksinya, maka tindakan bedah radikal ini dapat
dihindari dengan syarat-syarat tertentu, sehingga tidak perlu dilakukan
pengangkatan uterus dan ovarium yang sehat, tindakan pembedahan ini
disebut dengan pembedahan konservatif.

Вам также может понравиться