Вы находитесь на странице: 1из 21

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Pengetahuan

2.1.1 Pengertian

Menurut beberapa pengertian pengetahuan adalah hasil dari “ tahu “ dan ini

terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui

mata dan telinga (Notoatmodjo, 1997).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang. Dari pengetahuan yang dimiliki seseorang akan

terbentuk perubahan tingkah laku yang diharapkan.

Pengetahuan adalah sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang

untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya, baik yang diperoleh dari

pengalaman langsung maupun pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2000)

Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab

pertanyaan (Notoatmodjo, 2002).

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain:

1. Umur

Umur menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2001) adalah usia

individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin

cukup usia, tingkat kematangan dan kemampuan seseorang akan lebih matang

dalam berfikir dan bekerja.


Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa akan lebih

dipercaya dari orang yang belum tumbuh kedewasaannya. Usia dapat mempengaruhi

seseorang hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya.

Sedangkan menurut Latipun (2001) usia dapat mempengaruhi seseorang, semakin

cukup usia seseorang semakin tinggi tingkat pengetahuan atau kematangan

seseorang dalam berfikir dan menerima informasi.

2. Jenis kelamin

Jenis kelamin berkaitan dengan prilaku model bahwa individu melakukan

model sesuai dengan jenis kelaminnya.

3. Pendidikan

Menurut Sarwono (1992) yang dikutip Nursalam (2001) pendidikan berarti

bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju

kearah cita-cita tertentu.

Jadi semakin tinggi pendidikan seseorang semakin tinggi pula pengetahuan

yang didapat yang akhirnya akan mempengaruhi pola pikir dan daya nalar

seseorang. Pendidikan itu menuntut manusia untuk berbuat dan mengisi

kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang

menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Makin tinggi

tingkat pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga makin

banyak pula pengetahuan yang dimiliki.

Pendidikan menurut Notoatmodjo (1997) adalah sesuatu proses belajar yang

berarti dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau

perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu,

kelompok dan masyarakat. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk

prilaku akan pola hidup, terutama dalam memotivasi sikap berperan dalam
pembangunan kesehatan (Latipun 2001)

4. Pekerjaan

Menurut Dep Kes RI (1990) dikatakan selain faktor pendidikan, penghasilan

norma- norma yang dimiliki, nilai-nilai yang ada, kebiasaan serta sosial budaya yang

berlaku yang mempengaruhi perilaku seseorang dibidang kesehatan juga karena

faktor pekerjaan. Menurut Thomas (1996) yang dikutip oleh Nursalam (2001).

Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan untuk menunjang kehidupannya

dan kehidupan keluargannya. Bekerja umumnya menyita waktu sehingga dapat

mempengaruhi hal-hal lain termasuk juga didalam mengetahui sesuatu diluar

pekerjaannya.

5. Media massa

Perkembangan IPTEK membuat dunia terasa semakin kecil. Media elektronik

seperti radio, televisi dan media cetak seperti koran, majalah semuanya dapat

membuat dunia semakin kecil. Kita dapat mengetahui hal-hal yang terjadi diseluruh

belahan dunia, sehingga wawasan kita menjadi semakin luas sehingga dapat

disimpulkan bahwa media dapat mempengaruhi hidup seseorang (Surya, 2002).

6. Intelegensi

Pada prinsipnya intelegensi mempengaruhi kemampuan diri dalam

pengambilan keputusan. Individu yang berintelegensi tinggi akan banyak

berpartisipasi (Latipun, 2001).

7. Sosial ekonomi

Status sosial ekonomi berpengaruh terhadap tingkah lakunya. Individu yang

berstatus sosial ekonomi baik dimungkinkan lebih memiliki sifat positif memandang

diri dan masa depannya dibanding mereka yang berasal dari keluarga yang berstatus

sosial ekonomi rendah (Latipun, 2001). Sosial budaya termasuk di dalamnya

pandangan keagamaan, kelompok dapat mempengaruhi proses pengetahuan

khususnya dalam penerapan nilai sosial keagamaan untuk memperkuat separuh


egonya (Latipun, 2001)

8. Pengalaman

Pengalaman juga merupakan sumber pengetahuan atau suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan memecahkan

permasalahan yang dihadapi masa lalu.

9. Penyuluhan

Meningkatkan pengetahuan masyarakat juga dapat melalui metode

penyuluhan. Dengan pengetahuan bertambah seseorang akan mengubah

perilakunya.

2.1.3 Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2002), cara memperoleh pengetahuan yaitu dengan cara

tradisional (non alamiah) dan cara modern (cara ilmiah):

1. Cara tradisional (non alamiah)

1) Cara coba salah (trial and error)

Metode ini telah digunakan orang dalam waktu cukup lama untuk

menyelesaikan dan memecahkan berbagai masalah. Metode ini telah banyak

jasanya, terutama dalam meletakkan dasar-dasar menemukan teori-teori dalam

berbagai cabang ilmu pengetahuan.

2) Cara kekuasaan (otoritas)

Metode ini berpendapat bahwa pemegang otoritas seperti pemimpin

pemerintah, tokoh agama, maupun ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya

mempunyai mekanisme yang sama didalam penemuan pengetahuan sehingga

orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai

otoritas tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya, baik

berdasarkan fakta empiris atau penalaran sendiri.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi


Pengalaman merupakan sumber pengetahuan dan merupakan suatu cara

memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadipun

dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan.

4) Melalui jalan pikiran

Metode memperoleh pengetahuan dengan menggunakan penalaran baik

induksi maupun deduksi yang merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak

langsung melalui pernyataan-pernyataan kemudian dicari hubungannya sehingga

dapat dibuat suatu kesimpulan. Proses pembuatan kesimpulan melalui pernyataan

khusus ke umum dinamakan induksi, sedangkan pembuatan kesimpulan dari

pernyataan ke khusus disebut deduksi.

2. Cara modern

Merupakan metode memperoleh pengetahuan secara sistematis, logis dan

ilmiah yang biasa disebut “metode penelitian ilmiah” atau lebih populer disebut

“metode penelitian”.

2.1.4 Cara Mengukur Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

Kedalam pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan

tingkat-tingkat tersebut di atas ( Notoatmodjo, 1997).

Sedangkan kualitas pengetahuan pada masing-masing tingkat pengetahuan

dapat dilakukan dengan skoring, dimana dikatakan baik jika skor 76-100%, cukup baik

jika 56-75%, kurang baik jika 40-55%, dan tidak baik jika < 40% (Arikunto, 1998).

2.2 Konsep Dasar Sikap

2.2.1 Pengertian

Menurut beberapa definisi : Sikap adalah merupakan reaksi atau respon


seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo,

1997).

Dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional

terhadap stimulasi sosial. Sikap itu merupakan atau kesediaan untuk bertindak dan

bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu (Notoatmodjo, 1997).

Sikap adalah kegiatan mental yang merupakan hasil proses pikir apabila otak

mendapatkan suatu masukan tertentu setelah melalui suatu fase internalisasi akan

terwujud suatu keputusan yang belum dipraktekkan, dimana keputusan tersebut dapat

bersifat mengadop, menolak atau bersifat netral terhadap masukan itu, sikap merupakan

tahap antara kesadaran dan tindakan perilaku (www.bkkn.go.id/hg web/ceria/msg

pengetahuan.htm.)

Sikap adalah sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi),

pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek

dilingkungan sekitarnya (Azwar, 2000).

2.2.2 Komponen Sikap

Menurut Notoatmodjo (1997), menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3

komponen pokok yaitu :

1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.

3. Kecenderungan untuk bertindak (trend to be have)

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total

attitude).

Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan dan

emosi memegang peranan penting.

2.2.3 Tingkatan Sikap


Menurut Notoatmodjo (1997), sikap dibagi menjadi beberapa tingkatan yaitu:

1. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (objek) mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan (objek) misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan

dan perhatian itu terhadap ceramah-ceramah.

2. Meresponden (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya mengerjakan dan menyelesaikan tugas

yang diberikan adalah suatu usaha untuk menjawab pertannyaan atau mengerjakan

tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang

menerima ide tersebut.

3. Menghargai (Valving)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang

lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga misalnya :

Seorang ibu mengajak ibu yang lain (tetangganya, saudaranya dan sebagainya).

Untuk pergi menimbangkan anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi

adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi

anak.

4. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilih dengan segala

resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau menjadi

akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan dari mertua atau orang tuanya

sendiri.

2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

1. Faktor intern yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan

sendiri seperti selektivitas dan pengalaman pribadi.


2. Faktor ekstern yang merupakan faktor di luar manusia yaitu :

1) Sifat objek yang dijadikan sasaran sikap

2) Kewibawaan orang yang mengemukakan suatu sikap

3) Sifat orang-orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut

4) Media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap

5) Situasi pada sikap terbentuk

6) Pengaruh kebudayaan

2.2.5 Struktur sikap

1. Komponen kognitif

Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku

atau apa yang benar bagi obyek sikap. Kepercayaan datang dari apa yang telah kita

ketahui. Berdasarkan apa yang telah kita lihat itu kemudian terbentuk suatu ide atau

gagasan mengenai sifat atau karakteristik umum suatu obyek. Kepercayaan dapat

terus berkembang. Pengalaman pribadi, apa yang diceritakan orang lain dan

kebutuhan emosional kita sendiri merupakan determinan utama dalam terbentuknya

kepercayaan.

2. Komponen afektif

Komponen afektif menyangkut masalah emosional subyektif seseorang

terhadap suatu obyek sikap. Secara umum, komponen ini disamakan dengan

perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Pada umumnya, reaksi emosional yang

merupakan komponen afektif ini banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang

kita percayai sebagai benar dan berlaku bagi obyek termaksud.

3. Komponen konatif

Komponen perilaku atau komponen konatif dalam struktur sikap menunjukkan

bagaimana perilaku atau kecenderungan berprilaku yang ada pada diri seseorang

berkaitan dengan sikap yang dihadapinya. Kaitan ini didasari oleh asumsi bahwa
kepercayaan dalam perasaan banyak mempengaruhi perilaku. Kecenderungan

berperilaku secara konsisten, selaras dengan kepercayaan dan perasaan ini

membentuk sikap individual.

2.2.6 Pembentukan sikap

Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu.

Dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap

berbagai obyek psikologis yang dihadapinya, di antara berbagai faktor yang

mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman.

2.2.7 Dimensi sikap

Beberapa karakteristik (dimensi) sikap, yaitu :

1. Sikap mempunyai arah, artinya sikap terpilah pada dua arah kesetujuan yaitu apakah

setuju atau tidak setuju, apakah memihak atau tidak memihak, apakah mendukung

atau tidak mendukung.

2. Sikap memiliki intensitas, artinya kedalaman atau kekuatan sikap terhadap sesuatu

belum tentu sama walaupun arahnya mungkin agak berbeda.

3. Sikap juga memiliki keluasan, artinya kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap suatu

obyek sikap dapat mengenai hanya aspek yang sedikit dan sangat spesifik akan

tetapi dapat pula mencakup banyak sekali aspek yang ada pada obyek sikap.

4. Sikap memiliki konsistensi, maksudnya adalah kesesuaian antara pernyataan sikap

yang dikemukakan dengan responnya terhadap sikap yang dimaksud. Konsistensi

sikap diperlihatkan oleh kesesuaian sikap antar waktu.

5. Sikap memiliki spontanitas, yaitu menyangkut sejauh mana kesiapan individu untuk

menyatakan sikapnya secara spontan. Sikap dikatakan memiliki spontanitas yang

tinggi apabila dapat dinyatakan secara terbuka tanpa melakukan pengungkapan atau

desakan lebih dahulu agar individu mengungkapkannya.


2.2.8 Pengukuran sikap

Sampai sekarang sudah lebih dari 500 macam metode pengukuran sikap yang

muncul (Fishbein dan Ajzen, 1972 dalam Brehm dan Kassin, 1990) dalam Azwar (1995).

Berikut ini adalah uraian mengenai beberapa diantara banyak metode

pengungkapan sikap yang secara historik telah dilakukan orang.

1. Observasi perilaku

Untuk mengetahui sikap seseorang terhadap sesuatu kita dapat

memperlihatkan perilakunya, sebab perilaku merupakan salah satu indikator sikap

individu. Sayangnya perilaku ternyata menjadi indikator yang baik bagi sikap hanya

apabila sikap berada pada posisi ekstrim.

2. Menanyakan langsung

Asumsi yang mendasari metode penanyaan langsung guna pengungkapan

sikap pertama adalah asumsi bahwa individu merupakan orang yang paling tahu

mengenai dirinya sendiri dan kedua adalah asumsi keterusterangan bahwa manusia

akan mengemukakan secara terbuka apa yang dirasakannya. Oleh karena itu, dalam

metode ini jawaban yang diberikan oleh mereka yang ditanyai dijadikan indikator

sikap mereka.

3. Pengungkapan langsung

Suatu versi metode penanyaan langsung adalah pengungkapan langsung

secara tertulis yang dapat dilakukan dengan menggunakan aitem tunggal maupun

dengan menggunakan aitem ganda. Responden diminta menjawab langsung suatu

pernyataan sikap tertulis dengan memberi tanda setuju atau tidak setuju.

Setuju ...................: .......................: ........................: ....................: tidak setuju.

4. Skala sikap

Skala sikap (attitude scales) berupa kumpulan pernyataan mengenai suatu

objek sikap. Dari responden subjek pada setiap pernyataan itu kemudian dapat
disimpulkan mengenai arah dan intensitas seseorang.

5. Pengukuran terselubung

Metode ini sebenarnya berorientasi kembali ke observasi perilaku yang telah

dikemukakan, akan tetapi sebagai subjek pengamatan bukan lagi perilaku tampak

yang disadari atau sengaja dilakukan oleh seseorang melainkan reaksi-reaksi

fisiologis yang terjadi lebih diluar kendali orang yang bersangkutan. Selanjutnya dari

pengukuran tersebut kemudian dilakukan penskalaan yang menggunakan

penskalaan model Likert (Gable, 1956 dalam Azwar 1995).

Sedangkan untuk memberikan interprestasi dari skor sikap, dilakukan

langkah-langkah sebagai berikut:

1) Untuk setiap pernyataan, respon yang diberikan responden diberi skor dan

dijumlahkan.

2) Membandingkan skor tersebut dengan harga rata-rata atau mean skor kelompok

dimana responden itu termasuk. Perbandingan relatif ini akan menghasilkan

interprestasi skor individual sebagai lebih atau kurang favorabel dibandingkan

dengan rata-rata kelompoknya. Perbandingan ini harus dinyatakan dalam satuan

devisiasi standar kelompok itu sendiri yang berarti kita harus mengubah skor

individual menjadi skor standar.

Salah satu skor standar yang biasa digunakan dalam skala Likert adalah

skor-T, yaitu:

x - x
T  50  10  
 s 

x : skor responden pada skala yang hendak diubah menjadi skor T


x : mean skor kelompok
s : standart deviasi skore kelompok

Apabila skor-T lebih besar dari mean kelompok = mempunyai sikap lebih favorabel.

Apabila skor-T lebih besar dari mean kelompok = mempunyai sikap kurang favorabel.

2.3 Hubungan pengetahuan dan Sikap

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses

yang berurutan, yakni:

2.3.1 Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

stimulus (obyek) terlebih dahulu.

2.3.2 Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.

2.3.3 Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi

dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

2.3.4 Trial, orang telah memulai mencoba perilaku baru.

2.3.5 Adaption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran

dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa

perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap di atas. Apabila penerimaan

perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan,

kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long

lasting). Sebaiknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran

maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2003).

2.4 Konsep Nifas

2.4.1 Pengertian masa nifas


Menurut beberapa definisi masa nifas (puerpurium) adalah masa pulih kembali,

mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil.

Lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu (Mochtar, 1998).

Masa puerpurium atau nifas mulai setelah partus selesai, dan berakhir setelah

kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genital baru pulih kembali seperti sebelum

ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Sarwono, 1998).

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-

alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung

selama kira-kira 6 minggu (Saifuddin, 2002).

Masa nifas ialah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan

untuk memulihkan kesehatannya kembali (Christina, 1996).

Puerperium adalah periode di mana organ alat kelamin, khususnya rahim,

perlahan-lahan kembali ke keadaan sebelum hamil, dan ketika semua perubahan lain

yang terjadi selama kehamilan hilang. Periode ini berlangsung sekitar 8 minggu

(Liewellyn, 1997).

2.4.2 Fisiologi Nifas

Fisiologi nifas adalah hal-hal yang terjadi dan bersifat karakteristik dalam masa

nifas artinya memberi ciri adanya masa nifas (Christina, 1996). Hal-hal yang menarik

dan memberi ciri masa nifas ini adalah perubahan-perubahan yang dianggap normal

dan harus terjadi memenuhi sebagian dari fungsi masa nifas yaitu mengembalikan

keadaan seperti sebelum masa hamil.

Perubahan-perubahan yang normal dan harus terjadi pada masa nifas salah

satunya adalah adanya laktasi. Setelah melahirkan maka dimulai dengan memproduksi

air susu ibu. Dengan turunnya pengaruh hormon estrogen, progesteron, maka hormon

prolatin adalah hormon yang menunjang pembentukan air susu ibu. Dengan demikian

ada perubahan fisiologis dalam tubuh ibu.


Selain dengan hormon seperti tersebut diatas juga adanya pengaliran darah dan

yang lebih banyak ke buah dada, dengan demikian buah dada akan menjadi bengkak,

berwarna merah dan kadang-kadang ibu menjadi panas serta merasa nyeri walaupun

tampaknya keadaan ini merupakan fisiologis tetapi memberi akibat nyeri kepada ibu.

Keganasan payudara merupakan keganasan kedua pada wanita setelah

keganasan mulut rahim. Oleh karena itu, memeriksa payudara merupakan hal yang

sangat penting untuk itu harus mendapat perawatan (Manuaba, 1998).

2.5 Konsep Perawatan Payudara Masa Nifas

2.5.1 Pengertian perawatan payudara

Perawatan payudara pada masa nifas merupakan perawatan yang dilakukan

untuk mempersiapkan payudara agar dalam kondisi baik saat menyusui bayinya meliputi

perawatan kebersihan payudara baik sebelum maupun sesudah menyusui. Perawatan

puting susu yang lecet dan merawat puting susu agar tetap lemas, tidak keras dan

kering (Christina, 1996).

Perawatan payudara masa nifas merupakan perawatan payudara yuridis

dilakukan ibu nifas agar selama menyusui dapat memproduksi ASI yang cukup untuk

bayinya, tidak terjadi kelainan pada payudara dan bentuk payudara tetap baik setelah

menyusui (www.bkkn.go.id/hg web/ceria/msg payudara.htm).

2.5.2 Tujuan perawaatan payudara pada masa nifas

Perawatan payudara setelah melahirkan bertujuan memelihara higiene

payudara. Memperbanyak atau memperlancar produksi ASI dengan merangsang sel-

sel payudara dan agar dalam memberikan ASI dapat berjalan dengan lancar dalam

artian ASI keluar dengan bagus tanpa hambatan (luka, lecet, kering dan lain-lain) dan

ibu tidak merasa terganggu saat menyusui sehingga kebutuhan nutrisi bayinya dapat

terpenuhi.

2.5.3 Manfaat perawatan payudara


1. Menjaga kebersihan payudara, terutama kebersihan puting susu agar terhindar dari

infeksi-infeksi.

2. Mengenyalkan serta memperbaiki bentuk puting susu sehingga bayi dapat menyusu

dengan baik.

3. Merangsang kelenjar-kelenjar air susu sehingga produksi ASI lancar.

4. Persiapan psikis ibu untuk menyusui.

2.5.4 Perawatan payudara pada ibu nifas

Dalam masa nifas ini perawatan buah dada dilakukan :

1. Secara rutin

Secara rutin artinya buah dada tidak mengalami kelainan dan dilakukan sehari-

hari selama ibu menyusui anaknya. Perawatan dimulai setelah ibu melahirkan

dilakukan pada waktu mandi.

Cara perawatan :

1) Buah dada dibersikan dengan sabun dan air bersih.

2) Puting susu diolesi dengan minyak dan ditutup dengan kain kasa.

3) Kemudian memakai BH (kutang) yang sesuai besarnya agar dapat menahan

buah dada sehingga buah dada membesar tidak tertekan oleh BH yang kurang

sesuai.

4) Pada waktu menyusui puting susu areola mammae dibersikan dengan kapas

yang telah direndam dengan air masak sebelum dan sesudah menyusui.

Membersikan dilakukan beberapa kali sehingga kotoran atau kerak pada puting

susu terangkat sehingga kotoran tidak masuk mulut dan tertekan oleh bayi.

Perawatan payudara yang mengalami kelainan


a. Pembengkakan buah dada

Perawatan pembengkakan payudara yang disebabkan permulaan

pembentukan air susu ibu, biasanya hanya diberi kompres, bisa kompres
hangat/kompres dingin. Pembengkakan payudara ibu dapat pula disebabkan

karena air susu ibu tidak dapat keluar dengan lancar, tidak habis diisap oleh

anak sedangkan produksi baru sudah ada/ada penyempitan saluran buah

dada yang menuju ke puting susu/saluran tersebut tertutup.

Perawatan yang diberikan biasanya dengan memberikan :

a) Perban penekan

b) Mengosongkan buah dada

c) Mengadakan massage

d) Memberikan obat-obatan untuk mengurangi rasa nyeri

Cara mengeluarkan ASI ialah:

Mengeluarkan ASI dilakukan bila ternyata ada sisa setelah anak menyusu atau

ada pembengkakan karena air susu tidak lancar, karena anak tidak dapat atau

tidak boleh menghisap karena puting susu masuk ke dalam, anak terlalu

lemah/terjadi cacat bawaan. Cara mengeluarkan ASI dengan tangan dapat

dilakukan dengan memompa, pompa tangan atau pompa listrik atau dengan

tangan saja.

Cara mengeluarkan ASI dengan tangan ialah:

1) Tangan perawat/bidan/penderita harus bersih dan berkuku pendek.

2) Tempat untuk memompa ASI harus bersih

3) Puting susu dicuci dengan sabun dan kemudian dikeringkan

4) Jari-jari tangan diletakkan di daerah ereola mammae. Ibu jari diatas (depan)

dan empat jari lainnya dibawah (belakang) puting susu.

5) Ibu jari dan empat jari atas bersama-sama menekan memeras payudara ke

daerah depan dan bawah mendorong ASI keluar memancar, jari-jari tak perlu

mengenai puting susu.

6) Selama proses pengeluaran air susu, posisi jari-jari boleh berubah.


7) Setelah payudara kosong, bersihkan, lalu ibu kembali duduk/ tiduran.

Cara mengeluarkan ASI dengan pompa buah dada ialah:

1) Pompa buah dada direbus sebelum dipakai, tempat air susu ibu harus bersih.

2) Cuci tangan penderita disiapkan, dapat dengan posisi duduk/berbaring.

3) Putting susu dan sekitarnya dibersihkan bila akan menyusui anak.

4) Tangan kiri menekan buah dada tangan kanan memompa dengan menekan

dan melonggarkan balon pompa.

5) Meletakkan pompa harus tepat, urutan putting susu harus berada ditengah-

tengah gelas pompa.

6) Gelas pompa harus ditekankan pada buah dada baru kemudian memompa

balonnya.

7) Bila reservoir pompa air susu telah banyak berisi air susu dipindahkan

ketempat yang telah tersedia.

8) Pompa tidak boleh diangkat sebelum balon pompa mengembang penuh.

9) Memompa dengan berulang-ulang sampai buah dada kosong.

10) Setelah buah dada selesai dibersihkan, ibu duduk atau tidur kembali, air susu

ibu disimpan pompa direbus dan penolong mencuci tangan.

Dalam keadaan mastitis biasanya buah dada tidak mengeluarkan air susu

saja, tetapi juga darah atau nanah. Dalam keadaan demikian anak tidak boleh

disusui, sebelum mastitis diobati dan sembuh kembali. Obat-obat yang di gunakan

adalah antibiotik dan pengobatan setempat pada buah dada, karena buah dada

perlu diinsici, yaitu diadakan irisan untuk mengeluarkan nanah karena bila semua

nanah keluar penyembuhan akan lebih cepat. Setelah di insici, luka dirawat

dengan obat luka misalnya sulfa puder atau obat lainnya menurut kebiasaan

rumah sakit, kemudian diperban.

b. Kelainan puting susu

Kelainan puting susu misalnya puting susu terlalu besar/puting susu masuk
kedalam atau puting susu sedang mengalami kelecetan maka perlu dirawat agar

tidak merasa nyeri dan bayi tetap mendapatkan ASI.

Pada puting yang masuk kedalam/rata dan bulat buah dada seharusnya

sudah mendapatkan perawatan pada waktu hamil, sehingga pada masa nifas tidak

mengalami kesulitan. Tetapi bila perawatan masa hamil belum berhasil, maka

ditolong dengan menggunakan nipple shiel pada waktu akan menetek. Nipple shiel

atau tepel hoed ini merupakan alat penyambung saja. Bila anak menghisap

dengan tepel hoed yang ditempatkan pada buah dada ibu, air susu akan mengalir

melalui tepel hoed itu.

Tepel hoed digunakan pula bagi puting susu yang lecet, putting susu yang

lecet mendapat perawatan untuk menyembuhkan, biasanya dibersihkan setelah

menyusui diberi zalf larolin, peru balsem, gention violet, kemudian ditutup dengan

kasa, dibersihkan, dicuci sebelum menyusui anak.

2. Perawatan buah dada yang khusus untuk memperbanyak air susu ibu

Perawatan buah dada yang khusus untuk memperbanyak air susu ibu, salah

satu usaha adalah dengan perawatan khusus lewat pemberian rangsangan pada

otot-otot buah dada ibu. Perawatan buah dada untuk memperbanyak air susu ini ada

dua cara : dengan cara pegurutan dan menyiram buah dada.

1) Dengan cara pengurutan

Dengan cara pengurutan diadakan dengan tujuan memberi

rangsangan kepada kelenjar air susu ibu agar dapat memproduksi ASI

tersebut. Dengan urutan ini dilakukan pada pagi dan sore, sebaiknya

sebelum mandi dan diteruskan dengan penyiraman yang dilakukan bersama

mandi.

Alat yang diperlukan untuk pengurutan buah dada ini ialah:

a. Minyak kelapa

b. Gelas susu
c. Air panas dan air dingin dalam wadah/baskom kecil

d. Waslap/sapu tangan dari handuk

e. Handuk bersih

Lakukan langkah-langkah pengurutan payudara.

Pengurutan pertama terdiri dari empat gerakan yang

dilakukan pada kedua payudara selama beberapa menit. Berikut

pengurutan yang dilakukan pada pengurutan pertama:

a. Licinkan kedua tangan dengan minyak

b. Tempatkan kedua telapak tangan diantara kedua payudara

c. Lakukan pengurutan dimulai kearah atas lalu telapak tangan kiri

atas sisi kiri dan telapak tangan kanan kearah sisi kanan.

d. Lakukan terus pengurutan kebawah/kesamping, selanjutnya

pengurutan melintang telapak tangan mengurut kedepan lalu

kedua tangan dilepas dari payudara.

e. Ulang gerakan 20-30 kali tiap satu payudara.

Pengurutan kedua sokong payudara kiri dengan tangan kiri,

kemudian dua atau tiga jari tangan kanan membuat gerakan

memutar sambil menekan mulai dari pangkal payudara dan berakhir

pada puting susu.Lakukan tahap yang sama pada payudara kanan

lakukan dua kali gerakan pada setiap payudara. Pengurutan ketiga

sokong payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan lain

mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah tepi kearah

puting susu lakukan gerakan ini sekitar 30 kali.


2) Penyiraman.

Penderita duduk/berdiri pakaian atas dibuka punggung di tutup

dengan handuk. Kom air panas dan air dingin disediakan sebaiknya dikamar

mandi.

Mula-mula disiram dengan air panas, sepanas kulit dapat menahan

menyiram dengan kain atau kom kecil diatas kom air panas itu jadi air dapat

ditampung kembali.

Penyiraman dilakukan dengan cepat sampai 10 kali kemudian dengan

cepat diganti dengan penyiraman air dengan 10 kali dengan cepat disiram

lagi dengan air panas dan dingin dengan cepat sampai air panas turun

suhunya. Penyiraman atau penguyuran terakhir ialah dengan air panas.

Pelaksanaan perawatan payudara ini hendaknya dimulai sedini

mungkin yaitu 1-2 hari setelah bayi dilahirkan dan dilakukan dua kali sehari.

2.5.5. Perawatan Puting Susu.

Puting susu memegang peranan penting pada saat menyusui. Air susu ibu akan

keluar dari lubang-lubang pada puting susu oleh karena itu puting susu perlu dirawat

agar dapat bekerja dengan baik.

Berikut ini langkah-langkah yang harus dilakukan untuk merawat puting susu :

1. Kompres kedua puting susu dengan kapas yang telah dibasahi

minyak selama lima menit agar kotoran disekitar puting susu

mudah terangkat.

2. Jika puting susu menonjol (normal) lakukan perawatan berikut

oleskan minyak pada ibu jari dan telunjuk lalu letakkan keduanya

pada puting susu. Lakukan gerakan memutar kearah dalam

sebanyak 30 kali putar untuk kedua puting susu.Gerakan ini untuk

meningkatkan elastisitas otot puting susu.


3. Jika puting susu datar atau masuk kedalam lakukan tahap

berikutnya

1) Letakkan kedua ibu jari di sebelah kiri dan kanan puting susu, kemudian

tekan dan letakkan kearah luar menjauhi puting susu secara perlahan.

2) Letakkan kedua ibu jari diatas dan dibawah puting susu, lalu tekan serta hentakkan

kearah luar menjauhi puting susu secara perlahan.

Lakukan langkah-langkah perawatan diatas 4-5 kali pada pagi dan sore hari.

Sebaiknya, perhatikan untuk tidak menggunakan bahan-bahan, alkohol atau sabun

untuk membersihkan puting susu karena akan menyebabkan kulit menjadi kering dan

lecet.

Вам также может понравиться