Вы находитесь на странице: 1из 15

PERBANDINGAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH

DI INDONESIA DAN KOREA SELATAN:


KAJIAN 5 ASPEK PENGELOLAAN SAMPAH

The Comparison Between Waste Management System


in Indonesia and South Korea:
5 Aspects of Waste Management Analysed

Yulia Hendra
Direktorat Pengembangan PLP, Direktorat Jenderal Cipta Karya,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat,
Jalan Pattimura No. 20, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan

Naskah diterima: 28 Maret 2016


Naskah dikoreksi: 15 Mei 2016
Naskah diterbitkan: Juni 2016

Abstract: Government of Indonesia still faces many challenges in the implementation of waste management
sistems, especially in order to achieve the universal access target on sanitation by 2019, such as: low of services
access , low public awareness of practicing good hygiene and healthy, low commitment of the local government
for waste management, weak institutional management of sanitation (regulator and operator), and also lack
of human resources. The Indonesian government needs to learn from other countries that have been succed
in the implementation of environmentally friendly waste management system. One of the countries that has
been success in managing the waste is the government of South Korean. The study was conducted to compare
the waste management in Indonesia and South Korea views from 5 aspects of waste management, namely:
institutional aspects, financial aspects, regulatory aspects, public participation, aspects and technical aspects of
the operations. The study was conducted by studying the literature and observation directly to South Korea. The
reasearch resulted that waste management systems in Indonesia is still behind compared to South Korea, both in
institutional, human resources, budget, law enforcement, and public and private participation. Full commitment
of all relevant stakeholders is a key factor in the success on building integrated and environmentally friendly
waste management system.
Keywords: waste management system, aspects of waste management, environmentlly friendly.

Abstrak: Pemerintah Indonesia masih menghadapi banyak kendala dalam penyelenggaraan sistem pengelolaan
sampah, terutama dalam rangka pencapaian target universal akses bidang sanitasi pada tahun 2019, antara lain:
masih rendahnya akses pelayanan sampah, masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS), masih rendahnya komitmen pemerintah daerah (pemda) dalam pengelolaan sampah, lemahnya
kelembagaan pengelola sanitasi (regulator dan operator) serta kemampuan sumber daya manusia. Pemerintah
Indonesia masih perlu untuk belajar dari negara-negara lain yang telah berhasil dalam penyelenggaraan sistem
pengelolaan sampah yang ramah lingkungan. Salah satu negara yang tergolong sukses dalam mengelola sampah
adalah Korea Selatan. Studi dilakukan untuk membandingkan pengelolaan sampah di Indonesia dan Korea Selatan
dilihat dari 5 aspek pengelolaan sampah, yaitu: aspek kelembagaan, aspek pembiayaan, aspek peraturan, aspek
peran serta masyarakat, dan aspek teknis operasional. Penelitian dilakukan dengan melakukan studi literatur
dan obervasi langsung ke Korea Selatan. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa sistem pengelolaan sampah
di Indonesia masih ketinggalan dibandingkan dengan Korea Selatan, baik secara kelembagaan, sumber daya
manusia, anggaran, penegakan hukum, serta partisipasi masyarakat dan swasta. Komitmen penuh dari seluruh
stakeholder yang terkait merupakan faktor kunci dalam suksesnya penyelenggaranan pengelolaan sampah yang
terintegrasi dan ramah lingkungan.
Kata kunci: sistem pengelolaan sampah, aspek pengelolaan sampah, ramah lingkungan.

Pendahuluan kehidupan penduduk juga meningkat. Pertumbuhan


Salah satu permasalahan yang dihadapi ekonomi ditunjukkan dengan peningkatan kegiatan
pengelola perkotaan di seluruh dunia termasuk produksi dan konsumsi. Peningkatan kegiatan
Indonesia adalah pengelolaan sampah. Seiring produksi dan konsumsi akan berdampak pada
dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi, taraf

Yulia Hendra, Perbandingan Sistem Pengelolaan Sampah di Indonesia dan Korea Selatan | 77
peningkatan jumlah, jenis, dan keberagaman Korea Selatan adalah salah satu negara di
karakteristik timbunan sampah. kawasan Asia Timur yang tergolong sukses
Di banyak negara, sampah seringkali dalam melakukan pengelolaan sampah bahkan
menimbulkan permasalahan. Penanganan sampah mentransformasinya menjadi sumber daya yang
yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan menyerap ribuan tenaga kerja. Negeri Ginseng
pencemaran lingkungan dan mengganggu estetika. itu terus mengembangkan riset dalam rangka
Penumpukan sampah atau pembuangan sampah pengembangan industri hijau untuk penyelenggaraan
sembarangan ke kawasan terbuka akan mengakibatkan pembangunan yang berwawasan lingkungan.
pencemaran tanah yang juga berdampak ke saluran Pada sekitar tahun 1977, Korea Selatan masih
air tanah. Sedangkan pembakaran sampah akan menghadapi banyak kendala dalam pengelolaan
mengakibatkan pencemaran udara. Pembuangan lingkungan seperti yang dihadapi Indonesia saat ini.
sampah ke sungai juga mengakibatkan pencemaran TPA yang digunakan masih beroperasi secara open
air, dan tersumbatnya saluran air yang dapat dumping dan mengakibatkan pencemaran ke sungai-
menyebabkan banjir di musim hujan, pencemaran bau sungai di sekitarnya serta mendapatkan protes keras
dan gangguan estetika. Lebih jauh lagi, penanganan dari masyarakat. TPA Nanji yang beroperasi secara
sampah yang tidak komprehensif akan memicu open dumping akhirnya ditutup pada tahun 1983
masalah-masalah sosial, seperti amuk masa, bentrok dan dimanfaatkan sebagai taman, serta dikonversi
antarwarga, pemblokiran Tempat Pemrosesan Akhir menjadi Tempat Penampungan Sementara Terpadu
(TPA), dan lain-lain. (TPST) berbasis institusi.
Di Indonesia, permasalahan sampah sudah Kebijakan tentang pengelolaan sampah di
sangat mengkhawatirkan. Sebuah penelitian yang Korea Selatan senantiasa berubah ke arah yang lebih
diterbitkan di www.sciencemag.org pada Februari baik mulai dari safe disposal (1980-an), menjadi
tahun 2015 menyebutkan bahwa Indonesia reduce, recycle, safe disposal (1990-an) dan
merupakan negara peringkat kedua penyumbang terakhir menjadi reduce, recycle, energy recovery,
sampah plastik ke laut setelah Tiongkok, disusul safe disposal (2000-an). Pemerintah mendorong
Filipina, Vietnam, dan Sri Lanka. Menurut riset untuk mengurangi sampah sedapat mungkin serta
Greeneration, organisasi non-pemerintah yang menghasilkan sistem.
telah 10 tahun mengikuti isu sampah, satu orang Indonesia perlu belajar dari negara-negara lain
di Indonesia rata-rata menghasilkan 700 kantong yang telah berhasil dalam melakukan pengelolaan
plastik per tahun (Buletin Cipta Karya, Februari sampahnya secara efektif dan ramah lingkungan.
2016). Korea Selatan adalah salah satu negara di kawasan
Dalam Statistik Persampahan Indonesia (2008) Asia yang bisa dijadikan percontohan dalam
disebutkan bahwa dari total populasi Indonesia melakukan strategi dan perencanaan pengelolaan
sebesar 232,8 juta orang, total sampah yang sampah di Indonesia.
dihasilkan sebesar 38,5 juta ton/tahun, sedangkan Tulisan ini bermaksud untuk membandingkan
populasi yang dapat dilayani sebesar 130,4 juta. sistem pengelolaan sampah di Indonesia dan Korea
Pengangkutan sampah aktual sebesar 21,72 ton per Selatan dilihat dari 5 aspek pengelolaan sampah,
tahun, dan sampah yang tidak terangkut sebesar yaitu: aspek kelembagaan, aspek pembiayaan,
16,78 juta ton per tahun. Untuk Pulau Jawa, dengan aspek pengaturan (dasar hukum), aspek peran serta
populasi sebesar 137,2 juta orang, menghasilkan masyarakat, dan aspek teknik operasional.
total sampah sebesar 21,2 juta ton/tahun, sedangkan Dengan membandingkan sistem pengelolaan
populasi yang dapat dilayani sebesar 80,8 juta. sampah di kedua negara tersebut, diharapkan bisa
Pengangkutan sampah aktual sebesar 12,49 ton per menjadi masukan bagi pemangku kebijakan di
tahun, dan sampah yang tidak terangkut sebesar Indonesia khususnya yang terkait dengan strategi
8,71 juta ton per tahun. dan kebijakan pengelolaan sampah yang tepat baik
Di tingkat dunia, masing-masing kota di tingkat pusat, provinsi maupun kabupaten/kota,
setidaknya menghasilkan sampah hingga 1,3 miliar dalam rangka mencapai target universal access
ton setiap tahunnya. Diperkirakan oleh Bank Dunia, sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka
pada tahun 2025, jumlah ini bertambah hingga 2,2 Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019.
miliar ton (Buletin Cipta Karya, Februari 2016). Metoda penelitian dilakukan secara kualitatif.
Penanganan sampah di masing-masing negara Pengumpulan data primer dan sekunder dilakukan
berbeda-beda tergantung dari kondisi sosial budaya dengan wawancara terbuka, studi literatur dan
masyarakat setempat, kebijakan pemerintah, juga kunjungan langsung ke lokasi penelitian.
regulasi, infrastruktur yang dimiliki, pendekatan Observasi dan pengambilan data di Korea Selatan
teknologi, dan lain-lain. dilakukan pada program Landfill Operation

78 | Aspirasi Vol. 7 No. 1, Juni 2016


and Resource Recovery Training yang dibiayai – Bertambah kompleksnya masalah persampahan
oleh Pemerintah Korea Selatan melalui Korean sebagai konsekuensi logis dari pertambahan
International Cooperation Agency (KOICA), dan penduduk kota.
diselenggarakan pada tanggal 31 Agustus 2015 – Peningkatan kepadatan penduduk menuntut
sampai 12 September 2015. pula peningkatan metode/pola pengelolaan
sampah yang lebih baik.
Pengelolaan Sampah – Keheterogenan tingkat sosial budaya penduduk
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun kota menambah kompleksnya permasalahan.
2008 tentang Pengelolaan Sampah, sampah adalah – Situasi dana serta prioritas penanganan
sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses yang relatif rendah dari pemerintah daerah
alam yang berbentuk padat. Sedangkan pengelolaan merupakan masalah umum dalam skala
sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, nasional.
dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan – Pergeseran teknik penanganan makanan,
dan penanganan sampah. Pengelolaan sampah ini misalnya menuju ke pengemas yang tidak
bukan hanya menyangkut aspek teknis, tetapi juga dapat terurai seperti plastik.
mencakup aspek-aspek yang lain, seperti manajemen, – Keterbatasan sumber daya manusia yang sesuai
pembiayaan, regulasi, pelibatan masyarakat sebagai yang tersedia di daerah untuk menangani
penghasil sampah, pihak swasta dan lain-lain. masalah sampah.
Di negara-negara maju, pengelolaan sampah – Pengembangan perancangan peralatan
sering didefinisikan sebagai kontrol terhadap persampahan yang bergerak sangat lambat.
timbulan sampah, mulai dari pewadahan, – Partisipasi masyarakat yang pada umumnya
pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, masih kurang terarah dan terorganisir secara
pemrosesan, serta pembuangan akhir dengan baik.
penanganan-penanganan terbaik untuk kesehatan, – Konsep pengelolaan persampahan yang
ekonomi, estetika, lingkungan, teknis, konservasi, kadangkala tidak cocok untuk diterapkan, serta
dan juga terhadap sikap masyarakat. kurang terbukanya kemungkinan modifikasi
Suksesnya pengelolaan sampah, bukan konsep tersebut di lapangan.
hanya didasarkan pada aspek teknis saja, tetapi
Kebijakan pengelolaan sampah perkotaan yang
juga mencakup aspek-aspek nonteknis. Untuk
dikeluarkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum
menjalankan sistem pengelolaan yang baik, perlu
dan Perumahan Rakyat di Indonesia sesuai dengan
melibatkan berbagai disiplin ilmu, seperti teknik
SNI 3242:2008 tentang Pengelolaan Sampah di
sipil, perencanaan kota, ekonomi, kesehatan
Permukiman memosisikan bahwa pengelolaan
masyarakat, sosiologi, komunikasi, konservasi, dan
sampah perkotaan merupakan sebuah sistem yang
lain-lain.
terdiri dari 5 komponen subsistem, yaitu: aspek
Menurut Damanhuri (2010), Pertambahan
kelembagaan, aspek pembiayaan, aspek pengaturan
penduduk yang demikian pesat di daerah perkotaan
(hukum), aspek peran serta masyarakat, dan aspek
(urban) telah mengakibatkan meningkatnya jumlah
teknik operasional. Kelima aspek tersebut saling
timbulan sampah. Dari studi dan evaluasi yang
terkait dan harus diperhatikan untuk mewujudkan
telah dilaksanakan di kota-kota di Indonesia,
sistem pengelolaan sampah yang efektif.
dapat diidentifikasi masalah-masalah pokok dalam
pengelolaan persampahan kota, antara lain:

Aspek Teknis
Operasional

Aspek Aspek Aspek


Pembiayaan Pengelolaan Sampah Kelembagaan

Aspek Hukum Aspek Peran


dan Peraturan Serta Masyarakat

Gambar 1. Aspek-Aspek Pengelolaan Sampah Kota

Yulia Hendra, Perbandingan Sistem Pengelolaan Sampah di Indonesia dan Korea Selatan | 79
Peraturan/Hukum – Peraturan pemerintah yang membinanya
Aspek pengaturan didasarkan atas kenyataan – Pola sistem operasional yang diterapkan
bahwa Indonesia adalah negara hukum, di mana – Kapasitas kerja sistem
sendi-sendi kehidupan bertumpu pada hukum yang – Lingkup pekerjaan dan tugas yang harus
berlaku. Manajemen persampahan kota di Indonesia ditangani.
membutuhkan kekuatan dan dasar hukum, seperti
Teknik Operasional
dalam pembentukan organisasi, pemungutan
Berdasarkan SNI 19-2454-2002, tata cara
retribusi, ketertiban masyarakat, dan sebagainya.
teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan
Peraturan yang diperlukan dalam
meliputi dasar-dasar perencanaan untuk:
penyelenggaraan sistem pengelolaan sampah di
1. Daerah pelayanan
perkotaan antara lain adalah yang mengatur tentang:
2. Tingkat pelayanan
– Ketertiban umum yang terkait dengan
3. Teknik operasional, mulai dari:
penanganan sampah
1) Pewadahan sampah
– Rencana induk pengelolaan sampah kota
2) Pengumpulan sampah
– Bentuk lembaga dan organisasi pengelola
3) Pemindahan sampah
– Tata-cara penyelenggaraan pengelolaan
4) Pengangkutan sampah
– Besaran tarif jasa pelayanan atau retribusi
5) Pengolahan dan pemilahan sampah
– Kerjasama dengan berbagai pihak terkait,
6) Pembuangan akhir sampah
diantaranya kerjasama antar daerah, atau
kerjasama dengan pihak swasta. Kegiatan pemilahan dan daur ulang semaksimal
mungkin dilakukan sejak dari pewadahan sampai
Kelembagaan dan Organisasi
dengan pembuangan akhir sampah.
Aspek organisasi dan manajemen merupakan
suatu kegiatan yang multi disiplin yang bertumpu Pembiayaan / Retribusi
pada prinsip teknik dan manajemen yang Sebagaimana kegiatan yang lain, maka
menyangkut aspek-aspek ekonomi, sosial, budaya, komponen pembiayaan sistem pengelolaan sampah
dan kondisi fisik wilayah kota, dan memperhatikan kota secara ideal dihitung berdasarkan:
pihak yang dilayani yaitu masyarakat kota. – Biaya investasi
Perancangan dan pemilihan bentuk organisasi – Biaya operasi dan pemeliharaan
disesuaikan dengan: – Biaya manajemen

Timbulan Sampah

Pemilahan, Pewadahan &


Pengolahan di Sumber

Pengumpulan

Pemindahan Pemilahan dan Pengolahan

Pengangkutan

Pembuangan Akhir

Gambar 2. Diagram Teknik Operasional Pengolahan Sampah


Sumber: SNI 19-2454-2002

80 | Aspirasi Vol. 7 No. 1, Juni 2016


– Biaya untuk pengembangan – Masih banyak pengelola kebersihan yang
– Biaya penyuluhan dan pembinaan masyarakat. belum mencantumkan penyuluhan dalam
programnya.
Aspek pembiayaan merupakan sumber
– Kekhawatiran pengelola bahwa inisiatif
daya penggerak agar roda sistem pengelolaan
masyarakat tidak akan sesuai dengan konsep
persampahan di kota tersebut dapat bergerak
pengelolaan yang ada.
dengan lancar. Diharapkan bahwa sistem
pengelolaan persampahan di Indonesia akan Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, sistem
menuju pada ‘pembiayaan sendiri’, termasuk di sini operasional pengelolaan sampah mencakup juga
dengan pembentukan perusahaan daerah. Sektor subsistem pemrosesan dan pengolahan sampah,
pembiayaan ini menyangkut beberapa aspek, yang perlu dikembangkan secara bertahap dengan
seperti: mempertimbangkan pemrosesan yang bertumpu
– Proporsi APBN/APBD pengelolaan sampah, pada pemanfaatan kembali, baik secara langsung,
antara retribusi dan biaya pengelolaan sampah. sebagai bahan baku maupun sebagai sumber energi.
– Proporsi komponen biaya tersebut untuk gaji, Pemrosesan akhir sampah secara umum
transportasi, pemeliharaan, pendidikan dan di Indonesia adalah menggunakan sistem land
pengembangan serta administrasi. disposal (penyingkiran limbah ke dalam tanah).
– Proporsi antara retribusi dengan pendapatan Penyingkiran limbah ke dalam tanah yang disertai
masyarakat. dengan pengurugan/penimbunan dikenal dengan
– Struktur dan penarikan retribusi yang berlaku. istilah landfilling. Sanitary landfill adalah metode
landfilling yang aplikasinya memperhatikan aspek-
Retribusi persampahan merupakan bentuk
aspek sanitasi limgkungan.
konkret partisipasi masyarakat dalam membiayai
Menurut Damanhuri (2010), definisi sanitary
program pengelolaan persampahan. Bentuk
landfill adalah metode pengurugan sampah ke
penarikan retribusi dibenarkan apabila pelaksananya
dalam tanah, dengan menyebarkan sampah secara
adalah badan formal yang diberi kewenangan oleh
lapis perlapis pada sebuah site (lahan) yang telah
pemerintah.
disiapkan, kemudian dilakukan pemadatan dengan
Peran Serta Masyarakat alat berat, dan pada akhir hari operasi, urukan sampah
Tanpa adanya partisipasi masyarakat penghasil tersebut kemudian ditutup dengan tanah penutup.
sampah, semua program pengelolaan sampah yang Sedangkan metode yang digunakan sebelumnya
direncanakan akan sia-sia. Salah satu pendekatan yaitu sistem open dumping tidak mengikuti tata cara
kepada masyarakat untuk dapat membantu program yang sistematis serta tidak memperhatikan dampak
pemerintah dalam kebersihan adalah bagaimana pada lingkungan.
membiasakan masyarakat kepada tingkah laku yang
sesuai dengan tujuan program itu. Hal ini antara lain Kondisi Eksisting Persampahan di Indonesia
menyangkut: Timbulan sampah di Indonesia terus meningkat
– Bagaimana merubah persepsi masyarakat dari tahun ke tahun. Di kota metro dan kota besar,
terhadap pengelolaan sampah yang tertib dan timbulan sampah diperkirakan rata-rata mencapai
teratur. >500 ton/hari, sedangkan di kota sedang dengan
– Faktor-faktor sosial, struktur, dan budaya jumlah penduduk <500orang/ha, timbulan sampah
setempat. yang dihasilkan rata-rata sebanyak 100-300 ton/hari
– Kebiasaan dalam pengelolaan sampah selama (Direktorat Pengembangan PLP, 2016).
ini. Timbulan sampah yang terus meningkat ini
Menurut Damanhuri (2010), permasalahan tidak diimbangi dengan peningkatan infrastruktur
yang terjadi berkaitan dengan peran serta pengelolaan sampah dan upaya-upaya pengurangan
masyarakat dalam pengelolaan persampahan, yaitu sampah di sumber (penerapan konsep 3R: reduce,
di antaranya: reuse, recycle). Kualitas pelayanan masih terbatas
– Tingkat penyebaran penduduk yang tidak (menyangkut masalah biaya, SDM, sarana dan
merata. prasarana, serta peran serta masyarakat). Dari segi
– Belum melembaganya keinginan dalam kelembagaan, peran operator dan regulator belum
masyarakat untuk menjaga lingkungan. jelas. TPA sebagai tempat pemrosesan akhir sampah
– Belum ada pola baku bagi pembinaan sering mendapatkan protes dan penolakan dari
masyarakat yang dapat dijadikan pedoman masyarakat. Akibatnya terjadi penurunan kualitas
pelaksanaan. lingkungan terutama di daerah perkotaan.

Yulia Hendra, Perbandingan Sistem Pengelolaan Sampah di Indonesia dan Korea Selatan | 81
TPA masih merupakan pilihan utama dalam Tabel 1. Capaian Akses Penanganan Sampah
pengelolaan sampah di Indonesia. Sebagian besar di Indonesia
sampah langsung diangkut dan dibuang ke TPA Capaian Akses Tahun Tahun Tahun
sampah tanpa pengolahan pendahuluan. Baru sekitar Penanganan Sampah 2010 2013 2015
10% sampah yang dimanfaatkan (Kementerian Pedesaan 73,70 % 72,60 % 82,00 %
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2016).
Perkotaan 87,40 % 87,00 % 91,43 %
Sampai saat ini paradigma pengelolaan
sampah yang digunakan adalah kumpul–angkut Nasional 80,50 % 79,80 % 86,73 %
dan buang. Sedangkan andalan utama sebuah kota Sumber: Riskesdas. 2015
dalam menyelesaikan permasalahan sampah adalah
Selain cakupan pelayanan sampah yang masih
landfilling di TPA. Pengelola kota cenderung
rendah di beberapa kota, Pemerintah Indonesia juga
kurang memberikan perhatian yang serius pada TPA
masih menghadapi tantangan-tantangan antara lain:
tersebut, sehingga muncul kasus-kasus kegagalan
minimnya sarana dan prasarana yang dimiliki, belum
TPA. Pengelola kota tampaknya beranggapan bahwa
adanya lembaga pengelola yang secara khusus
TPA yang dipunyainya dapat menyelesaikan semua
menangani sampah, minimnya alokasi budget yang
persoalan sampah, tanpa harus memberikan perhatian
disediakan Pemda sebagai akibat sektor ini belum
yang proporsional terhadap sarana tersebut. TPA bisa
menjadi prioritas dalam pembangunan di daerah,
menjadi bom waktu bagi pengelola kota.
perilaku masyarakat yang belum menerapkan
Operasional TPA di Indonesia sebagian besar
perilaku hidup bersih dan higienis, dan lemahnya
masih berupa sistem open dumping. Padahal Pasal
penegakan hukum.
44 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008
Pengelolaan Sampah mengamanatkan bahwa paling
tentang Pengelolaan Persampahan mengamanatkan
lambat pada tahun 2013 setiap pemerintah daerah/
pengurangan dan penanganan sampah. Hal
kota sudah memiliki TPA yang representatif dan
ini diperkuat dengan Peraturan Menteri
memenuhi kaidah teknis maupun lingkungan
Pekerjaan Umum Nomor 3 Tahun 2013 tentang
(sanitary landfill).
Penyelenggaraan Sarana dan Prasarana Penanganan
Pada awal tahun 1990-an, metode transisi
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis
yaitu menggunakan sistem lahan urug terkendali
Sampah Rumah Tangga yang mengamanatkan
(controlled landfill) diperkenalkan oleh
pemilahan dan pewadahan sejak dari sumber
Kementerian Pekerjaan Umum terutama untuk
sampah.
kota-kota kecil dan sedang dengan menunda kriteria
Berdasarkan RPJMN tahun 2015-2019,
waktu penutupan menjadi 5 sampai 7 hari. Namun
Pemerintah Indonesia telah menetapkan target
sampai saat ini metode tersebut tetap dianggap
universal akses dalam bidang sanitasi yaitu
mahal oleh kebanyakan pengelola persampahan di
meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi
kabupaten/kota. Padahal sebuah TPA yang telah
layak (air limbah domestik, sampah dan drainase
dirancang dan disiapkan sebagai lahan uruk saniter
lingkungan) menjadi 100% pada tingkat kebutuhan
akan dengan mudah berubah menjadi sebuah open
dasar. Di bidang persampahan, sasarannya berupa
dumping bila pengelola TPA tersebut tidak secara
pengurangan dan pemanfaatan sampah sebesar 20-
konsekuen menerapkan aturan-aturan yang berlaku.
35%, pengangkutan dan pemrosesan akhir sampah
Selain itu, tantangan lainnya yang dihadapi
sebesar 65-80%. Dalam rangka pencapaian target
dalam pengembangan sistem pengelolaan
universal access tersebut, diperlukan kebijakan-
persampahan di Indonesia adalah masih rendahnya
kebijakan dan strategi yang tepat dengan melibatkan
capaian akses pelayanan sampah. Masih adanya
peran aktif masyarakat dan mitra pembangunan,
kesenjangan dalam pelayanan sampah antara target
termasuk swasta dan donor-donor dari luar negeri
MDGs pada tahun 2015 yaitu sebesar 70% dengan
untuk mendapatkan alternatif-alternatif sumber
capaian eksisting yaitu sebesar 56,2%.
pembiayaan yang lain, di samping yang tersedia
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
dari dana APBN.
tahun 2015, akses pelayanan persampahan di
Indonesia untuk tingkat nasional mencapai 86,73%
Kondisi Eksisting Persampahan di Korea Selatan
(nilai ini mencakup penanganan sampah secara
Kondisi Awal
total: memenuhi dan tidak memenuhi NSPK). Tabel
Pada sekitar tahun 1977, pengelolaan sampah
1 di bawah ini akan menunjukkan capaian akses
di Korea Selatan masih belum dikelola dengan
penanganan sampah di Indonesia yang terdiri dari
baik. Pencemaran sampah dan limbah, baik
capaian untuk wilayah pedesaan, perkotaan dan
limbah domestik maupun limbah industri banyak
tingkat nasional.

82 | Aspirasi Vol. 7 No. 1, Juni 2016


mencemari air tanah dan Sungai Han, yaitu sungai Sudokwon Landfill
yang membelah Kota Seoul. Saat itu pengolahan Pada tahun 2000, Kementerian Lingkungan
sampah di Korea Selatan dipusatkan di TPA Nanji. Hidup Korea Selatan membentuk Sudokwon
TPA Nanji masih dioperasikan dengan sistem open landfill Site Management Corporation (SLC),
dumping, yaitu pembuangan terbuka tanpa ada sebuah badan usaha milik negara yang bekerja sama
proses pengolahan apapun. dengan Pemerintah Kota Metropolitan Seoul dalam
Beroperasinya TPA Nanji ini banyak merencanakan dan membangun, mengoperasikan,
menimbulkan permasalahan baik secara teknis, memelihara dan merawat infrastruktur pengolahan
lingkungan maupun sosial. Secara teknis, kendala sampah, khususnya di TPA dan pendukungnya.
yang dihadapi adalah kurangnya pengalaman dan Kontrak dengan SLC dilakukan untuk jangka waktu
keterbatasan sumber daya manusia dalam menangani selama 46 tahun (2000-2046).
limbah, belum dikuasainya teknik-teknik waste to Sudokwon landfill adalah TPA sanitary landfill
energy. Banyak terjadi pencemaran lingkungan dan terbesar di dunia dan tergolong world-class sanitary
wabah penyakit di masyarakat akibat dari lindi, landfill. TPA ini menggunakan lahan hasil reklamasi
serangga, bau, dan gas metan. Akibatnya, banyak seluas 1.600 hektar dan mulai beroperasi sejak tahun
terjadi protes keras dan demonstasi dari warga di 1992. Kapasitas TPA sebesar 22.800 (x10.000 ton)
sekitar lokasi TPA. dan melayani 22 juta penduduk di Metropolitan
Menurut Sudokwon Landfill Site Management Seoul, Incheon, dan Provinsi Gyeonggi.
Corp. (2015), sejak TPA Nanji beroperasi sampai

Gambar 3. Lokasi TPA Sudokwon


Sumber: Sudokwon Landfill Site Management Corporation, 2015

dengan tahun 1993, sekitar 9,2 juta ton sampah TPA yang pada tahap awal banyak mendapatkan
ditimbun di TPA Nanji. TPA Nanji akhirnya ditutup penolakan dari warga sekitar ini pada akhirnya
pada tahun 1993, dan dikonversi menjadi TPST berkembang dan mendapatkan pengakuan dari
berbasis institusi. Lahan bekas TPA dimanfaatkan dunia. Bahkan TPA ini menjadi percontohan eco-
sebagai taman. Selanjutnya sampah-sampah friendly sanitary landfill dan telah dikunjungi oleh
tersebut masuk ke Mapo Resources Recycle. ratusan ribu warga, termasuk warga asing.
TPST Mapo Resources Recycle dilengkapi dengan Situs TPA yang terbesar di dunia ini kemudian
incinerator berkapasitas 750 ton/hari, yang mampu berkembang menjadi atraksi alam terbaik. Limbah
menghasilkan listrik sebesar 5MW. Sistem ini berubah menjadi sumber daya, bekas TPA terlahir
dimanfaatkan oleh warga di sekitar Mapo Resources kembali menjadi sebuah taman impian yang dikenal
Recycle sebagai sumber energi listrik. sebagai dreampark. Taman yang merupakan bekas

Yulia Hendra, Perbandingan Sistem Pengelolaan Sampah di Indonesia dan Korea Selatan | 83
landfill tahap pertama ini juga telah dimanfaatkan didaur ulang. Masyarakat pun didorong untuk
untuk tempat bermain golf, pacuan kuda, dan lomba melakukan proses daur ulang sampah, misalnya
renang pada Asian Games 2014. dengan mengembalikan botol bekas minuman yang
Dengan luasan lahan yang memadai, TPA dibagi dibeli, maka masyarakat akan mendapatkan deposit
ke dalam 4 unit pengolahan sampah (sel landfill). dari harga pembelian minuman tersebut. Apabila
Unit pengolahan sampah pertama seluas 409 hektar, peraturan ini tidak ditaati, maka akan dikenakan
beroperasi sejak tahun 1991 sampai dengan tahun sanksi/denda yang sangat besar, bahkan sampah
2000. Setelah tidak beroperasi lagi, lahan bekas unit tidak akan diangkut. Sanksi tersebut bukan hanya
pengolahan sampah tersebut dimanfaatkan untuk diberikan secara pribadi (perseorangan), tetapi
berbagai kegiatan masyarakat, seperti lapangan juga diberlakukan untuk komunitas di sekitarnya,
golf seluas 153 hektar, arena bermain (dreampark), sehingga mereka akan saling mengawasi dan
kolam renang, taman kota, taman bermain anak, dan mengingatkan satu sama lain.
lain-lain. Unit pengolahan sampah kedua seluas 381 Kegiatan daur ulang sampah yang dilakukan
hektar mulai beroperasi sejak tahun 2000 dengan masyarakat cukup berhasil. Sejak tahun 1981
proses lahan urug saniter (sanitary landfill). Tinggi sampai dengan tahun 2011, kuantitas laju timbulan
tumpukan sampah maksimal direncanakan 40 meter. sampah telah berkurang 47% (dari 1,77 kg/hari/
Saat ini, SLC sedang mempersiapkan pembangunan orang menjadi 0,95 kg/hari/orang). Pada tahun
unit pengolahan sampah ketiga seluas 307 hektar, 2012, diperkirakan keberhasilan tingkat daur ulang
yang akan dibangun pada tahun 2016. Hal ini untuk yang ada telah meningkat menjadi 84,4% (Buletin
mengantisipasi unit pengolahan sampah kedua akan Cipta Karya, Agustus 2015).
penuh pada tahun 2017 atau 2018. Keterlibatan dan kepedulian masyarakat dalam
Volume sampah yang masuk ke Sudokwon pengelolaan sampah sangat besar. Mereka membuat
Landfill sekitar 14 ton/hari yang terdiri dari komunitas-komunitas yang membantu dalam
sampah rumah tangga, sampah konstruksi, dan mengawasi penanganan sampah di lingkungan
sampah kegiatan perkantoran. Fasilitas incoming masing-masing. Selain itu, seluruh informasi
waste management system sangat canggih karena terkait dengan kegiatan yang ada di TPA sampah,
dilengkapi dengan sistem sampling otomatis, sistem dipublikasikan kepada masyarakat melalui internet,
kontrol yang terintegrasi dengan wireless network sehingga masyarakat dapat memantau pelaksanaan
dan CCTV yang tersebar di 110 lokasi di sekitar kegiatan yang ada di TPA, seperti data sampah yang
landfill. masuk ke TPA sampah, parameter hasil pengolahan
Gas dan leachate yang dihasilkan ditampung air lindi, dan lain-lain. Dari pengelola sampah,
dan diolah sehingga menjadi sumber daya masyarakat sekitar mendapatkan kompensasi kurang
yang berharga. Fasilitas pengolahan leachate lebih 10% dari total biaya penanganan sampah yang
berkapasitas 6.700 ton/hari, fasilitas pengumpulan disalurkan berupa penyediaan fasilitas-fasilitas
dan penyaluran gas sejauh 308 km dan terdapat pendidikan, olah raga, dan sebagainya.
50 MW landfill gas power plant yang merupakan
Kebijakan Pemerintah Korea Selatan
pembangkit listrik dari gas TPA terbesar di dunia
Dalam bidang pengelolaan sampah, Pemerintah
yang menyediakan sistem bagi sekitar 440.000
Korea Selatan memberikan dukungan yang berupa
rumah tangga, dengan biaya penjualan listrik
penyiapan peraturan perundang-undangan dan
sebesar 90 cent won/kWh, ke perusahaan listrik dan
implementasinya. Sejak tahun 1986, telah dibuat
kredit karbon sebanyak 394.000 ton CO2(eq).
Undang-Undang Pengelolaan Sampah yang memuat
Penanganan Sampah di Sumber klasifikasi sampah, pembagian tanggung jawab dari
Pemerintah Korea Selatan telah menerapkan setiap pemangku kepentingan, dan teknik-teknik
kebijakan untuk pemilahan sampah di sumber pengolahan sampah, termasuk teknik daur ulang.
dengan klasifikasi sebagai berikut: Pada tahun 1990, Pemerintah Korea Selatan
a. Sampah organik menerapkan konsep volume based waste fee sistem
b. Sampah anorganik and collecting the recyclable waste yakni sistem
c. Sampah lain yang tidak masuk dalam kategori pembuangan sampah berbasis volume, di mana
tersebut, misalnya: cangkang telur, popok setiap warga harus membayar untuk setiap plastik
sekali pakai, dan lain-lain. sampah yang akan digunakan. Semakin besar
produksi sampah, maka semakin besar pula biaya
Masyarakat diharuskan untuk memilah
yang dikeluarkan. Sampah-sampah yang dihasilkan
sampahnya terlebih dahulu sebelum dimasukan
dikumpulkan dalam kantong-kantong sampah yang
ke dalam kantong plastik sesuai dengan jenis
harus dibeli oleh masyarakat. Apabila sampah
sampahnya, terutama sampah yang masih bisa

84 | Aspirasi Vol. 7 No. 1, Juni 2016


dikemas dalam wadah yang tidak tepat maka akan dan aspek teknis operasional. Dengan demikian,
dikenakan denda. Pengawasan dilakukan dengan untuk membandingkan sistem pengelolaan sampah
berbasis komunitas serta memasang CCTV di di Indonesia dan Korea Selatan akan digunakan
lokasi-lokasi yang rawan pembuangan sampah kelima aspek pengelolaan sampah tersebut.
secara liar.
Aspek Kelembagaan
Pada tahun 1998, Pemerintah Korea Selatan
Institusi pengelola sampah di Indonesia
juga menerapkan kebijakan Extended Producer
masih multisektor. Di tingkat pusat, Kementerian
Responsibility (EPR) yang mewajibkan perusahaan
Lingkungan Hidup dan Kementerian Pekerjaan
dan industri untuk mendaur ulang sebagian dari
Umum menjadi leading sektor dalam pengelolaan
produk yang dihasilkan. Strategi EPR dirancang
sampah, terutama dalam menyiapkan standar,
untuk mempromosikan integrasi semua biaya yang
norma dan peraturan yang dibutuhkan. Sedangkan
berkaitan dengan produk-produk mereka di seluruh
proses pengelolaan sampah di daerah masing-
siklus hidup ke dalam pasar harga produk. Tanggung
masing menjadi tanggung jawab pemerintah daerah.
jawab produser diperpanjang dengan maksud untuk
Sampai saat ini belum ada standarisasi
menentukan akuntabilitas atas seluruh lifecycle
kelembagaan terkait pengelolaan sampah. Oleh
produk dan kemasan yang diperkenalkan ke pasar.
karena itu bentuk institusi pengelola sampah di
Lima tahun setelah kebijakan EPR diluncurkan,
kabupaten/kota dapat berupa dinas, suku dinas,
yaitu pada tahun 2003, sebanyak 6,067 juta ton
seksi bahkan perusahaan daerah. Selain itu,
sampah berhasil didaur ulang dengan manfaat
belum ada pemisahan fungsi antara operator yang
finansial mencapai lebih dari US$1,6 miliar. Pada
melakukan kegiatan pengelolaan sampah, dengan
tahun 2008, sebanyak 69.213 ton produk plastik
regulator yang membuat kebijakan dan mengawasi
berhasil didaur ulang, dengan manfaat ekonomi
pelaksanaanya.
sebesar US$69 juta. Selain itu, dalam masa empat
Struktur organisasi yang ada juga belum
tahun penerapan EPR (2003-2006), sistem ini
ditunjang kapasitas dan kapabilitas SDM yang
berhasil menciptakan 3.200 lapangan kerja baru.
memadai. Proses mutasi dan perubahan struktur
Manfaat EPR terhadap lingkungan juga tidak kalah
jabatan di pemerintah daerah kerap menyebabkan
besar. Dengan mendaur ulang produk-produk
berpindahnya SDM yang telah cakap dan
yang ditentukan oleh EPR, Korea Selatan berhasil
mempunyai pengetahuan yang baik dalam
mengurangi emisi karbon dioksida rata-rata 412.000
pengelolaan sampah. Akibatnya lembaga pengelola
ton per tahun. Sistem EPR juga berhasil mencegah
sampah tersebut kembali kehilangan SDM yang
terciptanya 23.532 ton emisi gas rumah kaca dari
cukup berkualitas. Demikian juga tata laksana
pembuangan dan pembakaran sampah plastik.1
kerja yang belum jelas antara administrasi dan
Walaupun jumlah sampah di Korea terus
pelaksana lapangan, dan berbagai kewenangan,
meningkat (sejak tahun 2000), namun jumlah
baik itu pengangkutan sampah, penarikan retribusi
sampah yang berhasil didaur ulang juga terus naik.
dan pengalokasian anggaran membuat pelaksanaan
Contoh, pada tahun 1995, sebanyak 72,3% sampah
kegiatan pengelolaan sampah menjadi terkendala.
padat dibuang di tempat pembuangan akhir (TPA)
Lebih lanjut lagi, kurangnya koordinasi dan
dan hanya 23,7% yang berhasil didaur ulang. Pada
kerja sama antarinstansi sektor persampahan,
tahun 2007, 57,8% sampah padat berhasil didaur
serta bentuk lembaga yang tidak fleksibel turut
ulang dan hanya 23,6% yang dibuang. Pada tahun
menghambat dalam pelaksanaan pengelolaan
yang sama, sebanyak 81,1% dari total sampah
sampah dilihat dari alokasi anggaran, penggunaan
berhasil didaur ulang.2
anggaran dan pertanggungjawabannya.
Berbeda dengan Indonesia, pengelola sampah
Perbandingan Sistem Pengelolaan Sampah
di Korea Selatan dari aspek kelembagaan sudah
di Indonesia dan Korea Selatan dilihat dari 5
dipisahkan antara peran regulator dan operator.
Aspek Pengelolaan Sampah
Kementerian Lingkungan Hidup berperan sebagai
Penanganan sampah secara komprehensif harus
regulator sedangkan operator TPA dilakukan oleh
melibatkan 5 aspek dalam manajemen persampahan
Sudokwon Landfill Management Corporation
meliputi: aspek kelembagaan, aspek pembiayaan,
(SLC). Dalam hal ini, pemda turut berperan sebagai
aspek peraturan, aspek peran serta masyarakat,
pengelola sampah di daerahnya masing-masing.
1
Redaksi Hijauku.com. “Belajar Mengelola Sampah dari SDM pengelola sampah di Korea Selatan juga
Korea”. Dari: http://www.hijauku.com/2011/09/07/belajar- cukup memadai baik dari segi kuantitas maupun
mengelola-sampah-dari-korea/, diakses tanggal 12 April kualitasnya. Mereka umumnya mempunyai
2016. latar belakang pendidikan yang mendukung.
2
Ibid.

Yulia Hendra, Perbandingan Sistem Pengelolaan Sampah di Indonesia dan Korea Selatan | 85
Kemampuan manajerial dan operasional merupakan Sistem pembayaran iuran sampah yang
salah satu hal penting yang harus dimiliki oleh diterapkan di Korea Selatan adalah berbasis
SDM pengelola sampah sesuai dengan posisi dan volume. Semakin banyak sampah yang dihasilkan
bidangnya masing-masing. akan semakin besar pula biaya/retribusi yang
harus dikeluarkan oleh produsen sampah tersebut.
Aspek Pembiayaan
Hal tersebut merupakan salah satu cara agar
Hal yang kerap menjadi kendala utama dalam
masyarakat dapat mengurangi jumlah sampah yang
pengelolaan sampah di Indonesia adalah keterbatasan
ditimbulkannya.
pembiayaan, termasuk sumber pendanaan untuk
investasi, operasional dan pemeliharaan alat dan Aspek Peraturan
fasilitas persampahan lainnya. Pada sebagian daerah, Payung hukum terkait pengelolaan sampah
pengelolaan sampah belum menjadi prioritas kepala di Indonesia adalah Undang-Undang Nomor
daerah maupun legislatif sehingga alokasi anggaran 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
untuk pengelolaan sampah sangat minim, yakni Selanjutnya dijabarkan pula dalam beberapa
sebagian besar hanya <5% dari jumlah APBD. Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri seperti
Kerja sama dengan swasta baik dalam bentuk Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 3
investasi maupun Corporate Social Responsibility Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Sarana dan
(CSR) sudah banyak dilakukan di beberapa daerah. Prasarana Penanganan Sampah Rumah Tangga
Misalnya, CSR dari beberapa perusahaan berupa dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga yang
bantuan sarana prasarana (tempat sampah, alat angkut, mengamanatkan pemilahan dan pewadahan sejak
dan pelatihan pengelolaan sampah kepada masyarakat). dari sumber. Peraturan Daerah (Perda) tentang
Namun kerja sama dalam bentuk investasi masih pengeloaan sampah juga sudah dimiliki oleh
terkendala beberapa hal seperti investasi swasta di beberapa daerah. Namun sosialisasi terkait Perda
TPA maupun TPST tidak dapat berlangsung secara tersebut masih belum semua dilakukan, sehingga
kontinu karena adanya penolakan dari warga. implementasi regulasi tersebut belum optimal.
Kemudian apabila dilihat dari tarif/retribusi Misalnya sanksi bagi pelanggaran dan penegakan
sampah, retribusi yang berjalan selama ini belum hukum yang telah ditetapkan di Perda belum dapat
didasarkan pada perhitungan dan pendataan yang dijalankan sepenuhnya. Demikian juga hal-hal
memadai, baik dilihat dari jumlah timbulan maupun yang diatur Undang-Undang tentang Pengelolaan
jumlah potensi bayar. Perhitungan tarif juga belum Sampah tersebut belum semuanya dapat diterapkan,
optimal dilihat dari jenis penghasil sampahnya, seperti ketentuan tentang TPA dengan sistem
yang dapat berupa sampah dari rumah tinggal, sanitary landfill atau minimal control landfill dan
sampah sektor komersial maupun sampah sektor penerepan kewajiban konsumen untuk mengelola
industri. sampahnya atau lebih dikenal dengan EPR.
Realisasi penarikan retribusi juga masih Korea Selatan sudah memiliki banyak peraturan
rendah secara nasional masih sekitar 20%. Hal ini mengenai persampahan, antara lain:
menyebabkan beban pemerintah dalam pembiayaan a) The Act on Waste Management (1986).
pengelolaan sampah menjadi sangat besar. b) The Act on Saving Resources and Promoting
Di Korea Selatan, biaya pengelolaan sampah Recycle (1992).
selain dari anggaran pemerintah, juga terdapat c) The Volume Based Waste Fee System and
alternatif-altenatif sumber pendanaan lainnya. Collecting the Recyclable Waste (1990).
Misalnya, dari tipping fee Pemerintah Daerah Kota d) Deposit Refund System for Glass Bottle (1993).
Seoul, Gyeonggi dan Incheon, hasil business profit e) Extended Producer Responsibility, EPR
yaitu dari penjualan gass landfill, proyek CDM, (1998), dan lain-lain.
kegiatan riset dan pengembangan, dan lain-lain.
Peraturan-peraturan tersebut menjadi acuan
Kegiatan riset terkait pengelolaan sampah di Korea
dalam pengelolaan sampah terutama dalah hal
Selatan tidak saja dapat menemukan teknologi
manajemen pengelolaan sampah, promosi 3R,
pengelolaan sampah terbaru tetapi juga turut
pembayaran iuran sampah yang berbasis volume,
membantu mendapatkan tambahan pembiayaan.
dan juga kewajiban produsen untuk mengelola
Sumber pembiayaan lainnya bersumber dari
sampahnya (kebijakan EPR). Peraturan-peraturan
penjualan kantong plastik yang akan digunakan
tersebut sudah tersosialisasikan dengan baik kepada
oleh warga untuk membuang sampah. Terdapat
masyarakat disertai dengan mekanisme pengawasan
ketentuan bagi masyarakat yang akan membuang
dan penerapan sanksinya. Sanksi terhadap
sampah harus menggunakan kantong sampah yang
pelanggaran ini akan ditindak dengan tegas disertai
telah ditetapkan.
dengan denda yang besar.

86 | Aspirasi Vol. 7 No. 1, Juni 2016


Aspek Peran Serta Masyarakat Aspek Teknis Operasional
Masyarakat yang selama ini menghasilkan Timbulan sampah di Indonesia meningkat
sampah memegang peran penting dalam pengelolaan terus dari tahun ke tahun dan tidak sebanding
sampah terutama saat sampah tersebut masih berada dengan kualitas pengelolaan sampah. Saat ini
di sumber. Rendahnya kesadaran masyarakat dalam acuan tentang spesifikasi pengelolaan sampah
pengelolaan sampah menjadi salah satu kendala di adalah Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 19-
Indonesia. Walaupun di beberapa tempat sudah ada 2454-2002 tentang Tata Cara Pengelolaan Sampah
kelompok masyarakat yang peduli akan sampah, di Permukiman. Teknik operasional pengelolaan
namum secara umum partisipasi masyarakat sampah ini bersifat integral, terpadu secara berantai
dalam pengelolaan sampah masih relatif rendah. dan berurutan, yaitu: penampungan/ pewadahan,
Pembuangan sampah tidak pada tempatnya (bahkan pengumpulan, pemindahan, pengangkutan sampai
ke sungai dan saluran air) merupakan hal yang kerap dengan pembuangan/pengolahan.
terjadi. Peraturan dan Standar Operasional Prosedur Operasional TPA jika mengacu pada
(SOP) yang sudah dibuat terkait pengelolaan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 secara
sampah belum sepenuhnya diinformasikan kepada sanitary landfill sudah diberlakukan, namun pada
masyarakat. kenyataannya sampai saat ini baru dilakukan sistem
Namun demikian, pemerintah terus mendorong control landfill di beberapa daerah, dan sebagian
agar masyarakat mulai mengelola sampah sejak besar TPA di Indonesia masih beroperasi secara
dari rumah masing-masing dengan berbagai cara. open dumping. Faktor pembiayaan menjadi kendala
Misalnya, promosi 3R, pengomposan, dan bank utama dalam penerapan sanitary landfill ini.
sampah. Bank sampah merupakan kegiatan yang Hambatan lainnya adalah keterbatasan lahan untuk
telah berjalan baik dan diikuti oleh beberapa TPA, sehingga di beberapa tempat diberlakukan
kelompok masyarakat di berbagai wilayah sistem TPA regional.
Indonesia. Di Korea Selatan, secara prinsip teknik
Dunia usaha dan akademisi merupakan bagian operasional pengelolaan sampahnya hampir
dari masyarakat. Sampai sejauh ini sinergitas peran sama dengan di Indonesia, yakni penampungan/
antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pewadahan, pengumpulan, pemindahan,
pemerintah kabupaten/kota, swasta, masyarakat pengangkutan, serta pembuangan/pengolahan.
dan perguruan tinggi belum optimal. Akibatnya, Sedangkan untuk TPA sudah dioperasikan secara
belum dapat menghasilkan sistem penanganan sanitary landfill yang dilengkapi dengan fasilitas-
sampah yang andal. Investasi swasta masih rendah, fasilitas yang ada di TPA yaitu: integrated incoming
pemanfaatan CSR juga belum optimal. Produsen wastes management system, fasilitas pengolahan
penghasil sampah (dalam hal ini dunia usaha) belum leachate, fasilitas pengumpulan dan penyaluran
menjalankan EPR. gas, fasilitas pengolahan lumpur, fasilitas waste
Masyarakat di Korea Selatan sebagian besar to energy, dan lain-lain. TPA juga dikelola secara
telah mempunyai kesadaran yang cukup tinggi regional, dan untuk tempatnya dipilih di lahan
dalam pengelolaan sampah. Misalnya, dengan reklamasi.
mulai melakukan pemilahan sampah dan daur ulang Tabel 2 merupakan ringkasan perbandingan
di sumber, SOP dan pedoman-pedoman terkait sistem pengelolaan sampah di Indonesia dan di
persampahan telah disosialisasikan dengan baik Korea Selatan dilihat dari 5 aspek seperti telah
kepada masyarakat. dijelaskan sebelumnya.
Di Korea Selatan juga terdapat komunitas-
komunitas yang membantu dalam melakukan
pengawasan terhadap penanganan sampah di
lingkungan masing-masing. Komunitas masyarakat
ini akan langsung menegur dan mengingatkan
apabila ada masyarakat lainnya yang melakukan
pelanggaran misalnya, membuang sampah
sembarangan.
Dunia usaha turut bertanggung jawab terkait
sampah yang dihasilkannya dengan adanya
kebijakan EPR. Demikian juga kalangan akademisi
turut dilibatkan dalam berbagai penelitian dan
penemuan teknologi terbaru dalam pengelolaan
sampah.

Yulia Hendra, Perbandingan Sistem Pengelolaan Sampah di Indonesia dan Korea Selatan | 87
Tabel 2. Perbandingan Sistem Pengelolaan Sampah di Indonesia dan Korea Selatan
Ditinjau dari 5 Aspek Pengelolaan Sampah
Aspek-Aspek
Indonesia Korea Selatan
Pengelolaan
1. Aspek • Institusi pengelola sampah masih multisektor • Sudah ada pemisahan yang jelas antara
Kelembagaan • Belum adanya standarisasi kelembagaan yang regulator dan operator.
mengelola sampah di daerah • Kementerian Lingkungan Hidup Korea
• Sebagian besar institusi pengelola berbentuk Selatan berfungsi sebagai regulator, sedangkan
dinas, suku dinas, seksi, belum ada pemisahan operator TPA dikelola oleh Sudokwon Landfill
antara regulator dan operator Management Corporation (SLC).
• Struktur organisasi yang ada belum ditunjang • Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia
dengan kapasitas yang memadai baik secara cukup memadai dengan latar belakang
kualitas maupun kuantitas SDM sesuai pendidikan dan pengalaman yang mendukung.
kewenangannya
• Tata laksana kerja belum jelas antara bagian
administrasi dan pelaksana teknis di lapangan,
termasuk kewenangan penarikan retribusi serta
pengalokasian anggaran untuk pendanaan
sanitasi.
• Kurangnya koordinasi dan kerja sama antara
instansi yang terkait dalam sektor persampahan.
• Bentuk kelembagaan yang ada tidak fleksibel
dilihat dari anggaran, penggunaan dan
pertanggungjawaban.
2. Aspek • Keterbatasan biaya: termasuk sumber • Selain dari anggaran pemerintah, terdapat
Pembiayaan pendanaan untuk investasi serta operasi & alternatif-alternatif sumber pendanaan lain
pemeliharaan yang mengakibatkan pelayanan yang berasal dari tipping fee pemerintah
pengelolaan sampah yang tidak optimal daerah Kota Seoul, Gyeonggi dan Incheon,
• Belum menjadi prioritas bagi Kepala Daerah hasil business profit yaitu dari penjualan
maupun legislatif, secara umum alokasi gass landfill, proyek CDM, kegiatan riset dan
anggaran <5% dari APBD. pengembangan, dan lain-lain.
• Kerjasama dengan swasta dalam bidang • Sumber pendanaan lainnya bersumber dari
investasi dan operasional serta CSR masih penjualan kantong plastik yang akan digunakan
banyak kendala oleh warga untuk membuang sampah.
• Tarif/retribusi sampah: belum didasarkan • Sistem pembayaran berbasis volume, semakin
pada perhitungan & pendataan yang memadai. banyak sampah yang dihasilkan akan semakin
Realisasi penarikan retribusi masih rendah besar biaya yang harus dikeluarkan oleh
(rata-rata nasional 20%) produsen sampah.
3. Aspek • Terdapat Undang-Undang Nomor 18 Tahun • Korea Selatan sudah memiliki banyak
Peraturan 2008 tentang Pengelolaan Persampahan yang peraturan mengenai persampahan, antara lain:
mengamanatkan pengurangan dan penanganan a) The Act on Waste Management (1986).
sampah tetapi belum sepenuhnya diterapkan. b) The Act on Saving Resources and
• Hal ini dikuatkan dengan Peraturan Menteri Promoting Recycle (1992).
Pekerjaan Umum Nomor 3 Tahun 2013 c) The Volume Based Waste Fee System and
tentang Penyelenggaraan Sarana dan Prasarana Collecting the Recyclable Waste (1990).
Penanganan Sampah Rumah Tangga dan d) Deposit Refund System for Glass Bottle
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga yang (1993).
mengamanatkan pemilahan dan pewadahan e) Extended Producer Responsibility, EPR
sejak dari sumber. (1998).
• Beberapa daerah belum memiliki Perda terkait • Peraturan-peraturan ini sudah tersosialisasikan
institusi, retribusi dan ketentuan penanganan dengan baik kepada masyarakat disertai
persampahan. dengan mekanisme pengawasan dan penerapan
• Masih kurangnya sosialisasi dan penyuluhan sanksinya.
mengenai Perda bidang persampahan • Sanksi terhadap pelanggaran ini akan ditindak
• Belum adanya penerapan sanksi atas dengan tegas disertai dengan denda yang besar.
pelanggaran dalam bidang persampahan
(lemahnya penegakan hukum).

88 | Aspirasi Vol. 7 No. 1, Juni 2016


Tabel 2. Perbandingan Sistem Pengelolaan Sampah di Indonesia dan Korea Selatan
Ditinjau dari 5 Aspek Pengelolaan Sampah
Aspek-Aspek
Indonesia Korea Selatan
Pengelolaan
4. Aspek • Belum optimalnya sinergitas peran antara • Masyarakat telah mempunyai kesadaran yang
Peran Serta pemerintah pusat, pemerintah provinsi, tinggi dalam mengelola sampah, misalnya
Masyarakat pemerintah kabupaten/kota, swasta, masyarakat dengan melakukan pemilahan sampah di
dan perguruan tinggi dalam menghasilkan sumber dan melakukan proses daur ulang.
sistem penanganan sampah yang berkinerja • Sudah ada SOP dan pedoman-pedoman yang
andal. disosialisasikan kepada masyarakat mengenai
• Kesadaran masyarakat untuk ikut serta pengelolaan sampah.
mengelola sampah masih rendah. • Terdapat komunitas-komunitas yang
• Masyarakat masih belum mengatahui mengenai membantu dalam melakukan pengawasan
peraturan, pedoman, SOP yang ada dalam terhadap penanganan sampah di lingkungan
bidang pengelolaan sampah. masing-masing.
• Kurang mengikutsertakan masyarakat dalam • Pemerintah Korea Selatan telah menetapkan
proses pengelolaan sampah. kebijakan EFR.
• Investasi swasta masih rendah.
• Pelaksanaan CSR bidang persampahan belum
optimal.
• Produsen belum menjalankan EPR.
5. Aspek Teknis • Peningkatan timbulan sampah tidak sebanding • Secara prinsip, teknik operasional pengelolaan
Operasional dengan kualitas pengelolaan sampah. sampah di Korea Selatan hampir sama dengan
• Spesifikasi yang digunakan adalah SNI No. di Indonesia, yaitu: penampungan/pewadahan,
19-2454-2002 tentang Tata Cara Pengelolaan pengumpulan, pemindahan, pengangkutan,
Sampah di Permukiman. dan pembuangan/pengolahan.
• Teknik operasional pengelolaan sampah ini • TPA sudah dioperasikan secara sanitary
bersifat integral, terpadu secara berantai dan landfill yang dilengkapi dengan fasilitas-
berurutan, yaitu: penampungan/pewadahan, fasilitas yang ada di TPA yaitu: integrated
pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, dan incoming wastes management system, fasilitas
pembuangan/pengolahan. pengolahan leachate, fasilitas pengumpulan
• Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 yang dan penyaluran gas, fasilitas pengolahan
mengamanatkan operasional TPA secara lumpur, fasilitas waste to energy, dan lain-lain.
sanitary landfill sudah diberlakukan, namun
pada kenyataannya sebagian besar TPA di
Indonesia masih beroperasi secara open
dumping.
• Keterbatasan lahan untuk TPA.

Penutup pendanaan cukup memadai yang berasal


Simpulan dari anggaran pemerintah, tipping fee dari
Sistem pengelolaan sampah di Indonesia pemerintah daerah, hasil business profit dari
dibandingkan dengan sistem pengelolaan sampah penjualan gass landfill, proyek CDM, kegiatan
di Korea Selatan dilihat dari 5 aspek pengelolaan riset serta penjualan kantong plastik kepada
sampah adalah sebagai berikut: masyarakat.
a. Aspek Kelembagaan c. Aspek Peraturan
Kelembagaan pengelola sampah di Indonesia Peraturan terkait persampahan di Indonesia
belum jelas antara regulator dan operator, masih terbatas, baik secara nasional maupun
sedangkan di Korea Selatan sudah terpisah peraturan daerah, penegakan hukum masih
antara regulator yaitu Kementerian Lingkungan lemah. Sedangkan di Korea Selatan, sudah
Hidup dan Operator dikelola oleh Sudokwon banyak peraturan terkait persampahan, baik
Landfill Site Management Corporation (SLC). secara teknis, manajemen, dan pembiayaan,
b. Aspek Pembiayaan disertai penegakan hukum yang jelas.
Indonesia masih menghadapi kendala d. Aspek Peran Serta Masyarakat
terbatasnya sumber pendanaan baik untuk Di Indonesia, kesadaran masyarakat untuk
investasi, operasi dan pemeliharaan yang ikut serta mengelola sampah masih rendah.
mengakibatkan pengelolaan sampah kurang Masyarakat masih kurang diikutsertakan dalam
optimal. Sementara di Korea Selatan, sumber penanganan sampah. Sedangkan di Korea

Yulia Hendra, Perbandingan Sistem Pengelolaan Sampah di Indonesia dan Korea Selatan | 89
Selatan, masyarakat telah mempunyai kesadaran DAFTAR PUSTAKA
yang tinggi dalam mengelola sampah, misalnya
dengan melakukan pemilahan sampah di sumber
dan melakukan proses daur ulang. Terdapat
komunitas-komunitas yang membantu dalam Buku
melakukan pengawasan terhadap penanganan Azwar, Azrul. 1990. Pengantar Ilmu Lingkungan.
sampah di lingkungan masing-masing Jakarta: Mutiara Sumber Widya.
e. Aspek Teknis Operasional Crememisinoff, Nicholas P. 2003. Handbook of Solid
Secara prinsip, teknik operasional pengelolaan Waste Management and Waste Minimization
sampah di Indonesia dan Korea Selatan Technology, Amsterdam: Butterwoth-Heinemann.
hampir sama, yaitu: penampungan/pewadahan, Damanhuri, Enri. Tri Padmi. 2010. Diktat Kuliah
pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, dan TL-3104 (Versi 2010). Program Studi Teknik
pembuangan/ pengolahan. TPA di Indonesia Lingkungan FTSL ITB. Bandung.
sebagian besar masih beroperasi secara
Direktorat Jenderal Cipta Karya. 2015. Roadmap
open dumping, sedangkan di Korea Selatan
tentang Persampahan (100-0-100) Pengembangan
operasional TPA dilakukan secara sanitary
Pengelolaan Persampahan. Direktorat Jenderal
landfill, yang dilengkapi dengan sarana dan Cipta Karya. Kementerian Pekerjaan Umum dan
prasarana pendukungnya. Perumahan Rakyat.
Komitmen penuh dari pemerintah, baik Direktorat Jenderal Cipta Karya. 2016. Buletin Cipta
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, Karya Edisi 02/Tahun XIV/Februari 2016. Hari
dan peningkatan peran serta masyarakat, swasta, Peduli Sampah Nasional: Semua Bergerak
maupun perguruan tinggi serta seluruh stakeholder Tanggulangi Masalah Darurat Sampah”. Direktorat
bidang persampahan menjadi salah satu kunci untuk Jenderal Cipta Karya. Kementerian Pekerjaan
keberhasilan sistem pengelolaan sampah yang Umum dan Perumahan Rakyat.
terintegrasi dan ramah lingkungan di Indonesia. Direktorat Jenderal Cipta Karya. Kementerian Pekerjaan
Saran Umum dan Perumahan Rakyat. 2015. Buletin Cipta
Karya Edisi 08/Tahun XIII/Agustus 2015. “Sistem
Untuk mendukung percepatan dalam
Penanganan Sampah di Kota Seoul Korea Selatan”
peningkatan akses pelayanan sampah serta
penerapan sistem pengelolaan sampah yang Direktorat Jenderal Cipta Karya. tt. Modul Pelatihan
terintegrasi dan ramah lingkungan di Indonesia, Manajemen Persampahan, Ditjen Cipta Karya
diperlukan kebijakan-kebijakan dan strategi Departemen Pekerjaan Umum.
pemerintah sebagai berikut: Direktorat Pengembangan PLP, Direktorat Jenderal
a. Penguatan kelembagaan dan peningkatan sumber Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan
daya manusia melalui pelatihan-pelatihan baik Perumahan Rakyat. 2016. Kebijakan Nasional
di dalam maupun ke luar negeri serta rekruitmen tentang Pengelolaan Sampah.
SDM yang sesuai dengan kualifikasi keahlian Hadiwiyoto, Soewedo, 1983, Penanganan dan
bidang persampahan/manajemen. Pemanfaatan Sampah. Jakarta: Yayasan Idayu.
b. Peningkatan kemampuan pembiayaan dan
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
pengembangan alternatif-alternatif sumber
Republik Indonesia. 2013. Executive Summary
pendanaan yang lain di samping anggaran Kajian Kebijakan Sanitary Landfill di Indonesia
pemerintah, yaitu melalui peningkatan Tahun 2013.
partisipasi masyarakat, swasta, serta bantuan
dari lembaga-lembaga donor. Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Petunjuk
Pelaksanaan CSR Bidang Lingkungan. Jakarta.
c. Peningkatan penguasaan teknologi pengolahan
sampah. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
d. Pengembangan peraturan-peraturan perundangan 2016. Kebijakan dan Strategi Pengelolaan
dan penegakan hukum disertai sanksi yang tegas. Persampahan di Indonesia dalam rangka Waste
e. Peningkatan peran aktif masyarakat dan dunia to Energy. Bahan Informasi pada rapat terbatas
dengan Presiden RI tentang Kebijakan dan Strategi
usaha/swasta sebagai mitra pengelolaan.
Nasional Pengelolaan Sampah dan Percepatan
Peningkatan peran serta masyarakat dapat
Pembangunan Listrik Berbasis Sampah.
dilakukan melalui pendidikan formal sejak
dini, penyuluhan yang intensif, terpadu dan Nag, A. Vijayakumar. 2005. Environmental Education
terus menerus serta diterapkannya sistem and Solid Waste Management, New Delhi: New
insentif dan disinsentif. Age International Publisher.

90 | Aspirasi Vol. 7 No. 1, Juni 2016


Riduwan. 2002. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Modul Pelatihan Manajemen Persampahan, Ditjen Cipta
Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta. Karya Departemen Pekerjaan Umum, 1999.
Said, E Gumbira. 1987. Sampah Masalah Kita Bersama. SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional
Jakarta: PT. Medyatama Sarana Perkasa. Pengelolaan Sampah Perkotaan.
Soemirat, Juli. 1994. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: SNI 3242:2008 tentang Pengelolaan Sampah di
Gajah Mada Press. Permukiman.
Trisyanti, dkk. 2014. Jalan Terjal Bersihkan Negeri, Fakta Statistik Persampahan Indonesia Tahun 2008, Kementrian
Sampah dan 12 Kisah Terbaik Pengelolaannya di Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia.
Indonesia. Jakarta: Sendang Bumi Wastama.
Tyas, Restianingati Vindha 2009. Efektivitas Program Internet
Pengelolaan Sampah Mandiri Berbasis Komunitas “Mengatur Sampah Ala Korea”, http://www.
di Kota Surabaya. Skripsi Sarjana, IlmuAdministrasi bintansholihat.com/2015/09/mengatur-sampah-ala-
Negara FISIP UNAIR, Surabaya. korea.html, diakses 20 April 2016.
“Pengantar Sistem Pengelolaan Sampah (Aspek
Jurnal Kelembagaan, Pembiayaan, Peraturan & Peran
Aryeti. 2011. “Peningkatan Peranserta Masyarakat Masyarakat)” dari http://www.slideshare.net/
Melalui Gerakan Menabung pada Bank Sampah metrosanita/aspek-kelembagaan-pembiayaan-
di Kelurahan Babakan Surabaya, Kiaracondong peraturan-dan-peran-masyarakat-dalam-
Bandung.” Jurnal Permukiman, Vol. 6 No. 1 April pengelolaan-sampah, diakses tanggal 18 April 2016.
2011: 40-46.
“Pengantar Sistem Pengelolaan Sampah (Aspek
Douglas, M., Lee, Y.S., dan K. Lowry. 1994. “Urban Teknis Operasional)” dari: http://www.slideshare.
Poverty and Environmental Management in Asia.” net/metrosanita/pengelolaan-sampah-3-teknis-
Asian Journal of Environmental Management 2(1). operasional, diakses tanggal 18 April 2016.
Kartikawan, Yudhi. 2007. “Pengelolaan Persampahan.” Redaksi Hijauku.com. “Belajar Mengelola Sampah dari
Jurnal Lingkungan Hidup. Yogyakarta. Korea”. Dari: http://www.hijauku.com/2011/09/07/
belajar-mengelola-sampah-dari-korea/, diakses
tanggal 12 April 2016.
Dokumen
Lecture Materials. “Waste Management in Korea”.
Ministry of Environment South Korea. 2015. Peraturan Perundangan
Permen PU No. 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan
Lecture Materials. “Environment Management”.
Sarana dan Prasarana Penanganan Sampah Rumah
Sudokwon Landfill Site Management Corporation.
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
2015.
Tangga.
Lecture Materials. “Toward Sustainable World from
Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Landfill”. Sudokwon Landfill Site Management
Sampah.
Corporation . 2015.

Yulia Hendra, Perbandingan Sistem Pengelolaan Sampah di Indonesia dan Korea Selatan | 91

Вам также может понравиться