Вы находитесь на странице: 1из 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)

TERAPI BERMAIN PADA ANAK

Oleh :

SYNTHIA ISNIN

Dosen Pembimbing :

Ns. MARIZA ELVIRA, M. Kep

AKADEMI KEPERAWATAN NABILA

PADANG PANJANG

2018
SATUAN ACARA PENYULAHAN
(SAP)

Mata kuliah : Komunitas


Pokok Bahasan : Terapi Bermain Pada Anak
Sasaran : Anak Tn. A
Tempat : di rumh Tn. A
Hari/Tanggal : Selasa, 09 Mei 2017
Waktu : 1 X 25 Menit

A. Latar Belakang
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan
anak secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit,
aktivitas bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan
kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami
berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut,
cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari
hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang
ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak
akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan
melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada
permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan
permainan. Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat
melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal,
mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap
stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan
anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga
terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).
Puzzle game merupakan permainan yang tidak hanya berfungsi sebagai
hiburan, tetapi juga dapat melatih kemampuan otak. Berdasarkan penelitian
seorang ahli saraf bernamaIan Robertson, puzzel dapat meningkatkan
kemampuan mental. Selain itu, permainan ini juga dapat mencegah penyakit
Alzheimer dan hilang ingatan (Baras, 2010)
Bermain ini menggunakan objek yang dapat melatih kemampuan
keterampilan anak yang diharapkan mampu untuk berkreatif dan terampil
dalam sebagai hal. Sifat permainan ini adalah sifat aktif dimana anak selalu
ingin mencoba kemampuan dalam keterampilan tertentu seperti bermain
dalam puzzel gambar, disni anak selalu dipacu untuk selalu terampil dalam
meletakkan gambar yang telah di bongkar.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Anak diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya,
mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain dan
beradaptasi efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti permainan selama 25 menit anak akan mampu:
a. Memahami pengertian terapi bermain puzzel
b. Memahami tujuan terapi bermain puzzel
c. Memahami fungsi terapi bermain puzzel
d. Memahami cara bermain puzzel
C. Manfaat
1. Bagi Anak
Untuk proses tumbuh kembang anak dan untuk menghindari stress pada
anak
2. Bagi Mahasiswa
Sebagai bahan masukan dan tambahan ilmu bagi mahasiswa tentang
Terapi Bermain
D. Metode
1. Diskusi
2. Bermain
E. Media
1. Puzzle
F. Setting Tempat

Keterangan :

: Penyaji : Audiens

: Dosen
Pembimbing

G. Uraian Tugas/ Struktur


1. Dosen Pembimbing : Ns. Febria Syafyusari, M.Kep
2. Penyaji : Nella Gustin Reviana
a. Persiapan alat/tempat acara
b. Membuka acara
c. Memimpin jalannya kegiatan
d. Kontrak waktu
e. Memberi materi sesuai waktu yang ditentukan
f. Mempertahankan kehadiran peserta
g. Memotivasi peserta untuk aktif
h. Membuat suasasna yang nyaman
i. Menjawab pertanyaan yang diberikan audiens
j. Memberikan reinforcemen poditif pada keluarga yang bertanya
k. Menyimpulkan hasil penyuluhan bersama-sama

H. Proses Pelaksanaan
No Waktu Kegiatan Mahasiswa Kegitan Audiens

1 5 menit Pembukaan
1. Penyaji
-menyampaikan salam 1. Menjawab salam
pembukaan
-memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
dan pembimbing
-membuat kontrak 3. Menyepakati kontrak
waktu, dan bahasa yang
digunakan
-menjelaskan tujuan 4. Mendengarkan
kegiatan
2 20 menit Pelaksanaan
1. Mengkaji pengetahuan 1. Menyampaikan
anak tentang pengertian pendapat
puzzel
2. Memberikan 2. Mendengarkan
reinforcement positif
3. Menjelaskan tentang
3. Mendengarkan
pengertian puzzel
4. Mengkaji pengetahuan 4. Menyampaikan
anak tentang tujuan pendapat
puzzel
5. Memberikan 5. Mendengarkan
reinforcement positif
6. Menjelaskan tentang 6. Mendengarkan
tujuan puzzel
7. Mengkaji pengetahuan 7. Menyampaikan
fungsi permainan puzzel pendapat
8. Memberikan
8. mendengarkan
reinforcement positif
9. Mendengarkan
9. Menjelaskan tentang
fungsi permainan puzzel
10. Menyampaikan
10. Mengkaji pengetahuan
pendapat
tentang cara bermain
puzzel
11. Mendengarkan
11. Memberikan
reinforcement positif
12. Mendengarkan
12. Menjelaskan tentang cara
permainan puzzel

3 5 menit Penutup
1. Mengevaluasi kembali 1. Menjelaskan kembali
tantang pengertian materi yang telah
puzzel, tujuan, fungsi, dijelaskan.
cara bermain puzzel
2. Memberikan waktu klien 2. Mengajukan pertanyaan
dan keluarga untuk
bertanya jawab.
3. Bersama klien dan 3. Bersama-sama
keluarga menyimpulkan menyimpulkan hasil
hasil penyuluhan. penyuluhan
4. Menutup penyuluhan dan 4. Menjawab salam
memberi salam penutup.

I. Kriteria Hasil
1. Evaluasi standar
a. Audiens menghadiri penyuluhan
b. Audiens mengikuti dari awal sampai akhir penyuluhan
c. Tersedianya alat dan media untuk melakukan penyuluhan
d. Setting tempat sesuai dengan perencanaan
e. Audiens memberikan respon terhadap pelaksanaan
2. Evaluasi proses
a. Audiens berpartisipasi selama kegiatan penyuluhan
b. Audiens meninggalkan tempat penyuluhan
c. Pelaksanaan sesuai dengan rencana
d. Audiens perasaan setelah penyuluhan
3. Evaluasi hasil
a. Audiens yang mengikuti penyuluhan dapat menyebutkan pengertian
dari Puzzel
b. Audiens dapat menyebutkan tujuan dari puzzel
c. Audiens dapat menyebutkan 3 dari 6 fungsi dari puzzel
d. Audiens dapat menyebutkan 4 dari 6 cara permainan puzzel

J. REFERENSI
Soetjiningsih. (2015). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Supartini, Yupi. (2010). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
http://belajarbarengrizalyuk.blogspot.com/2013/10/terapi-bermain-
mewarnai.html
http://belajarbarengrizalyuk.blogspot.com/2013/10/terapi-bermain-
mewarnai.html

K. PENUTUP
Demikianlah proposal penyuluhan ini saya buat, atas perhatian saya
ucapakan terimakasih
Padang Panjang, 09 Mei 2017

CI Akademik Mahasiswa

(Ns.Febria syafyusari, M.Kep) ( Nhella Gustin


Reviana)
Materi Penyuluhan

Terapi Bermain

A. Pengertian Bermain Puzzel


Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau
mempraktikkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran,
menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berpilaku dewasa.
(aziz alimul, 2009)
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa
mempergunakan alat
yang menghasilkan atau memberikan informasi, memberi kesenangan
maupun mengembangkan imajinasi anak (Anggani Sudono, 2000).
Menurut Patmonodewo (Misbach, Muzamil, 2010) kata puzzle berasal
dari bahasa Inggris yang berarti teka-teki atau bongkar pasang, media puzzle
merupakan media sederhana yang dimainkan dengan bongkar pasang.
Berdasarkan pengertian tentang media puzzle, maka dapat disimpulkan
bahwa media puzzle merupakan alat permainan edukatif yang dapat
merangsang kemampuan matematika anak, yang dimainkan dengan cara
membongkar pasang kepingan puzzle berdasarkan pasangannya.
B. Tujuan Bermain Puzzel
Tujuan brmain pada anak yaitu memberikan kesenangan maupun
mengembangkan imajinsi anak. Sebagai suatu aktifitas yang memberikan
stimulus dalam kemampuan keterampilan, kognitif, dan afektif sehingga anak
akan selau mengenal dunia, maupun mengembangkan kematangan fisik,
emosional, dan mental sehingga akan membuat anak tumbuh menjadi anak
yang kreatif, cerdas dan penuh inovatif.
C. Fungsi Bermain Puzzel
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-
motorik, perkembangan intelektual, perkembangan social, perkembangan
kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain
sebagai terapi.
1. Perkembangan Sensoris – Motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik
merupakan komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif
sangat penting untuk perkembangan fungsi otot. Misalnya, alat permainan
yang digunakan untuk bayi yang mengembangkan kemampuan sensoris-
motorik dan alat permainan untuk anak usia toddler dan prasekolah yang
banyak membantu perkembangan aktivitas motorik baik kasar maupun
halus.
2. Perkembangan Intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi
terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama
mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada
saat bermain pula anak akan melatih diri untuk memecahkan masalah.
Pada saat anak bermain mobil-mobilan, kemudian bannya terlepas dan
anak dapat memperbaikinya maka ia telah belajar memecahkan
masalahnya melalui eksplorasi alat mainannya dan untuk mencapai
kemampuan ini, anak menggunakan daya pikir dan imajinasinya
semaksimal mungkin. Semakin sering anak melakukan eksplorasi seperti
ini akan semakin terlatih kemampuan intelektualnya.
3. Perkembangan Social
Perkembangan social ditandai dengan kemampuan berinteraksi
dengan lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar
memberi dan menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak
untuk mengembangkan hubungan social dan belajar memecahkan masalah
dari hubungan tersebut. Pada saat melakukan aktivitas bermain, anak
belajar berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan bicara, dan
belajar tentang nilai social yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi
terutama pada anak usia sekolah dan remaja. Meskipun demikian, anak
usia toddler dan prasekolah adalah tahapan awal bagi anak untuk
meluaskan aktivitas sosialnya dilingkungan keluarga.
4. Perkembangan Kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan
mewujudkannya kedalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang
dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan mencoba
untuk merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan membongkar dan
memasang satu alat permainan akan merangsang kreativitasnya untuk
semakin berkembang.
5. Perkembangan Kesadaran Diri
Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam
mengatur mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal
kemampuannya dan membandingkannya dengan orang lain dan menguji
kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru dan mengetahui
dampak tingkah lakunya terhadap orang lain. Misalnya, jika anak
mengambil mainan temannya sehingga temannya menangis, anak akan
belajar mengembangkan diri bahwa perilakunya menyakiti teman. Dalam
hal ini penting peran orang tua untuk menanamkan nilai moral dan etika,
terutama dalam kaitannya dengan kemampuan untuk memahami dampak
positif dan negatif dari perilakunya terhadap orang lain.
6. Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama
dari orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan
mendapatkan kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga
dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan
aturan-aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya. Melalui kegiatan
bermain anak juga akan belajar nilai moral dan etika, belajar membedakan
mana yang benar dan mana yang salah, serta belajar bertanggung-jawab
atas segala tindakan yang telah dilakukannya. Misalnya, merebut mainan
teman merupakan perbuatan yang tidak baik dan membereskan alat
permainan sesudah bermain adalah membelajarkan anak untuk
bertanggung-jawab terhadap tindakan serta barang yang dimilikinya.
Sesuai dengan kemampuan kognitifnya, bagi anak usia toddler dan
prasekolah, permainan adalah media yang efektif untuk mengembangkan
nilai moral dibandingkan dengan memberikan nasihat. Oleh karena itu,
penting peran orang tua untuk mengawasi anak saat anak melakukan
aktivitas bermain dan mengajarkan nilai moral, seperti baik/buruk atau
benar/salah.

D. Cara Bermain Puzzel


1. Sediakan kertas puzzel bergambar
2. Bongkar kertas puzzel tersebut
3. Pasang kembali kertas puzzel sesuai pasangannya masing
4. Dianjurkan lebih baik pada bagian ujung kertas terlebih dahulu
5. Setelah itu bagian samping dengan sesuai pasangannya
6. Kerjakan sampai selesai sesuai dengan gambar seperti semula sebelm
kertas puzzel di bongkar
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M (1999), Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC

Brunner & Suddarth, Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : EGC

Sudjaswandi, W, 2002, Penatalaksanaan Hipertensi dan Pengobatan


Tradisional, Jakarta : EGC

Вам также может понравиться