Вы находитесь на странице: 1из 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Langkah yang kritis dalam menetapkan strategi audit dan seluruh program audit
yang rencananya akan diikuti oleh auditor, meliputi semua prosedur audit, ukuran
sampel, pos yang dipilih, dan penetapan waktu. Dalam hal ini bersangkutan dengan
pentingnya membuat keputusan yang benar dalam dalam menyusun strategi secara
keseluruhan dan mengembangkan program audit yang terinci, yang
mempertimbangkan baik efektivitas bukti maupum efisiensi audit.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Ada berapa jenis pengujian audit untuk menentukan apakah laporan keuangan
disajikan secara wajar?
2. Bagaimana cara memilih jenis pengujian audit yang tepat ?
3. Bagaimana teknologi informasi mempengaruhi pengujian audit?
4. Bagimana konsep baruan audit harus bervariasi dalam situasi yang berbeda?
5. Bagaimana merancang sebuah program audit?
6. Apa perbedaan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi dengan tujuan
audit yang berkaitan dengan saldo dan penyajian serta pengungkapan?
7. Bagaimanna mengintegrasi empat tahap proses audit?

C. TUJUAN
Makalah ini dbuat agar pembaca memahami tentang :
1. Menggunakan kelima jenis pengujian audit untuk menentukan apakah
laporan keuangan disajikan secara tepat.
2. Memilih jenis pengujian audit yang tepat.
3. Memahami bagaimana teknolog ininformasi mempengaruhi pengujian audit.
4. Memahami konsep bauran bukti dan bagaimana hal ini harus bervariasi
dalam situasi yang berbeda.
5. Merancang sebuah program audit.
6. Membandingkan dan membedakan tujuan audit yang berkaitan dengan
transaksi dengan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo dan penyajian
serta pengungkapan,
7. Mengintegrasi empat tahap proses audit.
BAB II
PEMBAHASAN

A. JENIS PENGUJIAN
Dalam mengembangkan strategi audit, auditor menggunakan lima jenis pengujian untuk
menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar.
1. Prosedur Penilaian Risiko
Standar auditing mengharuskan auditor memahami entitas dan lingkungannya,
termasuk pengendalian internalnya, untuk menilai risiko salah saji material dalam
laporan keuangan klien.
2. Pengujian Pengendalian
Baik secara manual maupun terotomatisasi, dapat mencakup jenis-jenis bukti berikut :
 Meminta keterangan dari personil klien yang tepat
 Memeriksa dokumen, catatan, dan laporan
 Mengamati aktivitas yang berkaitan dengan pengendalian
 Melaksanakan-ulang prosedur klien
Auditor melaksanakan walkthrough system untuk mendapatkan pemahaman guna
membantunya menentukan apakah pengendalian telah berjalan semestinya. Pengujian
pengendalian juga digunakan untuk menentukan apakah pengendalian tersebut efektif
dan biasanya meliputi pengujian atas sampel transaksi. Jumlah bukti tambahan yang
diperlukan untuk pengujian pengendalian tergantung pada dua hal :
 Luas bukti yang diperoleh dalam memahami pengendalian internal
 Pengurangan risiko pengendalian yang direncanakan

3. Pengujian Subtantif atas Transaksi


Pengujian substantif adalah prosedur yang dirancang untuk menguji salah saji dollar
(sering disebut salah saji moneter) yang secara langsung mempengaruhi kebenaran
saldo laporan keuangan. Pengujian substantif atas transaksi (substantive test of
transactions)digunakan untuk menentukan apakah keenam tujuan audit yang berkaitan
dengan transaksi telah dipenuhi bagi setiap kelas transaksi.
4. Prosedur Anlitis)
Melibatkan perbandingan jumlah yang tercatat dengan harapan yang dikembangkan
oleh auditor. Dua tujuan yang paling penting dari prosedur analitis dalam mengaudit
saldo akun adalah :
 Menunjukkan salah saji yang mungkin dalam laporan keuangan
 Memberikan bukti substantif
5. Pengujian Rincian Saldo
Berfokus pada saldo akhir buku besar baik untuk akun neraca maupun laporan laba-rugi.
Penekanan utamanya dalam sebagian besar pengujian rincian saldo adalah pada neraca.
Pengujian atas saldo akhir ini sangat penting karena bukti-bukti biasanya diperoleh dari
sumber independen dengan klien, dan dianggap sangat dapat dipercaya. Luas pengujian
ini bergantung pada hasil pengujian pengendalian, pengujian substantif atas transaksi,
dan prosedur analitis substantif atas akun-akun

B. MEMILIH JENIS PENGUJIAN YANG AKAN DILAKSANAKAN


Biasanya auditor menggunakan kelima jenis pengujian ketika melakukan audit atas laporan
keuangan,tetapi ada jenis tertentu yang lebih ditekankan,tergantung pada
situasinya.Ingatlah bahwa prosedur penilaian risiko yang diperlukan dalam semua audit
untuk menilai risiko salah saji yang material,sementara keempat jenis pengujian lainnya
dilaksanakan sebagai respon terhadap risiko yang diidentifikasi demi memberikan dasar
bagi pendapat auditor.Beberapa factor dapat mempengaruhi pilihan auditor atas jenis
pengujian yang akan dipilih,termasuk ketersediaan delapan jenis bukti,biaya relative dari
setiap jenis pengujian,efektivitas pengendalian internal,dan resiko inheren.

1. Ketersediaan Jenis Bukti untuk Prosedur Audit


Masing-masing dari empat jenis prosedur audit selanjutnya hanya melibatkan jenis
bukti tertentu (konfirmasi,dokumentasi,dsb).Kita dapat melakukan beberapa
pengamatan atas table itu :
 Lebih banyak jenis bukti,enem jumlahnya,yang digunakan untuk pengujian rincian
saldo ketimbang jenis pengujian lainnya.
 Hanya pengujian rincian saldo yang melibatkan pemeriksaan fisik dan konfirmasi
 Tanya jawab pada klien dilakukan untuk setiap jenis pengujian
 Inspeksi digunakan dalam setiap jenis pengujian kecuali prosedur analitis
 Inspeksi digunakan dalam setiap jenis pengujian kecuali prosedur analitis
 Pelaksanaan ulang digunakan dalam jenis pengujian kecuali prosedur analitis dengan
satu pengecualian.Auditor dapat melaksanakan ulang pengendalian sebagai bagian
dari walkthrough transaksi atau pengujian pengendalian yang tidak didukung oleh
bukti documenter yang mencukupi
 Rekalkulasi digunakan untuk memverifikasi keakuratan matematis transaksi apabila
melaksanakan penjualan substantive atas transaksi dan saldo akun ketika
melaksanakan pengujian rincian saldo
2. Biaya Relatif
Jenis pengujian yang tercantum berikut ini disusun menurut peningkatan biayanya :
 Prosedur analitis
 Prosedur penilaian resiko,termasuk prosedur untuk memahami pengendalian
internal
 Pengujian pengendalian
 Pengujian substantive atas transaksi
 Pengujian rincian saldo
Prosedur analitis dianggap paling murah karena relative mudah dihitung dan
dibandingkan.Prosedur pengendalian resiko,termasuk prosedur untuk memahami
pengendalian internal,tidak semahal pengujian audit lainnya karena auditor dapat
dengan mudah dilakukan tanya jawab dan pengamatan serta melaksanakan prosedur
analitis perencanaan.Selain itu,pemeriksaan atas hal-hal seperti dokumen yang
mengikhtisarkan operasi bisnis klien dan proser serta struktur manajemen serta tata
kelola secara relative juga lebih murah ketimbang pengujian audit lainnya.Karena
pengujian pengendalian juga melibatkan pengajuan pertanyaan atau tanya
jawab,pengamatan,dan inspeksi,biaya relatifnya juga lebih rendah dibandingkan
pengujian substantive namun pengujian pengendalian jauh lebih mahal dibandingkan
prosedur penilaian resiko auditor karena luas pengujian yang dibutuhkan jauh lebih
besar untuk membuktikan bukti bahwa pengendalian telah beroperasi secara
efektif,terutama bila pengujian pengendalian itu melibatkan pelaksanaan
ulang.Auditor seringkali dapat melaksanakan sejumlah besar pengujian pengendalian
secara cepat dengan menggunakan perangkat lunak audit.Perangkat lunak semacam
itu dapat menguji pengendalian dalam system akuntansi klien yang
terkomputerisasi,seperti system piutang usaha terkomputerisasi,yang secara otomatis
mengotorisasipenjualan kepada pelanggan yang ada dengan membandingkan jumlah
penjualan yang diusulkan dalam saldo piutang usaha yang ada dengan batas kredit
pelanggan itu.Pengujian substantive atas transaksi lebih mahal dibandingkan
pengujian pengendalian yang tidak mencakup pelaksanaan ulang,karena seringkali
memerlukan rekalkulasi dan penelusuran.Pengujian rincian saldo harus lebih mahal
dibandingkan dengan jenis prosedur yang lain,karena biaya prosedur seperti untuk
mengirimkan konfirmasi dan untuk menghitung persediaan.Karena tingginya biaya
rincian saldo,biasanya auditor mencoba merencanakan audit untuk meminimalkan
penggunanya.

3. Hubungan Antara Pengujian Pengendalian dan Pengujian Subtantif


Suatu pengecualian dalam pengujian pengendalian hanya mengidentifikasi
kemungkinan salah saji yang mempengaruhi nilai dolar laporan keuangan, sedangkan
pengecualian dalam pengujian substantif atas transaksi atau pengujian rincian saldo
merupakan salah saji laporan keuangan. Pengecualian dalam pengujian pengendalian
disebut deviasi pengujian pengendalian.
Auditor kemungkinan besar yakin bahwa ada salah saji mata uang yang material dalam
laporan keuangan apabila deviasi pengujian pengendalian dianggap sebagai deviasi
yang signifikan atau kelemahan yang material. Auditor kemudian harus melaksanakan
pengujian substantif atas transaksi atau pengujian rincian saldo untuk menentukan
apakah salah saji mata uang yang material telah benar-benar terjadi.

4. Hubungan Antara Prosedur Analitis dan Pengujian Substantif


Fluktuasi yang tidak biasa dalam hubungan antara satu akun dengan akun lainnya, atau
dengan informasi nonkeuangan, dapat mengindikasikan kemungkinan yang
meningkatbahwa ada salah saji yang material itu. apabila prosedur analitis
mengidentifikasi fluktuasi yang tidak biasa, auditor harus melaksanakan pengujian
substantif atas transaksi atau pengujian rincian saldo untuk menentukan apakah salah
saji mata uang telah benar-benar terjadi. Jika auditor melaksanakan prosedur analitis
dan yakin bahwa kemungkinan salah saji yang material nilainya kecil, pengujian
substantif lainnya dapat dikurangi.

5. Trade-Off Antara Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif


Ada trade-off antara pengujian pengendalian dan pengujian substantif. Selama tahap
perencanaan, auditor memutuskan apakah akan menilai risiko pengendalian di bawah
maksimum. Jika melakukannya, auditor kemudian harus melaksanakan pengujian
pengendalian untuk menentukan apakah penilaian tingkat risisko pengendalian itu
didukung. Jika pengujian pengendalian mendukung penilaian risiko pengendalian, risiko
deteksi yang direncanakan dalam model risiko audit akan meningkat, dan karenanya,
pengujian substantif yang direncanakan dapat dikurangi.

C. DAMPAK TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP PENGUJIAN AUDIT


Standar auditing memberikan pedoman bagi auditor entitas yang mengirimkan, memproses,
memelihara, atau mengakses informasi penting secara elektronis. Contoh bukti elektronik
meliputi record transfer dana elektronik dan pesanan pembelian yang dikirimkan melalui
electronic data interchange (EDI).
Standar auditing mengakui bahwa jika ada sejumlah besar bukti audit dalam format
elektronik, mungkin tidak praktis atau tidak mungkin untuk mengurangi risiko deteksi hingga
tingkat yang dapat diterima dengan hanya melakukan pengujian substantif. Sebagai contoh,
potensi untuk memprakarsai dan mengubah informasi yang tidak layak mungkin lebih besar
jika informasi itu hanya di selenggarakan dalam format elektronik.
Dalam audit atas perusahaan publik, pengendalian yang dilaksanakan komputer (selanjutnya
disebut pengendalian yang terotomatisasi) harus di uji jika auditor mempertimbangkannya
sebagai pengendalian kunci untuk mengurangi kemungkinan salah saji yang material dalam
laporan keuangan.
Untuk menguji pengendalian atas data yang terotomatisasi, auditor mungkin harus
menggunakan teknik audit berbantuan komputer atau menggunakan laporan yang
dihasilkan TI untuk menguji efektivitas operasi pengujian umum TI, seperti pengendalian
pengubah program dan pengendalian akses.

D. BAURAN BUKTI
Analisis Audit 1

E. PERANCANGAN PROGRAM AUDIT

Setelah auditor menggunakan prosedur penilaian risiko untuk menentukan penekanan yang
tepat pada masing-masing dari empat jenis pengujian lainnya, program audit khusus bagi
setiap jenis harus dirancang. Auditor yang bertanggung jawab itu juga cenderung
mendapatkan persetujuan dari manajer sebelum melaksanakan prosedur audit atau
mendelegasikan tugasnya kepada asisten.
Setiap siklus transaksi mungkin akan dievaluasi dengan menggunakan serangkaian program
sub-audit yang terpisah. Dalam siklus penjualan dan penagihan, misalnya, auditor dapat
menggunakan:
 Program audit pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi
untuk penjualan dan penerimaan kas
 Program audit prosedur analisis substantif untuk keseluruhan siklus
 Program audit pengujian rincian saldo untuk kas, piutang usaha, beban piutang tak
tertagih, penyisihan untuk piutang tak tertagih, dan piutang usaha rupa-rupa

1. Pengujian Pengendalian dan Pengujian Subtantif atas Transaksi


Prosedur Audit
Ketika merancang pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi,
auditor menekankan pada pemenuhan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi
yang dikembangkan dalam Bab 6. Auditor mengikuti pendekatan empat langkah untuk
mengurangi risiko pengendalian yang diperkirakan
1. Memberlakukan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi pada kelas transaksi
yang di uji, seperti penjualan.
2. Mengidentifikasi pengendalian kunci yang dapat mengurangi risiki pengendalian
untuk setiap tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi
3. Mengembangkan pengujian pengendalian yang tepat bagi semua pengendalian
internal yang digunakan untuk mengurangi penilaian pendahuluan atas risiko
pengendalian dibawah maksimum (pengendalian kunci)
4. Untuk jenis salah saji potensial yang berkaitan dengan setiap tujuan audit yang
berkaitan dengan transaksi, rancanglah pengujian substantif atas transaksi yang
tepat, dengan mempertimbangkan defisiensi pengendalian internal dan hasil yang
diharapkan dari pengujian pengendalian pada langkah ke 3.

2. Prosedur Analitis
Karena relative murah, banyak auditor melaksanakan prosedur analitis subtansif pada
semua audit.

3. Pengujian Rincian Saldo


Pengujian rincian saldo berfokus pada saldo akhir buku besar baik untuk akun neraca
maupun laporan laba rugi.Penekanan utamanya dalam sebagian besar pengujian rincian
saldo adalah pada neraca.Contohnya meliputi konfirmasi saldo pelanggan menyangkut
piutang usaha,pemeriksan fisik persediaan,dan pemeriksaan laporan vendor tentang utang
usaha.Pengujian rincian saldo dapat membantu menetapkan kebenaran moneter akun-
akun yang berhubungan sehingga dianggap sebagai pengujian subtantif.Sebagai
contoh,konfirmasi menguji salah saji moneter piutang usaha dan karenanya merupakan
pengujian subtantif.Demikian pula,perhitungan persediaan dan kas yang ada di tangan
juga merupakan pengujian substantif.Pengujian pengendalian akan membantu auditor
mengevaluasi apakah pengendalian atas transaksi dalam siklus itu cukup efektif untuk
mendukung pengurangan penilaian resiko pengendalian,sehingga mengurangi pengujian
substantive.Pengujian pengendalian juga membentuk dasar bagi laporan auditor
mengenai pengendalian internal atas pelaporan keuangan perusahaan publik.Pengujian
substantif atas transaksi digunakan untuk memverifikasi transaksi yang dicatat dalam
jurnal dan memposting ke buku besar.Prosedur analitis menekankan kelayakan transaksi
dan saldo buku besar secara keseluruhan.Pengujian atas rincian saldo menekankan saldo
akhir buku besar.
Metedologi untuk merancang Pengujian rincian saldo-Piutang Usaha
a. Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien Yang Mempengaruhi Piutang Usaha
Sebagai bagian dari memahami bisnis dan industry klien, auditor mengidentifikasi
dan mengevaluasi risiko bisnis klien yang signifikan untuk menentukan apakah hal
itu meningkatkan risiko salah saji yang material dalam laporan keuangan
b. Menetapkan Materialitas Kinerja Dan Menilai Risiko Inheren Untuk Piutang
Usaha
Auditor harus memutuskan pertimbangan pendahuluan tentanf materialitas pada
audit secara keseluruhan dan kemudian mengalokasikan totalnya ke saldo akun,
untuk menetapkan materialitas kinerja bagi setiap saldo yang signifikan.
Risiko inheren dinilai dengan mengidentifikasi setiap aspek dari sejarah, lingkungan,
atau operasi klien yang menunjukan kemungkinan yang besar bahwa ada salah saji
dalam laporan keuangan tahun berjalan.
c. Menilai Risiko Pengendalian Untuk Siklus Penjualan Dan Penagihan
Metedologi untuk mengevaluasi risiko pengendalian akan ditetapkan baik pada
penjualan maupun penerimaan kas dalam audit atas piutang usaha.
d. Merancang dan Melaksanakan Pengujian Pengendalian serta Pengujian
Subtantif atas Transaksi untuk Siklus Penjualan dan Penagihan
Pengujian pengendalian dan pengujian subtantif atas transaksi dirancang dengan
harapan hasil-hasil tertentu akan diperoleh.
e. Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis untuk Saldo Piutang Usaha
Auditor melaksanakan prosedur analistis subtantif atas akun-akun seperti piutang
usaha demi dua tujuan: untuk mengidentifikasi kemungkinan salah saji dalam saldo
akun dan untuk mengurangi pengujian audit yang terinci. Hasil dari prosedur analitis
subtantif secara langsung akan mempengaruhi luas pengujian saldo.
f. Merancang Pengujian Rincian Saldo Piutang Usaha untuk Memenuhi Tujuan
Audit yang Berkaitan dengan Saldo
Pengujian rincian saldo yang telah direncanakan meliputi prosedur audit, ukuran
sampel, item yang dipilih dan penepatan waktu. Prosedur ini harus dipilih dan
dirancang untuk setiap akun serta setiap tujuan audit yang berkaitan dengan saldo
pada setiap akun tersebut.

4. Program Audit Ilustratif


Standar auditing mengharuskan auditor untuk menggunakan program audit
tertulis. Perangkat lunak audit.
5. Hubungan Tujuan Audit yang Berkaitan dengan Transaksi yang Berkaitan dengan
Saldo serta Penyajian dan Pengungkapan.
Tujuan Audit Tujuan Audit
yang Berkaitan yang Sifat Penjelasan
dengan Berkaitan Hubunga
Transaksi dengan Saldo n
Keterjadian Eksistensi atau Langsung Ada hubungan langsung antara tujuan audit
Kelengkapan keterjadian yang berkaitan dengan transaksi
dengan tujuan audit eksistensi yang berkaitan
dengan saldo jika kelas transaksi menaikan
kelas saldo terkait (misalnya transaksi
penjualan meningkatkan piutang usaha)
Ada hubungan langsung antara tujuan audit
keterjadian yang berkaitan dengan transaksi
dengan tujuan audit kelengkapan yang
berkaitan dengan saldo jika kelas transaksi
menurunkan kelas saldo terkait (misalnya
transaksi penjualan menurunkan piutang
usaha)
Kelengkapan Kelengkapan Langsung Lihat komentar diatas untuk tujuan eksistensi
atau eksistensi
Keakuratan Keakuratan Langsung -
Posting dan Detail tie-in Langsung -
Ikhtisar
Klasifikasi Klasifikasi Langsung -
Penepatan Cuttof Langsung -
Waktu
Nilai yang Tidak ada Beberapa pengendalian internal atas nilai yang
dapat dapat direalisasi berkaitan dengan kelas
direalisasi transaksi, tetapi proses persetujuan kredit
mempengaruhi luas pengujiannya.
Hak dan Tidak ada Beberapa pengendalian internal atas hak dan
Kewajiban kewajiban berkaitan dengan kelas trasnsaksi
F. IKTHTISAR ISTILAH PENTING YANG BERKAITAN DENGAN BUKTI
Hubungan di antara kelima istilah penting yang berkaitan dengan Bukti

i. Fase Proses Audit


Keempat fase proses audit dalam kolom pertama merupakan cara utama audit
itu diorganisasikan.
ii. Tujuan Audit atau Sasaran Audit
Ini merupakan tujuan audit yang harus dipenuhi sebelum auditor dapat
menyimpulkan bahwa suatu kelas transaksi atau saldo akun telah dinyatakan
secara wajar.
iii. Jenis Pengujian
Lima jenis pengujian audit yang digunakan auditor untuk menentukan laporan
keuangan telah dinyatakan secara wajar.
iv. Keputusan Bukti
Empat subkategori keputusan yang dibuat auditor dalam mengumpulkan bukti
audit disajikan dalam kolom keempat. Kecuali untuk prosedur analitis, keempat
keputusan bukti berlaku untuk setiap jenis pengujian.
v. Jenis Bukti
Ada delapan jenis bukti yang dikumpulkan auditor disajikan dalam kolom terakhir
G. IKHTISAR PROSES AUDIT
1. Fase I :Merencanakan dan merancang pendekatan audit
Auditor menggunakan informasi yang diperoleh dari prosedur penilaian risiko
yang berkaitan dengan penerimaan klien dan perencanaan awal, pemahaman
bisnis dan industri klien, penilaian risiko bisnis klien, dan pelaksanaan prosedur
analitis pendahuluan terutama untuk menilai risiko inheren dan risiko audit yang
dapat diterima. Auditor menggunakan penilaian atas materialitas, risiko audit
yang dapat diterima, risiko inheren dan setiap risiko kecurangan yang dapat
diidentifikasi guna mengembangkan keseluruhan rencana audit dan program
audit secara keseluruhan.
Pada akhir fase I, auditor harus memiliki rencana audit yang disusun dengan
baik dan program audit khusus untuk keseluruhan audit.

2. Fase II :Melaksanakan Pengujian Dan Pengendalian Dan Pengujian Subtantif


atas Transaksi
Tujuan dari fase II adalah untuk :
a. Memperoleh bukti untuk mendukung pengendalian khusus yang
berkonstribusi pada penilaian risiko pengendalian oleh auditor( yaitubila
dikurangi di bawah maksimum) bagi audit laporan keuangan dan audit
pengendalian internal atas pelaporan keuangan perusahaan public.
b. Memperoleh bukti untuk mendukung ketepatan moneter transaksi.
3. Fase III :Melaksanakan Prosedur Analisis dan Pengujian rincian saldo.
Tujuan dari fase III adalah memperoleh bukti tambahan yang mencukupi guna
menentukan apakah saldo akhir dan catatan kaki atas laporan keuangan telah
dinyatakan secara wajar. Sifat dan luas pekerjaan akan sangat tergantung pada
temuan dari dua fase sebelumnya.
Dua kategori umum dari prosedur fase III adalah :
b. Prosedur analitis subtantif yang menilai kelayakan transaksi dan saldo
secara keseluruhan,
c. Pengujian rincian saldo, yang merupakan prosedur audit untuk menguji
salah saji moneter dalam laporan keuangan

Fase I Merencakan dan merancang pendekatan 31-8-13


audit.
Memperbarui pemahaman atas
pengendalian internal. Memperbarui
program audit. Melaksanakan prosedur
analisis pendahuluan.

Fase II Melaksanakan pengujian pengendalian dan 30-9-13


pengujian subtantif atas transaksi 9 bulan
pertama tahun berjalan
Fase III Mengonfirmasi piutang usaha, Mengamati 31-10-
persedian. 13 Tanggal
Melaksanakan pengujian cutoff. Meminta 31-12- neraca
berbagai konfirmasi lain. 13
Melaksanakan prosedur analisis, Pembukuan
menyelesaikan pengujian pengendalian dan 7-1-14 ditutup
pengujian subtantif atas transaksi, serta
menyelesaikan sebagian besar pengujian
rincian saldo.
Fase IV Melaksanakan prosedur untuk mendukung 15-2-14 Tanggal
tujuan audit yang berkaitan dengan terakhir
penyajian dan pengungkapan, pekerjaan
mengikhtisarkan hasil, mengumpulkan bukti lapangan
akhir (termasuk prosedur analitis), dan
menyelesaikan audit. 25-2-14
Mengekuarkan laporan audit

Table diatas memperlihatkan prosedur analitis yang dilaksanakan baik sebelum


maupun setelah tanggal neraca. Karena biayanya rendah, prosedur analitis
biasanya digunakan apabila hal itu relevan. Prosedur ini biasanya dilaksanakan
lebih awal, dengan menggunakan data pendahuluan sebelum akhir tahun,
sebagai sarana untuk merencanakan dan mengarahkan pengujian audit lainnya
ke bidang yang lebih khusus. Prosedur analistis ini dilakukan sebelum pengujian
rincian saldo sehingga prosedur itu segera dapat digunakan untuk menentukan
seberapa luas pengaujian saldo. Prosedur itu juga digunakan seagai bagian dari
pelaksanaan pengujian saldo dan selama tahap pengujian audit.
Table diatas juga menunjukan bahwa pengujian rincian saldo biasanya
dilaksanakan terakhir. Pengujian subtantif atas saldo yang dilakukan sebelum
akhir tahun akan memberikan assurance yang lebih kecil dan biasanya hanya
dilakukan bila pengendalian internal efektif.
4. Fase IV : Menyeleasaikan Audit dan mengeluarkan laporan audit.
Setelah tiga fase pertama diselesaikan, auditor harus mengumpulkan bukti
tambahan yang bersangkutan dengan tujuan audit yang berkaitan dengan
penyajian dan pengungkapan, mengikhtisarkan hasilnya, mengeluarkan laporan
audit, dan melaksanakan bentuk komunikasi lainnya. Fase ini mempunyai
beberapa bagian :

a. Melaksanakan Pengujian Tambahan untuk Penyajian dan


Pengungkapan
Selama fase terakhir ini, auditor, melaksanakan prosedur audit yang
berkaitan dengan kewajiban kontijen dan peristiwa setelah tanggal
neraca. Kewajiban kontijen adalah kewajiban potensial yang harus
diungkapkan dalam catatan kaki klien. Auditor harus memastikan
bahwa pengungkapan lengkap dan akurat. Peristiwa setelah tanggal
neraca merupakan peristiwa yang kadang-kadang terjadi setelah
tanggal neraca, tetapi sebelum dikeluarkan laporan keuangan dan
laporan auditor, yang mempengaruhi laporan keuangan. Prosedur
review khusus dirancang agar perhatian auditor tertuju pada peristiwa
setelah tanggal neraca yang mempengaruhi laporan keuangan.
b. Mengumpulkan Bukti Akhir
Selain bukti yang diperoleh untuk masing-masing siklus selama fase I
dan II, dan masing-masing akun selama fase III, auditor harus
mengumpulkan bukti berikut untuk laporan keuangan secara
keseluruhan selama fase penyelesaian:
 Melaksanakan prosedur analitis terakhir.
 Mengevaluasi asumsi going-concern.
 Mendapatkan surat representasi klien.
 Membaca informasi dalam laporan tahunan untuk
memastikan bahwa hal itu konsisten dengan laporan
keuangan.
c. Mengeluarkan Laporan Audit
Jenis laporan audit yang dikeluarkan tergantung pada bukti yang
dikumpulkan dan temuan audit.
d. Berkomunikasi dengan Komite Audit dan Manajemen
Auditor diwajibkan untuk mengomunikasikan defisiensi yang
signifikan dalam pengendalian internal kepada komite audit atau
manajemen senior. Standar auditing juga mengharuskan auditor untuk
mengomunikasikan berbagai hal tertentu lainnya kepada pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola, seperti komite audit atau badan
serupa yang ditunjuk setelah penyelesaian audit. Meskipun tidak
diharuskan, auditor sering juga member sarab kepada manajemen
untuk meningkatkan kinerja bisnis.

Вам также может понравиться