Вы находитесь на странице: 1из 10

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN

KERJA (SMK3) DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI


TREAT AND SHIP OPERATIONS–FACILITY OPERATIONS
PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA DURI

Oleh:
Sri Novianti¹, Halinda Sari Lubis², Lina Tarigan²

¹Program Sarjana, FKM USU, Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


²Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia
Email: srinoviantiysuf@yahoo.com

ABSTRAK

Implementation of Occupational Health and Safety Management Systems and Work


Accident in Treat and Ship Operations-Facility Operations of PT Chevron Pacific Indonesia
Duri. Occupational Health and Safety Management System gives an important role in reducing
the incidence of occupational accidents and prevent health problems because of work,
especially in high temperature machines and chemicals in some stages of production.
Implementation of Occupational Health and Safety Management System is to minimize and
even eliminate accidents.
This research uses descriptive research with quantitative approach which aims to describe the
implementation of the Occupational Health and Safety Management System with the accident
in Treat and Ship Operations. Sample size in this study is 60 people were taken using simple
random sampling technique at the Treat and Ship Operations . Data were collected by direct
observation and interviews with workers using a questionnaire containing questions about
implementation of Occupational Health and Safety Programmes such as Fundamental Safe
Work Practice, Behaviour Based Safety, Hazard Identification, Stop Work Authority and Self
Stop Work Authority.
The results showed that the application of the Occupational Health and Safety Management
System at the Treat and Ship Operations - Facility Operations PT Chevron Pacific Indonesia
Duri included in good categories is equal to 98.3 %.
Based on the research results, the PT CPI should do a direct approach to working safely and
using PPE, coaching and training, particularly on Behaviour Based Safety, and also increase
Occupational Health and Safety Management System in order to be better in the future.

Keywords: Occupational Health and Safety Management System and, Implementation of


Occupational Health and Safety Programmes, Accident,Treat and Ship Operations

Pendahuluan
Dunia usaha saat ini disibukkan dengan Persyaratan tersebut adalah kewajiban
adanya sejumlah persyaratan dalam melaksanakan Sistem Manajemen
perdagangan global, yang tentu akan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, sesuai
menambah beban bagi industri. dengan Undang-Undang No. 13 tentang

1
Ketenagakerjaan tahun 2003 pasal 87. Kewajiban untuk menerapkan SMK3
Persyaratan ini sebenarnya suatu ditujukan untuk perusahaan yang
kewajiban karena seharusnya sudah mempekerjakan pekerja/buruh paling
diperhitungkan sebagai investasi sedikit 100 (seratus) orang, perusahaan
perusahaan, sehingga tidak ada suatu yang mempunyai tingkat potensi bahaya
kejadian atau kecelakaan yang dapat tinggi (ketentuan mengenai tingkat
diabaikan begitu saja, betapa pun kecilnya potensi bahaya tinggi sesuai dengan
kecelakaan yang terjadi tersebut. ketentuan peraturan perundang-undangan).
Penerapan keselamatan dan kesehatan PT Chevron Pacific Indonesia (CPI)
kerja melalui SMK3 telah berkembang di merupakan salah satu unit usaha
berbagai negara baik melalui pedoman perusahaan minyak Amerika yaitu
maupun standar. Untuk memberikan Chevron Corporation yang berada di
keseragaman bagi setiap perusahaan dalam bawah unit bisnis wilayah IndoAsia
menerapkan SMK3 sehingga perlindungan Business Unit (IBU). PT CPI telah
keselamatan dan kesehatan kerja bagi memperoleh Golden Flag dalam beberapa
tenaga kerja, peningkatan efisiensi, dan tahun terakhir. Namun perolehan Golden
produktifitas perusahaan dapat terwujud Flag tersebut tidak menjamin bahwa
maka ditetapkanlah Peraturan Pemerintah Sistem Manajemen Keselamatan dan
No. 50 Tahun 2012 yang mengatur tentang Kesehatan Kerja yang dilaksanakan di PT
penerapan SMK3. CPI sudah berjalan dengan baik. PT CPI
Setiap tahun ribuan kecelakaan terjadi di yang bergerak dalam bidang eksplorasi
tempat kerja yang menimbulkan korban minyak bumi melakukan beberapa tahapan
jiwa, kerusakan materi dan gangguan proses yang menggunakan alat-alat berat,
produksi. Data di PT Jamsostek bahan kimia, serta mesin bersuhu tinggi
menyebutkan kejadian kecelakaan yang memiliki potensi sangat besar untuk
cenderung meningkat dalam kurun waktu menimbulkan kecelakaan kerja maupun
lima tahun terakhir, menyusul makin penyakit akibat kerja. Beberapa tahapan
bertambahnya jumlah peserta yang proses kerja di bagian Treat and Ship
terdaftar. Data terakhir pada 2013 tercatat Operations – Facility Operations dimulai
sebanyak 129.911 kasus kecelakaan kerja, dari mengoperasikan fasilitas Heat
dengan pembayaran jaminan kecelakaan Exchanger Oil Treating Plant,
kerja mencapai Rp618,49 miliar. mengoperasikan Gas Boot Oil Treating
Sistem Manajemen Keselamatan dan Plant, mengoperasikan FWKO Tank Oil
Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian Treating Plant, mengoperasikan Wash
dari sistem manajemen secara keseluruhan Tank Oil Treating Plant, mengoperasikan
yang meliputi struktur organisasi, Shipping Tank Oil Treating Plant,
perencanaan, tanggung jawab, melakukan pengujian BS&W, melakukan
pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber Sand Trap dan Waste Pit Water Treating
daya yang dibutuhkan bagi pengembangan Plant, mengoperasikan fasilitas API
penerapan, pencapaian, pengkajian dan Separator Pit A-B dan C-D Water
pemeliharaan kebijakan keselamatan dan Treating Plant, mengoperasikan fasilitas
kesehatan kerja dalam rangka Floatation Pit Water Treating Plant,
pengendalian resiko yang berkaitan melakukan pengujian Oil Content,
dengan kegiatan kerja guna terciptanya melakukan pengujian PH dan secara
tempat kerja yang aman, efisien dan general melakukan Floatation Water
produktif (PP No. 50 Tahun 2012). Facilities Water Treating Plant.

2
Keseluruhan tahapan ini menggunakan 4. Distrik Duri sebagai daerah operasi
mesin bersuhu tinggi dan bahan kimia produksi minyak (sekitar 112 km
yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dari distrik Rumbai).
kerja sehingga penerapan SMK3 5. Distrik Dumai sebagai tempat
perusahaan yang baik sangat diperlukan pelabuhan untuk pengapalan minyak
untuk meminimalisir atau bahkan mentah (sekitar 184 km dari Distrik
mengeliminasi kecelakaan kerja. Rumbai).
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti CPI secara bisnis bergerak di bidang
tertarik untuk meneliti mengenai eksploitasi minyak bumi. Cakupan
penerapan SMK3 dengan kejadian eksploitasi tersebut mulai dari evaluasi
kecelakaan kerja di Treat and Ship kandungan reservoir hingga
Operations – Facility Operation PT memproduksinya dari dalam perut bumi.
Chevron Pacific Indonesia Duri. Produk yang dihasilkan oleh CPI adalah
minyak mentah yang dipasarkan di
Metode Penelitian beberapa negara untuk pengolahan lebih
lanjut. Kegiatan operasi meliputi kegiatan
Jenis penelitian ini adalah deskriptif eksplorasi dan produksi.
dengan pendekatan kuantitatif yang Resiko bekerja pada lingkungan CPI
bertujuan untuk mengetahui gambaran sangat besar, kemungkinan terjadi
penerapan Sistem Manajemen kecelakaan sangat tinggi, maka dari itu
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan perusahaan selalu menekankan untuk
kejadian kecelakaan di Treat and Ship mementingkan keselamatan kerja
Operations – Facility Operation PT (Occupational Safety) kepada setiap
Chevron Pacific Indonesia Duri. karyawannya. Karyawan harus bekerja
dengan penuh kesadaran dan berusaha
preventif terhadap segala kemungkinan
Hasil dan Pembahasan bahaya yang dapat terjadi setiap saat. CPI
menerapkan pelaksanaan program safety.
PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) Program tersebut diarahkan pada tiga
merupakan salah satu unit usaha sasaran yaitu human, equipment, dan
perusahaan minyak Amerika yaitu procedure dimana tiga elemen itu
Chevron Corporation yang berada di memiliki peran yang sama pentingnya
bawah unit bisnis wilayah IndoAsia dalam menciptakan lingkungan kerja yang
Business Unit (IBU). aman.
Berdasarkan luas operasi dan kondisi Operational Excellence Management
geografis yang ada serta pertimbangan System (OEMS) merupakan konsep SMK3
efisiensi dalam pengoperasian, maka CPI yang diterapkan oleh perusahaan. Konsep
membagi lokasi daerah operasi menjadi 5 ini tidak hanya memperhatikan aspek
distrik, yaitu : keselamatan (safety) dan kesehatan
1. Distrik Jakarta sebagai Pusat (health), tetapi juga lingkungan
Administrasi keseluruhan. (environment), efesiensi (efficiency), dan
2. Distrik Rumbai sebagai Pusat Kerja kehandalan (reliability).
Administrasi Wilayah Operasi CPI. Secara harfiah TENETS diartikan sebagai
3. Distrik Minas sebagai daerah operasi sebuah prinsip atau keyakinan yang
produksi minyak (sekitar 30 km dari menjadi nyata bagi anggota dari suatu
Distrik Rumbai). kelompok. TENETS dalam konsep

3
Operational Excellent (OE) bertujuan kegiatan HES. Program ini bertujuan
untuk merancang keyakinan dari setiap menciptakan lingkungan kerja yang aman
pekerja bahwa perilaku di tempat kerja dan selamat. Dengan program HES ini,
yang baik akan membantu perusahaan cita-cita CPI untuk diakui dunia sebagai
mencapai keselamatan, kesehatan, perusahaan pelopor kesehatan,
lingkungan, ketangguhan dan efisiensi keselamatan, kehandalan, dan efisiensi
yang berkelas dunia. Konsep TENETS kerja dapat segera terwujud.
merupakan bagian yang cukup penting
dalam Konsep Budaya Operation Tabel 4.1. Distribusi frekuensi
Excellence yang akan mengantarkan CPI responden berdasarkan kecelakaan 3
menjadi perusahaan yang berkelas dunia. tahun terakhir pada tenaga kerja
Di dalam PT CPI terdapat struktur Bagian Treat and Ship
organisasi dalam proses pengolahan fluida, Bagian Treat and
yaitu departemen Heavy Oil Operations Kecelakaan
Ship
Unit (HOOU). Sebagai pelaksana di 3 Tahun
Presentase
bawah HOOU adalah Facility Operations Terakhir Frekuensi
(%)
(FO). FO terdiri atas beberapa Central Pernah 9 15.0
Gathering Station (CGS), khusus wilayah Tidak
kerja Duri terdiri atas CGS 1, 2, 3, 4 dan 5. 51 85.0
Pernah
Dan di tiap CGS dilakukan pengolahan Jumlah 60 100
fluida pada bagian Treat and Ship
Operations. Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa dari
Health, Environment, and Safety (HES) 60 pekerja, yang pernah mengalami
merupakan salah satu kebijakan yang kecelakaan kerja 3 tahun terakhir yang
dibuat PT. Chevron Pacific Indonesia dialami pekerja pada Bagian Treat and
(CPI) untuk menunjang terpenuhinya Ship sebanyak 9 orang (15.0%) dan yang
nilai-nilai dan tujuan perusahaan. CPI tidak pernah mengalami kecelakaan kerja
sejak lama telah menerapkan keselamatan 3 tahun terakhir sebanyak 51 orang
kerja dalam strategi bisnisnya, tetapi (85.0%).
dengan adanya isu baru mengenai dampak
lingkungan maka CPI pun turut berperan Tabel 4.2. Distribusi frekuensi
aktif dalam menerapkan kebijakan yang responden berdasarkan jenis
menyangkut lingkungan hidup dan kecelakaan pada tenaga kerja Bagian
lingkungan kerja. Treat and Ship
Health, Environment, and Safety (HES) Bagian Treat and Ship
merupakan salah satu kebijakan yang Jenis
Frekuensi Presentase
bertujuan untuk melindungi keselamatan Kecelakaan
(%)
dan kesehatan pekerja, mitra kerja, Terpeleset 7 77,8
keluarga, dan masyarakat serta menjaga Terjatuh 1 11,1
kelestarian lingkungan. Kebijakan tersebut Terjepit 1 11,1
adalah perwujudan dari tanggung jawab Jumlah 9 100
sosial perusahaan terhadap pekerja dan Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa dari 9
masyarakat disekitarnya. pekerja yang pernah mengalami kecelakaan
Dalam menjalankan kegiatannya, CPI kerja selama 3 tahun terakhir, berdasarkan
secara berkesinambungan membuat jenis kecelakaan yang dialami terdapat
program-program yang menunjang sebanyak 7 orang (77.8%) terpeleset, 1

4
orang (11.1%) terjatuh dan 1 orang (11.1%) pada dasarnya tujuan SMK3 adalah
terjepit. melindungi para tenaga kerja atas hak
Unsafe Act dan Unsafe Condition menjadi keselamatannya dalam melakukan pekerjaan
penyebab dari kecelakaan yang dialami dan untuk menciptakan tenaga kerja yang
pekerja. Unsafe Act adalah kecelakaan kerja sehat dan produktif. Penerapan SMK3 di
yang disebabkan oleh perilaku tidak aman setiap perusahaan disesuaikan dengan jenis
pada saat bekerja dan untuk kecelakaan pekerjaan yang dilakukan, karena risiko
seperti terjepit dan terjatuh yang dialami 2 untuk masing-masing pekerjaan berbeda-
orang pekerja yang diteliti, tidak beda, sehingga upaya pencegahan yang
menyebabkan hilangnya hari kerja. dilakukan pun berbeda-beda.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan, hal
tersebut terjadi karena pada saat bekerja Tabel 4.3. Distribusi frekuensi responden
mereka kurang berhati-hati dan kurang terhadap penerapan FSWP pada Bagian
berkonsentrasi. Pencegahan untuk Treat and Ship
kecelakaan kerja akibat Unsafe Act adalah Bagian Treat and Ship
dengan memberi pemahaman kepada FSWP Frekuensi Presentase
pekerja mengenai pentingnya tindakan (%)
selamat untuk mencegah diri sendiri dari Baik 59 98,3
celaka dan pihak perusahaan meningkatkan Tidak Baik 1 1,7
lagi pengawasan di lapangan. Unsafe Jumlah 60 100
Condition adalah kecelakaan kerja yang
disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa dari
yang tidak aman, seperti lokasi kerja terlalu 60 pekerja, yang menerapkan FSWP dengan
licin karena tumpahan minyak yang baik sejumlah 59 pekerja (98.3%) dan 1
menyebabkan 7 orang responden terpeleset pekerja (1.7%) tidak menerapkan FSWP
ketika bekerja, namun tidak menimbulkan dengan baik. Hal tersebut terjadi karena
cidera yang serius dan tidak menyebabkan beberapa pertanyaan mengenai Fundamental
hilangnya hari kerja. Untuk lingkungan kerja Safe Work Practice (FSWP) seperti
yang licin, penngendalian yang diwajibkan pertanyaan mengenai penggunaan APD,
adalah penggunaan sepatu boots dengan tidak dilaksanakan dengan baik oleh pekerja.
tapak yang tebal dan bergerigi. Karena tidak Penggunaan APD yang kurang menjadi
bisa dihindarkan lagi, tumpahan minyak prioritas pekerja dan sering diabaikan seperti
pasti ada dilokasi karena fokus kerja adalah penggunaan ear plug karena dianggap tidak
pengolahan minyak bumi. Sikap kerja tidak nyaman, padahal lokasi kerja berhubungan
aman dan lingkungan kerja tidak aman yang dengan mesin yang menghasilkan bunyi
pernah terjadi sebelumnya harus lebih cukup besar.
diperhatikan lagi, agar tidak timbul
kecelakaan yang serupa maupun yang lebih
berbahaya di kemudian hari. Tabel 4.4. Distribusi frekuensi responden
terhadap penerapan BBS pada Bagian
Sesuai dengan OHSAS 18001, penerapan Treat and Ship
SMK3 dalam perusahaan sudah menjadi Bagian Treat and Ship
sebuah keharusan guna meminimalisir BBS Frekuensi Presentase
kejadian kecelakaan kerja. Pada hakikatnya, (%)
faktor SMK3 berpengaruh terhadap tingkat Baik 39 65
pencapaian produktifitas perusahaan. Karena Tidak Baik 21 35

5
Jumlah 60 100 Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa dari
60 pekerja, yang menerapkan HAZID
Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa dari dengan baik sejumlah 58 pekerja (96.7%)
60 pekerja, yang menerapkan BBS dengan dan 2 pekerja (3.3%) tidak menerapkan
baik sejumlah 39 pekerja (65%) dan 21 HAZID dengan baik. Dari pihak perusahaan
pekerja (35%) tidak menerapkan BBS sudah menjalankan sebaik mungkin, namun
dengan baik. Hasil tersebut cukup tinggi, masih ada beberapa pekerja yang mungkin
karena hampir sebagian pekerja belum belum paham mengenai Hazard
memiliki kesadaran untuk menerapkan BBS Identification sehingga perlu upaya lebih
secara baik. Beberapa pekerja yang untuk memberikan informasi dan arahan
diwawancara pernah mendapat teguran kepada pekerja mengenai bahaya-bahaya di
akibat berperilaku tidak aman saat bekerja lingkungan kerja agar pekerja tidak celaka.
seperti melepaskan APD, tidak
berkonsentrasi penuh pada pekerjaan, Tabel 4.6. Distribusi frekuensi responden
bercerita saat bekerja dan beberapa tindakan terhadap penerapan SWA pada Bagian
tidak aman lainnya. Pada dasarnya, Treat and Ship
pelaksanaan yang baik dari program Bagian Treat and Ship
Behavior Based Safety tidak lepas dari SWA Frekuensi Presentase
pengawasan yang harus dilakukan secara (%)
rutin. Namun dari penelitian terlihat bahwa Baik 59 98,3
sebagian besar pekerja pernah mendapat Tidak Baik 1 1,7
teguran dari pengawas, berarti pihak Jumlah 60 100
pengawas dari perusahaan sudah
menjalankan fungsinya dengan baik, Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa dari
selebihnya adalah memperbaiki pola pikir 60 pekerja, yang menerapkan SWA dengan
pekerja untuk menerapkan BBS sebaik baik sejumlah 59 pekerja (98.3%) dan 1
mungkin dengan memberikan pemahaman pekerja (1.7%) tidak menerapkan SWA
tentang pentingnya perilaku dan budaya dengan baik. Sistem SWA dari perusahaan
selamat saat bekerja. juga sudah baik, dengan pemasangan
beberapa CCTV di lokasi kerja untuk
memantau pekerja dalam melakukan
pekerjaannya dan sumber bahaya yang
mungkin terjadi serta pemasangan alarm
peringatan bahaya dan petunjuk jalur
evakuasi di beberapa titik agar saat keadaan
darurat pekerja dapat terlindung dari bahaya.
Tabel 4.5. Distribusi frekuensi responden
terhadap penerapan HAZID pada Bagian Tabel 4.7. Distribusi frekuensi responden
Treat and Ship terhadap penerapan SSWA pada Bagian
Bagian Treat and Ship Treat and Ship
HAZID Frekuensi Presentase Bagian Treat and Ship
(%) SSWA Frekuensi Presentase
Baik 58 96,7 (%)
Tidak Baik 2 3,3 Baik 51 85
Jumlah 60 100 Tidak Baik 9 15
Jumlah 60 100

6
jumlah kecelakaan pada pekerja. Program
Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa dari FSWP menerapkan upaya preventif terhadap
60 pekerja, yang menerapkan SSWA dengan kecelakaan kerja yang di dalamnya berisi
baik sejumlah 51 pekerja (85%) dan 9 SOP, penggunaan APD dan MSDS yang
pekerja (15%) tidak menerapkan SSWA pada hakikatnya secara langsung mencegah
dengan baik. SSWA penting untuk dari kecelakaan kerja. Program BBS lebih
keselamatan tiap pekerja. 9 pekerja dari 60 menekankan upaya promotif dalam
pekerja tidak berhenti bekerja saat keadaan pencegahan kecelakaan kerja dengan
tidak aman bagi dirinya sendiri dengan mengadakan pelatihan dan sosialisasi
alasan pekerjaan yang mereka lakukan tindakan kerja yang aman yang berperan
tinggal sedikit lagi dan ingin penting untuk membina pribadi pekerja agar
menyelesaikannya terlebih dahulu. Padahal mengutamakan tindakan yang aman saat
pihak perusahaan sudah memiliki motto bekerja. Program HAZID menerapkan
‘lakukan dengan selamat atau tidak sama upaya promotif dalam sosialisasi bahaya di
sekali’. Kondisi pekerjaan yang lingkungan kerja, juga upaya preventif
mengharuskan untuk berhenti bekerja dengan pemeriksaan kondisi lingkungan
misalnya saat terjadi kebocoran gas H2S kerja terlebih dahulu sebelum bekerja.
atau saat terjadi kebocoran minyak. Program SWA merupakan upaya preventif
karena mencegah kejadian kecelakaan
melalui pengadaan alarm, jalur evakuasi dan
Tabel 4.8. Distribusi frekuensi responden CCTV dalam memantau aktivitas di
terhadap penerapan SMK3 pada Bagian lapangan. Program SSWA merupakan upaya
Treat and Ship preventif karena berkaitan dengan pribadi
Bagian Treat and Ship seseorang untuk berhenti bekerja saat
Penerapan terdapat kondisi yang membahayakan diri.
Frekuensi Presentase
SMK3
(%)
Baik 59 98,3 Pertanyaan mengenai Behaviour Based
Tidak Baik 1 1,7 Safety (BBS) serta mengenai Self Stop Work
Jumlah 60 100 Authority (SSWA) masih terdapat beberapa
kekurangan dalam pelaksanaannya. Hal
Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa tersebut terjadi akibat masih terdapatnya
penerapan Sistem Manajemen Keselamatan beberapa pekerja yang kurang sadar akan
dan Kesehatan Kerja (SMK3) di bagian pentingnya berperilaku aman saat bekerja.
Treat and Ship Operations – Facility Dari hasil penelitian, terlihat bahwa
Operations PT Chevron Pacific Indonesia beberapa pekerja mengetahui tentang
Duri termasuk dalam kategori baik yaitu peraturan penggunaan alat pelindung diri
sebesar 98.3%. tetapi tidak melaksanakannya dengan sebaik
mungkin karena menganggap kurang
Keterkaitan program penerapan Sistem leluasa. Sehingga diperlukan pengawasan
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan dan pemahaman agar pekerja dapat
Kerja dengan kejadian kecelakaan kerja menggunakan APD dengan baik saat bekerja
sangat erat. Terlihat jelas bahwa upaya yang agar tidak mengalami celaka. Selain itu
diterapkan merupakan upaya-upaya yang untuk menunjang pelaksanaan Behaviour
sesuai dengan prinsip kesehatan masyarakat Based Safety (BBS), dibutuhkan komitmen
(promotif dan preventif) untuk dari pekerja untuk selalu berperilaku aman
meminimalisir bahkan mengeliminasi saat bekerja. Pelaksanaan yang baik dari

7
Behavior Based Safety juga tidak lepas dari bagian Treat and Ship Operations. Dan
pengawasan yang harus dilakukan secara peningkatan lebih lanjut dalam SMK3 harus
rutin terhadap pekerja. Kunci keberhasilan terus dilaksanakan agar kecelakaan kecil
dalam proses perilaku aman (Behavior yang masih ada dapat dieliminasi.
Based Safety) adalah terdapat kerjasama
yang baik dalam pelaksanaan program dan Kesimpulan dan Saran
adanya partisipasi tidak hanya dilakukan Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
oleh seorang leader/supervisor tetapi dan Kesehatan Kerja (SMK3) di bagian
pekerja pun ikut melakukan dalam upaya Treat and Ship Operations – Facility
keselamatan. Operations PT Chevron Pacific Indonesia
Data mengenai kecelakaan dalam 3 tahun Duri kategori baik yaitu sebesar 98.3% (59
terakhir di bagian Treat and Ship pekerja).
menunjukkan pengurangan kejadian Pada penerapan program Sistem Manajemen
kecelakaan kerja dibandingkan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja antara
tahun-tahun sebelumnya karena penerapan lain Fundamental Safe Work Practice
Sistem Manajemen Keselamatan dan (FSWP), Behaviour Based Safety (BBS),
Kesehatan Kerja (SMK3) yang lebih baik. Hazard Identification(HAZID), Stop Work
Data terakhir pencatatan kejadian Authority (SWA) dan Self Stop Work
kecelakaan kerja (tahun 2008 sampai tahun Authority (SSWA) efektif menurunkan
2011) di Treat and Ship Operations – kecelakaan kerja.
Facility Operation PT Chevron Pacific Disarankan kepada pekerja untuk
Indonesia Duri, terdapat 37 kecelakaan kerja menanamkan budaya K3 di perusahaan
berdasarkan jenis bahaya (Hazard Type). untuk selalu berperilaku selamat saat bekerja
Sedangkan data 3 tahun terakhir (2012 - dan selalu menggunakan APD yang
2014) menunjukkan bahwa kejadian disyaratkan ketika berada di lokasi kerja.
kecelakaan di PT CPI Duri sudah tidak ada Kepada perusahaan juga disarankan untuk
lagi atau dengan kata lain telah mendapat melakukan pendekatan langsung seperti
predikat Zero Accident. Walaupun dari 60 melakukan himbauan untuk bekerja dengan
pekerja yang menjadi responden penelitian aman dan peduli keselamatan diri sendiri
masih terdapat 9 orang yang mengalami dan orang lain, himbauan tentang
kecelakaan kecil seperti terpeleset, terjatuh penggunaan APD. Pembinaan dan pelatihan
dan terjepit, tetapi keadaan tersebut tidak khususnya mengenai Behaviour Based
dianggap begitu berarti dan tidak Safety. Penerapan Sistem Manajemen
membahayakan serta tidak menyebabkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
jam dan hari kerja hilang. Padahal di bagian Treat and Ship PT CPI sudah baik
seharusnya pihak perusahaan juga dan perlu dipertahankan serta ditingkatkan
memperhatikan hal tersebut dan lagi agar semakin baik kedepannya. Namun
menganggap itu masalah yang serius. seharusnya kebijakan mengenai
Sehingga dapat dikatakan beberapa program Keselamatan dan Kesehatan Kerja dibuat
yang dilakukan dalam penerapan Sistem dalam bahasa Indonesia agar lebih mudah
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan dimengerti oleh pekerja.
Kerja (Fundamental Safe Work Practice,
Behaviour Based Safety, Hazard Daftar Pustaka
Identification, Stop Work Authority dan Self
Stop Work Authority) efektif menurunkan
kejadian kecelakaan kerja, khususnya di

8
Anonim. 2011. IBU FSWP (Fundamental Ramli, S. 2010. Sistem Manajemen
Safe work Practice) Guidebook. Chevron Keselamatan dan Kesehatan Kerja
IndoAsia. Jakarta. OHSAS 18001. Dian Rakyat, Jakarta.

Budiarto, E. 2002. Biostatistika Untuk Reese, C. D. 2009. Industrial Safety and


Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Health for Administrative Services.
Penerbit Buku Kedokteran (EGC). CRC.Press. United States of America.
Jakarta.
Republik Indonesia. 1996. Keputusan
Elisabeth, Y. 2012. Gambaran Menteri Tenaga Kerja No. 5 tahun 1996.
Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Sekretariat Kabinet RI. Jakarta.
Pekerja Pada Bagian Produksi Mengenai
Penerapan Sistem Manajemen Repulik Indonesia. 2012. Peraturan
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pemerintah Republik Indonesia No. 50
(SMK3) Di PT Toba Pulp Lestari Porsea Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen
Tahun 2012. Skripsi Mahasiswa FKM- Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
USU. Medan. Sekretariat Kabinet RI. Jakarta.

Handoko, R. 2008. Statistik Kesehatan. Republik Indonesia. 2003. Undang-undang


Yogyakarta: Mita Cendikia Press. RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan. Sekretariat Negara.
Harrington, J. M., dan F. S. Gill. 2003. Jakarta.
Buku Saku Kesehatan Kerja. Penerbit
Buku Kedokteran (EGC). Jakarta. Republik Indonesia. 1970. Undang-undang
RI Nomor 1 Tahun 1970 tentang
International Labour Organization. 1989. Keselamatan Kerja. Sekretariat Negara.
International Labour Organization. Jakarta.

Jaminan Sosial Tenaga Kerja. 26 Desember Ridley, J. 2004. Ikhtisar Kesehatan dan
2013. (http://www.jamsostek.co.id). Keselamatan Kerja. Penerbit Erlangga.
Jakarta.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1990. 26
Desember 2013. (http://www.kbbi.co.id ). Riyanto, A. 2011. Aplikasi Metodologi
Penelitian Kesehatan. Nuha Medika.
Krause, T. R. 2000. The Behavior-Based Yogyakarta.
Safety Process. Willeys Publisher. Second
Edition. New York. Saryono. 2008. Metodologi Penelitian
(http://www.behavioral-safety.com/free- Kesehatan. Mitra Cendikia. Yogyakarta.
behavioral-safety-resource-center/about- Silalahi, B. N. B. dan R. B. Silalahi. 1991.
behavioral-safety). Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. PT Pustaka Binaman Pressindo.
Nasrun dan Hamid. 2010. Pelatihan Jakarta.
Fundamental Safe Work Practices
(FSWP). PT Chevron Pacific Indonesia. Silalahi, L. 2011. Hubungan Pelaksanaan
Program Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan

9
Kerja Pada PT Chevron Pacific Indonesia
Tahun 2011. Skripsi Mahasiswa FKM-
USU. Medan.

Suma’mur, P. K. 2009. Higiene


Perusahaan dan Kesehatan Kerja
(Hiperkes). CV Sagung Seto. Jakarta.

Sunu, P. 1999. Peran SDM Dalam


Penerapan ISO 9000. PT Gramedia
Widiasarana Indonesia. Jakarta.

Vezta, E. 2012. Gambaran Persepsi


Pekerja Tentang Risiko Kecelakaan
Kerja Di Departemen Produksi Dan
Utility Pt. Wilmar Nabati Indonesia
Dumai Tahun 2012. Skripsi Mahasiswa
FKM-USU. Medan.

10

Вам также может понравиться