Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun oleh:
KELOMPOK TIUNG
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal
desain inovatif tentang efektifitas terapi music klasik terhadap pasien skizofrenia.
Saya mengucapkan terimakasih kepada Bapak/Ibu dosen pembimbing dan
Preceptor ruang Tiung SDJD. Atma Husada Mahakam Kalimantan Timur yang telah
membimbing dalam penyusunan proposal desain inovatif ini. Serta kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan proposal ini.
Dalam pembuatan proposal ini, penulis menyadari masih banyak ada
kekurangan baik dari isi materi maupun penyusunan kalimat. Namun demikian,
perbaikan merupakan hal yang berlanjut sehingga kritik dan saran untuk
menyempurnakan proposal desain inovatif sangat penulis harapkan.
Akhirnya penulis menyampaika terimakasih kepada pembaca dan teman-teman
sekalia yang telah membaca dan mempelajari proposal desain inovatif ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
B. Tujuan ................................................................................................................ 2
B. Tujuan .............................................................................................................. 19
C. Waktu ............................................................................................................... 19
D. Setting .............................................................................................................. 19
F. Kuisoner ........................................................................................................... 19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakan
Skizofrenia (schizophrenia) berasal dari kata schism yang berarti
perpecahan dan frenia yang berarti jiwa. Istilah tersebut pertama kali
diperkenalkan oleh Eugene Bleuler (Sadock & Sadock, 2010) untuk menjelaskan
adanya perpecahan antara pikiran, emosi, dan perilaku. Veague (2007)
menambahkan bahwa skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang disebabkan
oleh beberapa kerusakan mental yang mempengaruhi isi pikiran, pembicaraan,
dan perilaku. Gejala psikotik yang utama antara lain: delusi (waham), halusinasi,
pembicaraan kacau (disorganized speech), tingkah laku kacau (disorganized
behaviour), dan simtom-simtom negatif. Kondisi itulah yang mengakibatkan
sebagian besar orang dengan skizofrenia terisolasi dari lingkungannya.
Skizofrenia dapat ditemukan hampir di seluruh dunia. American
Psychiatric Association (2013) menyebutkan, 1% populasi penduduk dunia
menderita skizofrenia. Penelitian serupa oleh WHO menyebutkan, prevalensi
skizofrenia di masyarakat berkisar 1-3 per mil penduduk. Menurut hasil Riset
Kesehatan Dasar (2018), prevalensi rumah tangga dengan ART gangguan jiwa
skizofrenia/psikosis Indonesia adalah 0,7 per mil, kemudian di kalimantan timur
sebesar 0,3 per mil.
Prevalensi skizofrenia pada pria dan wanita adalah sama, namun awitan
terjadi lebih dini pada pria dibanding wanita. Usia puncak awitan adalah 8
sampai 25 tahun untuk pria dan 25 sampai 35 tahun untuk wanita. Awitan
skizofrenia dibawah usia 10 tahun atau diatas usia 60 tahun sangat jarang. Secara
umum, hasil akhir pasien skizofrenia wanita lebih baik dibanding hasil akhir
pasien skizofrenia pria (Sadock & Sadock, 2010). Prevalensi penyakit ini
meningkat pada pasien dengan riwayat keluarga skizofrenia (Sinaga, 2007).
Penanganan penderita skizofrenia harus secepat mungkin dilakukan karena
keadaan psikotik yang semakin lama akan menimbulkan kemunduran mental
penderita semakin besar. Biarpun penderita tidak mencapai kesembuhan yang
sempurna, dengan pengobatan dan bimbingan yang baik seorang penderita
skizofrenia dapat ditolong untuk berfungsi terus, maupun bekerja sederhana di
rumah ataupun di luar rumah (Maramis, 2004). Berikut beberapa teknik
penanganan atau pengobatan gangguan skizofrenia yang dikemukakan oleh
Sadock & Sadock (2010), yaitu: terapi farmakaologi dan terapi psikososial.
PANSS merupakan pengukuran yang sensitif dan spesifik dari manipulasi
farmakologi pada gejala-gejala positif dan juga gejala
negatif dari skizofrenia
1
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dipandang perlu untuk menerapkan
senam kaki diabetes yang bertujuan untuk menurunkan kadar gula darah sewaktu
pendetita diabetes mellitus tipe 2.
B. Tujuan
Tujuan dari desain inovatif ini adalah melakukan penatalaksanaan terapimusik
kalsik.
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Skozofrenia
Menurut Davidson (2012) Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang
logis; persepsi dan perhatian yang keliru; afek datar atau tidak sesuai; dan
berbagai gangguan aktivitas bizarre. Pasien menarik diri dari banyak orang
dan realitas, seringkali kedalam kehidupan fantasi yang penuh waham dan
halusinasi.
psikosis, pasien psikotik tidak dapat mengenali atau tidak memiliki kontak
terbagi, terpecah dan phrenia artinya pikiran. Jadi pikirannya terbagi atau
penyebab (banyak yang belum diketahui), dan perjalanan penyakit (tak selalu
bersifat kronis) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada
pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya (Kaplan and Sadock, 2010).
3
B. Simtom Klinis Skizofrenia
1. Simtom positif
a. Delusi (waham)
besar.
serius.
mencelakainya.
4
Pasien takut mereka mengalami kebangkrutan, dimana pada
b. Halusinasi
2. Simtom negative
episode akut dan memiliki efek parah terhadap kehidupan para pasien
teman) dua tahun setelah dirawat rumah sakit (Ho dkk., 1998).
a. Avolition
5
Apati atau avolution merupakan kondisi kurangnya energy dan
rambut yang tidak tersisir, kuku kotor gigi yang tidak disikat dan
b. Alogia
c. Anhedonia
d. Afek datar
Pada pasien yng memiliki afek datar hampir tidak ada yang dapat
kosong, otot-otot wajah meraka kendur dan mata mereka tidak hidup.
Ketika diajak bicara, pasien menjawab dengan suara datar dan tanpa
nada. Konsep afek datar hanya merujuk pada ekspresi emosi yang
tampak dan tidak pada pengalaman diri pasien, yang bisa saja sama
e. Asosialitas
6
rendah, dan sangat kurang berminat untuk bekumpul bersama orang
lain.
3. Simtom disorganisasi
aneh (bizarre).
dapat terganggu karena suatu hal yang disebut asosiasi longgar atau
tidak diatur oleh logika, tetapi oleh aturan-aturan tertentu yang hanya
b. Perilaku aneh
anak atau dengan gaya yang konyol dan lain-lain. Mereka tampak
4. Simtom lain
a. Katatonia
7
yang aneh dan kadang kompleks antara gerakan jari, tangan, dan
anggota badan secara liar, dan pengeluaran energy yang sangat besar.
menunjukkan berbagai postur yang tidak biasa dan tetap dalam waktu
duka.
C. Etiologi Skizofrenia
Etiologi adalah semua faktor yang berkontribusi terhadap perkembangan
1. Keturunan
satu telur. Angka kesakitan bagi saudara tiri 0,9%-1,8%, bagi saudara
kandung 7- 15%, anak dengan salah satu orang tua menderita skizofrenia
dua telur 2-15%. Kembar satu telur 61-68% (Maramis, 2009). Menurut
(Lumbantobing, 2007).
2. Gangguan anatomic
8
Dicurigai ada beberapa bangunan anatomi di otak berperan yaitu : Lobus
3. Biokimiawi
D. Terapi Skizofrenia
1. Penanganan Biologis
para peneliti lain kurang mendukung hal tersebut, dan terapi koma-
9
atau kombinasi obat antipsikotik yang benar-benar cocok bagi pasien.
(Clozapine).
1) Antipsikotik Konvensional
a) Haldol (haloperidol)
b) Mellaril (thioridazine)
c) Navane (thiothixene)
d) Prolixin (fluphenazine)
e) Stelazine ( trifluoperazine)
f) Thorazine ( chlorpromazine)
g) Trilafon (perphenazine)
10
formulations). Dengan depot formulation, obat dapat disimpan
a) Risperdal (risperidone)
b) Seroquel (quetiapine)
c) Zyprexa (olanzopine)
3) Clozaril
600mg/hariInjeksi25mg/ml
mg, Injeksi5mg/ml
11
3 Perfenazin Tablet 2, 4, 8 mg 12 - 24 mg/hari
mg/ml
dan resiko untuk terkena tardive dyskinesia lebih rendah. Biasanya obat
diputuskan pemberian salah satu obat gagal dan diganti dengan obat lain, para
ahli biasanya akan mencoba memberikan obat selama 6 minggu (2 kali lebih
Biasanya timbul bila pendrita berhenti minum obat, untuk itu, sangat penting
penderita berhenti minum obat karena efek samping yang ditimbulkan oleh
obat tersebut. Apabila hal ini terjadi, dokter dapat menurunkan dosis
menambah obat untuk efek sampingnya, atau mengganti dengan obat lain
yang efek sampingnya lebih rendah. Apabila penderita berhenti minum obat
karena alasan lain, dokter dapat mengganti obat oral dengan injeksi yang
12
walaupun sudah mengkonsumsi obat sesuai anjuran. Hal ini merupakan alasan
yang tepat untuk menggantinya dengan obat obatan yang lain, misalnya
Clozapine dapat menjadi cadangan yang dapat bekerja bila terapi dengan
minum obat setelah episode petama Skizofrenia dapat kambuh. Para ahli
Pasien yang mendertia Skizofrenia lebih dari satu episode, atau balum sembuh
total pada episode pertama membutuhkan pengobatan yang lebih lama. Perlu
Karena penderita Skizofrenia memakan obat dalam jangka waktu yang lama,
sangat penting untuk menghindari dan mengatur efek samping yang timbul.
disebut juga Efek samping Ekstra Piramidal (EEP). Dalam hal ini pergerakan
menjadi lebih lambat dan kaku, sehingga agar tidak kaku penderita harus
bergerak (berjalan) setiap waktu, dan akhirnya mereka tidak dapat beristirahat.
Efek samping lain yang dapat timbul adalah tremor pada tangan dan kaki.
mengobati efek samping ini. Efek samping lain yang dapat timbul adalah
13
dikontrol, protruding tongue, dan facial grimace. Kemungkinan terjadinya
efek samping ini dapat dikurangi dengan menggunakan dosis efektif terendah
yang efek sampingnya lebih sedikit. Peningkatan berat badan juga sering
terjadi pada penderita Sikzofrenia yang memakan obat. Hal ini sering terjadi
pada penderita yang menggunakan antipsikotik atipikal. Diet dan olah raga
dapat membantu mengatasi masalah ini. Efek samping lain yang jarang terjadi
termor yang sangat berat yang juga dapat menimbulkan komplikasi berupa
yang segera.
2. Penanganan psikologis
a. Terapi Psikodinamika
14
lebih efektif terhadap stres dan membantu mereka membangun
b. Terapi Perilaku
hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan, seperti hak
diturunkan.
c. Terapi berorintasi-keluarga
15
hati. Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa terapi keluarga
terapi keluarga.
d. Terapi kelompok
e. Psikoterapi individual
terapi, jarak emosional antara ahli terapi dan pasien, dan keikhlasan
16
kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan terhadap kaidah sosial adalah
harus ditegakkan adalah ikatan efektif antara pasien dan sistem pendukung
Dokter harus juga mengajarkan pasien dan pengasuh serta keluarga pasien
17
terapi suportif atau kognitif-behavioral, pelatihan vokasional, dan
lainnya (Bustillo dkk., 2001; Huxley, Rendall, & Sedere, 2000; Sensky
18
BAB III
STRATEGI PEMECAHAN MASALAH
A. Jenis Intervensi
Penatalaksanaan terapi music klasik
B. Tujuan
Menurunkan tingkat halusinasi
C. Waktu
1. Tanggal : 13 Mei 2019
2. Jam : 09.00 WITA
D. Setting
Ruangan Tiung RSJD. Atma Husada Mahakam Kalimantan Timur
F. Kuisoner
19
kurang lebih 78, terlihat nyata sakit = kurang lebih 96, sakit berat = kurang
lebih 118, sakit sangat berat = kurang lebih 147.
20
BAB IV
LAPORAN KEGIATAN
A. Pelaksanaan Kegiatan
1. Identitas Pasien
No Nama No. TMRS Obat-obatan Umur Dx. Medis Dx.Kep
pasien RM (tahun)
1. Tn. Ah 00.01 1-5-2019 Clozapine 2 x 5 mg 53 Skizofrenia Halusinasi
Depakot 1 x 500 mg
21
2. Tn. 16 DS :
masruhin Alamat : penajam paser
DO :
1. Pasien kooperatif
2. TD: 130/80 mmHg
3. N: 76x/i, RR: 19x/i
4. GDS : 160 gr/dl
3. Tn. Ahmad 20 Alamat : jl. Karang asam
husaini
4. Sdr. Sabdan 10 Alamat : jl. Damai sungai
dama
5. Tn. Andro 10 Alamat : Sambutan
B. Faktor Pendukung
1. Lingkungan yang mendukung dan nyaman
2. Suasana yang tenang
3. Klien kooperatif saat dilakukan tindakan.
C. Evaluasi Kegiatan
Setelah dievaluasi pada hari Kamis, 02 Mei 2019 pukul 11.30 WITA didapatkan
hasil, klien mengatakan akan melakukan senam kaki diabetes setiap pagi.
DAFTAR PUSTAKA
22
Aedil, M., Syafar, M., Suriah. (2013). Perilaku petugas kesehatan dalam perawatan
pasien gangguan jiwa skizofrenia di Rumah Sakit khusus daera Sulawesi
Selatan tahun 2013. Diperoleh tanggal 06
Aldridge, D. (2008). Melody in music therapy: a therapeutic narrative analysis.
London: Jessica Kingsley Publisher.
Ayu, F. R, Arief, N., & Ulfa, N. (2012). Efektifitas terapi musik terhadap tingkat
depresi pasien isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa Dr. Amino
Gondhohutomo Semarang. Diperoleh tanggal 18 Desember 2013 dari
http://id.scribd.com/doc/131192571/Latar-Belakang-Jurnal-Kel-5.
Engkeng & Maslina. (2013). Faktor-faktor Presipitasi Yang Berhubungan
Dengan Timbulnya Halusinasi pada Klien Gangguan Jiwa di BPRS
Makasar. http://jkesmasfkm.unsrat.ac.id/wp-
content/uploads/2013/02/51.pdf diperoleh tanggal 8 Mei 2015
Hastono, S. P. (2007). Analisis data kesehatan. Jakarta: FKM UI.
Keliat, B. A., Wiyono, A.P., & Susanti, H. (2011).
Manajemen kasus gangguan jiwa: MHN(intermediate course). Jakarta:
EGC.
Mahanani, A. (2013). Durasi Pemberian Musik Klasik Mozart Terhadap
Tingkat Kecemasan Pada Anak. Purwokerto: Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Keperawatan
Nursalam. (2013). Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: salemba
Medika
Nursalam. (2008). Konsep & penerapan metodologi penelitian ilmu
keperawatan: pedoman skripsi, tesis dan instrument penelitian
keperawatan, Edisi: 1. Jakarta: Salemba Medika.
RSJ Tampan. (2012). Evaluasi mutu ruang MPKP rumah sakit jiwa
Tampan Provinsi Riau tahun 2012. Pekanbaru: RM RSJ
Tampan. Tidak dipublikasi.
Suryana, D. (2012). Terapi Musik. Jakarta: Wsite
Susana, S.A. (2011). Terapi Modalitas: Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta: EGC
Zikria, S. (2012). Pengaruh terapi music terhadap intensitas nyeri anak usia
sekolah yang dilakukan prosedur invasif di RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru. Skripsi tidak dipublikasikan.
23