Вы находитесь на странице: 1из 9

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)

http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

HUBUNGAN POSTUR KERJA DENGAN KEJADIAN KELELAHAN


OTOT PUNGGUNG PADA PEKERJA MEBEL BAGIAN
PENGAMPLASAN DI PT. X JEPARA

Hanifah Ismiarni, Baju Widjasena, Siswi Jayanti


Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email : hnfhismi@gmail.com

Abstract : Unproper, awkward and unusual postures will increase risk of injury to
the musculoskeletal system. It was found that many workers in the sanding
department of PT. X, Jepara work with awkward postures, such as bending,
twisting, squat, etc, thus giving a heavy postural load to the back muscles.
Therefore, a study was performed to correlation between work posture and back
muscle fatigue on the sanding department of PT. X, Jepara. Number of samples
used in this study were 58 respondents using proportional purposive sampling
method with inclusion criteria of employees who are willing to become
respondents, female and had no physical injuries. Data were collected using
QEC (Quick Exposure Count) to assess posture and using back dynamometer for
the back-muscle fatigue. Results show that workers tend to have high and very
high work posture exposure (mean=71%, median=70%, mode=69%) and back
muscles fatigue tend to be very high (mean= 48,8lbs, median= 50lbs, mode=
31lbs). Statistical tests were conducted to see the correlation between these two
variables using correlate bivariate Product Moment Pearson test. Study shows
that there is a correlation between work posture and back muscle fatigue (pvalue
= 0.029). Researcher suggested that workers need to balance the work with
stretching, in addition the company needs to support this by creating a supportive
working system.

Keyword : Back muscle, fatigue, Work posture

369
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)

http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

PENDAHULUAN Tengah berusia antara 65 tahun


Pesatnya perkembangan pernah menderita nyeri punggung
industri di Indonesia saat ini hasrus dan prevalensinya pada laki-laki
diimbangi dengan Keselamatan dan 18,2% dan pada perempuan 13,6%.4
Kesehatan Kerja (K3). Jika Jepara merupakan salah
perkembangan perindustrian tidak satu kota di Indonesia yang terkenal
diimbangi dengan K3 maka akan sebagai daerah penghasil
muncul masalah-masalah furnitureberbahan dasar kayu. Hal ini
khususnya kesehatan, salah satu diketahui dari pertumbuhan industri
masalah yang paling umum adalah mebel kayu Jepara dan peningkatan
masalah kelelahan. Kelelahan penyerapan tenaga kerja.5Jumlah
merupakan salah satu risiko dari industri mebel jati pada tahun 1997
bahaya ergonomi yang terjadi di sebanyak 2.439. Menurut Dinas
industri-industri. Ada dua jenis Perindustrian Perdagangan Dan
kelelahan yang dapat terjadi, yaitu Koperasi Kabupaten Jepara pada
kelelahan umum dan kelelahan otot. tahun 2008, jumlah industri pada
Kelelahan otot dapat ditandai tahun 2007 meningkat menjadi
dengan rasa pegal-pegal dan jika 3.710.6 Peningkatan tersebut diikuti
diabaikan dan terjadi secara terus- dengan peningkatan risiko pula,
menerus tanpa pemulihan yang khususnya risiko bagi pekerja mebel.
cukup akan menciderai sistem PT. X merupakan
rangka, atau yang sering disebut perusahaan milik asing yang
dengan Musculoskeletal Disorders bergerak di sektor industri mebel
(MSDs). berbahan kayu dan berlokasi di Kota
Banyak data yang menyebutkan Jepara. Proses produksinya meliputi
bahwa MSDs adalah salah satu mengolah hasil mebel yang
faktor risiko dari postur kerja yang didapatkan dari para pengrajin lokal
salah. Misalnya, penelitian pada menjadi furniture siap jual. Jumlah
penjahit di Iran yang menderita nyeri pekerja yang dimiliki PT. X
punggung bawah, arthosis lutut dan berjumlah 850 pekerja, lebih dari
gangguan muskuloskeletal 500 pekerja diantaranya bekerja
disebabkan oleh postur yang buruk.1 pada bagian produksi. Pekerjaan
Penelitian lain pada pekerja furniture yang dilakukan meliputi pengolahan
di Kendari juga menyebutkan bahwa mebel hampir jadi, mulai dari
ada hubungan antara postur kerja service, pemberian obat,
dengan kejadian Low Back Pain pengamplasan, pengecatan, veneer,
(LBP).2 wax and glaze, service, dan
Data National Safety Council pengepakkan hingga menjadi produk
melaporkan bahwa sakit akibat kerja siap jual. Bagian pengamplasan
yang frekuensi kejadiannya paling sendiri memiliki pekerja paling
tinggi adalah sakit atau nyeri pada banyak jika dibandingkan dengan
punggung yaitu 22% dari 1.700.000 bagian lain, yaitu sebesar 139
kasus.3 Sementara, pekerja.
menurutMeliawan dalam Diagnosis Peneliti telah melakukan
dan Tatalaksana Kegawat Daruratan pengamatan secara langsung,
Tulang Belakang, di Indonesia didapatkan ada beberapa pekerja
walaupun data epidemiologik yang melakukan pekerjaannya
mengenai nyeri punggung bagian dengan postur kerja yang janggal.
bawah belum ada namun Khususnya pada bagian
diperkirakan 40% penduduk Jawa pengamplasan, pekerja butuh

370
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)

http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

menyesuaikan posisinya dengan lain diluar responden, dan dari


objek pekerjaannya sehingga sering instansi terkait (Dinas Sosial Tenaga
ditemui pekerja dengan posisi kerja Kerja dan Transmigrasi Kabupaten
yang janggal, seperti menunduk, Jepara), serta referensi-referensi
membungkuk, dan lain-lain. lain.
Ada 154 dari 659 pekerja Analisis data dilakukan
yang diperiksa kesehatannya dengan 2 jenis analisis. Analisis
memiliki keluhan nyeri punggung univariat dilakukan untuk
dan pinggang. Keluhan yang dialami mendeskripsikan masing-masing
seperti pegal-pegal di badan, nyeri variabel dengan tabel ditribusi
punggung, dan nyeri pinggang. frekuensi. Analisis bivariat
Sedangkan kelelahan otot ditandai menggunakan uji Korelasi Product
antara lain oleh tremor atau rasa Moment Pearson dan level of
nyeri yang terdapat pada otot.11 significant (α) 5% untuk mengetahui
Keluhan yang dialami oleh sebagian hubungan antara postur kerja dan
pekerja di PT. X merupakan indikasi kelelahan otot punggung. Apabila ρ
atau gejala yang timbul karena value> 0,05 maka tidak ada
kelelahan, khususnya kelelahan otot. hubungan antara variabel terikat dan
variabel bebas (H0 diterima), apabila
METODE PENELITIAN ρ value ≤ 0,05 maka ada hubungan
Penelitian menggunakan antara variabel terikat dan variabel
jenis penelitian eksplanatory bebas (H0 ditolak).
researchdengan pendekatan cross
sectional. Populasi dalam penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN
ini adalah 139 pekerja teknik 1. Analisis Univariat
sampling yang digunakanadalah a. Usia
teknik proportional purposive Tabel 1. Hasil Univariat Usia
sampling dan menggunakan
kriteria inkulisi, diantaranya: Responden Uji Univariat
a. Bersedia menjadi responden Unit Mean Median Modus
b. Berjenis kelamin wanita Alami 33,9 33,5 30
c. Tidak memiliki cidera fisik Sanding 45,94 48 44
atau mengalami Low Back Dempul 38,19 37,5 36
Pain Pengamplasan 39,14 38 46
Sehingga didapatkan jumlah Responden Bagian
sampel minimal 50 orang, dimana 18 Pengamplasan PT. X
responden unit amplas alami, 16 Kekuatan otot pada manusia,
responden unit amplas dempul, dan baik laki-laki maupun perempuan,
16 responden unit amplas sanding. akan mencapai puncak pada umur
Data primer diperoleh melalui 25-35 tahun dan akan semakin
pengukuran postur kerja menurun setelah melewati umur 35
menggunakan QEC yang berisi tahun. Usia yang meningkat akan
lembar observasi dan lembar diikuti dengan proses degradasi dari
kuesioner, pengukuran kelelahan organ sehingga kemampuan organ
otot punggung dilihat berdasarkan menurun dantenaga kerja akan
kekuatan otot punggungnya semakin mudah mengalami
menggunakan back dynamometer. kelelahan otot.3
Data sekunder didapatkan melalui
studi pustaka dari buku, jurnal,
internet, wawancara dengan pihak

371
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)

http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

b. Masa Kerja sangat tinggi (≥70%), tinggi (50-


Tabel 2. Hasil Univariat Masa 69%), sedang (40-49%), dan
Kerja Responden rendah (<40%).
Bagaian d. Kelelahan Otot Punggung
Pengamplasan PT. X Tabel 4. Hasil Univariat
Responden Uji Univariat Kelelahan Otot
Unit Mean Median Modus Punggung Responden
Alami 6.08 2 3 Bagian Pengamplasan
Sanding 13.31 15 15 PT.X
Dempul 5.69 4.5 3Responden Uji Univariat
Pengamplasan 8.27 5 3 Unit Mean Median Modus
Responden dengan masa 46.3
Alami 35.5 lbs 31 lbs
kerja dengan sikap kerja duduk lbs
lebih dari 5 tahun mempunyai 41.13
Sanding 36 lbs 25 lbs
risiko lebih tinggi terpapar NPB lbs
(Nyeri Punggung Bawah). Hal ini 59.31
Dempul 55 lbs 55 lbs
dikarenakan pembebanan tulang lbs
belakang dalam waktu lama Pengamplasan 48.8 50 lbs 31 lbs
mengakibatkan rongga diskus lbs
menyempit secara permanen dan Otot yang lelah ditunjukkan
juga mengakibatkan degenerasi oleh kekuatannya yang kurang,
tulang belakang yang akan sehingga waktu laten kontraksi
menyebabkan LBP (Low Back dan melemas menjadi lebih
Pain).7 panjang, kordinasi berkurang,
c. Postur Kerja serta otot gemetar (tremor).9
Tabel 3. Hasil Univariat Postur Salah satu cara untuk
Kerja Responden mengukur kekuatan otot
Bagian Pengamplasan punggung adalah dengan
PT.X meggunakan back dynamometer.
Semakin kecil kekuatan otot
Responden Uji Univariat punggung yang didapatkan dari
Unit Mean Median Modus hasil pengukuran maka
Alami 71.78 71 69 semakin tinggi tingkat kelelahan
seseorang.
Sanding 71,5 73 73
2. Analisis Bivariat
Dempul 69.69 69 69 Tabel 5. Rekapitulasi
Pengamplasan 71.02 70 69 Hasil Analisis Bivariat
Sikap kerja yang tidak Responden Bagian
ergonomis dapat menyebabkan Pengamplasan PT. X
kelelahan dan cedera pada otot.3
QEC menilai gangguan risiko yang
terjadi pada bagian punggung, bahu/
lengan, pergelangan tangan, dan
leher.8
semakin besar skor exposure
yang didapatkan semakin besar
pula risiko mengalami kelelahan
otot punggungnya. Ada 4 kategori
yang dibedakan menurut tingkat
paparan postur kerja yang, yaitu:

372
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)


Kelelahan Otot Punggung
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Variabel
Uji pvalue r ρ

Usia Product Moment Pearson 0.013 -0.348 -

Masa Kerja Rank Spearman 0.009 - -0.367

Postur Kerja Product Moment Pearson 0.029 -0.309 -

373
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)

http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Tabel 6. Crosstab Antara Variabel Postur Kerja dengan Variabel Kelelahan


Otot Punggung pada Responden Bagian Pengamplasan PT. X

Kelelahan Otot Punggung


Total
Eksposur
Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah
Postur Kerja
F % F % F % F % F %

Sangat Tinggi 14 51.9 1 3.7 10 37 2 7.4 27 100

Tinggi 6 26.1 5 21.7 11 47.8 1 4.3 23 100

374
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)

http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

a. Hubungan antara Usia melakukan postur janggal dalam


dengan Kelelahan Otot bekerja, seperti misalnya
Punggung membungkuk dan memutar
Berdasarkan tabel 5, uji punggung agar dapat melihat
statistik antara variabel usia objek dengan lebih jelas. Postur
dengan variabel kelelahan otot janggal ini juga terjadi dalam
punggung menggunakan uji waktu yang cukup lama, yaitu 8
correlate bivariate Pearson dan jam perhari dengan sistem kerja 4
diperoleh nilai p=0,013 (p>0,05) jam kerja 1 jam istirahat lalu
yang artinya ada hubungan dilanjutkan lagi bekerja 4 jam
antara usia dengan kelelahan otot sisanya. Ini berarti pekerja bagian
punggung. Sementara nilai r pengamplasan melakukan
sebesar -0,348 menunjukkan pekerjaan statis dalam durasi
kekuatan hubungan yang dimiliki yang lama, yaitu > 2 jam.
lemah. Pekerja melakukan
b. Hubungan antara Masa Kerja pekerjaan mengamplas dalam
dengan Kelelahan Otot durasi yang lama dan secara
Punggung kontinyu ditambah dengan postur-
Berdasarkan tabel 5, uji postur janggal seperti
statistik antara variabel masa membungkuk dan memutar
kerja dengan variabel kelelahan punggung, maka panjang otot
otot punggung menggunakan uji akan menjadi tetap. Otot-otot
correlate bivariate Rank yang berkontraksi statis tidak
Spearman. Dari uji tersebut mendapat glukosa dan oksigen
diperoleh nilai p=0,009 (p>0,05) dari darah, sehingga harus
yang ada hubungan antara masa menggunakan cadangan-
kerja dengan kelelahan otot cadangan yang ada. Sisa-sisa
punggung. Nilai ρ sebesar -0,367 metabolisme tidak dapat diangkut
menunjukkan kekuatan hubungan keluar melainkan tertimbun.
lemah. Kemampuan berkontraksi
c. Hubungan antara Postur (memendek/ kerja berat &
Kerja dengan Kelelahan Otot memanjang/ kerja ringan) yang
Punggung mengakibatkan terjadinya
Berdasarkan tabel 5, uji kelelahan otot.11
statistik antara antara variabel Keadaan ini didukung pula
postur kerja dengan variabel dengan stasiun pekerja yang tidak
kelelahan otot punggung standar. Beberapa pekerja
menggunakan uji correlate menggunakan kaleng cat untuk
bivariatePearson. Diperoleh nilai dudukan yang tidak sesuai
p=0,029 (p>0,05) yang artinya dengan antropometri tubuh
ada hubungan antara postur kerja pekerja sehingga menekan dapat
dengan kelelahan otot punggung. pembuluh darah dan akan
Sementara nilai r sebesar -0,309 menyebabkan terhambatnya
menunjukkan kekuatan hubungan aliran darah sehingga secara
yang lemah. tidak langsung juga akan
Jenis pekerjaan seperti menghambat transfer energi dan
mengamplas menurut hampir oksigen yang dibutuhkan.
seluruh responden membutuhkan
ketelitian sehingga menyebabkan
pekerja secara tidak sadar

375
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)

http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

KESIMPULAN dan risiko postur kerja


1. Sistem kerja di PT. X tinggi sebanyak 23
adalah bekerja dari senin- responden dengan rata-
jumat dengan jam kerja rata skor postur 71, dan
delapan jam per hari, median 70.
dengan sistem empat jam 4. Sebagian besar responden
bekerja, satu jam istirahat, mengalami tingkat
empat jam bekerja. PT. X kelelahan otot punggung
tidak menerapkan sistem sedang (21 responden) dan
shift dan lembur dalam sangat tinggi (20
sistem kerjanya. Sifat responden) dengan rata-
pekerjaan pada bagian rata 48,8 lbs, dan median
pengamplasan adalah 50 lbs.
pekerjaan statis dan 5. Ada hubungan antara
banyak responden yang postur keja dengan
melakukan postur janggal kelelahan otot punggung
saat sedang mengamplas pada pekerja bagian
seperti membungkuk dan pengamplasan PT. X,
memutar punggung. Jepara.
2. Karakteristik Responden
PT. X, Jepara berisiko SARAN
berdasarkan usianya (rata- 1. Bagi Tenaga Kerja
rata 39 tahun, median 38 a. Menghindari gerakan tiba-
tahun) dan kurang berisiko tiba setelah bekerja dalam
berdasarkan masa waktu yang lama.
kerjanya (rata-rata 8,3 b. Membiasakan aktivitas fisik
tahun, median 5 tahun). atau olahraga ringan seperti
Dimana responden unit berenang atau jalan kaki
amplas alami memiliki usia untuk melatih kekuatan otot.
(rata-rata 33,9 tahun, 2. Bagi perusahaan
median 33,5 tahun) dan a. Memberi pelatihan
masa kerja (rata-rata 6,1 mengenai pengenalan
tahun, median 3 tahun) postur kerjakepada
kurang berisiko, responden beberapa pekerja (misalnya
unit amplas sanding pekerja bagian K3) agar
memiliki usia (rata-rata dapat menambah
45,9 tahun, median 48 pengetahuan pekerja
tahun) dan masa kerja mengenai postur kerja yang
(rata-rata 13,3 tahun, baik dan diharapkan dapat
median 15 tahun) berisiko, mengkomunikasikan
dan responden unit amplas informasi dari pelatihan
dempul memiliki usia (rata- tersebut secara langsung
rata 38,2 tahun, median atau tidak langsung melalui
37,5 tahun) berisiko dan media seperti display dan
masa kerja (rata-rata 5,7 sebagainya yang difasilitasi
tahun, median 4,5 tahun) oleh perusahaan.
kurang berisiko b. Melarang pekerja duduk di
3. Responden memiliki risiko kaleng cat saat sedang
postur kerja sangat tinggi bekerja atau membunyikan
sebanyak 27 responden bel atau memberi tanda

376
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)

http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

setiap 2 jam sekali sebagai Preparation of The Study and


pengingat bagi pekerja Methodology Guidelines
untuk melakukan stretching. CTRAD. CTRAD. Bogor,
c. Perusahaan menyediakan Indonesia; 2007. 29 p.
waktu selama kurang lebih 6. Dinas Perindustrian
5-10 menituntuk pekerja Perdagangan dan Koperasi
melakukan stretchingsecara Kabupaten Jepara. Industri
bersama yang akan Kayu di Jepara. Jepara; 2008.
dicontohkan oleh pekerja K3 7. Pratiwi D. Beberapa Faktor
yang telah mendapat yang Berpengaruh Terhadap
pelatihan di masing-masing Keluhan Nyeri Punggung
unit. Bawah pada Penjual Jamu
d. Memberi sandaran pada Gendong. J Promosi Kesehat
tempat duduk pekerja Indones. 2009;4:63–7.
sebagai langkah awal 8. Stanton AE. Handbook of
perbaikan stasiun kerja. Human Factors and
e. Mengevaluasi postur dan Ergonomics Methods. USA:
kelelahan setelah dilakukan CRC Press; 2005.
perubahan di tempat kerja. 9. Soedirman SP. Kesehatan
3. Bagi Peneliti Lain Kerja Dalam Perspektif
Melakukan penelitian terkait Hiperkes dan Keselamatan
dengan antropometri dan Kerja. Jakarta: Erlangga;
perancangan stasiun kerja bagi 2014.
pekerja bagian pengamplasan 10. Waters TR, Bhattacharya A.
PT. X, Jepara. Physiological Aspects of
Neuromuscular Function.
DAFTAR PUSTAKA Occupation. Bhattacharya, A.
1. Aghili, Moslemi MM, et al. & McGlothlin, J. D. Marcel
Evaluation of Musculoskeletal Dekker Inc; 1996.
Disorders in Sewing Machine
Operators of a Shoe
Manufacturing Factory in Iran.
2012;62
2. Widjaya MP, Aswar H,
Pala’langan S. Faktor-Faktor
yang Berhubungan dengan
Kejadian Low Back Pain pada
Pekerja Furniture. 2014;
3. Tarwaka D. Ergonomi untuk
Keselamatan, Kesehatan
Kerja dan Produktivitas.
Jakarta: Uniba Press; 2004.
4. Meliawan S. Diagnosis dan
Tatalaksana HNP Lumbal.
Diagnosis dan Tatalaksana
Kegawat Daruratan Tulang
Belakang. Jakarta; 2009;62–
87.
5. Roda J-M CP. The Case of
The Jepara Network:

377

Вам также может понравиться