Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian dan fungsi Bimbingan dan Konseling
2) Untuk mengetahui prinsip dan asas Bimbingan dan Konseling
3) Untuk mengetahui ruang lingkup Bimbingan dan Konseling
4) Untuk mengetahui kaitan BK dengan pelaksanaan kurikilum 2013
1.4 Manfaat
Manfaat untuk pembaca dalam mengetahui hal-hal yang berkaitan tentang Konsep
dasar Bimbingan dan Konseling. Selain mengetahui, pembaca juga dapat mengembangkan
dan mengaplikasikan ilmu tersebut dalam kegiatan belajar dan mengajar.
2
3
BAB II
KAJIAN TEORI
3
4
4
5
diperlukan agar masalah-masalah yang dialami siswa dapat teratasi sesegera mungkin. Fungsi
pemecahan merupakan usaha sekolah untuk mengatasi berbagai masalah atau kesulitan yang
dialami siswa dalam proses belajar di sekolah. Masalah-masalah yang dialami siswa itu dapat
berupa sikap dan kebiasaan yang buruk dalam belaiar kesulitan dalam menangkap isi
pelajaran, kurang motif dalam belajar, tidak dapat menyesuaikan diri secara baik dengan
teman-temannya, masalah kesehatan, dan sebagainya. Fungsi pemecahan ini dapat
diselenggarakan oleh konselor atau guru sesuai dengan jenis dan sifat dari kesulitan yang
dialami oleh siswa.
4. Fungsi pengembangan
Pelayanan bimbingan dan konseling bukan sekadar mengatasi kesulitan yang dialami
siswa melainkan juga berupaya agar siswa dapat mengembangkan segenap potensi yang
dimilikinya. Fungsi ini dapat dilakukan antara lain dengan menyalurkan bakat, kemampuan,
dan minat, serta cita-cita siswa dengan menyediakan berbagai kegiatan di di sekolah seperti
kegiatan olah raga, kesenian, kelompok-kelompok studi tertentu, karyawisata, palang merah
remaja, pramuka, dan kelompok pencinta alam.
Semua murid pada dasarnya memerlukan layanan bimbingan dan konseling sesuai
dengan jenis dan sifat masalah yang dihadapinya. Berdasarkan atas pertimbangan waktu,
tempat, tenaga dan dana; banyak sekolah yang membatasi program bimbingan dan konseling
untuk membantu murid yang mengalami masalah tertentu saja, seperti potensial putus
sekolah, kesulitan dalam belajar, dan kesulitan dalam mengadakan penyesuaian diri di
sekolah. Untuk ini perlu ada kriteria untuk mengatur prioritas pelayanan bimbingan dan
konseling kepada siswa-siswa.
Bimbingan dan konseling tidak hanya untuk siswa-siswa tingkat sekolah atau
kelaskelas tertentu saja, tetapi adalah untuk semua siswa mulai dari taman kanak-kanak
5
6
sampai perguruan tinggi, bahkan juga untuk orang-orang dewasa. Bimbingan diberikan mulai
sejak anak memasuki sekolah dan dilanjutkan terus sambil siswa mengalami tahap-tahap
maju di sekolah sampai ia menamatkan pendidikan di sekolah yang bersangkutan.
Bimbingan dan konseling terkait dengan pribadi secara keseluruhan dan terarah pada
pertumbuhan dan perkembangan jasmaniah, mental, sosial, dan emosional. Manusia pada
hekikatnya adalah holistik, tingkah lake dan pertumbuhannya tidak dapat dipenggal-penggal
dan dipisahkan. Dewasa ini banyak kepala sekolah, guru, dan warga masyarakat lainnya yang
menganggap bahwa bimbingan adalah bimbingan karier. Menurut konsep ini yang ada di
sekolah adalah bimbingan karier. Anggapan ini sudah tentu mengelirukan. Walaupun
perencanaan dan pemberian informasi tentang pekerjaan/jabatan merupakan layanan yang
amat penting, tetapi layanan-layanan bimbingan lain pun sama pentingnya.
Ada kecenderungan dari guru-guru yang lebih senang memberitahukan kepada murid
tentang apa yang harus dilakukannya. Siswa selalu dituntun untuk melakukan apa yang harus
dilakukan. Biasanya "apa yang harus dilakukan" itu berada di dalam kepala guru. Siswa tidak
pernah tahu tentang apa yang harus dilakukannya. Akibatnya, siswa selalu menunggu apa
yang akan disuruhkan atau diperintahkan oleh guru. Pelaksanaan pendidikan dan pengajaran
seperti ini berkemungkinan besar dapat menghasilkan manusia-manusia yang pasif di
dikemudian hari.
5. Pelaksanaan bimbingan dan konseling menghendaki adanya kerja sama dari murid,
orang tua, kepala sekolah, dan konselor.
Sering dikatakan bahwa bimbingan dan konseling adalah usaha bersama. Hal ini
berarti bahwa pelaksanaan bimbingan dan konseling memerlukan adanya kerjasama dari
berbagai pihak yaitu murid, orang tua, guru, kepala sekolah, konselor, dan petugas sekolah
lainnya. Tanpa adanya dukungan dan kerjasama dari pihak yang terkait, pelaksanaan
bimbingan dan konseling dapat menjadi mandeg. Untuk memungkinkan terjadinya kerja
sama dari pihak itu, perlu diatur dan ditetapkan peranan dan tanggung jawabnya masing-
masing. Dalam hal ini kendali berada di tangan kepala sekolah.
6
7
1. Asas Kerahasiaan
Penerapan asas kerahasiaan dalam layanan bimbingan dan konseling mengandung
pengertian bahwa segala sesuatu yang dibicarakan individu dalam proses bimbingan dan
konseling tidak boleh disampaikan kepada orang lain. Dengan demikian para petugas
bimbingan (konselor, guru, wali kelas, dan bimbingan lainnya) harus menyimpan dan
menjaga kerahasiaan segala data dan keterangan tentang siswa, baik yang diperoleh langsung
dari murid itu sendiri maupun yang diperoleh dari orang lain.
7
8
2. Asas Kesukarelaan
Asas kesukarelaan mengandung pengertian bahwa pelayanan bimbingan dan
konseling hendaknya berlangsung atas dasar kesukarelaan dan ketulusan, baik dari pihak
konselor maupun dari pihak klien. Dalam hal ini harus diingat bahwa berkewajiban
menumbuhkan sikap kesukarelaan itu pada diri siswa, sehingga dia mampu menghilangkan
kesukarelaan rasa keterpaksaan berada dalam suasana bimbingan tersebut. Asas kesukarelaan
sangat erat kaitannya dengan asas kerahasiaan. Jika siswa telah meyakini bahwa masalahnya
akan dirahasiakan oleh gurunya, maka sangat siswa pun akan mendatangi gurunya secara
sukarelauntukmenceritakanmasalah dia.
3. Asas Keterbukaan
Bimbingan dan konseling akan memperoleh hasil yang besar bila berlangsung dalam
suasana saling terbuka. Diharapkan masing-masing pihak bersedia membuka diri untuk
kepentingan pemecahan masalah yang dialami oleh klien. Siswa yang menjadi klien
diharapkan dapat mengungkapkan masalahnya dengan terbuka tanpa ada yang ditutup-tutupi,
dan begitu pula pembimbing hendaknya dapat menanggapi permasalahan tersebut secara
terbuka.
4. Asas Kekinian
Masalah yang perlu dan langsung ditanggulangi dalam bimbingan dan konseling
adalah masalah yang sedang dialami atau sedang dirasakan oleh klien pada saat sekarang,
bukan masalah yang dialami pada masa lampau, dan juga bukan masalah yang mungkin
terjadi pada masa yang akan datang. Dengan demikian pembimbing tidak akan
membahasmasalah yang dialami klien pada masa lampau dan juga tidak akan menangani
masalah klien yang mungkin dialami pada masa yang akan datang bila keadaan tersebut tidak
berkaitan dengan masalahnya sekarang.
5. Asas Kemandirian
Asas kemandirian mengandung pengertian bahwa pelayanan bimbingan dan konseling
berguna untuk membuat siswa menjadi mandiri, tidak tergantung kepada orang lain
umumnya, dan kepada pembimbing khususnya.
8
9
6. Asas Kegiatan
Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah akan membuahkan hasil yang berarti
bilamana siswa melakukan kegiatan-kegiatan tertentu dalam usahanya mencari tujuan
bimbingan dan konseling. Asas kegiatan dalam bimbingan dan konseling mengharapkan
siswa melakukan kegiatan-kegiatan tertentu sehubungan dengan isi dan proses layanan yang
diterimanya. Oleh sebab itu, guru hendaklah berusaha membangkitkan semangat dan minat
siswa untuk mau melaksanakan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk penyelesaian
masalah yang dihadapinya.
7. Asas Kedinamisan
Pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki terjadinya perubahan pada diri
siswa yaitu perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Perubahan yang menjadi tujuan
dari bimbingan dan konseling tidak hanya sekedar mengulang hal-hal lama yang
bersifatmonoton, melainkan perubahan yang menuju ke sesuatu yang baru, kreatif dan maju.
8. Asas Keterpaduan
Masalah-masalah yang dialami murid dapat disebabkan karena tidak adanya saling
kesesuaian dan keterpaduan dari berbagai segi yang ada pada dirinya. Asas keterpaduan
berisi keterpaduan yang ada pada diri siswa, dan juga keterpaduan antara isi dan proses
layanan yang diberikan. Jangan sampai terjadi aspek layanan yang satu tidak sesuai dengan
aspek layanan yang lain.
9. Asas Kenormatifan
Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dilaksanakan menurut norma-norma
yang berlaku; baik norma agama, norma adat, norma hukum maupun kebiasaan sehari-hari.
9
10
10
11
BAB III
PEMBAHASAN
11
12
Ruang lingkup bimbingan dan konseling di sekolah mencakup upaya bantuan yang
meliputi bidang bimbingan pribadi, bimbingan Sosial, bimbingan belajar dan bimbingan
karier.
12
13
Bimbingan dan konseling adalah upaya pendidikan dan merupakan bagian integral dari
pendidikan yang secara sadar memposisikan “… kemampuan peserta didik untuk
mengeksplorasi, memilih, berjuang meraih, serta mempertahankan karier itu ditumbuhkan
secara isi-mengisi atau komplementer oleh guru bimbingan dan konseling atau konselor dan
oleh guru mata pelajaran dalam setting pendidikan khususnya dalam jalur pendidikan formal,
dan sebaliknya tidak merupakan hasil upaya yang dilakukan sendirian oleh Konselor, atau
yang dilakukan sendirian oleh Guru. (ABKIN: 2007).
Pada tahun 2013 ditetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum. Khusus Lampiran IV
tentang Pedoman Umum Pembelajaran Bagian VIII mengenai Konsep dan Strategi Layanan
Bimbingan dan Konseling. Peraturan ini paling lengkap memuat substansi tentang Bimbingan
dan Konseling dan secara jelas menyebutkan hal-hal pokok yang menjadi kelengkapan
substansi pelayanan Bimbingan dan Konseling baik dalam implementasinya Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini di satuan-satuan pendidikan maupun sebagai suatu
profesi. Substansi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini memberikan konsep
tentang arah layanan dan pengembangan BK, komponen dan strategi layanan, arah
pelaksanaan, dan pelaksana layanan yaitu Guru BK atau Konselor dan pihak-pihak yang
terkait demi suksesnya pelayanan BK dalam rangka keseluruhan proses pembelajaran di
satuan-satuan pendidikan.
Ini berarti bahwa proses peminatan, yang difasilitasi oleh layanan bimbingan dan
konseling, tidak berakhir pada penetapan pilihan dan keputusan bidang atau rumpun
keilmuan yang dipilih peserta didik di dalam mengembangkan potensinya, yang akan menjadi
dasar bagi perjalanan hidup dan karir selanjutnya, melainkan harus diikuti dengan layanan
13
14
pembelajaran yang mendidik, aksesibilitas perkembangan yang luas dan terdiferensiasi, dan
penyiapan lingkungan perkembangan/belajar yang mendukung. Dalam konteks ini bimbingan
dan konseling berperan dan berfungsi, secara kolaboratif, dalam hal-hal berikut:
Untuk mewujudkan arahan Pasal 1 (1), 1 (2), Pasal 3, dan Pasal 4 (3) Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional secara utuh, kaidah-kaidah
implementasi Kurikulum 2013 sebagaimana dijelaskan harus bermuara pada perwujudan
suasana dan proses pembelajaran mendidik yang memfasilitasi perkembangan potensi
peserta didik. Suasana belajar dan proses pembelajaran dimaksud pada hakikatnya adalah
proses mengadvokasi dan memfasilitasi perkembangan peserta didik yang dalam
implementasinya memerlukan penerapan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling.
Bimbingan dan konseling harus meresap ke dalam kurikulum dan pembelajaran untuk
mengembangkan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan potensi peserta
didik. Untuk mewujudkan lingkungan belajar dimaksud, guru hendaknya: (1) memahami
kesiapan belajar peserta didik dan penerapan prinsip bimbingan dan konseling dalam
pembelajaran, (2) melakukan asesmen potensi peserta didik, (3) melakukan diagnostik
kesulitan perkembangan dan belajar peserta didik, (4) mendorong terjadinya internalisasi
nilai sebagai proses individuasi peserta didik. Perwujudan keempat prinsip yang
disebutkan dapat dikembangkan melalui kolaborasi pembelajaran dengan bimbingan dan
konseling.
14
15
Dalam upaya membangun karakter sebagai suam keutuhan perkembangan, sesuai dengan
arahan Pasal 4 (3) UU No. 20/2003, Kurikulum 2013 menekankan pembelajaran sebagai
proses pemberdayaan dan pembudayaan. Untuk mendukung prinsip dimaksud bimbingan
dan konseling tidak cukup menyelenggarakan fungsi-fungsi inreach tetapi juga
melaksanakan fungsi outreach yang berorientasi pada penguatan daya dukung lingkungan
perkembangan sebagai lingkungan belajar. Dalam konteks ini kolaborasi guru bimbingan
dan konseling/konselor dengan guru mata pelajaran hendaknya terjadi dalam konteks
kolaborasi yang lebih luas, antara lain: (1) kolaborasi dengan orang tua/keluarga, (2)
kolaborasi dengan dunia kerja dan lembaga pendidikan, (3) “intervensi” terhadap institusi
terkait lainnya dengan tujuan membantu perkembangan peserta didik.
Dalam kaitannya dengan kurikulum 2013 peran guru bimbingan dan konseling atau
konselor sangat penting. Hal ini tampak dari penjelasan mengenai konsep dasar
bimbingan dan konseling itu sendiri yang mencakup definisi, fungsi,prinsip dan asas dari
proses bimbingan. Apabila berpedoman pada prinsip dan asas dari pengertian bimbingan
dan konseling benar-benar diterapkan dalam proses bimbingan maka, akan tercapai
tujuan pendidikan. Peran seorang guru bimbingan dan konseling atau konselor dan guru
kelas dalam implementasi kurikulum 2013 sangatlah berat, karena sejak
diberlakukannya kurikulum 2013, di tingkat SMA penjurusan kelompok peminatan
sudah diterapkan siswa sejak awal masuk. Siswa diarahkan untuk belajar sesuai dengan
bakat, minat dan kemampuan kecenderungan pilihannya. Sehingga guru bimbingan dan
konseling harus membantu siswa dalam memilih dan menentukan arah peminatan,
pengembangan karir dan mempersiapkan siswa untuk memilih perguruan tinggi yang
sesuai dengan kemampuan dasar masing-masing siswa. Bahkan sejak siswa duduk
dibangku SMP, seorang guru bimbingan dan konseling harus sudah membantu dan
memersiapkan siswanya dalam memilih dan menyiapkan pilihan studi lanjutan
siswanya.
15
16
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bimbingan dan konseling merupakan suatu wadah yang bertujuan untuk membantu
dan membimbing seseorang dalam memecahkan masalahnya atau mengembangkan potensi
dirinya yang dilakukan oleh seorang konselor / guru kepada klien/ muridnya sesuai dengan
asas-asas dan kode etik yang berlaku dalam bimbingan dan konseling. Adapun asas yang
menjadi landasan terlaksananya bimbingan konseling antara lain: asas Kerahasiaan,
Kesukarelaan, Keterbukaan, Kegiatan, Kemandirian, Kekinian, Kedinamisan, Keterpaduan,
Kenormatifan, Keahlian, Alih Tangan Kasus dan Tut Wuri Handayani. Sedangkan
Bimbingan konseling sendiri memiliki fungsi antara lain; Fungsi Pencegahan, Fungsi
Pemahaman, Fungsi Perbaikan, Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan, Fungsi
Penyembuhan, Fungsi Penyesuaian, Fungsi Penyaluran, dan Fungsi Fasilitas.
B. Implikasi
Seorang konselor/ guru pembimbing sebaiknya selalu memegang teguh asas-asas dan
kode etik bimbingan dan konseling dalam memberi pelayanan kepada konseling / siswanya
serta senantiasa bertanggungjawab atas keberhasilan siswa dalam rangka mencetak
kepribadian yang luhur.
16
17
DAFTAR PUSTAKA
Nurihsan, A.J. (2007). Bimbingan & Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung:
Refika Aditama.
Yusuf, Syamsu dan Nurihsan A.J (2008) Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung:
Remaja Rosdakarya
http://huseinmuhibbi.blogspot.com/2016/02/makalah-konsep-bimbingan-konseling.html
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/195608101981011-
D._NUNU_HERYANTO/PRINSIP-PRINSIP_BPx.pdf
http://www.academia.edu/12140114/Implementasi_Bimbingan_Konseling_Dalam_Kurikulu
m_2013_dan_KTSP
https://www.google.com/amp/www.kompasiana.com/amp/maratuz/ruang-lingkup-tujuan-
dan-fungsi-bimbingan-dan-konseling_56e913e9799773600f3deb6a?client=ms-opera-
mobile&espv=1
17