Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Gastritis adalah urutan tujuh (7) dari sepuluh (10) penyebab utama kematian di Indonesia.
Pola makan yang tidak baik akan menimbulkan gastritis. Masyarakat beranggapan bahwa
penyakit gastritis atau yang disebut dengan penyakit maag merupakan penyakit yang sulit
dikontrol dan dikendalikan dan pegobatan tidak diperlukan jika penyakit tersebut tidak kambuh.
Suratun Lusianah (2010). Sebagian masyarakat mengatakan tidak bisa menghilangkan kebiasaan
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung. Gastritis akut berlangsung selama beberapa
jam sampai beberapa hari dan seringkali disebabkan oleh diet yang tidak bijaksana (memakan
makanan yang mengiritasi dan sangat berbumbu atau makanan yang terinfeksi). Penyebab lain
mencakup penggunaan aspirin secara berlebihan dan penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid
(NSAID) lain, asupan alkohol yang berlebihan, refluks empedu, dan terapii radiasi. Bentuk
gastritis akut yang lebih berat disebabkan oleh asam atau alkali yang kuat, yang dapat
menyebabkan gangren atau perforasi pada mukosa lambung. Gastritis dapat juga menjadi tanda
Berdasarkan data dari Badan penelitian kesehatan dunia, WHO pada tahun 2011,
mengadakan tindakan tinjauan terhadap beberapa negara didunia dan mendapatkan hasil
presentase dari angka kejadian gastritis didunia, diantaranya Inggris 22%, China 31%, Jepang
14%, Kanada 35%, dan Perancis 29,5%. Insiden gastritis didunia sekitar 1,8-2,1 juta dari
jumlah penduduk setiap tahunnya (WHO, 2011). Presentase dari angka kejadian gastritis di
Indonesia adalah 40,8% dengan prevalesi 274,396 kasus. Prevalesi gastritis di Jawa Timur
mencapai 44,5 yaitu dengan jumlah 58.116 kejadian (Kemenkes RI, 2014). Menurut data di
UPT Puskesmas Lamongan pada tahun 2016 kasus gastritis sebanyak 3.133 orang. Pada tahun
2017 kasus gastritis sebanyak 5.769 orang. Pada tahun 2018 kasus gastritis sebanyak 4.097
orang. Pada tahun 2019 mulai bulan Januari - April kasus gastritis sebanyak 1.018 orang.
Pada Era Globalisasi ini, semakin berkembang teknologi yang dapat dimanfaatkan
manusia. Dari teknologi untuk pembuatan pangan atau non pangan yang berguna untuk
memenuhi kebutuhan pangan manusia. Sehingga hal tersebut merubah pola hidup manusia dari
teratur hingga menjadi tidak teratur yang menyebabkan timbulnya penyakit maag.
Faktor penyebab yang mempengaruhi pola makan terhadap pasien gastritis meliputi
kebiasaan makan terdapat kemungkinan semakin baik tingkat ketahanan pangan keluarga,
semakin tinggi pola pengasuh anggota keluarganya.Ketahanan pangan keluarga terkait dengan
ketersediaan pangan (baik dari hasil produksi sendiri maupun pasar tau sumber lain), harga
pangan dan daya beli keluarga, serta pengetahuan tentang gizi dan kesehatan. Dalam keadaan
demikian, dapat dikatakan bahwa ketahanan pangan keluarga ini rawan karena tidak mampu
menyediakan makanan yang baik bagi anggota keluarganya Wiku Adisasmito (2012).
Peran keluarga adalah sesuatu menjadi bagi seluruh anggota keluarga yang terdiri dari
bapak, ibu, anak (ikatan darah maupun adopsi) dan anggota lainnya. Keluarga memiliki peran
penting dalam pembentukan perilaku anak, oleh karena itu keluarga harus mampu menjalankan
fungsinya dengan baik dengan cara memenuhi kebutuhan anggota keluarganya. Adapun fungsi
dasar keluarga yaitu memberikan rasa memiliki, rasa aman, kasih saying, dan pengembangan
hubungan baik diantara anggota keluarga Syamsu Yusuf (2009)
Pendidikan keluarga adalah pendidikan yang harus dilaksanakan dalam keluarga oleh
orang tua kepada dirinya sendiri, anggota keluarga yang lain dan pada anaknya. Pendidikan
keluarga dapat diartikan sebagai tindakan dan upaya yang dilakukan oleh orang tua sebagai
pendidik utama dalam bentuk bantuan, bimbingan, penyuluhan dan mengajarkan kepada
dirinya sendiri, anggota keluarga lain, dan anaknya, sesuai dengan potensi masing-masing,
dengan jalan memberikan pengaruh baik melalui pergaulan antar mereka Goodman David
(2007)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan
suatu objek tertentu. Perilaku merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang, yang
merupakan hasil bersama berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Perilaku
kesehatan merupakan respon seseorang terhadap objek yang berkaitan dengan sakit dan
penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makan, minuman dan lingkungan. Notoadmodjo (2013)
body image terhadap frekuensi makan, dimana semakin negatif persepsi body image
(menganggap diri gemuk) maka akan cenderung mengurangi frekuensi makananya. Keadaan
ini yang akan menjadikan remaja lebih sering mengabaikan makan Majestika Septikasari
(2018).
Faktor ekonomi Variabel ekonomi mencukup dalam peningkatan peluang untuk daya beli
pangan dengan kuantitas dan kualitas dalam pendapatan menurunan daya beli pangan secara
lebih di dasarkan dalam pertimbangan selera dibandingkan aspek gizi. Kecenderungan untuk
Faktor Sosial Budaya Pantangan dalam mengkonsumsi jenis makanan dapat dipengaruhi
oleh faktor budaya sosial dalam kepercayaan budaya adat daerah yang menjadi kebiasaan atau
adat. Kebudayaan di 3 suatu masyarakat memiliki cara mengkonsumsi pola makan dengan
cara sendiri. Dalam budaya mempunyai suatu cara bentuk macam pola makan seperti:dimakan,
Agama Dalam agama pola makan ialah suatu cara makan dengan diawali berdoa sebelum
makan dengan diawali makan mengunakan tangan kanan (Depkes RI, 2008).
perilaku makan berupa lingkungan keluarga melalui adanya promosi, media elektroni, dan
Kebiasaan makan Kebiasaan makan ialah suatu cara seseorang yang mempunyai
keterbiasaan makan dalam jumlah tiga kali makan dengan frekuensi dan jenis makanan yang
dimakan. (Depkes,2009).
Pola Makan terdiri dari jadwal makan, jenis makanan dan jumlah makanan yang mana
jika ketiga komponen ini tidak dilakukan dengan seimbang dapat menimbulkan kekambuhan
gastritis, contohnya memakan makanan yang berbumbu, dengan kandungan kafein, alkohol.
Adapun jadwal masakan yang tidak teratur akan membuat lambung sulit beradaptasi Kimberly
A.J (2011)
Gastritis bisa dicegah dengan cara pola makan yang teratur, diit yang sehat, tidak makan
makanan yang berbumbu, tidak makan yang terlalu pedas serta mengurangi pemakaian
konsumsi alkohol, merokok dan bagaimana cara mengatur hidup sehat Suratun Lusianah
(2010). Gastritis akut biasanya mereda bila agen-agen penyebabnya dapat dihilangkan.
Intervensi medis yang yang dilakukan apabila keluhan tetap tidak hilang dengan menghindari
agen penyebab adalah dengan terapi farmakologis dengan terapi cairan, hal ini diberikan pada
fase akut untuk hidrasi pascah muntah yang berlebihan. Dan terapi obat, prinsip pemberian
terapi obat adalah tidak ada obat spesifik untuk menyembuhkan pada infeksi H.Pylori,
pemberian terapi sesuai dengan faktor penyebab yang diketahui, pemberian obat farmakologis
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti hanya membatasi pada pola makan pada
“Bagaimanakah gambaran peran keluarga dalam pemenuhan pola makan pada pasien gastritis di
Mengetahui gambaran peran keluarga dalam pemenuhan pola makan pada pasien gastritis di
Diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak kesehatan dalam menurunkan angka
kejadian gastritis