Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Yulia Hendra
Direktorat Pengembangan PLP, Direktorat Jenderal Cipta Karya,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat,
Jalan Pattimura No. 20, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
Abstract: Government of Indonesia still faces many challenges in the implementation of waste management
sistems, especially in order to achieve the universal access target on sanitation by 2019, such as: low of services
access , low public awareness of practicing good hygiene and healthy, low commitment of the local government
for waste management, weak institutional management of sanitation (regulator and operator), and also lack
of human resources. The Indonesian government needs to learn from other countries that have been succed
in the implementation of environmentally friendly waste management system. One of the countries that has
been success in managing the waste is the government of South Korean. The study was conducted to compare
the waste management in Indonesia and South Korea views from 5 aspects of waste management, namely:
institutional aspects, financial aspects, regulatory aspects, public participation, aspects and technical aspects of
the operations. The study was conducted by studying the literature and observation directly to South Korea. The
reasearch resulted that waste management systems in Indonesia is still behind compared to South Korea, both in
institutional, human resources, budget, law enforcement, and public and private participation. Full commitment
of all relevant stakeholders is a key factor in the success on building integrated and environmentally friendly
waste management system.
Keywords: waste management system, aspects of waste management, environmentlly friendly.
Abstrak: Pemerintah Indonesia masih menghadapi banyak kendala dalam penyelenggaraan sistem pengelolaan
sampah, terutama dalam rangka pencapaian target universal akses bidang sanitasi pada tahun 2019, antara lain:
masih rendahnya akses pelayanan sampah, masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS), masih rendahnya komitmen pemerintah daerah (pemda) dalam pengelolaan sampah, lemahnya
kelembagaan pengelola sanitasi (regulator dan operator) serta kemampuan sumber daya manusia. Pemerintah
Indonesia masih perlu untuk belajar dari negara-negara lain yang telah berhasil dalam penyelenggaraan sistem
pengelolaan sampah yang ramah lingkungan. Salah satu negara yang tergolong sukses dalam mengelola sampah
adalah Korea Selatan. Studi dilakukan untuk membandingkan pengelolaan sampah di Indonesia dan Korea Selatan
dilihat dari 5 aspek pengelolaan sampah, yaitu: aspek kelembagaan, aspek pembiayaan, aspek peraturan, aspek
peran serta masyarakat, dan aspek teknis operasional. Penelitian dilakukan dengan melakukan studi literatur
dan obervasi langsung ke Korea Selatan. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa sistem pengelolaan sampah
di Indonesia masih ketinggalan dibandingkan dengan Korea Selatan, baik secara kelembagaan, sumber daya
manusia, anggaran, penegakan hukum, serta partisipasi masyarakat dan swasta. Komitmen penuh dari seluruh
stakeholder yang terkait merupakan faktor kunci dalam suksesnya penyelenggaranan pengelolaan sampah yang
terintegrasi dan ramah lingkungan.
Kata kunci: sistem pengelolaan sampah, aspek pengelolaan sampah, ramah lingkungan.
Yulia Hendra, Perbandingan Sistem Pengelolaan Sampah di Indonesia dan Korea Selatan | 77
peningkatan jumlah, jenis, dan keberagaman Korea Selatan adalah salah satu negara di
karakteristik timbunan sampah. kawasan Asia Timur yang tergolong sukses
Di banyak negara, sampah seringkali dalam melakukan pengelolaan sampah bahkan
menimbulkan permasalahan. Penanganan sampah mentransformasinya menjadi sumber daya yang
yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan menyerap ribuan tenaga kerja. Negeri Ginseng
pencemaran lingkungan dan mengganggu estetika. itu terus mengembangkan riset dalam rangka
Penumpukan sampah atau pembuangan sampah pengembangan industri hijau untuk penyelenggaraan
sembarangan ke kawasan terbuka akan mengakibatkan pembangunan yang berwawasan lingkungan.
pencemaran tanah yang juga berdampak ke saluran Pada sekitar tahun 1977, Korea Selatan masih
air tanah. Sedangkan pembakaran sampah akan menghadapi banyak kendala dalam pengelolaan
mengakibatkan pencemaran udara. Pembuangan lingkungan seperti yang dihadapi Indonesia saat ini.
sampah ke sungai juga mengakibatkan pencemaran TPA yang digunakan masih beroperasi secara open
air, dan tersumbatnya saluran air yang dapat dumping dan mengakibatkan pencemaran ke sungai-
menyebabkan banjir di musim hujan, pencemaran bau sungai di sekitarnya serta mendapatkan protes keras
dan gangguan estetika. Lebih jauh lagi, penanganan dari masyarakat. TPA Nanji yang beroperasi secara
sampah yang tidak komprehensif akan memicu open dumping akhirnya ditutup pada tahun 1983
masalah-masalah sosial, seperti amuk masa, bentrok dan dimanfaatkan sebagai taman, serta dikonversi
antarwarga, pemblokiran Tempat Pemrosesan Akhir menjadi Tempat Penampungan Sementara Terpadu
(TPA), dan lain-lain. (TPST) berbasis institusi.
Di Indonesia, permasalahan sampah sudah Kebijakan tentang pengelolaan sampah di
sangat mengkhawatirkan. Sebuah penelitian yang Korea Selatan senantiasa berubah ke arah yang lebih
diterbitkan di www.sciencemag.org pada Februari baik mulai dari safe disposal (1980-an), menjadi
tahun 2015 menyebutkan bahwa Indonesia reduce, recycle, safe disposal (1990-an) dan
merupakan negara peringkat kedua penyumbang terakhir menjadi reduce, recycle, energy recovery,
sampah plastik ke laut setelah Tiongkok, disusul safe disposal (2000-an). Pemerintah mendorong
Filipina, Vietnam, dan Sri Lanka. Menurut riset untuk mengurangi sampah sedapat mungkin serta
Greeneration, organisasi non-pemerintah yang menghasilkan sistem.
telah 10 tahun mengikuti isu sampah, satu orang Indonesia perlu belajar dari negara-negara lain
di Indonesia rata-rata menghasilkan 700 kantong yang telah berhasil dalam melakukan pengelolaan
plastik per tahun (Buletin Cipta Karya, Februari sampahnya secara efektif dan ramah lingkungan.
2016). Korea Selatan adalah salah satu negara di kawasan
Dalam Statistik Persampahan Indonesia (2008) Asia yang bisa dijadikan percontohan dalam
disebutkan bahwa dari total populasi Indonesia melakukan strategi dan perencanaan pengelolaan
sebesar 232,8 juta orang, total sampah yang sampah di Indonesia.
dihasilkan sebesar 38,5 juta ton/tahun, sedangkan Tulisan ini bermaksud untuk membandingkan
populasi yang dapat dilayani sebesar 130,4 juta. sistem pengelolaan sampah di Indonesia dan Korea
Pengangkutan sampah aktual sebesar 21,72 ton per Selatan dilihat dari 5 aspek pengelolaan sampah,
tahun, dan sampah yang tidak terangkut sebesar yaitu: aspek kelembagaan, aspek pembiayaan,
16,78 juta ton per tahun. Untuk Pulau Jawa, dengan aspek pengaturan (dasar hukum), aspek peran serta
populasi sebesar 137,2 juta orang, menghasilkan masyarakat, dan aspek teknik operasional.
total sampah sebesar 21,2 juta ton/tahun, sedangkan Dengan membandingkan sistem pengelolaan
populasi yang dapat dilayani sebesar 80,8 juta. sampah di kedua negara tersebut, diharapkan bisa
Pengangkutan sampah aktual sebesar 12,49 ton per menjadi masukan bagi pemangku kebijakan di
tahun, dan sampah yang tidak terangkut sebesar Indonesia khususnya yang terkait dengan strategi
8,71 juta ton per tahun. dan kebijakan pengelolaan sampah yang tepat baik
Di tingkat dunia, masing-masing kota di tingkat pusat, provinsi maupun kabupaten/kota,
setidaknya menghasilkan sampah hingga 1,3 miliar dalam rangka mencapai target universal access
ton setiap tahunnya. Diperkirakan oleh Bank Dunia, sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka
pada tahun 2025, jumlah ini bertambah hingga 2,2 Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019.
miliar ton (Buletin Cipta Karya, Februari 2016). Metoda penelitian dilakukan secara kualitatif.
Penanganan sampah di masing-masing negara Pengumpulan data primer dan sekunder dilakukan
berbeda-beda tergantung dari kondisi sosial budaya dengan wawancara terbuka, studi literatur dan
masyarakat setempat, kebijakan pemerintah, juga kunjungan langsung ke lokasi penelitian.
regulasi, infrastruktur yang dimiliki, pendekatan Observasi dan pengambilan data di Korea Selatan
teknologi, dan lain-lain. dilakukan pada program Landfill Operation
Aspek Teknis
Operasional
Yulia Hendra, Perbandingan Sistem Pengelolaan Sampah di Indonesia dan Korea Selatan | 79
Peraturan/Hukum – Peraturan pemerintah yang membinanya
Aspek pengaturan didasarkan atas kenyataan – Pola sistem operasional yang diterapkan
bahwa Indonesia adalah negara hukum, di mana – Kapasitas kerja sistem
sendi-sendi kehidupan bertumpu pada hukum yang – Lingkup pekerjaan dan tugas yang harus
berlaku. Manajemen persampahan kota di Indonesia ditangani.
membutuhkan kekuatan dan dasar hukum, seperti
Teknik Operasional
dalam pembentukan organisasi, pemungutan
Berdasarkan SNI 19-2454-2002, tata cara
retribusi, ketertiban masyarakat, dan sebagainya.
teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan
Peraturan yang diperlukan dalam
meliputi dasar-dasar perencanaan untuk:
penyelenggaraan sistem pengelolaan sampah di
1. Daerah pelayanan
perkotaan antara lain adalah yang mengatur tentang:
2. Tingkat pelayanan
– Ketertiban umum yang terkait dengan
3. Teknik operasional, mulai dari:
penanganan sampah
1) Pewadahan sampah
– Rencana induk pengelolaan sampah kota
2) Pengumpulan sampah
– Bentuk lembaga dan organisasi pengelola
3) Pemindahan sampah
– Tata-cara penyelenggaraan pengelolaan
4) Pengangkutan sampah
– Besaran tarif jasa pelayanan atau retribusi
5) Pengolahan dan pemilahan sampah
– Kerjasama dengan berbagai pihak terkait,
6) Pembuangan akhir sampah
diantaranya kerjasama antar daerah, atau
kerjasama dengan pihak swasta. Kegiatan pemilahan dan daur ulang semaksimal
mungkin dilakukan sejak dari pewadahan sampai
Kelembagaan dan Organisasi
dengan pembuangan akhir sampah.
Aspek organisasi dan manajemen merupakan
suatu kegiatan yang multi disiplin yang bertumpu Pembiayaan / Retribusi
pada prinsip teknik dan manajemen yang Sebagaimana kegiatan yang lain, maka
menyangkut aspek-aspek ekonomi, sosial, budaya, komponen pembiayaan sistem pengelolaan sampah
dan kondisi fisik wilayah kota, dan memperhatikan kota secara ideal dihitung berdasarkan:
pihak yang dilayani yaitu masyarakat kota. – Biaya investasi
Perancangan dan pemilihan bentuk organisasi – Biaya operasi dan pemeliharaan
disesuaikan dengan: – Biaya manajemen
Timbulan Sampah
Pengumpulan
Pengangkutan
Pembuangan Akhir
Yulia Hendra, Perbandingan Sistem Pengelolaan Sampah di Indonesia dan Korea Selatan | 81
TPA masih merupakan pilihan utama dalam Tabel 1. Capaian Akses Penanganan Sampah
pengelolaan sampah di Indonesia. Sebagian besar di Indonesia
sampah langsung diangkut dan dibuang ke TPA Capaian Akses Tahun Tahun Tahun
sampah tanpa pengolahan pendahuluan. Baru sekitar Penanganan Sampah 2010 2013 2015
10% sampah yang dimanfaatkan (Kementerian Pedesaan 73,70 % 72,60 % 82,00 %
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2016).
Perkotaan 87,40 % 87,00 % 91,43 %
Sampai saat ini paradigma pengelolaan
sampah yang digunakan adalah kumpul–angkut Nasional 80,50 % 79,80 % 86,73 %
dan buang. Sedangkan andalan utama sebuah kota Sumber: Riskesdas. 2015
dalam menyelesaikan permasalahan sampah adalah
Selain cakupan pelayanan sampah yang masih
landfilling di TPA. Pengelola kota cenderung
rendah di beberapa kota, Pemerintah Indonesia juga
kurang memberikan perhatian yang serius pada TPA
masih menghadapi tantangan-tantangan antara lain:
tersebut, sehingga muncul kasus-kasus kegagalan
minimnya sarana dan prasarana yang dimiliki, belum
TPA. Pengelola kota tampaknya beranggapan bahwa
adanya lembaga pengelola yang secara khusus
TPA yang dipunyainya dapat menyelesaikan semua
menangani sampah, minimnya alokasi budget yang
persoalan sampah, tanpa harus memberikan perhatian
disediakan Pemda sebagai akibat sektor ini belum
yang proporsional terhadap sarana tersebut. TPA bisa
menjadi prioritas dalam pembangunan di daerah,
menjadi bom waktu bagi pengelola kota.
perilaku masyarakat yang belum menerapkan
Operasional TPA di Indonesia sebagian besar
perilaku hidup bersih dan higienis, dan lemahnya
masih berupa sistem open dumping. Padahal Pasal
penegakan hukum.
44 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008
Pengelolaan Sampah mengamanatkan bahwa paling
tentang Pengelolaan Persampahan mengamanatkan
lambat pada tahun 2013 setiap pemerintah daerah/
pengurangan dan penanganan sampah. Hal
kota sudah memiliki TPA yang representatif dan
ini diperkuat dengan Peraturan Menteri
memenuhi kaidah teknis maupun lingkungan
Pekerjaan Umum Nomor 3 Tahun 2013 tentang
(sanitary landfill).
Penyelenggaraan Sarana dan Prasarana Penanganan
Pada awal tahun 1990-an, metode transisi
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis
yaitu menggunakan sistem lahan urug terkendali
Sampah Rumah Tangga yang mengamanatkan
(controlled landfill) diperkenalkan oleh
pemilahan dan pewadahan sejak dari sumber
Kementerian Pekerjaan Umum terutama untuk
sampah.
kota-kota kecil dan sedang dengan menunda kriteria
Berdasarkan RPJMN tahun 2015-2019,
waktu penutupan menjadi 5 sampai 7 hari. Namun
Pemerintah Indonesia telah menetapkan target
sampai saat ini metode tersebut tetap dianggap
universal akses dalam bidang sanitasi yaitu
mahal oleh kebanyakan pengelola persampahan di
meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi
kabupaten/kota. Padahal sebuah TPA yang telah
layak (air limbah domestik, sampah dan drainase
dirancang dan disiapkan sebagai lahan uruk saniter
lingkungan) menjadi 100% pada tingkat kebutuhan
akan dengan mudah berubah menjadi sebuah open
dasar. Di bidang persampahan, sasarannya berupa
dumping bila pengelola TPA tersebut tidak secara
pengurangan dan pemanfaatan sampah sebesar 20-
konsekuen menerapkan aturan-aturan yang berlaku.
35%, pengangkutan dan pemrosesan akhir sampah
Selain itu, tantangan lainnya yang dihadapi
sebesar 65-80%. Dalam rangka pencapaian target
dalam pengembangan sistem pengelolaan
universal access tersebut, diperlukan kebijakan-
persampahan di Indonesia adalah masih rendahnya
kebijakan dan strategi yang tepat dengan melibatkan
capaian akses pelayanan sampah. Masih adanya
peran aktif masyarakat dan mitra pembangunan,
kesenjangan dalam pelayanan sampah antara target
termasuk swasta dan donor-donor dari luar negeri
MDGs pada tahun 2015 yaitu sebesar 70% dengan
untuk mendapatkan alternatif-alternatif sumber
capaian eksisting yaitu sebesar 56,2%.
pembiayaan yang lain, di samping yang tersedia
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
dari dana APBN.
tahun 2015, akses pelayanan persampahan di
Indonesia untuk tingkat nasional mencapai 86,73%
Kondisi Eksisting Persampahan di Korea Selatan
(nilai ini mencakup penanganan sampah secara
Kondisi Awal
total: memenuhi dan tidak memenuhi NSPK). Tabel
Pada sekitar tahun 1977, pengelolaan sampah
1 di bawah ini akan menunjukkan capaian akses
di Korea Selatan masih belum dikelola dengan
penanganan sampah di Indonesia yang terdiri dari
baik. Pencemaran sampah dan limbah, baik
capaian untuk wilayah pedesaan, perkotaan dan
limbah domestik maupun limbah industri banyak
tingkat nasional.
dengan tahun 1993, sekitar 9,2 juta ton sampah TPA yang pada tahap awal banyak mendapatkan
ditimbun di TPA Nanji. TPA Nanji akhirnya ditutup penolakan dari warga sekitar ini pada akhirnya
pada tahun 1993, dan dikonversi menjadi TPST berkembang dan mendapatkan pengakuan dari
berbasis institusi. Lahan bekas TPA dimanfaatkan dunia. Bahkan TPA ini menjadi percontohan eco-
sebagai taman. Selanjutnya sampah-sampah friendly sanitary landfill dan telah dikunjungi oleh
tersebut masuk ke Mapo Resources Recycle. ratusan ribu warga, termasuk warga asing.
TPST Mapo Resources Recycle dilengkapi dengan Situs TPA yang terbesar di dunia ini kemudian
incinerator berkapasitas 750 ton/hari, yang mampu berkembang menjadi atraksi alam terbaik. Limbah
menghasilkan listrik sebesar 5MW. Sistem ini berubah menjadi sumber daya, bekas TPA terlahir
dimanfaatkan oleh warga di sekitar Mapo Resources kembali menjadi sebuah taman impian yang dikenal
Recycle sebagai sumber energi listrik. sebagai dreampark. Taman yang merupakan bekas
Yulia Hendra, Perbandingan Sistem Pengelolaan Sampah di Indonesia dan Korea Selatan | 83
landfill tahap pertama ini juga telah dimanfaatkan didaur ulang. Masyarakat pun didorong untuk
untuk tempat bermain golf, pacuan kuda, dan lomba melakukan proses daur ulang sampah, misalnya
renang pada Asian Games 2014. dengan mengembalikan botol bekas minuman yang
Dengan luasan lahan yang memadai, TPA dibagi dibeli, maka masyarakat akan mendapatkan deposit
ke dalam 4 unit pengolahan sampah (sel landfill). dari harga pembelian minuman tersebut. Apabila
Unit pengolahan sampah pertama seluas 409 hektar, peraturan ini tidak ditaati, maka akan dikenakan
beroperasi sejak tahun 1991 sampai dengan tahun sanksi/denda yang sangat besar, bahkan sampah
2000. Setelah tidak beroperasi lagi, lahan bekas unit tidak akan diangkut. Sanksi tersebut bukan hanya
pengolahan sampah tersebut dimanfaatkan untuk diberikan secara pribadi (perseorangan), tetapi
berbagai kegiatan masyarakat, seperti lapangan juga diberlakukan untuk komunitas di sekitarnya,
golf seluas 153 hektar, arena bermain (dreampark), sehingga mereka akan saling mengawasi dan
kolam renang, taman kota, taman bermain anak, dan mengingatkan satu sama lain.
lain-lain. Unit pengolahan sampah kedua seluas 381 Kegiatan daur ulang sampah yang dilakukan
hektar mulai beroperasi sejak tahun 2000 dengan masyarakat cukup berhasil. Sejak tahun 1981
proses lahan urug saniter (sanitary landfill). Tinggi sampai dengan tahun 2011, kuantitas laju timbulan
tumpukan sampah maksimal direncanakan 40 meter. sampah telah berkurang 47% (dari 1,77 kg/hari/
Saat ini, SLC sedang mempersiapkan pembangunan orang menjadi 0,95 kg/hari/orang). Pada tahun
unit pengolahan sampah ketiga seluas 307 hektar, 2012, diperkirakan keberhasilan tingkat daur ulang
yang akan dibangun pada tahun 2016. Hal ini untuk yang ada telah meningkat menjadi 84,4% (Buletin
mengantisipasi unit pengolahan sampah kedua akan Cipta Karya, Agustus 2015).
penuh pada tahun 2017 atau 2018. Keterlibatan dan kepedulian masyarakat dalam
Volume sampah yang masuk ke Sudokwon pengelolaan sampah sangat besar. Mereka membuat
Landfill sekitar 14 ton/hari yang terdiri dari komunitas-komunitas yang membantu dalam
sampah rumah tangga, sampah konstruksi, dan mengawasi penanganan sampah di lingkungan
sampah kegiatan perkantoran. Fasilitas incoming masing-masing. Selain itu, seluruh informasi
waste management system sangat canggih karena terkait dengan kegiatan yang ada di TPA sampah,
dilengkapi dengan sistem sampling otomatis, sistem dipublikasikan kepada masyarakat melalui internet,
kontrol yang terintegrasi dengan wireless network sehingga masyarakat dapat memantau pelaksanaan
dan CCTV yang tersebar di 110 lokasi di sekitar kegiatan yang ada di TPA, seperti data sampah yang
landfill. masuk ke TPA sampah, parameter hasil pengolahan
Gas dan leachate yang dihasilkan ditampung air lindi, dan lain-lain. Dari pengelola sampah,
dan diolah sehingga menjadi sumber daya masyarakat sekitar mendapatkan kompensasi kurang
yang berharga. Fasilitas pengolahan leachate lebih 10% dari total biaya penanganan sampah yang
berkapasitas 6.700 ton/hari, fasilitas pengumpulan disalurkan berupa penyediaan fasilitas-fasilitas
dan penyaluran gas sejauh 308 km dan terdapat pendidikan, olah raga, dan sebagainya.
50 MW landfill gas power plant yang merupakan
Kebijakan Pemerintah Korea Selatan
pembangkit listrik dari gas TPA terbesar di dunia
Dalam bidang pengelolaan sampah, Pemerintah
yang menyediakan sistem bagi sekitar 440.000
Korea Selatan memberikan dukungan yang berupa
rumah tangga, dengan biaya penjualan listrik
penyiapan peraturan perundang-undangan dan
sebesar 90 cent won/kWh, ke perusahaan listrik dan
implementasinya. Sejak tahun 1986, telah dibuat
kredit karbon sebanyak 394.000 ton CO2(eq).
Undang-Undang Pengelolaan Sampah yang memuat
Penanganan Sampah di Sumber klasifikasi sampah, pembagian tanggung jawab dari
Pemerintah Korea Selatan telah menerapkan setiap pemangku kepentingan, dan teknik-teknik
kebijakan untuk pemilahan sampah di sumber pengolahan sampah, termasuk teknik daur ulang.
dengan klasifikasi sebagai berikut: Pada tahun 1990, Pemerintah Korea Selatan
a. Sampah organik menerapkan konsep volume based waste fee sistem
b. Sampah anorganik and collecting the recyclable waste yakni sistem
c. Sampah lain yang tidak masuk dalam kategori pembuangan sampah berbasis volume, di mana
tersebut, misalnya: cangkang telur, popok setiap warga harus membayar untuk setiap plastik
sekali pakai, dan lain-lain. sampah yang akan digunakan. Semakin besar
produksi sampah, maka semakin besar pula biaya
Masyarakat diharuskan untuk memilah
yang dikeluarkan. Sampah-sampah yang dihasilkan
sampahnya terlebih dahulu sebelum dimasukan
dikumpulkan dalam kantong-kantong sampah yang
ke dalam kantong plastik sesuai dengan jenis
harus dibeli oleh masyarakat. Apabila sampah
sampahnya, terutama sampah yang masih bisa
Yulia Hendra, Perbandingan Sistem Pengelolaan Sampah di Indonesia dan Korea Selatan | 85
Kemampuan manajerial dan operasional merupakan Sistem pembayaran iuran sampah yang
salah satu hal penting yang harus dimiliki oleh diterapkan di Korea Selatan adalah berbasis
SDM pengelola sampah sesuai dengan posisi dan volume. Semakin banyak sampah yang dihasilkan
bidangnya masing-masing. akan semakin besar pula biaya/retribusi yang
harus dikeluarkan oleh produsen sampah tersebut.
Aspek Pembiayaan
Hal tersebut merupakan salah satu cara agar
Hal yang kerap menjadi kendala utama dalam
masyarakat dapat mengurangi jumlah sampah yang
pengelolaan sampah di Indonesia adalah keterbatasan
ditimbulkannya.
pembiayaan, termasuk sumber pendanaan untuk
investasi, operasional dan pemeliharaan alat dan Aspek Peraturan
fasilitas persampahan lainnya. Pada sebagian daerah, Payung hukum terkait pengelolaan sampah
pengelolaan sampah belum menjadi prioritas kepala di Indonesia adalah Undang-Undang Nomor
daerah maupun legislatif sehingga alokasi anggaran 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
untuk pengelolaan sampah sangat minim, yakni Selanjutnya dijabarkan pula dalam beberapa
sebagian besar hanya <5% dari jumlah APBD. Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri seperti
Kerja sama dengan swasta baik dalam bentuk Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 3
investasi maupun Corporate Social Responsibility Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Sarana dan
(CSR) sudah banyak dilakukan di beberapa daerah. Prasarana Penanganan Sampah Rumah Tangga
Misalnya, CSR dari beberapa perusahaan berupa dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga yang
bantuan sarana prasarana (tempat sampah, alat angkut, mengamanatkan pemilahan dan pewadahan sejak
dan pelatihan pengelolaan sampah kepada masyarakat). dari sumber. Peraturan Daerah (Perda) tentang
Namun kerja sama dalam bentuk investasi masih pengeloaan sampah juga sudah dimiliki oleh
terkendala beberapa hal seperti investasi swasta di beberapa daerah. Namun sosialisasi terkait Perda
TPA maupun TPST tidak dapat berlangsung secara tersebut masih belum semua dilakukan, sehingga
kontinu karena adanya penolakan dari warga. implementasi regulasi tersebut belum optimal.
Kemudian apabila dilihat dari tarif/retribusi Misalnya sanksi bagi pelanggaran dan penegakan
sampah, retribusi yang berjalan selama ini belum hukum yang telah ditetapkan di Perda belum dapat
didasarkan pada perhitungan dan pendataan yang dijalankan sepenuhnya. Demikian juga hal-hal
memadai, baik dilihat dari jumlah timbulan maupun yang diatur Undang-Undang tentang Pengelolaan
jumlah potensi bayar. Perhitungan tarif juga belum Sampah tersebut belum semuanya dapat diterapkan,
optimal dilihat dari jenis penghasil sampahnya, seperti ketentuan tentang TPA dengan sistem
yang dapat berupa sampah dari rumah tinggal, sanitary landfill atau minimal control landfill dan
sampah sektor komersial maupun sampah sektor penerepan kewajiban konsumen untuk mengelola
industri. sampahnya atau lebih dikenal dengan EPR.
Realisasi penarikan retribusi juga masih Korea Selatan sudah memiliki banyak peraturan
rendah secara nasional masih sekitar 20%. Hal ini mengenai persampahan, antara lain:
menyebabkan beban pemerintah dalam pembiayaan a) The Act on Waste Management (1986).
pengelolaan sampah menjadi sangat besar. b) The Act on Saving Resources and Promoting
Di Korea Selatan, biaya pengelolaan sampah Recycle (1992).
selain dari anggaran pemerintah, juga terdapat c) The Volume Based Waste Fee System and
alternatif-altenatif sumber pendanaan lainnya. Collecting the Recyclable Waste (1990).
Misalnya, dari tipping fee Pemerintah Daerah Kota d) Deposit Refund System for Glass Bottle (1993).
Seoul, Gyeonggi dan Incheon, hasil business profit e) Extended Producer Responsibility, EPR
yaitu dari penjualan gass landfill, proyek CDM, (1998), dan lain-lain.
kegiatan riset dan pengembangan, dan lain-lain.
Peraturan-peraturan tersebut menjadi acuan
Kegiatan riset terkait pengelolaan sampah di Korea
dalam pengelolaan sampah terutama dalah hal
Selatan tidak saja dapat menemukan teknologi
manajemen pengelolaan sampah, promosi 3R,
pengelolaan sampah terbaru tetapi juga turut
pembayaran iuran sampah yang berbasis volume,
membantu mendapatkan tambahan pembiayaan.
dan juga kewajiban produsen untuk mengelola
Sumber pembiayaan lainnya bersumber dari
sampahnya (kebijakan EPR). Peraturan-peraturan
penjualan kantong plastik yang akan digunakan
tersebut sudah tersosialisasikan dengan baik kepada
oleh warga untuk membuang sampah. Terdapat
masyarakat disertai dengan mekanisme pengawasan
ketentuan bagi masyarakat yang akan membuang
dan penerapan sanksinya. Sanksi terhadap
sampah harus menggunakan kantong sampah yang
pelanggaran ini akan ditindak dengan tegas disertai
telah ditetapkan.
dengan denda yang besar.
Yulia Hendra, Perbandingan Sistem Pengelolaan Sampah di Indonesia dan Korea Selatan | 87
Tabel 2. Perbandingan Sistem Pengelolaan Sampah di Indonesia dan Korea Selatan
Ditinjau dari 5 Aspek Pengelolaan Sampah
Aspek-Aspek
Indonesia Korea Selatan
Pengelolaan
1. Aspek • Institusi pengelola sampah masih multisektor • Sudah ada pemisahan yang jelas antara
Kelembagaan • Belum adanya standarisasi kelembagaan yang regulator dan operator.
mengelola sampah di daerah • Kementerian Lingkungan Hidup Korea
• Sebagian besar institusi pengelola berbentuk Selatan berfungsi sebagai regulator, sedangkan
dinas, suku dinas, seksi, belum ada pemisahan operator TPA dikelola oleh Sudokwon Landfill
antara regulator dan operator Management Corporation (SLC).
• Struktur organisasi yang ada belum ditunjang • Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia
dengan kapasitas yang memadai baik secara cukup memadai dengan latar belakang
kualitas maupun kuantitas SDM sesuai pendidikan dan pengalaman yang mendukung.
kewenangannya
• Tata laksana kerja belum jelas antara bagian
administrasi dan pelaksana teknis di lapangan,
termasuk kewenangan penarikan retribusi serta
pengalokasian anggaran untuk pendanaan
sanitasi.
• Kurangnya koordinasi dan kerja sama antara
instansi yang terkait dalam sektor persampahan.
• Bentuk kelembagaan yang ada tidak fleksibel
dilihat dari anggaran, penggunaan dan
pertanggungjawaban.
2. Aspek • Keterbatasan biaya: termasuk sumber • Selain dari anggaran pemerintah, terdapat
Pembiayaan pendanaan untuk investasi serta operasi & alternatif-alternatif sumber pendanaan lain
pemeliharaan yang mengakibatkan pelayanan yang berasal dari tipping fee pemerintah
pengelolaan sampah yang tidak optimal daerah Kota Seoul, Gyeonggi dan Incheon,
• Belum menjadi prioritas bagi Kepala Daerah hasil business profit yaitu dari penjualan
maupun legislatif, secara umum alokasi gass landfill, proyek CDM, kegiatan riset dan
anggaran <5% dari APBD. pengembangan, dan lain-lain.
• Kerjasama dengan swasta dalam bidang • Sumber pendanaan lainnya bersumber dari
investasi dan operasional serta CSR masih penjualan kantong plastik yang akan digunakan
banyak kendala oleh warga untuk membuang sampah.
• Tarif/retribusi sampah: belum didasarkan • Sistem pembayaran berbasis volume, semakin
pada perhitungan & pendataan yang memadai. banyak sampah yang dihasilkan akan semakin
Realisasi penarikan retribusi masih rendah besar biaya yang harus dikeluarkan oleh
(rata-rata nasional 20%) produsen sampah.
3. Aspek • Terdapat Undang-Undang Nomor 18 Tahun • Korea Selatan sudah memiliki banyak
Peraturan 2008 tentang Pengelolaan Persampahan yang peraturan mengenai persampahan, antara lain:
mengamanatkan pengurangan dan penanganan a) The Act on Waste Management (1986).
sampah tetapi belum sepenuhnya diterapkan. b) The Act on Saving Resources and
• Hal ini dikuatkan dengan Peraturan Menteri Promoting Recycle (1992).
Pekerjaan Umum Nomor 3 Tahun 2013 c) The Volume Based Waste Fee System and
tentang Penyelenggaraan Sarana dan Prasarana Collecting the Recyclable Waste (1990).
Penanganan Sampah Rumah Tangga dan d) Deposit Refund System for Glass Bottle
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga yang (1993).
mengamanatkan pemilahan dan pewadahan e) Extended Producer Responsibility, EPR
sejak dari sumber. (1998).
• Beberapa daerah belum memiliki Perda terkait • Peraturan-peraturan ini sudah tersosialisasikan
institusi, retribusi dan ketentuan penanganan dengan baik kepada masyarakat disertai
persampahan. dengan mekanisme pengawasan dan penerapan
• Masih kurangnya sosialisasi dan penyuluhan sanksinya.
mengenai Perda bidang persampahan • Sanksi terhadap pelanggaran ini akan ditindak
• Belum adanya penerapan sanksi atas dengan tegas disertai dengan denda yang besar.
pelanggaran dalam bidang persampahan
(lemahnya penegakan hukum).
Yulia Hendra, Perbandingan Sistem Pengelolaan Sampah di Indonesia dan Korea Selatan | 89
Selatan, masyarakat telah mempunyai kesadaran DAFTAR PUSTAKA
yang tinggi dalam mengelola sampah, misalnya
dengan melakukan pemilahan sampah di sumber
dan melakukan proses daur ulang. Terdapat
komunitas-komunitas yang membantu dalam Buku
melakukan pengawasan terhadap penanganan Azwar, Azrul. 1990. Pengantar Ilmu Lingkungan.
sampah di lingkungan masing-masing Jakarta: Mutiara Sumber Widya.
e. Aspek Teknis Operasional Crememisinoff, Nicholas P. 2003. Handbook of Solid
Secara prinsip, teknik operasional pengelolaan Waste Management and Waste Minimization
sampah di Indonesia dan Korea Selatan Technology, Amsterdam: Butterwoth-Heinemann.
hampir sama, yaitu: penampungan/pewadahan, Damanhuri, Enri. Tri Padmi. 2010. Diktat Kuliah
pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, dan TL-3104 (Versi 2010). Program Studi Teknik
pembuangan/ pengolahan. TPA di Indonesia Lingkungan FTSL ITB. Bandung.
sebagian besar masih beroperasi secara
Direktorat Jenderal Cipta Karya. 2015. Roadmap
open dumping, sedangkan di Korea Selatan
tentang Persampahan (100-0-100) Pengembangan
operasional TPA dilakukan secara sanitary
Pengelolaan Persampahan. Direktorat Jenderal
landfill, yang dilengkapi dengan sarana dan Cipta Karya. Kementerian Pekerjaan Umum dan
prasarana pendukungnya. Perumahan Rakyat.
Komitmen penuh dari pemerintah, baik Direktorat Jenderal Cipta Karya. 2016. Buletin Cipta
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, Karya Edisi 02/Tahun XIV/Februari 2016. Hari
dan peningkatan peran serta masyarakat, swasta, Peduli Sampah Nasional: Semua Bergerak
maupun perguruan tinggi serta seluruh stakeholder Tanggulangi Masalah Darurat Sampah”. Direktorat
bidang persampahan menjadi salah satu kunci untuk Jenderal Cipta Karya. Kementerian Pekerjaan
keberhasilan sistem pengelolaan sampah yang Umum dan Perumahan Rakyat.
terintegrasi dan ramah lingkungan di Indonesia. Direktorat Jenderal Cipta Karya. Kementerian Pekerjaan
Saran Umum dan Perumahan Rakyat. 2015. Buletin Cipta
Karya Edisi 08/Tahun XIII/Agustus 2015. “Sistem
Untuk mendukung percepatan dalam
Penanganan Sampah di Kota Seoul Korea Selatan”
peningkatan akses pelayanan sampah serta
penerapan sistem pengelolaan sampah yang Direktorat Jenderal Cipta Karya. tt. Modul Pelatihan
terintegrasi dan ramah lingkungan di Indonesia, Manajemen Persampahan, Ditjen Cipta Karya
diperlukan kebijakan-kebijakan dan strategi Departemen Pekerjaan Umum.
pemerintah sebagai berikut: Direktorat Pengembangan PLP, Direktorat Jenderal
a. Penguatan kelembagaan dan peningkatan sumber Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan
daya manusia melalui pelatihan-pelatihan baik Perumahan Rakyat. 2016. Kebijakan Nasional
di dalam maupun ke luar negeri serta rekruitmen tentang Pengelolaan Sampah.
SDM yang sesuai dengan kualifikasi keahlian Hadiwiyoto, Soewedo, 1983, Penanganan dan
bidang persampahan/manajemen. Pemanfaatan Sampah. Jakarta: Yayasan Idayu.
b. Peningkatan kemampuan pembiayaan dan
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
pengembangan alternatif-alternatif sumber
Republik Indonesia. 2013. Executive Summary
pendanaan yang lain di samping anggaran Kajian Kebijakan Sanitary Landfill di Indonesia
pemerintah, yaitu melalui peningkatan Tahun 2013.
partisipasi masyarakat, swasta, serta bantuan
dari lembaga-lembaga donor. Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Petunjuk
Pelaksanaan CSR Bidang Lingkungan. Jakarta.
c. Peningkatan penguasaan teknologi pengolahan
sampah. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
d. Pengembangan peraturan-peraturan perundangan 2016. Kebijakan dan Strategi Pengelolaan
dan penegakan hukum disertai sanksi yang tegas. Persampahan di Indonesia dalam rangka Waste
e. Peningkatan peran aktif masyarakat dan dunia to Energy. Bahan Informasi pada rapat terbatas
dengan Presiden RI tentang Kebijakan dan Strategi
usaha/swasta sebagai mitra pengelolaan.
Nasional Pengelolaan Sampah dan Percepatan
Peningkatan peran serta masyarakat dapat
Pembangunan Listrik Berbasis Sampah.
dilakukan melalui pendidikan formal sejak
dini, penyuluhan yang intensif, terpadu dan Nag, A. Vijayakumar. 2005. Environmental Education
terus menerus serta diterapkannya sistem and Solid Waste Management, New Delhi: New
insentif dan disinsentif. Age International Publisher.
Yulia Hendra, Perbandingan Sistem Pengelolaan Sampah di Indonesia dan Korea Selatan | 91