Вы находитесь на странице: 1из 30

POST DATE DAN KPD

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan


Maternitas
Dosen Pembimbing : Amellia Mardhika,S.Kep,.Ns.,M.Kes

Disusun Oleh :
Kelas LA - 4A

Kelompok 18

1. ALFIATUL SAPUTRI (151611913012)


2. AVIVA APRILLIA DEVI (151611913017)

PRODI DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS VOKASI


UNIVERSITAS AIRLANGGA
2017 – 2018

1
LEMBAR PENGESAHAN

Dengan ini Makalah Yang berjudul “ Post Date Dan Kpd ” yang telah disusun
oleh kelompok 18 Dengan Anggota sebagai Berikut :
1. Alfiatul Saputri

2. Aviva Aprillia Devi

Di nyatakan telah di sahkan dan diterima oleh

Lamongan,februari 2018

Dosen pembimbing
Penyusun

2
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi bagi pembaca.

Lamongan, 16-Februari-2018

Penyusun

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.......................................................................1
1.3 Tujuan.........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. POST DATE
2.1 Pengertian...................................................................................3
2.2 Etiologi.......................................................................................3
2.3 Pengaruh Pada Kehamilan dan Nifas..........................................4
2.4 Komplikasi.................................................................................4
2.5 Penatalaksanaan.........................................................................5
2.6 Patofisiologi................................................................................6
2.7 Diagnose.....................................................................................6
B. KPD
2.1 Pengertian.......................................................................................8
2.2 Etiologi...........................................................................................8
2.3 Tanda dan Gejala................................................................................10
2.4 Pengaruh.............................................................................................11
2.5 Anatomi Fisiologi................................................................................11
2.6 Komplikasi..........................................................................................13
2.7 Penatalaksanaan..................................................................................14
C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.............................................15

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.......................................................................................23
3.2 Saran...................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................26

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) dan data Biro
Pusat Statistik (BPS), angka kematian ibu dalam kehamilan dan persalinan di
seluruh dunia mencapai 515 ribu jiwa pertahun.Ini berarti seorang ibu
meninggal hampir setiap menit karena komplikasi kehamilan dan
persalinannya.
Kematian dan kesakitan ibu sebenarnya dapat dikurangi atau dicegah
dengan berbagai usaha perbaikan dalam bidang pelayanan kesehatan obstetri.
Pelayanan kesehatan tersebut dinyatakan sebagai bagian integeral dari
pelayanan dasar yang akan terjangkau seluruh masyarakat. Kegagalan dalam
penangan kasus kedaruratan obstetri pada umumnya disebabkan oleh
kegagalan dalam mengenal resiko kehamilan, keterlambatan rujukan,
kurangnya sarana yang memadai untuk perawatan ibu hamil dengan resiko
tinggi maupun pengetahuan tenaga medis, paramedis, dan penderita dalam
mengenal Kehamilan Resiko Tinggi (KRT) secara dini, masalah dalam
pelayanan obstetri, maupun kondisi ekonomi.
Ada lima aspek dasar atau lima benang merah, yang paling penting dan
saling terkait dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman. Berbagai aspek
tersebut melekat pada setiap persalinan baik normal maupun patologis.

1.2 Rumusan Masalah


A. POST DATE
1. Apa pengertian post date ?
2. Bagaimana etiologi terjadinya post date ?
3. Apa pengaruh pada kehamilan, persalinan dan nifas ?
4. Apa saja komlikasi dari post date ?
5. Bagaimana penatalaksanaan post date ?
6. Bagaimana patofisiologi post date ?

5
7. Apa saja diagnose yang dapat diambil ?
B. KPD
1. Apa pengertian KPD ?
2. Bagaimana etiologi terjadinya KPD ?
3. Bagaimana tanda dan gejala KPD ?
4. Bagaiman pengaruh KPD terhadap kehamilan selanjutnya ?
5. Bagaimana anatomi fisiologinya ?
6. Bagaimana komplikasi KPD ?
7. Bagaimana penatalaksaan KPD ?

1.3 Tujuan
A. POST DATE
1. Untuk mengetahui apa pengertian post date
2. Untuk mengetahui etiologi terjadinya post date
3. Untuk mengetahui pengaruh pada kehamilan, persalinan dan nifas
4. Untuk mengetahui apa saja komlikasinya
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan post date
6. Untuk mengetahui patofisiologi post date
7. Untuk mengetahui apa diagnosa yang dapat diambil.
B. KPD
1. Untuk mengetahui apa pengertian KPD
2. Untuk mengetahui etiologi terjadinya KPD
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala
4. Untuk mengetahui pengaruh KPD terhadap kehamilan selanjutnya
5. Untuk mengetahui anatomi fisiologi KPD
6. Untuk mengetahui komlikasi yang terjadi
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan KPD
C. KONSEP ASKEP KPD

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. POST DATE
2.1 Pengertian
Definisi Kehamilan Lewat waktu (post term) adalah kehamilan
yang melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu Lengkap.
Postmatur menunjukan atau menggambarkan kaadaan janin yang
lahir telah melampauhi batas waktu persalinannya, sehingga dapat
menyebabkan beberapa komplikasi
Definisi standar untuk kehamilan lewat bulan adalah 294 hari
setelah hari pertama menstruasi terakhir, atau 280 hari setelah
ovulasi.Istilah lewat bulan (postdate) digunakan karena tidak
menyatakan secara langsung pemahaman mengenai lama kehamilan
dan maturitas janin.

2.2 Etiologi

Etiologi menurut Nwosu dkk factor-faktor yg menyebabkan post


matur stress, sehingga tidak timbulnya His Kurangnya air ketuban
Insufisiensi plasenta (Ilmu Kebidanan: hal.318)
Namun ada juga yang berpendapat Etiologinya masih belum
pasti. Faktor yang dikemukakan adalh hormonal yaitu kadar
progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan,
sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang ( Mochtar,
Rustam, 1999). Diduga adanya kadar kortisol yang rendah pada darah
janin. Selain itu, kurangnya air ketuban dan insufisiensi plasenta juga
diduga berhubungan dengan kehamilan lewat waktu.
Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu,
kemudian menurun setelah 42 minggu, terlihat dari menurunnya kadar
estrogen dan laktogen plasenta. Terjadi juga spasme arteri spiralis
plasenta.Akibatnya dapat terjadi gangguan suplai oksigen dan nutrisi
untuk hidup dan tumbuh kembang janin intrauterin.Sirkulasi

7
uteroplasenta berkurang sampai 50%.Volume air ketuban juga
berkurang karena mulai terjadi absorpsi.Keadaan-keadaan ini
merupakan kondisi yang tidak baik untuk janin. Risiko kematian
perinatal pada bayi postmatur cukup tinggi : 30% prepartum, 55%
intrapartum, 15% postpartum. Selain itu juga terjadinya kehamilan
sirotinus antara lain:

1. Hipoplasia hipofise
2. Anensefalus
3. Devisiensi enzim sulfarase plasenta
4. Hormon estriol yang rendah

2.3 Pengaruh pada Kehamilan, Persalinan dan Nifas


1. Terhadap Ibu
Persalinan postmatur dapat menyebabkan distosis karena aksi
uterus tidak terkoordinir, Janin besar, Moulding kepala kurang.
Maka akan sering dijumpai : partus lama, kesalahan letak, inersia
uteri, distosia bahu dan perdarahan postpartum. Hal ini akan
menaikan angka mordibitas dan mortalitas.
2. Terhadap janin
Jumlah kematian janin/ bayi pada kehamilan 43 minggu tiga kali
lebih besar dari kehamilan 40 minggu karena postmaturitas akan
menambah bahaya pada janin. Pengaruh postmaturitas pada janin
bervariasi: berat badan janin dapat bertambah besar, tetap dan ada
yang berkurang, sesudah kehamilan 42 minggu.

2.4 Komplikasi
Kemungkinan komplikasi pada bayi postmaturhipoksia ;
1. Hipovolemia
2. Asidosis
3. Sindrom gawat napas
4. Hipoglikemia
5. Hipofungsi adrenal.

8
2.5 Penatalaksanaan
2.5.1 Setelah usia kehamilan > 40-42 minggu yang penting adalah
monitoring janin sebaik-baiknya.
2.5.2 Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiense plasenta, persalinan
spontan dapat ditunggu dengan pengawasan ketat.
2.5.3 Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan
serviks, kalau sudah matang boleh dilakukan induksi persalinan
dengan atau tanpa amniotomi.
2.5.4 Bila :
1. Riwayat kehamilan yang lalu ada kematian janin dalam
Rahim.
2. Terdapat hipertensi, pre-eklampsia
3. Kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitas
4. Pada kehamilan > 40-42 minggu.
Maka ibu dirawat di rumah sakit :
1. Tindakan operasi seksio sesare dapat dipertimbangkan pada
1) Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum
matang,
2) Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan
terjadi gawat janin, atau
3) Pada primigravida tua, kematian janin dalam kandungan,
pre-eklampsia, hipertensi menahun, anak berharga
(infertilitas) dan kesalahan letak janin.
2. Pada persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus
lama akan sangat merugikan bayi, janin postmatur kadang-
kadang besar dan distosia janin perlu dipertimbangkan.

9
2.6 Patofisiologi
Usia kehamilah kebih dari 42 minggu. Kadar progesteron tidak cepat
turun, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang,
Akibatnya :
1. Kontraksi uterus berkurang
2. Persalinan tertunda
Pnuaan plasenta sehingga tidak terjadi infusiensi (gangguan fungsi
plasenta)
1. Numtional Infusiensi mengakibatkan IUGR
2. Respirasi Infusiensi mengakibatkan hipoksia

2.7 Diagnosa
Diagnosa kehamilan post date biasanya dari perhitungan rumus
Neagle setelah mempertimbangkan siklus haid dan keadaan klinis.
Bila ada keraguan, maka pengukuran tinggi fundus uterus serial
dengan sentimeter (cm) akan memberikan informasi mengenai usia
gestasi lebih tepat. Keadaan klinis yang mungkin ditemukan ialah air
ketuban yang berkurang dan gerakan janin yang jarang.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam mendiagnosa
kehamilan lewat waktu, antara lain:
1. HPHT jelas
2. Dirasakan gerakan janin pada usia kehamilan 16 minggu sampai
18 minggu
3. Terdengar denyut janting janin (normal pada usia kehamilan 10
minggu sampai 12 minggu dengan Doppler, dan usia kehamilan
19 minggu sampai 20 minngu dengan fetoskop)
4. Usia kehamilan yang sudah ditetapkan denagn USG pada usia
kehamilan kurang dari atau sama dengan 20 minggu
5. Tes kehamilan (urine) sudah positif dalam 6 minggu pertama
telat haid. Bila telah dilakukan pemeriksaan USG serial terutama
sejak trimester pertama, maka hampir dapat dipastikan usia
kehamilan. Sebaliknya, pemeriksaan kehamilan yang sesaat

10
setelah timester ke tiga sukar untuk memastikan usia kehamilan.
Diagnosa juga dapat dilakukan dengan penilaian biometrik janin
pada trimester satu kehamilan dengan USG.
Pemeriksaan sitologi vagina (indeks kariopiknotik lebih dari
20%) mempunyai sensitifitas 75% dan tes tanpa tekanan dengan
KTG mempunyai spesifitas 100% dalam menentukan adanya
disfungsi janin plasenta atau post term. Tanda kehamilan post
date yang dijumpai pada bayi dibagi atas tiga stadium 1:
1. Stadium I : kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa
dan maserasi berupa kulit kering, rapuh, dan mudah
mengelupas,
2. Stadium II : gejala stadium I disertai pewarnaan mekonium
(kehijauan) pada kulit,
3. Stadium III : terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku,
kulit, dan tali pusat.
Yang paling penting dalam menangani kehamilan post date ialah
menentukan keadaan janin, karena setiap keterlambatan akan
menimbulkan resiko keterlambatan. Penentuan keadaan janin
dapat dilakukan.
1. Tes tanpa tekanan (Non Stress Test). Bila memperoleh hasil
non reaktif maka dilanjutkan dengan test tekanan oksitosin.
Bila diperoleh hasil reaktif maka nilai spesifitas 98,8%
menunjukkan kemungkinan besar janin baik.
2. Gerakan janin. Gerakan janin dapat ditentukan secara
subjektif (normal rata-rata 7 kali/ 20 menit) atau secara
objektif dengan tokografi (normal rata-rata 10 kali/ 20 menit)
dapat juga ditentukan dengan USG.
3. Amnioskopi. Bila detemukan air ketuban yang banyak dan
jernih mungkin keadaan janin masih baik. Sebaliknya air
ketuban sedikit dan mengandung mekonium akan mengalami
resiko 33% asfiksia.

11
B. KPD
2.1 Pengertian
Ketuban Pecah Dini adalah rupturnya membrane ketuban sebelum
persalinan berlangsung (Manuaba,2002). Ketuban pecah dini (KPD)
didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahirkan.Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh
sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum
usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang
terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan dan setelah ditunggu satu jam belum memulainya tanda
persalinan(ilmu kebidanan,penyakit kandungan, dan KB 2010).
Ketuban merupakan hal yang penting dalam kehamilan karena
ketuban memiliki fungsi seperti:
1. Untuk proteksi janin.
2. Untuk mencegah perlengketan janin dengan amnion.
3. Agar janin dapat bergerak dengan bebas.Regulasi terhadap
panas dan perubahan suhu.
4. Mungkin untuk menambah suplai cairan janin, dengan cara
ditelan atau diminum yang kemudian dikeluarkan melalui
kencing janin.
5. Meratakan tekanan intra – uterin dan membersihkan jalan lahir
bila ketuban pecah.

2.2 Etiologi
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan
membran atau meningkatnya tekanan intrauterin.Berkurangnya
kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat
berasal dari vagina dan serviks.Selain itu ketuban pecah dini
merupakan masalah kontroversi obstetri. Penyebab lainnya adalah
sebagai berikut :
2.2.1 Inkompetensi serviks (leher rahim)

12
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut
kelainan pada otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang
terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka ditengah-
tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan
janin yang semakin besar.
2.2.2 Peninggian tekanan intra uterin
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara
berlebihan dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah
dini.Misalnya :
1. Trauma : Hubungan seksual, pemeriksaan dalam,
amniosintesis Gemelli
2. Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin
atau lebih. Pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus
yang berlebihan, sehingga menimbulkan adanya
ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini terjadi
karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar
dan kantung (selaput ketuban ) relative kecil sedangkan
dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga
mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah.
(Saifudin. 2002)
3. Makrosomia
Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram
kehamilan dengan makrosomia menimbulkan distensi
uterus yang meningkat atau over distensi dan
menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah
sehingga menekan selaput ketuban, manyebabkan
selaput ketuban menjadi teregang,tipis, dan kekuatan
membrane menjadi berkurang, menimbulkan selaput
ketuban mudah pecah. (Winkjosastro, 2006)
4. Hidramnion
Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan
amnion >2000mL.Uterus dapat mengandung cairan

13
dalam jumlah yang sangat banyak.Hidramnion kronis
adalah peningaktan jumlah cairan amnion terjadi secara
berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume tersebut
meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi
nyata dalam waktu beberapa hari saja.Kelainan letak
janin dan rahim : letak sungsang, letak
lintang.Kemungkinan kesempitan panggul : bagian
terendah belum masuk PAP (sepalopelvic disproporsi).
5. Korioamnionitis
Adalah infeksi selaput ketuban.Biasanya disebabkan oleh
penyebaran organisme vagina ke atas. Dua factor
predisposisi terpenting adalah pecahnyaselaput ketuban >
24 jam dan persalinan lama.
6. Penyakit Infeksi
Adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah
mikroorganisme yang meyebabkan infeksi selaput
ketuban. Infeksi yang terjadi menyebabkanterjadinya
proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk
proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.Faktor
keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah,
kelainan genetikRiwayat KPD sebelumyaKelainan atau
kerusakan selaput ketubanServiks (leher rahim) yang
pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu.

2.3 Tanda Dan Gejala


Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban
merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan
tidak seperti bau amoniak, Cairan ini tidak akan berhenti atau
kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila
Anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di
bawah biasanya “mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran
untuk sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri

14
perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-
tanda infeksi yang terjadi.

2.4 Pengaruh KPD


1. Terhadap Janin
Walaupun ibu belum menunjukan gejala-gejala infeksi tetapi
janin mungkin sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterin
lebih dahulu terjadi (amnionitis,vaskulitis) sebelum gejala pada
ibu dirasakan. Jadi akan meninggikan mortalitas dan morbiditas
perinatal.
2. TerhadapIbu
Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal,
apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam.Selain itu juga dapat
dijumpai infeksi puerpuralis atau nifas, peritonitis dan
septikemia, serta dry-labor. Ibu akan merasa lelah karena
terbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama, maka suhu
badan naik, nadi cepat dan nampaklah gejala-gejala infeksi
lainnya.

2.5 Anatomi Fisiologi


2.5.1 Fisiologi air ketuban (Liquar Amnio)/Tiris
Di dalam amnio yang diliputi oleh sebagian
selaput janin yang terdiri dari lapisan selaput ketuban
(amnio) dan selaput pembungkus (chorion) terdapat air
ketuban (loquor amnii). Volume air ketuban pada hamil
cukup bulan 1000-1500 ml: warna agak keruh, serta
amempunyai bau yang khas, agak amis dan manis.
Cairan ini dengan berat jenis 1,007-1,008 terdiri atas 97-
98% air.Sisanya terdiri atas garam anorganik serta bahan
organic dan bila di teliti benar, terdapat rambut lanugo
(rambut halus berasal dari bayi).

15
Warna air ketuban ini menjadi kehijau-hijauan
karena tercampur meconium (kotoran pertama yang
dikeluarkan bayi dan mengeluarkan empedu). Berat jenis
liquor ini berasal belum diketahui dengan pasti,masih
dibutuhkan penyelidikan lebih lanjut.
Untuk membuat diagnosis umumnya dipakai sel-
sel yang terdapat di dalam air ketuban dengan
melakuakan fungsi kedalam ruang ketuban Rahim
melalui dinding depan perut unutk memperoleh sampel
cairan ketuban (amniocentesis). Dewasa ini lebih sering
dilaksanakan melalui perut (transabdominal).Umumnya
pada kehamilan minggu ke-14 hingga 16 dengan ultra
sonografi ditentukan sebelum letak plasenta, untuk
menghindari plasenta ditembus.Fungsi melaluui plasenta
dapat menimbulkan perdarahan dan pencemaran liquir
amnii oleh darah, mengadakan analisis kimiawi dan
sitotrauma pada janin.
Air ketuban mempunyai fungsi yaitu :
1. Melindungi janin terhadap trauma luar
2. Memungkinkan janin bergerak dengan bebas
3. Melindungi suhu tubuh janin
4. Meratakan tekanan didalam uterus pada saaat partus,
sehingga serviks membuka.
5. Membersihkan jalan lahir jika ketuban pecah dengan
cairan steril, dan akan mempengaruhi keadaan di
dalam vagina, sehingga bayi tidak mengalami
infeksi.
6. Untuk menambah suplai cairan janin, dengan cara
ditlan/diminum yang kemudian dikeluarkan melalui
kencing.

16
2.5.2 Fisiologi selaput ketuban
Amnion manusia dapat berkembang dari
delaminasi sitotrofobulus sekitar hari ke-7 atau ke-8
perkembangan ovum normal atau pada dasarnya
berkembang menjadi sebuah kantong kecil yang
menutupi permukaan dorsal embrio. Ketika amnion
membesar, perlahan-lahan kantong ini meliputi
embrio yang sedang berkembang, yang akan prolaps
kedalam rongganya. Amnion normal mempunyai
tebal 0,02 sampai 0,5 mm.
Tidak ditemukannya pembuluh-pembuluh
darah atau saraf dalam amnion pada berbagai
stadium perkembangan, dan meskipun diduga
terdapat ruang-ruang di dalam lapisan fibrolastik dan
spongiosium, tidak dapat ditemukan saluran-saluran
limfatik yang jelas.

2.6 Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung
pada usia kehamilan. Dapat terjadi Infeksi Maternal ataupun
neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali
pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden SC, atau gagalnya
persalinan normal.
1. Infeksi
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah
Dini.Pada ibu terjadi Korioamnionitis.Pada bayi dapat terjadi
septikemia, pneumonia, omfalitis.Umumnya terjadi
korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban Pecah
Dini premature, infeksi lebih sering dari pada aterm
2. Hipoksia dan asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang
menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia.

17
Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat
oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin
gawatSyndrom deformitas janin

Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan


pertumbuhan janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi
muka dan anggota badan janin, serta hipoplasi pulmonal.

2.7 Penatalaksanaan
Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan
prematuritas, infeksi dalam rahim terhadap ibu maupun janin
yang cukup besar dan potensial.Oleh karena itu, tatalaksana
ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci sehingga
dapat menurunkan kejadian persalinan prematuritas dan infeksi
dalam rahim.
Memberikan profilaksis dan membatasi pemeriksaan dalam
merupakan tindakan yang perlu diperhatikan.Disamping itu
makin kecil umur hamil, makin besar peluang terjadi infeksi
dalam rahim yang dapat memicu terjadinya persalinan
prematuritas bahkan berat janin kurang dari 1 kg.
Sebagai gambaran umum untuk tatalaksana ketuban pecah
dini dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur khususnya
maturitas paru sehingga mengurangi kejadian kegagalan
perkembangan paru yang sehat.
2. Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang
menjadi pemicu sepsis, meningitis janin, dan persalinan
prematuritas.
3. Dengan perkiraan janin yang sudah cukup besar dan
persalinan diharapkan berlangsung dalam waktu 72 jam dapat
diberikan kortikosteroid, sehingga kematangan paru janin
dapat terjamin.

18
4. Pada umum kehamilan 24 sampai 32 minggu yang
menyebabkan menunggu berat janin cukup, perlu di
pertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan dengan
kemungkinan janin tidak dapat di selamatkan.
5. Pemeriksaan yang penting dilakukan USG untuk mengukur
distansia biparietal dan perlu melakukan aspirasi air ketuban
untuk melakukan, pemeriksaan kematangan paru melalui
perbandingan L/S.

C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KPD

Pada umumnya proses keperawatan pada kasus kebidanan sama


seperti pada kasus umum terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut :

1.Pengkajian

a.Biodata

Meliputi : Nama ibu, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa,


alamat rumah, nama suami, agama, pekerjaan, suku/bangsa, alamat
rumah.

b.Sirkulasi

Hipertensi, edema patologis (tanda hipertensi karena kehamilan (HKK)


penyakit jantung sebelumnya).

c.Integritas Ego

Adanya ansietas sedang

d.Makanan atau cairan

Ketidakadekuatan atau pembuahan berat badan berlebihan.

19
e.Nyeri atau ketidak nyamanan

Kontraksi itermiten sampai regular yang jaraknya kurang dari 10 menit


selama paling sedikit 30 detik dalam 30-60 menit.

f.Keamanan

Infeksi mungkin ada (misal : infeksi saluran kemih (ISK) dan atau infeksi
vagina)

g.Interaksi Sosial

Mungkin tergolong kelas sosial ekonomi rendah.

h.Penyuluhan atau pembelajaran

Ketidakadekuatan atau tidak adanya perawatan prenatal mungkin dibawah


usia 18 atau lebih dari 40 tahun penggunaan alcohol atau obat lain,
penunjang pada dietilstibesterol (DES)

i.Pemeriksaan Leopold

Leopold I :

1. Pemeriksaan menghadap kearah muka ibu hamil

2. Menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janindalam uterus

3. Konsistensi uterus

Leopold II

1.Menentukan batas samping rahim kanan-kiri

2.Menentukan letak punggung janin

3.Pada letak lintang bawah tentukan dimana kepala janin

Leopold III

1.Menentukan bagian terbawah janin

20
2.Apakah bagian terbawah tersebut sudah masuk atau goyang

Leopold IV

1.Pemeriksaan menghadap ke arah kaki ibu hamil

2.Bisa juga menentukan bagian terbawah janin apa dan berapa jauh sudah
masuk pintu atas panggul

j.Pemeriksaan Diagnostik

a.Ultrasonografi :pengkajian gestasi(dengan berat badan janin 500 sampai


2499 g)

b.Tes Lakmus (tes Nitrazin) : jika kertas lakmus merah berubah menjadi
biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7 – 7,5,
darah dan infeksi vagina dapat mengahsilakan tes yang positif palsu

c.Jumlah sel darah putih : peningkatan menandakan adanya infeksi

d.Urinalisis dan kultur : mengesampingkan ISK

e.Kultur Vaginal, reagen plasma cepat (RPC) : mengidentifikasikan infeksi

f.Amniosenteusis : rasio lesitin terhadap sfingomeilin (L/S) mendeteksi


fosfatidigliserol (PG) untuk maturitasparu janin atau amniotic

g.Pemantauan elektronik : menvalidasi aktivitas uterus atau status janin.

2.Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada klien dengan ketuban


pecah dini adalah :

a.Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini

b.Risiko tinggi trauma maternal berhubungan dengan disfungsi persalinan

c.Cemas berhubungan dengan kehilangan kehamilan

d.Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontruksi uterus

21
e.Risiko tinggi untuk trauma fetal berhubungan dengan hypoxia

3.Perencanaan

a.Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini.

Tujuan : memperlihatkan kemajuan tanpa terjadi komplikasi infeksi

Kriteria Hasil :

1) Cairan amnion ibu tidak menyengat

2) Hindari pemeriksaan pervagina

3) Observasi drainaseamnitik teradap warna jumlah dan baunya tiap 2


sampai 4 jam.

Intervensi:

1)Kaji Kondisi Ketuban

2)Pantau tanda-tanda infeksi

3)Dengarkan DJJ

4)Kolaborasi pemberian Antibiotik

Rasionalisasi :

1)Untuk mencegah terjadinya infeksi

2)Untuk mengetahui keadaan janin

3)Perihal pemberian antibiotik

b.Risiko tinggi trauma maternal berhubungan dengan kerusakan tindakan


pada persalinan

Tujuan ; Adanya pembukaan kelahiran di akhiri tanpa komplikasi


maternal.

Kriteria hasil :

22
1)Persalinan normal

2)Tidak ada komplikasi

Rencana tindakan :

1)Mengkaji frekuensi kontraksi uterus

2)Menyarankan ambulasi atau perubahan posisi

3)Memonitor pertambahan pembukaan servik

4)Memonitor intake dan output

Rasionalisasi :

1)Untuk mencegah terjadinya komplikasi

2)Tindakan yang dapat mendorong aktivitas uterus

3)Untuk mengetahui waktu kelahiran

4)Untuk mengetahui pemasukan dan pengeluaran sebelum persalinan.

c.Cemas berhubungan dengan bertambahnya pembukaan dan perasaan gagal


dan kebutuhan yang diakibatkan persalinan.

Tujuan : cemas tidak ada lagi

Kriteria Hasil :cemas berkurang

Rencana tindakan :

1)Memberi saran-saran, memelihara informasi peningkatan

2)Menyarankan mengungkapkan perasaan

3)Memperlihatkn pilihan atau perawatan yang memungkinkan

Rasionalisasi :

1)Menjamin dan informasi yang mengurangi kecemasan

23
2)Menanbah pemahaman terhadap klien

3)Dapat mengubah perasaab kien dalam mengontrol situasi

d.Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan intensitas kontraksi


uterus

Tujuan : nyeri teratasi

Kriteria Hasil :

1)nyeri berkurang

2)klien tampak tenang

3)keadaan umum baik

intervensi :

1)kaji skala nyeri

2)beritahu pasien penyebab rasa nyeri

3)anjurkan pasien miring kekiri

4)kolaborasi dengan dokter pemberian terapi

rasionalisasi :

1)untuk menetukan tingkat aktivitas dan bantuan yang akan dilakukan

2)bantuan yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan klien

3)aktivitas bertahap untuk mencegah terjadinya konraktur

e.Gangguan pola tidur berhubungan dengan kehamilan

Tujuan : kebutuhan tidur klien dapat terpenuhi

kriteriahasil :

1)Menjelaskan factor-faktor penghambat atau pencegah tidur

24
2)Melaporkan keseimbangan yang optimal antara aktivitas dan istirahat

Rencana tindakan :

1)Ubah posisi untuk kenyamanan dan menurangi tekanan harus dilakukan


sedkitya setiap dua jam

2)Kaji koordinasi antara ekstremitas atas dan bawah

Rasionalisasi :

1)Untuk mempertahankan posisi klien

2)Untuk mengetahui keadaan klien

4.Pelaksanaan

Pelaksanaan dilakukan pada ibu hamil dengan ketuban pecah dini adalah :

a.Memberi dukungan kepada klien

b.Ibu menunjukkan penurunan rasa cemasnya

c.Rasa nyeri teratasi

d.Dapat melakukan aktivitas

e.Trauma tidak terjadi

f.Pola tidur normal

5.Evaluasi

Evaluasi dari ketuban pecah dini adalah :

a.Infeksi tidak terjadi dan tanda-tanda vital sign dalam batas normal

b.Ibu menunjukkan penurunan rasa cemasnya

c.Rasa nyeri teratasi

d.Dapat melakukan aktivitas

25
e.Trauma tidak terjadi

f.Pola tidur normal

26
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
A. POST DATE
1. Definisi Kehamilan Lewat waktu (post term) adalah kehamilan
yang melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu Lengkap.
2. Etiologi menurut Nwosu dkk factor-faktor yg menyebabkan post
matur stress, sehingga tidak timbulnya His Kurangnya air ketuban
Insufisiensi plasenta.
3. Pengaruh pada Kehamilan, Persalinan dan Nifas
1) Terhadap Ibu
Persalinan postmatur dapat menyebabkan distosis karena aksi
uterus tidak terkoordinir, Janin besar, Moulding kepala kurang.
2) Terhadap janin
Jumlah kematian janin/ bayi pada kehamilan 43 minggu tiga
kali lebih besar dari kehamilan 40 minggu karena
postmaturitas akan menambah bahaya pada janin.
4. Komplikasi
1) Hipovolemia
2) Asidosis
3) Sindrom gawat napas
4) Hipoglikemia
5. Penatalaksanaan
1) Setelah usia kehamilan > 40-42 minggu yang penting adalah
monitoring janin sebaik-baiknya.
2) Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiense plasenta, persalinan
spontan dapat ditunggu dengan pengawasan ketat.
3) Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan
serviks, kalau sudah matang boleh dilakukan induksi
persalinan dengan atau tanpa amniotomi.

27
6. Patofisiologi
Usia kehamilah kebih dari 42 minggu. Kadar progesteron tidak
cepat turun, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin
berkurang.
7. Diagnosa kehamilan post date biasanya dari perhitungan rumus
Neagle setelah mempertimbangkan siklus haid dan keadaan klinis.
Bila ada keraguan, maka pengukuran tinggi fundus uterus serial
dengan sentimeter (cm) akan memberikan informasi mengenai usia
gestasi lebih tepat.
B. KPD
1. Ketuban Pecah Dini adalah rupturnya membrane ketuban sebelum
persalinan berlangsung (Manuaba,2002). Ketuban pecah dini
(KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahirkan.
2. Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan
membran atau meningkatnya tekanan intrauterin.
3. Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes
melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti
bau amoniak, Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena
terus diproduksi sampai kelahiran.
4. Pengaruh
1) Terhadap Janin
Walaupun ibu belum menunjukan gejala-gejala infeksi tetapi
janin mungkin sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterin
lebih dahulu terjadi (amnionitis,vaskulitis) sebelum gejala pada
ibu dirasakan.
2) Terhadap ibu
Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi
intrapartal, apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam.Selain itu
juga dapat dijumpai infeksi puerpuralis.

28
5. Anatomi Fisiologi
1) Fisiologi air ketuban (Liquar Amnio)/Tiris
Di dalam amnio yang diliputi oleh sebagian selaput janin yang
terdiri dari lapisan selaput ketuban (amnio) dan selaput
pembungkus (chorion) terdapat air ketuban (loquor amnii).
2) Fisiologi selaput ketuban
Amnion manusia dapat berkembang dari delaminasi
sitotrofobulus sekitar hari ke-7 atau ke-8 perkembangan ovum
normal atau pada dasarnya berkembang menjadi sebuah
kantong kecil yang menutupi permukaan dorsal embrio.
6. Komplikasi
1) Infeksi
2) Hipoksia dan asfiksia
7. Sebagai gambaran umum untuk tatalaksana ketuban pecah dini
dapat dijabarkan sebagai berikut :
1) Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur khususnya
maturitas paru sehingga mengurangi kejadian kegagalan
perkembangan paru yang sehat.
2) Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang
menjadi pemicu sepsis, meningitis janin, dan persalinan
prematuritas.

3.2 Saran
Semoga materi ini dapat menambah wawasan kita mengenai
kehamilan post date dan komplikasi-komplikasi yang terjadi pada ibu dan
janin. Dan ketuban Pecah Dini dapat menimbulkan kecemasan pada
wanita dan keluarganya.Sebagai tenaga medis harus membantu wanita
mengeksplorasi rasa takut yang menyertai perkiraan kelahiran janin
premature serta risiko tambahan korioamnionitis. Pemahaman dan kerja
sama keluarga merupakan hal yang penting untuk kelanjutan kehamilan.

29
DAFTAR PUSTAKA

Saifudin, Abdul Bari dkk.2008. Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal. Jakarta:


YBP-SP

Prawirohardjo,Sarwono. Ilmu Kebidanan.Jakarta.Bina Pustaka.2008

Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. 2003.


Jakarta: YBP-SP.

Gede, Ida Bagus. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB.Manuaba DSOD.
EGD

30

Вам также может понравиться