Вы находитесь на странице: 1из 20

KATA PENGANTAR

Puji syukur, saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segalah
limpahan rahmat dan hidayahnya. Sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah saya yang berjudul“PSIKOLOGI” yang nantinya akan menjadi harapan
depan .saya kedepan.

Saya telah menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya dan semaksimal


mungkin namun tentunya saya menyadari sebagai manusia biasa tidak luput dari
kesalahan dan kekurangan. Namun harapan saya kedepan semoga bisa menjadi
koreksi di masa mendatang agar lebih baik lagi dari sebelumnya.

Tak lupa ucapan terima kasih saya kepada teman-teman, saya dapat
menyusun dan menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dan puji Tuhan
sesuai dengan harapan kita bersama. Dan semoga makalah ini bisa memberikan
sumbangan pemikiran pengetahuan bagi kita semua.

Masohi,12 Januari 2018


DAFTAR ISI

Kata Pengantar:……………………………………………………….1

BAB I :……………………………………………………………….2

PENDAHULUAN:……………………………………………………3

a. Latar Belakang:………………………………………………..4
b. Rumusan Masalah:…………………………………………….5

BAB II:…………………………………………………………………6

PEMBAHASAN:………………………………………………………7

1. Pengertian psikologi:…………………………………………..8
2. Pembagian psikologi:………………………………………….9

BAB III:………………………………………………………………..10

PENUTUP:…………………………………………………………….11

- Kesimpulan:……………………………………………………12

DAFTAR PUSTAKA:…………………………………………………13
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Landasan psikologis mengemukakan beberapa hal pokok yang mempunyai


pengaruh terhadap pelayanan bimbingan dan konseling, yaitu tentang tingkah laku,
motif dan motivasi, pembawaan dan lingkungan, perkembangan dan tugas-tugas
perkembangan, belajar dan penguatan, dan kepribadian.Landasan psikologis
merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman bagi konselor tentang
perilaku individu yang menjadi sasaran layanan (klien).
Sebagai mana kita ketahui bahwa bimbingan konseling memiliki landasan,
psikologi, Sosial budaya, filosofis, pedagogis, dan historis. Setiap landasan
memiliki peran yang sama pentingnya dalam proses bimbingan dan
konseling. Individu merupakan bio psiko sosio spiritual, yang artinya bahwa
individu makhluk biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Setiap anak sejak lahir
tidak hanya mampu memenuhi tuntutan biologisnya, tepapi juga tuntutan budaya di
mana individu itu tinggal, tuntutan budaya itu dilakukan agar segala dampak
moderenisasi dapat di filter oleh individu tersebut secara otomatis, serta individu
diharapkan dapat menyesuaikan tingkah lakunya sesuai dengan budaya yang sudah
ada, agar dapat di terima dengan baik oleh lingkungan tersebut. Untuk
mengembangkan semua kemampuan penyesuaian tersebut, sangat diperlukan
sebuah bimbingan.
Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjutu tentang landasan psikologis
dansocial Budaya serta kajiannya untuk keperluan pembelajaran bimbiingan dan
konseling.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah :
Sistematika penulisan dalam makalah ini terdiri dari 3 BAB, yaitu BAB I
merupakan PENDAHULUAN yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan Penulisan dan Sistematika Penulisan. BAB II merupakan
PEMBAHASAN yang terdiri dari Landasan Psikologis, Kajian Landasan
Psikologisdalam Bimbingan dan Konseling, Landasan Sosial Budaya, dan Kajian
Landasan Sosial Budaya dalam Bimbingan dan Konseling. Dan BAB III merupakan
KESIMPULAN.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Psikologis


Psikologi merupakan salah satu bidang ilmu pengetahuan dan ilmu terapan
tentang perilaku,fungsi mental, dan proses mental manusia secara ilmia.
Latar belakang prikologis dalam BK memberikan pemahaman tentang
tingkah laku individu yang menjadi sasaran (klien). Hal ini sangat penting karena
bidang garapan bimbingan dan konseling adalah tingkah laku klien, yaitu tingkah
laku yang perlu diubah atau dikembangkan untuk mengatasi masalah yang
dihadapi.]
Peserta didik sebagai individu yang dinamis dan berada dalam proses
perkembangan, memiliki kebutuhan dan dinamika dalam interaksi dalam
lingkungannya. Di samping itu, peserta didik, senantiasa mengalami berbagai
perubahan dalam sikaf dan tingkah lakunya. Proses perkembangan tidak selalu
berlangsung secara linier (sesuai dengan arah yang diharapkan atau orma yang
dijungjung tinggi), tetapi bersifat fluktuatif dan bahkan terjadi stagnasi atau
diskoontiunitas perkembangan.
Agar perkembangan peserta didik itu berlangsung secara baik, dan
terhindar dari munculnya masalah-masalah psikologis, maka mereka perlu diberi
bantuan yang sifatnya pribadi.Bantuan yang dapat memfasilitasi perkembangan
peserta didik melalui pendekatan psikologis adalah layangan bimbingan dan
konseling.
Untuk keperluan bimbingan dan konseling sejumlah daerah kajian dalam
bidang psikologi perlu dikuasai, yaitu tentang:
1. Motif dan Motivasi
Salah satu aspek psikis yang penting diketahui adalah motif,karena
keberadaannya sangat berperan dalam tingkah laku individu.Pada dasarnya tidak
ada tingkah laku yang tanpa motif,artinya setiap tingkah laku individu itu bermotif.
.J. P. Chaplin mengemukakan, bahwa motif itu adalah satu kekuatan dalam
diri individu yang melahirkan, memelihara dan mengarahkan perilaku kepada
suatu tujuan.
Jadi motif adalah dorongan yang menggerakan seseorang dalam bertingkah
laku. Dorongan yang ada pada diri seseorang menggerakan orang itu untuk
melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang terkandung dalam dorongan itu.

Motif dikelompokan menjadi beberapa bagianyaitu sebagai berikut:


a) Motif Primer
Motif primer didasari oleh kebutuhan asli yang ada pada diri individu
sejak ia lahir kedunia.Motif primer meliputi :
 Dorongan fisiologis, motif ini besumber pada kebutuhan
organis,seperti:Dorongan untuk makan, minum,
bernafas,mengembangkan keturunan,beristirahat,bergerak, dan
sebagainya.
 Dorongan umum meliputi : Perasaan takut, kasih sayang,ingin
tahu,menyerang a,dan mengejar.
b) Motif Sekunder
Motif sekunder tidak di bawa sejak lahir, melainkan terbentuk bersamaan
dengan proses perkembangan individu yang bersangkutan. Motif ini disebut
juga motif yang diisaratkan secara social, karena manusia hidup dalam
lingkungan social dengan sesama manusia sehingga motif ini
disebut juga motif social.Dalam perkembangannya motif ini
dipengaruhi oleh tingkat peradaban, adat istiadat dan nilai-nilai yang berlaku
dalam masyarakat tempat individu itu berada. Kedalam golongan ini teramasuk,
antar lain:
 Dorongan untuk belajar ilmu pengetahuan
 Dorongan untk mengejar suatu kedudukan
 Dorongan berprestasi
 Motif-motif objektif (eksplorasi,manipulasi dan menaruh
minat)
 Dorongan ingin diterima, dihargai, persetujuan, merasa aman
 Dorongan untuk dikenal
Pengelompokan motif berdasarkan kaitan antara motif dan objek
tingkah laku dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Motif Instristik, yaitu motif yang tidak usah dirangsang dari luar, karena
memang dalam diri individu sendiri telah ada dorongan itu.
b. Motif Ekstrinstik, yaitu motif yang disebabkan oleh pengaruh rangsangan
luar.

2. Pembawaan Dasar dan Lingkungan


Pembawaan adalah suatu konsep yang dipercayai/dikemukakan oleh orang-
orang yang mempercayai adanya potensi dasar manusia yang akan berkembang
sendiri atau berkembang dengan berinteraksi dengan lingkungan. Ada pula
istilah lain yang biasa diidentikkan dengan pembawaan, yakni istilah keturunan
dan bakat. Sebenarnya ketiga istilah tersebut tidaklah persis sama
pengertiannya. Pembawaan ialah seluruh kemungkinan atau kesanggupan
(potensi) yang terdapat pada suatu individu dan yang selama masa
perkembangan benar-benar dapat diwujudkan (direalisasikan).
Pembawaan tersebut berupa sifat, ciri, dan kesanggupan yang biasa bersifat
fisik atau bisa juga yang bersifat psikis (kejiwaan). Warna rambut, bentuk mata,
dan kemampuan berjalan adalah contoh sifat, ciri, dan kesanggupan yang
bersifat fisik. Sedangkan sifat malas, lekas marah, dan kemampuan memahami
sesuatu dengan cepat adalah sifat-sifat psikis yang mungkin berasal dari
pembawaan. Pembawaan yang bermacam-macam itu tidak berdiri sendiri-
sendiri, yang satu terlepas dari yang lain. Seluruh pembawaan yang terdapat
dalam diri seseorang merupakan keseluruhan yang erat hubungannya satu sama
lain; yang satu menentukan, mempengaruhi, menguatkan atau melemahkan
yang lain. Manusia tidak dilahirkan dengan membawa sifat-sifat pembawaan
yang masing-masing berdiri sendiri-sendiri, tetapi merupakan struktur
pembawaan. Struktur pembawaan itu menentukan apakah yang mungkin terjadi
pada seseorang.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang mempengaruhi perkembangan
diri manusia, yakni orang-orang lain (individu atau masyarakat), binatang,
alam, kebudayaan, agama, adat- istiadat, iklim.
Seorang ahli psikolog Amerika, membagi lingkungan
menjadi tiga bagian sebagai berikut:
a. Lingkungan alam atau luar (eksternal or physical environment), ialah segala
sesuatu yang ada dalam dunia ini, selain manusia.
b. Lingkungan dalam (internal environment), ialah segala sesuatu yang telah
masuk ke dalam diri kita, yang dapat mempengaruhi pertumbuhan fisik kita,
misalnya makanan yang telah diserap pembuluh-pembuluh darah dalam tubuh.
c. Lingkungan sosial, ialah semua orang atau manusia lain yang mempengaruhi
kita.

3. Perkembangan Individu

Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang dialami individu


menuju kedewasaan baik fisik maupun psikis dan berlangsung secara terus
menerus selama siklus kehidupan.
4. Belajar dan Penguatan

Berdasarkan teori belajar yang dikemukakan Thorndike dengan teorinya


“Law of effect” dalam hal ini siswa akan lebih bersemangat belajar apabila
mengetahui dan mendapat hasil yang baik. Hasil yang baik akan menjadikan
balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik pada usaha belajar
selanjutnya. Sedangkan dorongan belajar itu menurut Skinner tidak dengan
penguatan yang menyenangkan, tetapi juga yang tidak menyenangkan. Siswa
yang belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan,
nilai yang baik itu mendorong siswa untuk belajar lebih giat lagi (penguatan
positif). Sebaliknya, siswa yang mendapatkan nilai yang jelek pada waktu
ulangan akan merasa takut tidak naik kelas, sehingga mendorongnya untuk
belajar lebih giat lagi. Nilai yang jelek dan takut tidak naik kelas bias juga
mendorong siswa untuk belajar lebih giat lagi (penguatan negatif).[5]

5.Kepribadian

Kepribadian menurut Allport yaitu kepribadian adalah suatu organisasi


yang dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan tingkah laku dan
pikiran individu secara khas.
6. Konflik dan Frustasi
Konflik dibedakan menjadi tiga bagian yaitu:
a. Konflik mendekat-mendekat,yaitu kondisi fisik yang dialami
individu,karena menghadapi dua motif positif yang sama kuat.
b. Konflik menjauh-menjauh,yaitu kondisi psikis yang dialami individu
karena menghadapi dua motif negative yang sama kuat.
c. Konflik mendekat menjauh,yaitu kondisi psikis yang dialami
individu,karena menghadapi satu situasi yang mengandung motif positif
dan negative yang sama kuat.

Sedangkan Frustasi dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu:


a. Frustasi Lingkungan,yaitu frustasi yang disebabkan oleh rintangan yang
terdapat dalam lingkungan.
b. Frustasi Pribadi,yaitu frustasi yang timbul dari ketidakmampuan orang itu
mencapai tujuan.
c. Frustasi Konflik,yaitu frustasi yang disebabkan oleh konflik dari berbagai
motif dalam diri seseorang.

Menurut Paul Massen dan David Krech berpendapat bahwa sikap


adalah suatu system dari tiga komponen yang saling berhubungan
yaitu kognisi,feeling dan action tendency.
Unsur-unsur sikap adalah sebagai berikut:
a. Unsur Kognisi
b. Unsur Afeksi
c. Unsur Action Tendency
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan Individu

a. Hereditas ( Keturunan )
Penurunan sifat-sifat dari satu generasi ke generasi berikutnya adalah
melalui prinsip-prinsip berikut:
1) Reproduksi,
2) Konformitas
3) Variasi,
4) Regresifilial,
b. Lingkungan
Lingkungan adalah segala hal yang mempengaruhi individu sehingga
individu itu terlibat karenanya.

Urie Bronfrenbrenner mengemukakan lapisan-lapisan lingkungan yaitu


sebagai berikut:
1) Microsystem,yaitu lingkungan yang paling dekat dengan individu.
2) Mesosystem, yaitu lingkungan yang merujuk kepada hubungan antar
Microsystem.
3) Exosistem
c. Kematangan
Kematangan adalah siapnya suatu fungsi kehidupan,baik fisik maupun
psikis untuk berkembang dan melakukan tugasnya.

8. Masalah Kebutuhan Individu


Kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan oleh individu adalah sebagai
berikut:
a. Kebutuhan Biologi
b. Kebutuhan Rasa Aman
c. Kebutuhan akan Pengakuan dan Kasih Sayang
d. Kebutuhan akan Penghargaan
e. Kebutuhan Kognitif
f. Kebutuhan Estetik
g. Kebutuhan Aktualisasi Diri

10. Masalah Belajar

Menurut W.H.Burton ada beberapa factor yang menyebabkan kesulitan


belajar yaitu sebagai berikut:
1) Ketidak seimbangan mental atau gangguan fungsi mental
2) Gangguan Fisik
3) Gangguan Emosi
-
B. Latar Belakang Sosial Budaya
Arus modernisasi di samping berdampak positif, seperti diperolehnya
kemudahan dalam bidang komunikasi dan transfortasi. Di sisi lain ternyata telah
melahirkan dampak yang kurang menguntungkan, yaitu dengan menggejalanya
berbagai problema yang semakin kompleks, baik yang bersifat personal
maupun social.
Manusia modern telah terpedaya oleh produk pemikirannya sendiri,
karena tidak mampu mengontrol dampak sampingnya, seperti rusaknya
lingkungan (banjir, longsor dll) yang memporakporandakan kenyamanan
hidupnya sendiri.
Kehidupan yang berorientasi pada kemajuan dalam bidang material
(pemenuhan kebutuhan biologis) telah emnelantarkan supra enpiris manusia,
sehingga terjadi kemiskian rohaniyah dalam dirinya. Kondisi ini ternyata sangat
kondusif bagi berkembangnya masalah-masalah pribadi dan social yang
terexspresikan dalam suasana psikologis yang kurang nyaman, seperti perasaan
cemas, stress dan perasaan terasing, serta terjadinya penyimpangan moral atau
system nilai.
Landasan sosial-budaya pun merupakan landasan yang dapat
memberikan pemahaman kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan
dimensi kebudayaan sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku
individu. Seorang individu pada dasarnya merupakan produk lingkungan sosial-
budaya dimana ia hidup. Sejak lahirnya, ia sudah dididik dan dibelajarkan untuk
mengembangkan pola-pola perilaku sejalan dengan tuntutan sosial-budaya yang
ada di sekitarnya. Kegagalan dalam memenuhi tuntutan sosial-budaya dapat
mengakibatkan tersingkir dari lingkungannya. Lingkungan sosial-budaya yang
melatarbelakangi dan melingkupi individu berbeda-beda sehingga
menyebabkan perbedaan pula dalam proses pembentukan perilaku dan
kepribadian individu yang bersangkutan. Apabila perbedaan dalam sosial-
budaya ini tidak “dijembatani”, maka tidak mustahil akan timbul konflik
internal maupun eksternal, yang pada akhirnya dapat menghambat terhadap
proses perkembangan pribadi dan perilaku individu yang besangkutan dalam
kehidupan pribadi maupun sosialnya.
Dalam proses konseling akan terjadi komunikasi interpersonal antara
konselor dengan klien, yang mungkin antara konselor dan klien memiliki latar
sosial dan budaya yang berbeda. Pederson dalam Prayitno (2003)
mengemukakan lima macam sumber hambatan yang mungkin timbul dalam
komunikasi sosial dan penyesuain diri antar budaya, yaitu :

 Perbedaan bahasa;
 Komunikasi non-verbal;
 Stereotipe;
 Kecenderungan menilai; dan
 Kecemasan.
Kurangnya penguasaan bahasa yang digunakan oleh pihak-pihak yang
berkomunikasi dapat menimbulkan kesalahpahaman. Bahasa non-verbal pun
sering kali memiliki makna yang berbeda-beda, dan bahkan mungkin bertolak
belakang. Stereotipe cenderung menyamaratakan sifat-sifat individu atau
golongan tertentu berdasarkan prasangka subyektif (social prejudice) yang
biasanya tidak tepat. Penilaian terhadap orang lain disamping dapat
menghasilkan penilaian positif tetapi tidak sedikit pula menimbulkan reaksi-
reaksi negatif. Kecemasan muncul ketika seorang individu memasuki
lingkungan budaya lain yang unsur-unsurnya dirasakan asing. Kecemasan yang
berlebihan dalam kaitannya dengan suasana antar budaya dapat menuju ke
culture shock, yang menyebabkan dia tidak tahu sama sekali apa, dimana dan
kapan harus berbuat sesuatu. Agar komuniskasi sosial antara konselor dengan
klien dapat terjalin harmonis, maka kelima hambatan komunikasi tersebut perlu
diantisipasi.
Terkait dengan layanan bimbingan dan konseling di Indonesia, Moh.
Surya (2006) mengetengahkan tentang tren bimbingan dan konseling
multikultural, bahwa bimbingan dan konseling dengan pendekatan multikultural
sangat tepat untuk lingkungan berbudaya plural seperti Indonesia.Bimbingan
dan konseling dilaksanakan dengan landasan semangat bhinneka tunggal ika,
yaitu kesamaan di atas keragaman.Layanan bimbingan dan konseling
hendaknya lebih berpangkal pada nilai-nilai budaya bangsa yang secara nyata
mampu mewujudkan kehidupan yang harmoni dalam kondisi pluralistik.
Kebutuhan akan bimbingan timbul karena adanya masalah-masalah
yangdihadap oleh inividu yang terlibat dala kehidupan masyarakat. Semakin
rumit struktur masyarakat dan keadannya, semakin banyak dan rumit pulalah
masalah yang dihadapi oleh individu yang terdapat dalam masyrakat itu.Jadi
kebutuhan akan bimbingan itu timbul karena terdapat faktor yangmenambah
rumitnya keadaan masyarakat dimana individu itu hidup. Faktor-faktoritu
diantaranya adalah sebagai berikut.
 Perubahan Konstelasi Keluarga
Pada tahun 1970 keluarga di Amerika mengalami perubahan yang
cukupberarti, seperti; melemahnya otoritas pria (suami), meningkatnya
tuntutankesamaan hak dan kewajiban kaum perempuan, dan meretaknya
kedekatanhubungan antar anggota keluarga. Masalah tersebut diikuti oleh
permasalahanlain, yaitu semakin meningkatnya angka perceraian dari tahun
1970 sampai tahun1980, dan kecenderungan orangtua tunggal dalam keluarga.
Ketidakberfungsian keluarga melahirkan dampak negatif bagi
kehidupanmoralitas anak. Bagi keluarga yang mengalami kondisi disfungsional
seperti diatas, seringkali dihadapkan kepada kebuntuan atau kesulitan mencari
jalan keluaratau pemecahan masalah yang dihadapinya, sehingga apabila tidak
segeramendapat bantuan dari luar, maka masalah yang dihadapinya akan
semakin parah.Salah satu bantuan yang dapat memfasilitasi keluarga
memecahkan masalah yangdihadapinya adalah layanan bimbingan dan
konseling yang berupaya membantuuntuk memelihara kebutuhan atau
keharmonisan keluarga.
 Perkembangan Pendidikan
Demokrasi dalam bidang kenegaraan menyebabkan demokratisasi
dalambidang kehidupan, termasuk bidang pendidikan.Hal ini berarti
pemberiankesempatan kepada setiap orang untuk menikmati pendidikan
yangdiselenggarakan oleh pemerintah atau pun oleh badan swasta. Kesempatan
yangterbuka ini menyebabkan berkumpulnya murid-murid dari berbagai
kalanganyang berbeda-beda latar belakangnya antara lain: agama, etnis,
keadaan sosial,adat istiadat dan ekonomi. Hal semacam ini menimbulkan
bertumpuknya masalahyang dihadapi oleh orang yang terlibat dalam kelompok
campuran itu.Pemecahanini dapat diperoleh dengan melakasanakan bimbingan
bagi anggota kelompok yang bersangkutan, dalam hal ini kelompok murid
sekolah.
 Dunia Kerja
Berbagai perubahan dalam dunia kerja menuntut keahlian khusus dari
parapekerja.Untuk itu perlu dipersiapkan tenaga-tenaga yang terampil dan
memilikisikap mental yang tangguh dalam bekerja.Bimbingan dan konseling
diperlukanuntuk membantu menyiapkan mental para pekerja yang tangguh itu.
 Perkembangan Kota Metropolitan
Kecenderungan bertumbuhnya kota-kota di abad ke-21 akan mendorong
semakin meledaknya arus urbanisasi. Kondisi ini akan menimbulkandampak
sosial yang buruk bagi kehidupan masyarakat di perkotaan. Kondisi kehidupan
di atas dapat menjadi sumber pemicu malapetaka kehdupan terutama
menyangkut masalah-masalah psikologis seperti gejala ”maladjustment”
dan”Pathologic”(gangguan sakit jiwa dan sakit jiwa. Bimbingan dan konseling
dibutuhkan untuk membantu masyarakat mengatasi masalah-masalah psikologis
sehingga meraka dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
 Perkembangan Komunikasi
Dampak media massa (terutama televisi) terhadap kehidupan
manusia sangatlah besar. Di samping itu program-program yang
ditayangkannya tidak sedikit merusak nilai-nilai pendidikan, karena
banyak adegan kekerasan, mistik dan moral.Sehubungan dengan hal
tersebut, sangatlah penting bagi orang tua untuk membimbing anak,
dalam rangka mengembangkan kemampuannya untuk menilai setiap
tayangan yang ditontonnya secara kritis.Dalam hal ini layanan
bimbingan yang memfasilitasi berkembanganya kemampuan anak
dalam mengambil keputusan (decision making skill) merupakan
pendekatan yang sangat tepat.
 Seksisme dan Rasisme
Seksisme merupakan faham yang mengunggulkan salah satu
jenis kelamin dari jenis kelamin yang lainnya, sementara rasisme
merupakan faham yang mengunggulkan ras yan satu dari ras yang
lainnya.di Amerika seksisme masih merupakan kebiasaan atau
fenomena umum di kalangan masyarakat. Fenomena ini seperti
Nampak dari sikaf para orangtua yang masih memegang budaya
tradisional dalam pemilihan karir bagi anak wanita, yaitu membatasi
atau tidak memberika kebebasan pada anak wanita untuk memilih
sendiri karir yang diminatinya. Berdasarkan kondisi tersebut, maka
program bimbingan mempunyai peranan penting, dalam upaya
membantu orangtua agar memiliki pegangan bahwa anak wanita pun
memiliki peluang yang sama dengan anak laki-laki dalam memilih karir
yang disenanginya.
 Kesehatan Mental
Terkait dengan banyaknya masalah kesehatan mental maka
sekolah atau lembaga perusahaan dituntut untuk menyelenggarakan
program layanan bimbingan dan konseling dalam upaya
mengembangkan mental yang sehat dan mencegah serta
menyembuhkan mental yang tidak sehat.
 Perkembangan Teknologi
Dengan perkembangan teknologi yang pesat, timbul dua masalah
penting yang menyebabkan kerumitan struktur dan keadaan
masyarakat, yaitu:
 Penggantian sebagian besar tenaga kerja dengan alat-alat
mekanis/elektronik, dan hal ini mau tidak mau
menyebabkan pengangguran.
 Bertambahnya jenis-jenis pekerjaan dan jabatan baru yang
menghendaki keahlian khusus dan memerlukan pendidikan khusus
pula bagi orang yang hendak menjabatnya.
 Kondisi Moral dan Keagamaan
Kebebasan untuk menganut agama sesuai dengan keyakinan
masing-masing individu, menyebabkan seorang individu berfikir dan
menilai setiap agama yang dianutnya.Kadang-kadang menilainya
berdasarkan nilai moral umum yang di anggapnya paling baik. Hal
semacam ini kadang menimbulkan keraguan akan kepercayaan yang
telah diwarisinya dari orang tua mereka. Terutama pada kaum muda
penilaian terhadap keyakinan agama itu sering didasarkan atas
kesenangan pribadi yang nyata yang akan membawa kepada perasaan
tertekan oleh norma-norma agama ataupun nilai moral yang dianutnya
oleh orangtuanya atau mayarakat terdekat. Ini dibandingkan pula
dengan norma-norma yang telah diciptakan dalam kelompok mereka
sendiri. Dengan demikian mereka akan dihadapkan pada pilihan-pilihan
yang tidak mudah untuk ditentukan karena menyangkut hal yang sangat
mendasar dan peka. Makin banyak ragamnya ukuran penilaian makin
besar pula konflik yang diderita oleh individu yang bersangkutan dan
makin bersarlah kebutuhan akan bimbingan yang baik untk
menanggulanginya.

 Kondisi Sosial Ekonomi


Perbedaan yang besar dalam faktor ekonomi diantara anggota
kelompok campuran, menimbulkan masalah yang berat.Masalah ini
terutama sanagt dirasakan oleh individu yang berasal dari golongan
ekonomi lemah, tidak mampu, atau golongan rendahan.Dikalangan
mereka terutama anak-anak yang berasal dari social eknomi lemah
tidak mustahil timbul kecemburuan social perasaan rendah diri, atau
perasaan tidak nyaman untuk bergaul dengan anak-anak dari kelompok
orng-orang kaya.Untuk menanggulangi masalah ini dengan sendirinya
perlu melakukan adanya bimbingan, baik terhadap mereka yang datang
dari golongan yang kurang mampu ataupun dari mereka yang berasal
dari golongan sebaliknya.

BAB III
KESIMPULAN
Latar belakang prikologis dalam BK memberikan pemahaman tentang
tingkah laku individu yang menjadi sasaran (klien). Hal ini sangat penting karena
bidang garapan bimbingan dan konseling adalah tingkah laku klien, yaitu tingkah
laku yang perlu diubah atau dikembangkan untuk mengatasi masalah yang
dihadapi.
Peserta didik sebagai individu yang dinamis dan berada dalam proses
perkembangan, memiliki kebutuhan dan dinamika dalam interaksi dalam
lingkungannya. Di samping itu, peserta didik, senantiasa mengalami berbagai
perubahan dalam sikaf dan tingkah lakunya. Proses perkembangan tidak selalu
berlangsung secara linier (sesuai dengan arah yang diharapkan atau orma yang
dijungjung tinggi), tetapi bersifat fluktuatif dan bahkan terjadi stagnasi atau
diskoontiunitas perkembangan.
Agar perkembangan peserta didik itu berlangsung secara baik, dan
terhindar dari munculnya masalah-masalah psikologis, maka mereka perlu diberi
bantuan yang sifatnya pribadi.Bantuan yang dapat memfasilitasi perkembangan
peserta didik melalui pendekatan psikologis adalah layangan bimbingan dan
konseling.
Sedangkan latar belakan social budaya perlunya bimbingan dan konseling
adalah dilatarbelakangi oleh Arus modernisasi di samping berdampak positif,
seperti diperolehnya kemudahan dalam bidang komunikasi dan transfortasi. Di sisi
lain ternyata telah melahirkan dampak yang kurang menguntungkan, yaitu dengan
menggejalanya berbagai problema yang semakin kompleks, baik yang bersifat
personal maupun social.
Manusia modern telah terpedaya oleh produk pemikirannya sendiri, karena
tidak mampu mengontrol dampak sampingnya, seperti rusaknya lingkungan
(banjir, longsor dll) yang memporakporandakan kenyamanan hidupnya sendiri.
Kehidupan yang berorientasi pada kemajuan dalam bidang material
(pemenuhan kebutuhan biologis) telah emnelantarkan supra enpiris manusia,
sehingga terjadi kemiskian rohaniyah dalam dirinya. Kondisi ini ternyata sangat
kondusif bagi berkembangnya masalah-masalah pribadi dan social yang
terexspresikan dalam suasana psikologis yang kurang nyaman, seperti perasaan
cemas, stress dan perasaan terasing, serta terjadinya penyimpangan moral atau
system nilai.

DAFTAR PUSTAKA

1. Erman Amti,Prayitno.Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.PT.Rineka


Cipta.Jakarta.2004
2. Yusuf,Syamsu.Landasan Bimbingan dan Konseling.PT.Remaja
Rosdakarya.Bandung.2011
3. Aqib, Zainal. Ikhtisar Bimbingan & Konseling di Sekolah. PT.Yrama Widya.
Bandung.2008
4. Gunawan, Yusuf. Pengantar Bimbingan dan Konseling. PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta 1992
5. Ketut Sukardi.Proses Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah.PT. Rineka
Cipta. Jakarta: 2008.
6. Munir Amin, Samsul. Bimbingan dan Konseling Islam. PT.Amzah.
Jakarta.2010.
7. Tohirin. Bimbingan Dan Konseling Berbasis Integrasi.PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.2008.

Вам также может понравиться