Вы находитесь на странице: 1из 39

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Persalinan

a. Pengertian

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi

yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau

dengan jalan lain (Mochtar, 2016). Varney (2015), menjelaskan bahwa

persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan

pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses persalinan dimulai

dengan kontraksi persalinan sejati yang ditandai oleh perubahan

progesif pada serviks, dan akhirnya dengan kelahiran plasenta.

Menurut Manuaba (2016), persalinan adalah proses pengeluaran hasil

konsepsi (Janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di

luar kandungan melalui jalan lahir dengan bantuan maupun tanpa

bantuan (kekuatan sendiri).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan

bahwapersalinan merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi

berupa janin dan plasenta yang telah cukup bulan dan dapat hidup

diluar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain. Persalinan dimulai

dengan adanya kontraks irahim, ditandai perubahan progresif pada

servik, dan diakhiri dengan kelahiran plasenta (Manuaba, 2016).

7
8

b. Sebab – Sebab Persalinan

Menurut Mochtar (2016), penyebab terjadinya persalinan belum

diketahui benar, yang ada hanyalah merupakan teori–teori yang kompleks

antara lain teori penurunan hormone, teori plasenta, teori distensi rahim,

teori iritasi mekanik, dan induksi partus (induction of labour). Teori

penurunan hormon ditandai dengan satu sampai dua minggu sebelum

partus mulai tejadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron

yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his.

Sedangkan teori plasenta dikarenakan plasenta menjadi tua

menyebabkan turunannya kadar hormon estrogen dan progesteron yang

menyebabkan kekejangan pembuluh darah hal ini akan menimbulkan

kontraksi rahim, selain itu juga teori distensi rahim dimana rahim yang

menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemia otot-otot rahim,

sehingga mengganggu sirkulasi utero–plasenter (Mochtar, 2016).

Beberapa teori seba-sebab persalinan yaitu teori keregangan, teori

penurunan progesteron, teori oksitosin internal, teori protaglandin, teori

penurunan hormonal, teori plasenta yang menjadi tua, teori distensi rahim,

teori iritasi mekanik, induksi partus(induction of labour), penurunan fungsi

plasenta, plasenta menua dengan tuanya kehamilan dimana villikorialis

mengalami perubahan-perubahan dan kadar estrgen dan progesteron

menurun, uterus yang makin membesar menyebabkan tegang yang pada

akhirnya menimbulkan iskemia otot-otot uterus,menganggu sirkulasi

uteroplasenter dan degenerasi plasenta (Mochtar, 2016).


9

c. Tanda – tanda mulainya persalinan

Farrer (2012) mengemukakan beberapa tanda–tanda dini akan

dimulainya persalin antara lain lightening, sering buang air kecil,

dankontraksi Braxton–Hicks. Terjadi Lightening dimaksudkan saat

kepala janin masuk ke dalam rongga panggul karena berkurangnya

tempat didalam uterus dan sedikit melebarnya simpisis, pada

primigravida akan terlihat pada kehamilan 36 minggu sementara pada

multipara tampak setelah persalinan dimulai mengingat otot--otot

abdomennya lebih kendor. Biasanya ibu–ibu juga sering buang air

kecil disebabkan oleh tekanan kepala janin pada kandung kemih.

Kontraksi Braxton–Hicks yang ditandai dengan uterus yang teregang

dan mudah dirangsang akan menimbulkan distensi dinding abdomen

sehingga dinding abdomen menjadi lebih tipis dan kulit menjadi lebih

peka terhadap rangsangan (Mochtar, 2016). Menurut Mochtar (2016)

tanda–tanda inpartu antara lain

1) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya

kontraksi.

2) Ibu merasakan adanya peningkatan tekana pada rectum dan/atau

vaginanya.

3) Perineum menonjol.

4) Vulva –vagina dan sfingter ani membuka.

5) Meningkatkan pengeluaran lendir bercampur darah


10

d. Proses persalinan

Mochtar (2016) menjelaskan tentang proses persalinan yang

terdiridari 4 kala yaitu pada Kala I waktu untuk pembukaan serviks

sampai menjadi pembukaan lengkap 10 cm. Dibagi atas 2 fase yaitu

fase laten dimana pembukaan serviks 1–3 cm. Dan fase aktif dimana

pembukaan servik 4–10 cm. Pada primigravida berlangsung 13-14

jam dan pada multigravida berlangsung 6-7 jam. Kemudian pada Kala

II merupakan kala pengeluaran janin, waktu uterus dengan kekuatan

his ditambah kekuatan mengedan, mendorong janin keluar hingga

lahir. Pada primigravida berlangsung 1,5–2 jam dan pada multigravida

berlangsung 0,5–1 jam. Sedangkan pada kala III terjadi pelepasan

dan pengeluaran uri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit

setelah bayi lahir. Kala IVdigunakan sebagai pengawasan selama 1-2

jam setelah bayi dan lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama

terhadap bahaya perdarahan postpartum.

e. Tahapan Persaliann

Menurut (Sumarah, 2015) tahapan persalinan dibagi menjadi :

1) Persalinan kala I

Adalah kala pembukaan yang berlangsung antara

pembukaan 0 (nol) sampai pembukaan lengkap (10cm). Proses

ini berlangsung kurang lebih 18-24 jam, yang terbagi menjadi 2

fase:
11

a) Fase laten (8 jam) : pembukaan 0 cm sampai pembukaan 3

cm.

b) Fase aktif (7 jam) : pembukaan serviks 3 cm sampai

pembukaan 10 cm. Fase aktif di bagi menjadi 3 fase yaitu:

1) Fase akselerasi : pembukaan 3 cm menjadi 4

cm,berlangsung 2 jam.

2) Fase dilatasi maksimal : pembukaan berlangsung

sangat cepat dari pembukaan 4 cm menjadi 9 cm,

berlangsung 2 jam.

3) Fase deselerasi : pembukaan menjadi lambat 9 cm

menjadi 10 cm, berlangsung 2 jam.

b. Kala II (pengeluaran)

Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir.

Proses ini berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada

multigravida. Kala II pada primi 2 jam dan pada multi 1 jam (Saifuddin,

2016).

c. Kala III (Pelepasan Uri)

Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang

berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Pengeluaran plasenta

disertai pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.

d. Kala IV (Observasi)

Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post

partum. Tujuannya asuhan persalinan adalah memberikan asuhan


12

yang memadahi selama persalinan yang bersih dan aman, dengan

memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi.

2. Lama persalinan Kala II

Lama adalah panjangnya waktu, sejak dahulu kala. Rata-

rata lama persalinan kala I dan kala II adalah sekitar 9 jam pada

nulipara tanpa analgesia regional, dan pada multipara adalah sekitar 6

jam. Pemantauan kala II persalinan menggunakan partograf yaitu

dihitung mulai dari pembukaan serviks 10 cm hingga lahirnya bayi

(Cunningham, 2015).

Awal persalinan sebagai waktu saat wanita mengalami

kontraksi teratur yang nyeri 3 sampai 5 menit dan menyebabkan

pembukaan serviks. Pembukaan serviks saat wanita dirawat tidak

disebutkan. Paritas dan pembukaan serviks saat dirawat merupakan

penentu yang penting terhadap lama persalinan (Cunningham, 2015).

Median durasi kala II adalah 50 menit pada nulipara dan 20 menit

pada multipara, tetapi hal ini dapat sangat bervariasi. Pada seorang

wanita yang mempunyai paritas lebih tinggi dengan vagina dan

perineum yang lemas, untuk menyelesaikan kelahiran bayi cukup

membutuhkan dua atau tiga daya dorong setelah pembukaan

servik lengkap (Cunningham, 2015).

Tahap ini berawal saat pembukaan serviks telah lengkap dan

berakhir dengan keluarnya janin. Median durasinya adalah 50 menit

untuk nulipara dan 20 menit untuk multipara. Pada wanita dengan


13

paritas tinggi yang vagina dan perineumnya sudah melebar, dua

atau tiga kali usaha mengejan setelah pembukaan lengkap

mungkin cukup untuk mengeluarkan janin. Sebaliknya pada

seorang wanita dengan panggul sempit atau janin besar atau dengan

kelainan gaya ekspulsif akibat anesthesia regional maka kala II dapat

sangat memanjang. Gejala utama kala II (JNPK-KR, 2016) adalah :

a) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya

kontraksi.

b) Ibu meraskan adanya peningkatan tekanan pada rektum atau

vagina.

c) Perineum menonjol.

d) Vulva vagina dan sfingter ani membuka.

e) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.

Tanda pasti kala II ditentukan melalui periksa dalam

(informasi obyektif) yang hasilnya

a. Pembukaan serviks telah lengkap.

b. Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina. Cara

membimbing ibu untuk meneran, antara lain :

1) Menganjurkan ibu untuk mendapat posisi nyaman

(berbaring miring atau jalan-jalan).

2) Mengajarkan ibu untuk cara bernafas saat ada kontraksi.

3) Memberitahu ibu untuk menahan diri untuk meneran bila

pembukaan belum lengkap.


14

4) Membimbing ibu meneran secara efektif dan benar

mengikuti dorongan alamiah yang terjadi selama kontraksi.

5) Menanjurkan ibu beristirahat diantara kontraksi dan

menawarkan minum pada ibu.

6) Meminta ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran.

Kala II memanjang (prolonged expulsive phase)

Upaya mengedan ibu menambah risiko pada bayi karena

mengurangi jumlah oksigen ke plasenta. Dianjurkan secara

spontan, mengadan (menahan nafas terlalu lama tidak

dianjurkan). Jika malpresentasi dan tanda obstruksi bisa

disingkarkan, berikan oksitosin drip. Jika pemberian oksitosin

drip tidak ada dalam kemajuan dalam 1 jam, lahirkan dengan

bantuan vacuum atau forcep bila persyaratan dipenuhi.

Lahirkan dengan seksio sesarea bila persyaratan vacum dan

forcep tidak terpenuhi (Saifuddin, 2016). Efek pada ibu :

1) Sistem tekanan tertutup dan menyebabkan rongga dada,

aliran darah menurun, curah jantung menurun, tekanan darah

menurun, dan aliran darah ke plasenta menurun.

2) Tahanan pembuluh darah kapiler meningkat (kepala dan

wajah, lengan dan kaki) menyebabkan wajah memerah.

3) Kadar O2 ibu menurun dan kadar CO2 meningkat

sehingga ibu mengalami kehabisan nafas, tekanan darah


15

meningkat, pecahnya pembuluh-pembuluh kapiler di wajah,

leher dan mata ( petechial hemorrhages).

Efek pada bayi :

Kandungan O2 dalam darah arteri menurun dan aliran

darah ke jantung menurun, O2 yang tersedia untuk janin

menurun menyebabkan hipoksia janin (Cunningham, 2015).

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Lama Persalinan Kala II

a. Passage (jalan lahir)

Jalan lahir merupakan komponen yang sangat penting dalam

proses persalinan yang terdiri dari jalan lahir tulang dan jalan

lahir lunak. Proses persalinan merupakan proses mekanisme

yang melibatkan 3 faktor, yaitu jalan lahir, kekuatan yang

mendorong dan akhirnya janin yang di dorong dalam satu

mekanisme terpadu. Jalan lunak pada keadaan tertentu tidak akan

membahayakan janin dan sangat menentukan proses persalinan

(Manuaba, 2016).Berdasarkan pada ciri-ciri bentuk PAP (Yanti,

2014) ada 3 bentuk dasar panggul, yaitu :

1) Ginekoid : paling ideal,bulat 45%

2) Android : panggul pria,segitiga 15%

3) Anthropoid : agak lonjong seperti telur 35%


16

a) Ukuran panggul

Ukuran panggul penting diketahui terutama pada kehamilan

pertama, sehingga ramalan terhadap jalannya persalinan dapat

ditentukan (Manuaba, 2016). Ukuran-ukuran panggul (Sumarah,

2014) yaitu : (a) Ukuran-ukuran luar panggul

1) Distansia spinarum: jarak antara kedua spina iliaka anterior

superior (24-26 cm).

2) Distansia cristarum: jarak antara kedua crista iliaka sinistra

dekstra (28-30 cm).

3) Konjugata eksterna(distansia boudeloque): diameter antara

lumbal ke-5 dengan tepi atas symfisis pubis (18-20 cm).

4) Lingkar panggul: jarak antara tepi atas symfisis pubis ke

pertengahan antara trockhater dan spinailika anterior superior

kemudian ke lumbal ke-5 kembali ke sisi sebelahnya sampai

kembali ke tepi atas symfisis pubis (80-90 cm).

b) Ukuran-ukuran dalam panggul

1) PAP (Pintu Atas Panggul)

Adalah suatu bidang yang dibentuk oleh promontorium, line

inominata dan pinggir atas simfisis pubis.

a) Konjugata vera : dengan periksa dalam diperoleh konjugata

diagonalis yaitu jarak dari tepi bawah simfisis pubis ke

promontorium (12,5 cm) dikurangi 1,5-2 cm.


17

b) Konjugata transversa : jarak terlebar antara kedua linea

inominata (12-13 cm).

c) Konjugata oblique (miring) : jarak antara artikolasiosakro

iliaka dengan tuberkulum pubicum sisi yang bersebelah 12

cm.

d) Konjugata obstetrica : jarak bagian tengah simfisis ke

promontorium.

2) Ruang tengah panggul :

a) Bidang luas panggul : bidang yang mempunyai ukuran

paling besar, sehingga tidak menimbulkan masalah dalam

mekanisme turunnya kepala (12,75 cm), diameter

transversa 12,5 cm.

b) Bidang sempit panggul: bidang yang berukuran kecil,

terbentang dari tepi bawah simfisis, spina ischiadika kanan kiri

dan 1-2 cm dari ujung bawah sacrum. Diameter antero

posterior 11,5 cm, diameter transversa 10 cm.

3) PBP (Pintu Bawah Panggul)

a) Terbentuk dari dua segitiga dengan alas yang sama, yaitu

diameter tuber aischiadikum. Ujung segitiga

1) belakang pada ujung os sacrum, sedangkan ujung

segitiga depan arkus pubis.

2) Diameter antero-posterior : ukuran dari tepi bawah

simfisis ke ujung sacrum 11,5 cm.


18

3) Diameter transversa : jarak antara tuber ischiadikum

kanan dan kiri 10,5 cm.

4) Diameter sagitalis posterior : ukuran dari ujung sacrum

ke pertengahan ukuran transversa 7,5 cm.

5) Inklinatio pelvis (kemiringan panggul) adalah sudut

yang terbentuk antara bidang semu PAP (Pintu Atas

Panggul) dengan garis lurus tanah sebesar 55-600.

2) Jenis panggul

Pada panggul ukuran normal apapun jenis pokoknya,

kelahiran pervaginam janin dengan berat badan yang normal tidak

akan mengalami kesulitan dalam kelahiran. Karena pengaruh gizi,

lingkungan atau hal–hal lain, ukuran–ukuran panggul dapat

menjadi lebih kecil dari pada standart normal sehingga bisa terjadi

kesulitan dalam persalinan pervaginam. Panggul yang sempit

membuat kala II menjadi lama karena di perlukan waktu untuk

turunnya kepala dan untuk moulage. Terutama kelainan pada

panggul android dengan pintu atas panggul yang berbentuk

segitiga berhubungan dengan penyempitan di depan dengan

spina iskiadika menonjol kedalam dan dengan arkus pubis

menyempit. Salah satu jenis panggul ini menimbulkan distosia

yang sukar diatasi (Saifuddin, 2016).

Kesempitan panggul menurut (Wirakusumah, dkk, 2015)

dibagi menjadi :
19

a) Kesempitan pintu atas panggul (konjugata vera ≤ 10 cm/

diameter transversa < 12 cm).

b) Kesempitan bidang tengah panggul (jumlah diameter

transversa dan diameter sagitalis posterior 13,5 cm, diameter

antara spina < 9cm).

c) Kesempitan pintu bawah panggul (jarak antara os ischii ≤ 8

cm, arkus pubis dengan sendirinya akan meruncing).

d) Kombinasi kesempitan pintu atas panggul, bidang tengah

panggul, dan pintu bawah panggul.

3) CPD (Disproporsi sefalopelvik)

Artinya bahwa janin tidak dapat dilahirkan secara normal

pevaginam, CPD terjadi karena bayi terlalu besar atau pelvis kecil.

Pada proses persalinan menyebabkan partus macet (Saifuddin, 2016).

Cephalopelvic disproportion adalah adanya partus macet yang

disebabkan oleh ketidak sesuaian antara ukuran kepala janin dengan

panggul ibu sehingga persalinan pervaginam tidak bisa berlangsung.

Saat ini sudah jarang, sebagian besar disproporsi berasal dari

malposisi kepala janin dalam panggul atau gangguan kontraksi uterus

(Hidayat, 2015).

4) Kelainan jalan lahir lunak

Jalan lahir lunak dapat menghalangi lancarnya persalinan.

Tidak jarang distosia disebabkan adanya kelainan dari jaringan lunak

urogenital. Keadaan yang sering dijumpai adalah distosia yang


20

disebabkan oleh tumor ovarium yang mengisi jalan lahir (Mochtar,

2017).

5) Perut gantung

Perut gantung dijumpai pada multipara atau grandemultipara

karena melemahnya dinding perut. Uterus membengkok ke depan

sedemikian rupa, sehingga letak fundus uteri dapat lebih rendah dari

pada simfisis. Makin tua kehamilan, uterus makin bertambah ke

depan sehingga fundus uteri lebih rendah dari simfisis. Akibatnya

terjadi kesalahan letak janin, kepala janin tidak masuk ke ruang

panggul sehingga pada proses perssalinan pada kala I maupun kala II

akan terganggu (Saifuddin, 2016).

b. Passanger (janin)

1) Janin besar

Dikatakan bayi besar adalah bayi memiliki berat badan

melebihi 10 pound (4,536 gram) pada saat lahir, karena ukuran

yang besar sangat menyulitkan kelahiran. Implikasi makrosomia

bagi ibu melibatkan distensi uterus, yang menyebabkan

peregangan yang berlebihan pada serat-serat uterus,

menyebabkan disfungsional persalinan, kemungkinan rupture

uterus, dan peningkatan insiden perdarahan post partum.

Persalinan dapat menjadi lebih lama dan tindakan operasi pada

saat melahirkan menjadi lebih memungkinkan (Hamilton, 2015).


21

2) Berat Badan Janin

Berat badan janin dapat mempengaruhi proses persalinan kala

II. Berat neonatus pada umumnya < 4000 gram dan jarang mebihi

5000 gram. Kriteria janin cukup bulan yang lama

kandungannya 40 pekan mempunyai panjang 48-50 cm dan berat

badan 2750-3000 gram. Pada persalinan cukup bulan (aterm)

dengan lama kehamilan 37-42 memiliki berat anak > 2500 gram.

Bayi normal yaitu bayi yang mempunyai berat badan 2500-4000

gram, bayi berat lahir cukup dengan berat lahir > 2500 gram

(Saifuddin, 2016).

3) Kelainan letak, presentasi atau posisi

a) Presentasi dahi

Keadaan dimana kedudukan kepala berada di antara fleksi

maksimal dan defleksi maksimal, sehingga dahi merupakan

bagian terendah. Pada dasarnya merupakan kedudukan yang

bersifat sementara, dan sebagian besar akan berubah menjadi

presentasi muka atau presentasi belakang kepala. Pada

pemeriksaan dalam dapat diraba sutura frontalis, yang bila diikuti

pada ujung yang satu diraba ubun-ubun besar dan pada ujung

lain teraba pangkal hidung dan lingkaran orbita. Pada presentasi

dahi ini mulut dan dagu tidak dapat diraba. Pada proses

persalinan membutuhkan waktu lama dan hanya 15%

berlangsung spontan (Saifuddin, 2016).


22

b) Presentasi muka

Presentasi muka adalah keadaan di mana kepala dalam

kedudukan defleksi maksimal, sehingga oksiput tertekan pada

punggung dan muka merupakan bagian terendah menghadap ke

bawah, dikatakan presentasi muka sekunder bila baru terjadi pada

waktu persalinan. Pada pemeriksaan dalam bila muka sudah

masuk ke dalam rongga panggul, jari pemeriksa dapat meraba

dagu, mulut, hidung dan pinggir orbita. Presentasi ini dapat

ditemukan pada panggul sempit atau pada janin besar, multiparitas

dan perut gantung (Hidayat, 2015).

c) Posisi oksiput posterior peristens

Adalah keadaan dimana ubun-ubun kecil tidak berputar ke

depan, sehingga tetap di belakang. Penyebabnya ialah usaha

penyesuaian kepala terhadap bentuk dan ukuran panggul. Contohnya

otot-otot dasar panggul yang sudah lembek pada multipara

sehingga tidak ada paksaan pada belakang kepala janin untuk

memutar ke depan atau pada panggul android yang diameter

anteroposterior panggul lebih panjang dari diameter transversa atau

segmen depan menyempit seperti pada panggul android maka

ubun-ubun kecil akan mengalami kesulitan memutar ke depan

(Saifuddin, 2016).
23

c. Power

1) His (kontraksi uterus)

His adalah kontraksi uterus (uterine contraction) selama atau

pada saat persalinan. His yang sempurna mempunyai kekuatan

paling tinggi di fundus uteri pada kala II his menjadi lebih efektif,

terkoordinasi, simetris dengan fundal dominan, kuat dan lebih

lama 60-90 detik (Mochtar, 2017). Pada akhir kala I atau kala II,

jumlah kontraksi adalah 3-4 kali tiap 10 menit (2-3 menit sekali)

dengan intensitas 50-60 mmHg (Cunningham, 2015).

2) Senam Hamil

a) Pengertian Senam Hamil

Senam hamil adalah program kebugaran yang

diperuntukkan bagi ibu hamil dalam rangka mengencangkan

system tubuh dan menyiapkan otot-otot yang diperlukan

sebagai tambahan yang harus dialami selama kehamilan

meskipun aktivitas rutin tetap dilakukan misalnya tenis, renang,

golf, dan menyetir mobil yang tidak menimbulkan ketegangan

bisa terus dilakukan secara aman menurut (Fauziah & Sutejo,

2012).

Senam pada ibu hamil diperlukan untuk menguatkan dan

mengencangkan otot perut, tungkai serta dasar panggul yang

akan membantu proses persalinan, selain itu senam hamil

juga membantu ibu mendapatkan pola pernafasan yang baik,


24

serta tekhnik istirahat yang benar menurut (Purwaningsih &

Fatmawati, 2016).

1) Alasan Mengikuti Senam Hamil

Menurut (Maryunani, dan Sukaryati, 2016) senam

hamil sebaiknya dilakukan oleh ibu hamil dengan alasan antara

lain sebagai berikut :

a) Senam hamil merupakan salah satu cara untuk membuat

ibu hamil nyaman dan mudah dalam persalinan.

b) Senam hamil mengakibatkan peningkatan kadar norepinefrin

di dalam otak, sehingga meningkatkan daya kerja dan

mengurangi rasa tegang.

2) Tujuan Senam Hamil

Menurut (Fauziah & Sutejo, 2012) tujuan senam hamil adalah :

a) Mencapai persalinan yang fisiologi, alami, nyaman, dengan

ibu serta bayinya.

b) Mempersiapkan mental dan fisik ibu hamil.

c) Mencapai keadekuatan kontraksi otot-otot dasar panggul

dan saat mengejan.

d) Mencapai rileksasi optimal selama kehamilan sampai

persalinan baik fisik maupun psikologis.

Menurut (Maryunani dan Sukaryati, 2016) tujuan senam hamil

adalah :
25

a) Menyesuaikan tubuh agar lebih baik dalam menyangga beban

kehamilan.

b) Memperkuat otot untuk menopang tekanan tambahan

c) Membangun daya tubuh

d) Memperbaiki sirkulasi dan respirasi

e) Menyesuaikan dengan adanya pertambahan berat

badan dan perubahan keseimbangan

f) Meredakan ketegangan dan membantu relaks

g) Membentuk kebiasaan bernapas yang baik

h) Memperoleh kepercayaan dan sikap mental yang baik

3) Pedoman Keselamatan untuk Senam Hamil

Menurut (Maryunani dan Sukaryati, 2016) pedoman

yang harus di perhatikan dalam pelaksanaan senam hamil :

a) Boleh melanjutkan semua bentuk senam dalam kehamilan

yang sudah terbiasa di lakukan oleh seorang wanita.

b) Minum yang cukup sebelum, selama dan setelah

melakukan adalah sangat penting dimana wanita/ibu hamil

hendaknya mengkonsumsi satu sampai dua liter air dalam

sehari.

c) Senam aerobik pada bagian kaki terbatas 20-30 menit bagi

wanita/ibu yang merasa kurang fit dan 30-45 menit bagi

wanita/ ibu yang merasa lebih fit.


26

d) Hindari senam jika sudah terjadi pendarahan, ancaman

persalinan kurang bulan, serviks yang tidak kuat

(kompeten), pertumbuhan janin intrauterine lambat/

terhambat dan demam.

e) Senam ringan hingga sedang dan teratur (3 kali

seminggu), lebih di sukai kegiatan senam secara aktif

sesekali.

f) Hindari senam terlentang dengan kaki lurus, melompat

atau menyentak, pengangkatan kaki secara lurus dan sit-up

(duduk) penuh.

g) Jangan meregangkan otot hingga melampaui retensi

maksimum oleh karena efek hormonal dari kehamilan atas

relaksasi ligamen.

h) Warming-up (pemanasan) dan cooling down harus secara

berangsur-angsur, dimana sebelum memulai senam

hamil, lakukan dulu gerakan pemanasan sehingga

peredaran darah dalam tubuh akan meningkat dan oksigen

yang di angkut ke otot-otot dan jaringan tubuh bertambah

banyak. Dapat juga mengurangi kemungkinan terjadinya

kejang/luka karna telah di siapkan sebelumnya untuk

melakukan gerakan yang lebih aktif. Begitu juga setelah

senam, lakukan gerakan pendinginan.


27

i) Bangkit dari lantai hendaknya di lakukan secara perlahan

untuk menghindari hipotensi orthostatik.

4) Indikasi Senam Hamil

Ibu hamil yang sehat dengan usia kehamilan 4-6 bulan

menurut (Fauziah & Sutejo, 2012).

5) Kontraindikasi Senam Hamil

Menurut (Maryunani dan Sukaryati, 2016) ada kreteria ibu

hamil yang tidak di perkenankan untuk mengikuti senam hamil,

Ibu hamil tersebut adalah ibu hamil dengan preeklamsia, KPD,

(Ketuban Pecah Dini), perdarahan trimester II dan trimester III,

kemungkinan lahir prematur, incompten servik, diabetes,

anemia, thypoid, aritmia, riwayat perdarahan, penurunan atau

kenaikan berat badan berlebihan

6) Perlengkapan Alat dan Ruangan yang diperlukan

Menurut (Fauziah & Sutejo, 2012) perlengkapan alat dan

ruangan yang diperlukan adalah :

a) Kaset, tape recorder, matras beserta bantal-bantalnya,

kursi-kursi untuk latihan.

b) Persyaratan ruangan; setiap kelas 6-12 peserta dengan

umur kehamilan yang rata-rata sama, jauh dari

keramaian/tenang, cat ruangan cerah dilengkapi cermin

dan gambar-gambar yang berhubungan dengan kehamilan,

perkembangan janin, persalinan, menyusui, serta cukup


28

ventilasi , dilengkapi pilar setinggi pinggul yang kuat, serta

kamar mandi, jarak antara matras 0,5 m dengan ukuran 80 x

200 m.

7) Pelaksanaan Senam Hamil

Menurut (Fauziah & Sutejo, 2012) pelaksanaan senam hamil

yaitu:

a) Duduk bersila dengan kaki terlipat nyaman posisi ini

memungkinkan dinding perut menekan Rahim ke dalam

posisinya sehingga kedudukan janin tetap baik dan

nyaman selama hamil.

b) Membungkuk, berlutut posisi merangkak luruskan

punggung tanpa memindahkan siku dan lutut,

kencangkan otot-otot perut dan angkat punggung,

tahan posisi ini beberapa detik lalu kendurkan/lepaskan

kembali ke posisi semula, ulangi sampai 10x latihan,

usahakan agar bagian bawah punggung tidak terlalu

melengkung.

c) Latihan menyamankan punggung dengan cara duduk

bersandar dengan punggung disangga beberapa bantal,

luruskan kaki dan Tarik ujung kaki bergantian sehingga

tulang panggul bergerak ulangi 10x latihan.

d) Mengencangkan otot-otot panggul untuk melatih tulang

panggul dengan cara duduk bersandarkan beberapa


29

bantal, lutut ditekuk, tapak kaki rata dengan lantai,

jatuhkan kedua kaki kesamping membuka lalu

dirapatkan kembali ulangi hingga 10 kali.

e) Untuk menguatkan otot-otot panggul dan dasar panggul,

berdiri dengan meregangkan kaki dan tangan

berpegangan pada sandaran kursi, punggung tegak

lurus, perlahan-lahan turunkan pinggul dan kedua lutut

ditekuk lalu berdiri lagi, hal ini diulang 10x.

f) Melatih tulang belakang, dengan berdiri tegak dengan

kaki regang sambil berpegangan pada sandaran kursi,

kemudian tegapkan dan kendurkan tubuh dengan

mengaktifkan dasar panggul selama latihan, kaki

menapak pada lantai lakukan 10 kali.

g) Menggoyang dan memutar panggul; duduk dikursi

menghadap sandarannya, dengan posisi kaki terbuka,

tangan dipunggung kursi dilapisi bantal sofa sikap ini

mengangkat otot-otot bahu dan membantu mengurangi

tekanan di tulang rusuk. Gerakkan tulang punggung maju

mundur ulangi 10 kali.

h) Berlutut di lantai, tangan diletakkan pada dudukan kursi,

putar pinggul dari kiri ke kanan dan sebaliknya ulangi 10

kali ke dua arah.


30

i) Gerakan maju mundur dan memutar membantu

mengurangi tekanan rongga perut dan meredakan nyeri

punggung.

j) Memperkuat otot-otot perut; sikap merangkak, posisi

punggung lurus tanpa digerakkan dan tahan otot-otot

perut hilang sampai 5 hitungan, perlahan lepaskan lagi,

ulangi sampai 10 kali.

k) Menguatkan otot-otot kaki; berdiri dengan pegangan

yang kukuh setinggi panggul dan jaga keseimbangan

tubuh dengan tetap berpegangan, dan perlahan angkat

tumit hingga posisi berjingkat lalu turunkan, ulangi latihan

ini 10 kali.

9) Tanda dan Gejala Senam Hamil harus dihentikan

Menurut (Maryunani dan Sukaryati, 2016) tanda dan

gejala senam hamil harus dihentikan, antara lain perdarahan

pervaginam, sakit perut/dada, bengkak mendadak pada tangan,

muka dan kaki, sakit kepala berat dan menetap, pusing-pusing,

sakit kepala ringan, aktivitas janin menurun, merah pada kaki,

terasa sakit, rasa linu pada daerah pangkal paha dan pinggang,

rasa perih dan panas saat BAK, iritasi pada liang vagina, suhu

mulut melebihi 38 C, mual-muntah atau muntah, kontraksi otot

rahim, jantung berdebar, sesak napas.


31

10. Metode Senam Hamil

Berikut ini adalah tahapan–tahapan Latihan Senam Hamil yakni:

a) Latihan I

1) Duduk rileks dan badan ditopang tangan dibelakang.

2) Kaki diluruskan dengan sedikit terbuka.

3) Gerakan latihan:

a. Gerakan kaki kanan dan kaki kiri kedepan dan

kebelakang.

b. Putar persendian kaki melingkar kedalam dan keluar.

c. Bila mungkin angkat bokong dengan bantuan kedua

tangan dan ujung kedua telapak kaki.

d. Kembangkan dan kempiskan otot dinding perut.

e. Kerutkan dan kendorkan otot dubur.

f. Lakukan gerakan ini sedikitnya 8–10 kali setiap gerakan.

Gambar 1. Gerakan latihan 1 (Maryunani dan Sukaryati, 2016)

2) Latihan II

a) Sikap duduk tegak dengan badan disangga oleh tangan dibelakang

badan.

b) Kedua tungkai bawah lurus dalam posisi rapat.

c) Tujuan latihan:
32

(1) Melatih otot dasar panggul agar dapat berfungsi optimal saat

persalinan.

(2) Meningkatkan peredaran darah alat kelamin bagian dalam

sehingga sirkulasi menuju plasenta makin sempurna.

d) Bentuk latihan:

(1) Tempatkan tungkai kanan di atas tungkai bawah kiri, silih

bergantian.

(2) Kembangkan dan kempeskan otot dinding perut bagian bawah.

(3) Kerutkan dan kendorkan otot liang dubur.

(4) Lakukan gerakan ini sedikitnya 8–10 kali.

Gambar 2. Gerakan Latihan 2 Untuk Otot Dasar Panggul


(Maryunani dan Sukaryati, 2016)

3) Latihan III

a) Sikap duduk bersila dengan tegak.

b) Tangan di atas bahu sedangkan siku disamping badan.

c) Tujuan latihan:

(1) Melatih otot perut bagian atas.

(2) Meningkatkan kemampuan sekat rongga badan untuk

membantu persalinan.
33

d) Bentuk latihan:

(1) Lengan diletakkan didepan (dada).

(2) Putar keatas dan kesamping, kebelakang dan selanjutnya

kembali kedepan badan (dada).

(3) Lakukan latihan ini sedikitnya 8–10 kali.

Gambar 3. Latihan 3 untuk melatih otot perut


(Maryunani dan Sukaryati, 2016)

4) Latihan IV

a) Sikap duduk bersila dengan tumit bersekatan satu sama lain.

b) Badan tegak rileks dan paha lemas.

c) Kedua tangan di persendian lutut.

d) Tujuan latihan:

(1) Melatih otot punggung agar berfungsi dengan baik.

(2) Meningkatkan peredaran darah kealat kelamin bagian dalam.

(3) Melatih agar persendian tulang punggung jangan kaku.

e) Bentuk latihan:

(1) Tekanlah persendian lutut dengan berat badan sekitar 20 kali.

(2) Badan diturunkan kedepan semaksimal mungkin.

5) Latihan V

a) Sikap latihan tidur di atas tempat tidur datar.


34

b) Tangan di samping badan.

c) Tungkai bawah di tekuk pada persendian lutut dengan sudut

tungkai bawah bagian bawah sekitar 80–90 derajat.

d) Tujuan latihan:

(1) Melatih persendian tulang punggung bagian atas.

(2) Melatih otot perut dan otot tulang belakang.

e) Bentuk latihan:

(1) Angkat badan dengan topangan pada ujung telapak kedua

kaki dan bahu.

(2) Pertahankan selama mungkin di atas dan selanjutnya

turunkan perlahan–lahan.

Gambar 4 Latihan 4 untuk melatih otot tulang


belakang (Maryunani dan Sukaryati,
2016)
6) Latihan VI

a) Sikap tidur terlentang di tempat tidur mendatar.

b) Badan seluruhnya rileks.

c) Tangan dan tungkai bawah lurus dengan rileks.

d) Tujuan latihan:

(1) Melatih persendian tulang punggung dan pinggul.


35

(2) Meningkatkan peredaran darah menuju alat kelamin bagian

dalam.

(3) Meningkatkan peredaran darah menuju janin melalui plasenta.

e) Bentuk latihan:

(1) Badan dilemaskan pada tempat tidur.

(2) Tangan dan tungkai bawah membujur lurus.

(3) Pinggul di angkat kekanan dan kekiri sambil melatih otot liang

dubur.

(4) Kembang dan kempeskan otot bagian bawah.

(5) Lakukan latihan ini sedikitnya 10–15 kali.

Gambar 5. Latihan 5 untuk melatih


persendian panggul
(Maryunani dan Sukaryati,
2016)

k. Latihan Pernapasan

1) Sikap tubuh tidur terlentang di tempat tidur yang datar.

2) Kedua tangan di samping badan dan tungkai bawah ditekuk pada

lutut dan santai.

3) Satu tangan di letakkan di atas perut.

4) Tujuan latihan pernapasan

a) Meningkatkan penerimaan konsumsi oksigen ibu dan janin.


36

b) Menghilangkan rasa takut dan tertekan.

c) Mengurangi nyeri saat kontraksi.

5) Bentuk latihan:

a) Tarik nafas perlahan dari hidung serta pertahankan dalam

paru beberapa saat.

b) Bersamaan dengan tarikan nafas tersebut, tangan yang

berada di atas perut ikut serta di angkat mencapai kepala.

c) Keluarkan napas melalui mulut perlahan.

d) Tangan yang diangkat ikut serta diturunkan.

e) Lakukan gerakan latihan ini sekitar 8–10 kali dengan tangan

silih berganti.

6) Bentuk gerakan lain:

a) Tangan yang berada di atas perut di biarkan mengikuti gerak saat

di lakukan tarikan dan saat mengeluarkannya.

b) Tangan tersebut seolah–olah memberikan pemberat pada perut

untuk memperkuat diafragma (sekat rongga badan ).

Gambar 6. Latihan pernapasan (Maryunani dan


Sukaryati, 2016)

l. Latihan relaksasi
37

Latihan relaksasi dapat dilakukan bersamaan dengan latihan otot

tulang belakang, otot dinding perut dan otot liang dubur atau sama

sekali relaksasi total.

Gambar 7. Latihan relaksasi (Maryunani dan Sukaryati, 2016)

1) Latihan Relaksasi Kombinasi

a) Sikap tubuh seperti merangkak.

b) Bersikap tenang dan rileks.

c) Badan disangga pada persendian bahu dan tulang belakang.

d) Tujuan latihan kombinasi:

(1) Melatih melemaskan persendian pinggul dan persendian

tulang paha.

(2) Melatih otot tulang belakang, otot dinding perut, dan otot

liang dubur.

e) Bentuk latihan:

(1) Badan disangga persendian bahu dan tulang paha.

(2) Lengkukan dan kendorkan tulang belakang.

(3) Kembangkan dan kempiskan otot dinding perut.

(4) Kerutkan dan kendorkan otot liang dubur.

(5) Lakukan latihan ini 8–10 kali.

f) Bentuk latihan yang lain:


38

(1) Tidur miring dengan kaki membujur.

(2) Telentang dengan disangga bantal pada bagian bawah

lutut.

(3) Tidur terlentang dengan kaki ditekuk.

(4) Tidur miring dengan kaki ditekuk.

Gambar 8 Latihan relaksasi kombinasi (Maryunani dan


Sukaryati, 2016)

2) Latihan Relaksasi dengan Posisi Duduk Telungkup

a) Sikap tubuh duduk menghadap sandaran kursi.

b) Kedua tangan disandaran kursi.

c) Kepala diletakkan di atas tangan.

d) Tujuan relaksasi:

(1) Meningkatkan ketenangan.

(2) Mengurangi pengaruh yang berasal dari luar.

(3) Mengendalikan dan mengurangi rasa nyeri.

(4) Latihan ini dapat dilakukan pada kala pertama (masa

pembukaan pada proses persalinan) sehingga mengurangi

nyeri.

e) Bentuk latihan:

(1) Tarik napas dalam dan perlahan.


39

(2) Dilakukan pada kala pertama.

Gambar 9. Latihan Relaksasi dengan Posisi Duduk


Telungkup (Maryunani dan Sukaryati,
2016)

3) Latihan Menurunkan dan Memasukkan Kepala Janin ke Pintu Atas

Panggul.

Untuk mengusahakan agar kepala janin masuk pintu atas

panggul dapat dilakukan latihan sebagai berikut:

a) Sikap badan berdiri tegak dan jongkok.

b) Berdiri dengan berpegangan pada sandaran tempat tidur atau

kursi dan jongkok.

c) Tujuan latihan:

1) Dengan jongkok selama beberapa waku diharapkan tulang

panggul melengkung, sehingga rahim tertekan.

2) Sekat rongga badan menekan rahim sehingga kepala janin

dapat masuk pintu atas panggul.

d) Bentuk latihan:

(1) Lakukan berdiri dan jongkok, tahan beberapa saat sehingga

tekanan pada rahim mencapai maksimal untuk memasukkan

kepala janin ke pintu atas panggul.


40

Gambar 10. Latihan memasukkan kepala janin ke pintu


atas panggul (Maryunani dan Sukaryati,
2016)

e) Bentuk latihan lain:

1) Membersihkan lantai dengan tangan sambil bergerak

sehingga tekanan sekat rongga badan dan tulang belakang

menyebabkan masukknya kepala janin kedalam pintu atas

panggul.

4) Latihan Koordinasi Persalinan

Urutan latihan adalah:

a) Sikap badan dengan dagu diletakkan kearah dada sampai

menyentuhnya.

b) Tulang punggung di lengkungkan. c) Pinggul ditarik keatas.

c) Paha ditarik kearah badan dengan jalan menarik persendian lutut

dengan tangan mencapai siku.

d) Badan melengkung demikian rupa sehingga terjadi hasil akhir

kekuatan his untuk mengejan.

Gambar 11. Latihan koordinasi persalinan


(Maryunani dan Sukaryati,
2016)
41

5) Latihan Anti Sungsang

a) Tujuan: Agar letak bayi normal, yaitu letak bayi dengan kepala di

bawah dan kaki di atas.

b) Posisi: ibu hamil merangkak

c) Kegiatan:

(1) Kepala diletakkan di antara kedua telapak tangan melihat ke

samping.

(2) Siku diturunkan dibawah dan bergeser sejauh mungkin

kesamping sehingga dada menyentuh kasur selama setengah

menit.

d) Anjuran: buatlah 6 kali gerak dalam satu kali latihan dalam sehari.

Gambar 12. Latihan anti sungsang (Maryunani dan


Sukaryati, 2016)
42

B. Landasan Teori

Persalinan merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi (janin

dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan

melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa

bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 2016). Komplikasi pada ibu yang

banyak terjadi adalah komplikasi persalinan, seperti partus lama. Salah

satu penyebab partus lama adalah terjadinya pemanjangan kala II

persalinan.

Kala II persalinan adalah fase dalam persalinan yang dimulai

ketika dilatasi serviks lengkap dan berakhir dengan pelahiran janin.Durasi

rata-rata sekitar 50 menit untuk nulipara dan sekitar 20 menit untuk

multipara. Lamanya proses persalinan dapat dipengaruhi oleh tiga

hal yaitu tenaga, jalan lahir dan janin. Sampai saat ini yang dapat

dikendalikan adalah masalah tenaga atau power, yaitu ditingkatkan

dengan senam hamil (Cunningham, 2015).

Senam atau latihan selama kehamilan memberikan efek positif

terhadap pembukaan serviks dan aktivitas uterus yang terkoordinasi

saat persalinan, juga ditemukan secara bermakna onset persalinan yang

lebih awal dan lama persalinan yang lebih singkat dibandingkan dengan

yang tidak melanjutkan senam hamil. Senam hamil dapat membantu

persalinan sehingga ibu dapat melahirkan tanpa kesulitan, serta menjaga

ibu dan bayi sehat setelah melahirkan (Ida, 2012).


43

Senam hamil adalah program kebugaran yang diperuntukkan

bagi ibu hamil sehingga memiliki prinsip-prinsip gerakan khusus yang

disesuaikan dengan kondisi ibu hamil. Latihan senam hamil dirancang

khusus untuk menyehatkan dan membugarkan ibu hamil, mengurangi

keluhan yang timbul selama kehamilan serta mempersiapkan fisik dan

psikis ibu dalam menghadapi persalinan. Senam hamil biasanya

dimulai saat kehamilan memasuki trimester ketiga, yaitu sekitar usia 28-

30 minggu kehamilan (Ida, 2012).


44

E. Kerangka Teori

Jenis Panggul
Passage (jalan
lahir) Ukuran Panggul

Janin Besar
Lama
Passanger
Berat Badan Bayi Persalinan
(janin)
Kala II
Kelainan Letak

His
Power
(kekuatan) Senam Hamil

Gambar 1. Kerangka teori dimodifikasi dari Manuaba (2016); Cunningham (2015); Ida
(2012)
45

C. Kerangka Konsep

Senam hamil Lama Persalinan


Kala II

Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan :

Variabel bebas : Senam hamil

Variabel terikat : Lama Persalinan Kala II

D. Hipotesis Penelitian

Ada hubungan senam hamil dengan lama persalinan kala II di

Wilayah Kerja Puskesmas Andowia Konawe Utara tahun 2019.

Вам также может понравиться