Вы находитесь на странице: 1из 13

Tugas :

1. Jelaskan yang dimaksud dengan manajemen kebidanan menurut varney !

2. Jelaskan perbedaan Varney dan SOAP !

Jawab :

1. Manajemen kebidanan menurut varney adalah proses pemecahan masalah

yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan

berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian

tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien.

Manajemen kebidanan menyangkut pemberian pelayanan yang utuh dan

menyeluruh dari kepada kliennya, yang merupakan suatu proses manajemen

kebidanan yang diselenggarakan untuk memberikan pelayanan yang berkualitas

melalui tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang disusun secara sistematis

untuk mendapatkan data, memberikan pelayanan yang benar sesuai dengan

keputusan tindakan klinik yang dilakukan dengan tepat, efektif dan efisien.

Standar 7 langkah Varney

Langkah 1 : Pengkajian

Pada langkah ini bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat dan

lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien, untuk

memperoleh data dapat dilakukan dengan cara:

a. Anamnesa

b. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda

vital
c. Pemeriksaan khusus

d. Pemeriksaan penunjang

Bila klien mengalami komplikasi yang perlu di konsultasikan kepada dokter

dalam penatalaksanaan maka bidan perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi

dengan dokter. Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan

langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang di

hadapi akan menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap

selanjutnya, sehingga dalam pendekatan ini harus yang komprehensif meliputi

data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan

kondisi / masukan klien yang sebenarnya dan valid. Kaji ulang data yang sudah

di kumpulkan apakah sudah tepat, lengkap dan akurat.

Langkah II: Merumuskan Diagnosa/Masalah Kebidanan

Pada langkah ini identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan

interpretasi yang akurat atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar

yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan

diagnosa dan masalah yang spesifik. Rumusan diagnosa dan masalah

keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa

tetapi tetap membutuhkan penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-

hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasioleh bidan sesuaidengan hasil

pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosa. Diagnosa kebidanan

adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan

memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan.


Langkah III: Mengantisipasi Diagnosa/Masalah Kebidanan

Pada langkah ini mengidentifikasi masalah potensial atau diagnose potensial

berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini

membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Pada

langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial

tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga

merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosa potesial tidak

terjadi

Langkah IV: Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter dan/untuk

dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang

lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah ini mencerminkan kesinambungan

dari proses penatalaksanaan kebidanan. Jadi, penatalaksanaan bukan hanya

selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja tetapi juga selama

wanita tersebut bersama bidan terus-menerus.

Pada penjelasan diatas menunjukkan bahwa bidan dalam melakukan tindakan

harus sesuai dengan prioritas masalah/kebutuhan yang dihadapi kliennya.

Setelah bidan merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi

diagnosa/masalah potensial pada langkah sebelumnya, bidan juga harus

merumuskan tindakan emergency/segera untuk segera ditangani baik ibu


maupun bayinya. Dalam rumusan ini termasuk tindakan segera yang mampu

dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau yang bersifat rujukan.

Langkah V: Merencana Asuhan Secara Menyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan oleh

langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan

penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang telah teridentifikasi atau

diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat

dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa-apa

yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari masalah yang berkaitan

tetapi juga dari krangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti

apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan

konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang

berkaitan dengan sosial ekonomi-kultural atau masalah psikologi.

Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh

bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan

melaksanakan rencana tersebut. Semua keputusan yang dikembangkan dalam

asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan

pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa

yang akan dilakukan klien.


Langkah VI: Implementasi

Pada langkah ke enam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah

diuraikan pada langkah ke lima dilaksanakan secara aman dan efisien.

Perencanaan ini dibuat dan dilaksanakan seluruhnya oleh bidan atau sebagian

lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walaupun bidan tidak

melakukannya sendiri, bidan tetap bertanggung jawab untuk mengarahkan

pelaksanaannya. Dalam kondisi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter

untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan

dalam penatalaksanaan asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab

terhadap terlaksananyarencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.

Pelaksanaan yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta

meningkatkan mutu dan asuhan klien

Langkah VII: Evaluasi

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah

diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar

telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasidi

dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika

memang benar-benar efektif dalam pelaksanaannya. Langkah-langkah proses

penatalaksanaan umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses

pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis,


karena proses penatalaksanaan tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan

dua langkah terakhir tergantung pada klien dan situasi klinik.

2. Perbedaan Varney dan SOAP

Prinsip Pendokumentasi Varney

Varney (1997) menjelaskan bahwa prinsip manajemen adalah pemecahan

masalah. Dalam text book masalah kebidanan yang ditulisnya pada tahun 1981

proses manajemen kebidanan diselesaikan melalui 5 langkah yaitu

pengumpulan data dasar, interpretasi data, perencanaan asuhan, pelaksanaan,

dan evaluasi. Setelah menggunakannya, Varney (1997) melihat ada beberapa

hal yang penting disempurnakan. Misalnya seorang bidan dalam manajemen

yang dilakukannya perlu lebih kritis untuk mengantisipasi masalah atau

diagnose potensial. Dengan kemampuan yang lebih dalam melakukan analisa

kebidanan akan menemukan diagnose atau masalah potensial ini. Kadangkala

bidan juga harus segera bertindak untuk menyelesaikan masalah tertentu dan

mungkin juga melakukan kolaborasi dll. Varney kemudian menyempurnakan

proses manajemen kebidanan menjadi 7 langkah. Ia menambah langkah ke III

agar bidan lebih kritial mengantisipasi masalah yang kemungkinan dapat terjadi

pada kliennya. Varney juga menambahkan langkah ke IV dimana bidan

diharapkan dapat menggunakan kemampuannya untuk melakukan deteksi dini

dalam proses manajemen sehingga bila klien membutuhkan tindakan segera

atau kolaborasi, konsultasi bahkan dirujuk segera dapat dilaksanakan. Proses

manajemen kebidanan ini ditulis oleh Varney berdasarkan proses manajemen


kebidanan American College of Nurse Midwife yang pada dasar pemikirannya

sama dengan proses manajemen menurut Varney.

Adapun 7 langkah Varney tersebut adalah::

1. Pengumpulan data dasar dengan pengkajian.

Mengumpulkan semua data yang dikumpulkan untuk menilai keadaan klien

secara keseluruhan. Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang

akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

Untuk memperoleh data dapat dilakukan dengan cara melakukan Anamnesa

: biodata, riwayat menstruasi, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas,

biopsikososial, spiritual, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan

pemeriksaan tanda vital, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang.

Dalam pendekatan ini haruslah dilakukan secara komprehensif meliputi data

subyektif dan data obyektif, sehingga menggambarkan kondisi klien yang

sebenarnya dan Valid.

2. Interpretasi data/identifikasi yang benar terhadap masalah atau diagnosa

berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data tersebut.

Menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa atau masalah.

Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat

merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik.rumusan diagnosa dan

masalah keduanya digunakan karna masalah tidak dapat diidentifikasikan,

seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan. Diagnosa

kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam ruang lingkup


kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan. Standar

nomenklatur diagnosa kebidanan : diakui dan telah disahkan oleh profesi,

berhubungan langsung dengan praktek kebidanan, memiliki ciri khas

kebidanan.

3. Identifikasi diagnosa dan masalah potensial/Mengantisipasi masalah atau

berdasarkan masalah atau diagnosa yang sudah diidentifikasi

Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi

penanganannya. Pada langkah ini kita mengidentifikasi diagnosa potensial

berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini

membutuhkan antisipasi. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap

mencegah diagnosa atau masalah potensail ini menjadi benar-benar

terjadi.Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman.

4. Tindakan segera dan kolaborasi/Mengidentifikasi perlunya tindakan segera

oleh bidan atau dokter : dikonsultasikan, kolaborasi, atau dirujuk

Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera untuk melakukan

tindakan, konsultasi, kolaburasi dengan tenaga kesehatan lain ini

berdasarkan kondisi klien. Langkah ini mencerminkan kesinambungan dalam

proses penatalaksanaan kebinanan. Jadi penatalaksanaan bukan hanya

kunjungan antenatal saja tetap selama wanita tersebut dalam bersama bidan

terus-menerus misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan

5. Rencana manajemen/Merencanakan asuhan dengan penjelasan yang

sungguh rasional sebagai dasar untuk mengambil keputusan


Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tetap dan rasional

berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah-langkah

sebelumnya.Pada langkah ini direncanakan asuhan menyeluruh ditentukan

oleh langkah-langkah sebelumnya.Langkah ini menunjukan kelanjutan

penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidetifikasi

atau antisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat

dilengkapi.

6. Pelaksanaan/Mengarahkan atau melaksanankan rencana asuhan secara

efisien dan aman

Penatalaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman. Pada langkah

ini rencana asuhan menyeluruh dan dilakukan secara efesien dan aman.

Rencana ini dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian oleh klien

atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melakukannya

sendiri,ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan

pelaksanaanya.

7. Evaluasi/ Mengevaluasi keefektifan asuhan

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keaktifan dari asuhan yang sudah

diberikan penemuan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah

terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi didalam

diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika

memang benar efektif dalam pelaksanaanya, ada kemungkinan bahwa

sebagian rencana tersebut efektif sedangkan sebagian belum efektif.


Prinsip dokumentasi SOAP

S : Subjektif

Menggambarkan pendokumentasian hanya pengumpulan data klien melalui

anamnese ( Apa yang dikatakan klien ).

Tanda gejala subjektif yang diperoleh dari hasil bertanya dari pasien,

suami atau keluarga ( identitas umum, keluhan, riwayat menarche, riiwayat

perkawinan, riwayat kehamilan, riwayat persalinan, riwayat KB, penyakit,

riwayat penyakit keluarga, riwayat penyakit keturunan, riwayat psikososial,

pola hidup.)

Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut pandang pasien.

Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat sebagai

kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa. Pada

orang yang bisu, dibagian data dibelakang ” S ” diberi tanda” 0 ” atau ” X ” ini

menandakan orang itu bisu. Data subjektif menguatkan diagnosa yang akan

dibuat.

O : Objektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil analaisa dan fisik klien, hasil

laboratorium, dan test diagnostic lain yang dirumuskan dalam data focus

untuk mendukung assessment (Apa yang dilihat dan dirasakan oleh bidan

setelah melakukan pemeriksaan ).

Tanda gejala objektif yang diperolah dari hasil pemeriksaan ( tanda

KU, vital sign, Fisik, khusus, kebidanan, pemeriksaan dalam, laboratorium


dan pemeriksaan penunjang ). Pemeriksaan dengan inspeksi, palpasi,

auskultasi dan perkusi.

Data ini memberi bukti gejala klinis pasien dan fakta yang

berhubungan dengan diagnosa. Data fisiologis, hasil observasi yang jujur,

informasi kajian teknologi ( hasil Laboratorium, sinar X, rekaman CTG, dan

lain-lain ) dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dapat

dimasukkan dalam kategori ini. Apa yang diobservasi oleh bidan akan

menjadi komponen yang berarti dari diagnosa yang akan ditegakkan.

A : Assesment

Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau informasi

subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau disimpulkan ( Kesimpulan

apa yang telah dibuat dari data S dan O ).

Karena keadaan pasien terus berubah dan selalu ada informasi baru

baik subjektif maupun objektif, dan sering diungkapkan secara terpisah-

pisah, maka proses pengkajian adalah suatu proses yang dinamik. Sering

menganalisa adalah sesuatu yang penting dalam mengikuti perkembangan

pasien dan menjamin suatu perubahan baru cepat diketahui dan dapat diikuti

sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi

data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi :

a. Diagnosa / masalah
 Diagnosa adalah rumusan dari hasil pengkajian mengenai kondisi

klien : hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir . Berdasarkan hasil

analisa data yang didapat.

 Masalah segala sesuatu yang menyimpang sehingga kebutuhan klien

terganggu, kemungkinan mengganggu kehamilan / kesehatan tetapi

tidak masuk dalam diagnosa.

b. Antisipasi masalah lain / diagnosa potensial.

P : Planning

Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evalusi

berdasarkan Assesment ( Rencana apa yang akan dilakukan berdasarkan

hasil evaluasi tersebut ).

SOAP untuk perencanaan, implementasi dan evaluasi dimasukkan

dalam ” P “ sedangkan Perencanaan membuat rencana tindakan saat itu

atau yang akan datang. Untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien

yang sebaik mungkin atau menjaga mempertahankan kesejahteraannya.

Proses ini termasuk kriteria tujuan tertentu dari kebutuhan pasien yang harus

dicapai dalam batas waktu tertentu, tindakan yang diambil harus membantu

pasien mencapai kemajuan dalam kesehatan dan harus sesuai dengan

instruksi dokter.

Didalam Planning dapat berisikan tentang :

 Konsul

 Tes diagnostic / laboratorium


 Rujukan

 Pendidikan konseling

 Follow Up

 Pendokumentasian asuhan kebidanan

Вам также может понравиться