Вы находитесь на странице: 1из 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gastritis adalah urutan tujuh (7) dari sepuluh (10) penyebab utama kematian di Indonesia.

Pola makan yang tidak baik akan menimbulkan gastritis. Masyarakat beranggapan bahwa

penyakit gastritis atau yang disebut dengan penyakit maag merupakan penyakit yang sulit

dikontrol dan dikendalikan dan pegobatan tidak diperlukan jika penyakit tersebut tidak kambuh.

Suratun Lusianah (2010). Sebagian masyarakat mengatakan tidak bisa menghilangkan kebiasaan

mereka yang berpantangan dengan kambuhnya gastritis Sulistyioningsih Hariani (2011).

Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung. Gastritis akut berlangsung selama beberapa

jam sampai beberapa hari dan seringkali disebabkan oleh diet yang tidak bijaksana (memakan

makanan yang mengiritasi dan sangat berbumbu atau makanan yang terinfeksi). Penyebab lain

mencakup penggunaan aspirin secara berlebihan dan penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid

(NSAID) lain, asupan alkohol yang berlebihan, refluks empedu, dan terapii radiasi. Bentuk

gastritis akut yang lebih berat disebabkan oleh asam atau alkali yang kuat, yang dapat

menyebabkan gangren atau perforasi pada mukosa lambung. Gastritis dapat juga menjadi tanda

pertama infeksi sistemik akut Smelther dan Bare (2013).

Berdasarkan data dari Badan penelitian kesehatan dunia, WHO pada tahun 2011,

mengadakan tindakan tinjauan terhadap beberapa negara didunia dan mendapatkan hasil

presentase dari angka kejadian gastritis didunia, diantaranya Inggris 22%, China 31%, Jepang

14%, Kanada 35%, dan Perancis 29,5%. Insiden gastritis didunia sekitar 1,8-2,1 juta dari

jumlah penduduk setiap tahunnya (WHO, 2011). Presentase dari angka kejadian gastritis di

Indonesia adalah 40,8% dengan prevalesi 274,396 kasus. Prevalesi gastritis di Jawa Timur
mencapai 44,5 yaitu dengan jumlah 58.116 kejadian (Kemenkes RI, 2014). Menurut data di

UPT Puskesmas Lamongan pada tahun 2016 kasus gastritis sebanyak 3.133 orang. Pada tahun

2017 kasus gastritis sebanyak 5.769 orang. Pada tahun 2018 kasus gastritis sebanyak 4.097

orang. Pada tahun 2019 mulai bulan Januari - April kasus gastritis sebanyak 1.018 orang.

Pada Era Globalisasi ini, semakin berkembang teknologi yang dapat dimanfaatkan

manusia. Dari teknologi untuk pembuatan pangan atau non pangan yang berguna untuk

memenuhi kebutuhan pangan manusia. Sehingga hal tersebut merubah pola hidup manusia dari

teratur hingga menjadi tidak teratur yang menyebabkan timbulnya penyakit maag.

Sulistyoningsih Hariyani (2011).

Faktor penyebab yang mempengaruhi pola makan terhadap pasien gastritis meliputi

peran keluarga, pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan keluarga. Semakin tinggi

pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan, ekonomi, sosial budaya, agama, lingkungan,

kebiasaan makan terdapat kemungkinan semakin baik tingkat ketahanan pangan keluarga,

semakin tinggi pola pengasuh anggota keluarganya.Ketahanan pangan keluarga terkait dengan

ketersediaan pangan (baik dari hasil produksi sendiri maupun pasar tau sumber lain), harga

pangan dan daya beli keluarga, serta pengetahuan tentang gizi dan kesehatan. Dalam keadaan

demikian, dapat dikatakan bahwa ketahanan pangan keluarga ini rawan karena tidak mampu

menyediakan makanan yang baik bagi anggota keluarganya Wiku Adisasmito (2012).

Peran keluarga adalah sesuatu menjadi bagi seluruh anggota keluarga yang terdiri dari

bapak, ibu, anak (ikatan darah maupun adopsi) dan anggota lainnya. Keluarga memiliki peran

penting dalam pembentukan perilaku anak, oleh karena itu keluarga harus mampu menjalankan

fungsinya dengan baik dengan cara memenuhi kebutuhan anggota keluarganya. Adapun fungsi

dasar keluarga yaitu memberikan rasa memiliki, rasa aman, kasih saying, dan pengembangan
hubungan baik diantara anggota keluarga Syamsu Yusuf (2009)

Pendidikan keluarga adalah pendidikan yang harus dilaksanakan dalam keluarga oleh

orang tua kepada dirinya sendiri, anggota keluarga yang lain dan pada anaknya. Pendidikan

keluarga dapat diartikan sebagai tindakan dan upaya yang dilakukan oleh orang tua sebagai

pendidik utama dalam bentuk bantuan, bimbingan, penyuluhan dan mengajarkan kepada

dirinya sendiri, anggota keluarga lain, dan anaknya, sesuai dengan potensi masing-masing,

dengan jalan memberikan pengaruh baik melalui pergaulan antar mereka Goodman David

(2007)

Pengetahuan merupakan faktor yang penting dalam membentuk tindakan seseorang.

Pengetahuan merupakan faktor yang penting dalam membentuk tindakan seseorang.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan

suatu objek tertentu. Perilaku merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang, yang

merupakan hasil bersama berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Perilaku

kesehatan merupakan respon seseorang terhadap objek yang berkaitan dengan sakit dan

penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makan, minuman dan lingkungan. Notoadmodjo (2013)

Keterampilan keluarga dalam memenuhi makan adalah dapat mempengaruhi persepsi

body image terhadap frekuensi makan, dimana semakin negatif persepsi body image

(menganggap diri gemuk) maka akan cenderung mengurangi frekuensi makananya. Keadaan

ini yang akan menjadikan remaja lebih sering mengabaikan makan Majestika Septikasari

(2018).

Faktor ekonomi Variabel ekonomi mencukup dalam peningkatan peluang untuk daya beli

pangan dengan kuantitas dan kualitas dalam pendapatan menurunan daya beli pangan secara

kualitas maupun kuantitas masyarakat. Pendapatan yang tinggidapat mencakup kurangnya


daya beli dengan kurangnya pola makan masyarakat sehingga pemilihan suatu bahan makanan

lebih di dasarkan dalam pertimbangan selera dibandingkan aspek gizi. Kecenderungan untuk

mengkonsumsi makanan impor Sulistyoningsih (2011).

Faktor Sosial Budaya Pantangan dalam mengkonsumsi jenis makanan dapat dipengaruhi

oleh faktor budaya sosial dalam kepercayaan budaya adat daerah yang menjadi kebiasaan atau

adat. Kebudayaan di 3 suatu masyarakat memiliki cara mengkonsumsi pola makan dengan

cara sendiri. Dalam budaya mempunyai suatu cara bentuk macam pola makan seperti:dimakan,

bagaimana pengolahanya, persiapan dan penyajian Sulistyoningsih (2011).

Agama Dalam agama pola makan ialah suatu cara makan dengan diawali berdoa sebelum

makan dengan diawali makan mengunakan tangan kanan (Depkes RI, 2008).

Lingkungan Dalam lingkungan pola makan ialah berpengaruh terhadap pembentuk

perilaku makan berupa lingkungan keluarga melalui adanya promosi, media elektroni, dan

media cetak. Sulistyoningsih (2011).

Kebiasaan makan Kebiasaan makan ialah suatu cara seseorang yang mempunyai

keterbiasaan makan dalam jumlah tiga kali makan dengan frekuensi dan jenis makanan yang

dimakan. (Depkes,2009).

Pola Makan terdiri dari jadwal makan, jenis makanan dan jumlah makanan yang mana

jika ketiga komponen ini tidak dilakukan dengan seimbang dapat menimbulkan kekambuhan

gastritis, contohnya memakan makanan yang berbumbu, dengan kandungan kafein, alkohol.

Adapun jadwal masakan yang tidak teratur akan membuat lambung sulit beradaptasi Kimberly

A.J (2011)

Gastritis bisa dicegah dengan cara pola makan yang teratur, diit yang sehat, tidak makan

makanan yang berbumbu, tidak makan yang terlalu pedas serta mengurangi pemakaian
konsumsi alkohol, merokok dan bagaimana cara mengatur hidup sehat Suratun Lusianah

(2010). Gastritis akut biasanya mereda bila agen-agen penyebabnya dapat dihilangkan.

Intervensi medis yang yang dilakukan apabila keluhan tetap tidak hilang dengan menghindari

agen penyebab adalah dengan terapi farmakologis dengan terapi cairan, hal ini diberikan pada

fase akut untuk hidrasi pascah muntah yang berlebihan. Dan terapi obat, prinsip pemberian

terapi obat adalah tidak ada obat spesifik untuk menyembuhkan pada infeksi H.Pylori,

pemberian terapi sesuai dengan faktor penyebab yang diketahui, pemberian obat farmakologis

disesuaikan dengan kondisi dan toleransi pasien Muttaqin Arif (2013)

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti hanya membatasi pada pola makan pada

pasien gastritis di UPT Puskesmas Lamongan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti merumuskan pernyataan masalah

“Bagaimanakah gambaran peran keluarga dalam pemenuhan pola makan pada pasien gastritis di

UPT Puskesmas Lamongan ?”

1.3 Tujuan Penelitian

Mengetahui gambaran peran keluarga dalam pemenuhan pola makan pada pasien gastritis di

UPT Puskesmas Lamongan

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis


Sebagai sumbangan ilmu pengetahuan khususnya dalam hal pemberian edukasi tentang

pemenuhan pola makan dengan masalah utama gastritis

1.4.2 Manfaat Praktis

1) Bagi Klien dan Keluarga

Untuk memberikan pengetahuan tentang penyakit gastritis dan meningkatkan motivasi

dalam menjalani pengobatan teratur. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam merawat

anggota keluarga yang sakit gastritis.

2) Bagi Tempat Pelayanan Kesehatan

Diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak kesehatan dalam menurunkan angka

kejadian gastritis

3) Bagi Peneliti selanjutnya

Sebagai sarana untuk menigkatkan keterampilan berfikir kritis dalam menyelesaikan

masalah kesehatan keluarga melalui pemberian edukasi

Вам также может понравиться