Вы находитесь на странице: 1из 3

BAB I

PENDAHULUAN

Hipertensi dalam kehamilan adalah sebuah masalah kesahatan yang sering


muncul dan diperkirakan dapat menimbulkan komplikasi pada 2-3% kehamilan.
Prevalensi kasus ini berkisar antara 5-15%, dan menjadi salah satu penyebab utama
mortalitas dan morbiditas ibu bersalin di samping infeksi dan perdarahan (Sirait,
2012)
Tekanan darah tinggi atau hipertensi dapat didefinisikan sebagai kondisi
peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima
menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. National High Blood Pressure
Education Program Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy,
membagi hipertensi dalam kehamilan dalam 4 golongan. Keempat jenis hipertensi
dalam kehamilan tersebut antara lain hipertensi gestasional, preeklampsia dan
eklampsia, superimposed preeklampsia pada hipertensi kronik, dan hipertensi
kronik (Rustam, 2012)
Eklampsia adalah kelainan multisistem yang tidak dapat diprediksi yang
ditandai dengan terjadinya kejang umum selama persalinan atau dalam 7 hari
setelah persalinan dan tidak disebabkan oleh epilepsi atau gangguan kejang lainnya.
Eklampsia berasal dari bahasa Yunani dan berarti "halilintar". Kata tersebut dipakai
karena seolah-olah gejala-gejala eklampsia timbul dengan tiba-tiba tanpa didahului
oleh tanda-tanda lain. Pada wanita yang menderita eklampsia timbul serangan
kejang yang diikuti oleh koma. Eklampsia lebih sering pada primigravida daripada
multipara. Tergantung dari saat timbulnya eklampsia dibedakan eklampsia
gravidarum (eklampsia antepartum), eklampsia parturientum (eklampsia
intrapartum), dan eklampsia puerperale (eklampsia postpartum) (Rachimhadhi dan
Wiknjasastro, 2008)
Etiologi eklampsia hingga saat ini masih belum diketahui. Adapun faktor
risiko terjadinya preeklampsia yang mendahului eklampsia adalah primigravida,
hiperplasentosis, seperti mola hidatidosa, kehamilan multiple, diabetes mellitus,
hydrops fetalis dan bayi besar, umur yang terlalu muda atau terlalu tua untuk
kehamilan ada riwayat dalam keluarga yang pernah preeklamsia/eklamsia, ada
penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum kehamilan, dan
obesitas (KEMENKES, 2013)
Meskipun peningkatan kesadaran dan kemajuan dalam perawatan medis,
masih merupakan penyebab utama perinatal kematian dan kesakitan ibu dan janin
secara global, terlebih di negara-negara berkembang. Di Indonesia, eklampsia
masih merupakan salah satu penyakit dengan tingkat morbiditas dan mortalitas
tertinggi, baik pada ibu maupun pada bayi yang dikandungnya. Berdasarkan
berbagai sumber, angka mortalitas ibu berkisar antara 9,8-25,5% sedangkan angka
mortalitas bayi mencapai angka yang lebih tinggi, yakni 42,2-48,9%. Di RS Cipto
Mangunkusumo, angka mortalitas ibu akibat preeklamsia atau eklamsia pada tahun
1990– 1992 tercatat sebesar 61,1% dari seluruh kematian ibu (Sirait, 2012)
Kontras dengan kondisi di Indonesia, angka mortalitas ibu dan bayi di
negara maju lebih kecil. Tingginya angk mortalitas ibu dan anak di negara
berkembang disebabkan oleh berbagai hal terutama pengawasan antenatal dan
natal. Ibu hamil dengan eklampsia sering terlambat mendapat pengobatan yang
tepat. Kematian pada ibu dapat terjadi karena perdarahan otak, dekompensasio
kordis dengan edema paruparu, payah-ginjal, dan masuknya isi lambung ke dalam
jalan pernapasan waktu kejangan (Rustam, 2012)
Sebuah penelitian mengenai data kematian akibat eklampsi di Brazil
menyebutkan bahwa prevalensi dan angka mortalitas eklampsia pada daerah
dengan tingkat pendapatan rendah (8,1% dan 22%) lebih tinggi dibanding daerah
dengan pendapatan tinggi (0,2% dan 0,8%). Hal ini mungkin disebabkan oleh akses
ke fasilitas kesehatan yang lebih jauh (Giardano, et al., 2014) Berbeda halnya pada
negara maju, studi yang dilakukan di Kalifornia justru menunjukkan penurunan
insidensi eklampsia 8,0 kasus per 10.000 penduduk pada tahun 2001 menjadi 5,6
kasus per 10.000 penduduk pada tahun 2007 (Fong, et al., 2013)
Mortalitas pada pasien dengan eklampsia dapat bersifat multi faktor, salah
satunya karena kemunculan komplikasi komplikasi yang berdampak signifikan
pada kemungkinan keberhasilan persalinan. Tingkat kematian janin bervariasi
antara 13-30% karena persalinan prematur dan komplikasinya. Infark plasenta,
solusio plasenta, retardasi pertumbuhan intrauterin, dan hipoksia janin dapat
berkontribusi terhadap kematian janin (Gabbe, 2007). Sebuah laporan penelitian
menunjukkan bahwa komplikasi serius pada pasien dengan eklampsia dapat
diprediksi dengan menggunakan model yang memasukkan usia kehamilan, nyeri
dada atau dispnea, saturasi oksigen, jumlah trombosit, dan konsentrasi kreatinin dan
aspartat transaminase. Prediksi tersebut dapat membantu dalam menentukan
manajemen mana yang sesuai sehingga angka bertahan hidup ibu dan bayi yang
dikandungnya dapat tetap tinggi (Von Dadelszen,et al., 2011)
Eklampsia umumnya dapat menjadi sebuah kasus yang menantang dalam
praktis klinis. Pada praktis anestesi ditemukan banyak kontroversi yang berkaitan
dengan manajemen cairan dan pemantauan baik dalam masa preoperative, durante
operasi dan post operatif yang masih belum terjawab. Pemilihan teknik anestesi
pada pasien preeklampsia-eklampsia pun beragam, beragam dari berbagai faktor,
termasuk cara persalinan (per vaginam, bedah Caesar) dan status medis dari pasien
(adanya koagulopati, gangguan pernafasan, dll). Jika persalinan dilakukan secara
bedah Caesar maka pemilihan teknik anestesia di sini termasuk epidural, spinal,
combine spinal-epidural dan anestesia umum. Spinal anestesi lebih menjadi pilihan
pada bedah Caesar dibanding anestesi regional yang lain dikarenakan efek samping
yang lebih kecil (Parthasarathy, et al., 2013).
Peran dokter spesialis anestesi dalam eklampsia adalah membantu dokter
obstetric ginekologi untuk mengontrol dan mencegah kejang lebih lanjut,
mengontrol tekanan darah, mempertahankan jalan napas, mencegah komplikasi
besar terjadi, menyediakan analgesia persalinan dan memberikan anestesi untuk
operasi caesar. Pemilihan dan tatakelola eklampsi yang baik dapat kemungkinan
kematian yang terjadi pada ibu dan bayinya. Ulasan berikut ditujukan untuk
membahas mengenai pemilihan anestesi pada ibu hamil dengan eklamsia

Вам также может понравиться