Вы находитесь на странице: 1из 24

No Kode: DAR2/PROFESIONAL/001/2/2018

BIDANG KAJIAN 3
TEKNIK ENERGI SURYA

MODUL 3
PENGOPERASIAN SISTEM PLTS
Jenis SHS(Solar Home Sistem)

Tim Penyusun:

Elih Mulyana, Dr. M.Si


Maman Somantri., Dr., MT

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


KEMENTERIANPENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
JAKARTA, 2018
Hak cipta@ Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018
KATA PENGANTAR
Peran dan fungsi Kemenristek secara terus menerus selalu meningikatkan dan
mengembangkan pendidikan kejuruan secara terpadu dan terkait dengan dunia industri/
dunia kerja.
Program Pendidikan Guru dalam Jabatan dengan model hybrid learning merupakan bagian
pengembangan pendidikan yang mengacu pada kebutuhan yang terjadi di dalam
masyarakat guna kepentingan pengembangan pendidikan kejuruan, khususnya dalam
upaya meningkatkan pendidikan dan pelatihan kejuruan.
Agar pengembangan tersebut dapat diimplementasikan dalam bentuk pendidikan dan
pelatihan (Diklat) serta dapat mencapai sasaran sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan,
maka harus didukung dengan strategi dan metode pelaksanaan yang efektif dan efisien,
Salah satu strategi tersebut adalah
penyampaian materi diklat yang dsajikan dan disusun dalam bentuk Modul Pembelajaran
yang menitikberatkan pada keaktifan peserta.
Modul ini merupakan alat bantu diklat yang digunakan dalam proses belajar mengajar dan
merupakan buku pegangan bagi dosen atau widiyaiswara maupun peserta diklat yang
disusun secara sistematis mencakup capaian pembelajaran, uraian materi, latihan dan
evaluasi. Modul pembalajaran ini diadopsi dari modul Pembangkit Listrik Tenaga Surya,
yang ditulis oleh Murtoyo tahun 2009, yang diperuntukan diklat pendidikan guru
kemediknas, kemudian modul tersebut dikompilasi, direvisi dan disusun sedemikian rupa
disesuaikan dengan kebutuhan hybrid learning, dalam penyusunannya masih terdapat
kekurangan, baik dalam isi materi maupun teknik penulisan, untuk itu saran konstruktif
dari para pengguna sangat diharapkan.
Demikianlah semoga dengan tersedianya modul pembelajaran ini dapat meningkatkan
kualitas dan kuantitas diklat di lembaga ini dan SMK.

Jakarta, 29 April 2018


Tim Energi Terbarukan,

Elih Mulyana
NIP 19640417 199202 1001

2
PENDAHLUAN
A. Relevansi :
Modul PLTS ini digunakan untuk hybrid learning bagi guru SMK, yang dibagi dalam
empat kegiatan belajar pertama didalamnya berisi perencanaan sistem, komponen
sistem, pemasangan, dan pengoperasian. Kerangka modul kegiatan belajar dilengkapi
capaian pembelajaran, pendahuluan, materi utama, penutup (didalamnya berisi
rangkuman, tes, tugas, kunci jawaban, dan referensi).
B. Rasional :
Pembelajaran materi PLTS memerlukan waktu 600 menit dan harus dituntaskan dalam
12 kali pertemuan dengan masing - masing kegiatan belajar 2 x 50 menit.
Modul pemebelajaran PLTS terdiri dari teori, praktik, studi lapangan, laporan dan
evaluasi. Materi tersebut harus dituntaskan dalam waktu 600 menit, peserta diklat wajib
mengikuti program kegiatan pada modul tersebut, Teori dilakukan di kelas, praktik
dilaksanakan di lab atau di lapangan. Akhir dari pembelajaran dan praktik peserta akan
dievaluasi baik tes formatif maupun tes sumatif dengan alat tes pada level maksimum 7.
Untuk praktik lapangan peserta wajib membuat laporan dan melakukan presentasi hasil
laporannya.
C. Petunjuk Pembelajaran :
Capaian pembelajaran yang diharapkan pada mata diklat keahlian PLTS dikelompokan
dalam empat kelompok capaian yaitu mampu : merancang PLTS, memasang PLTS,
mengoperasikan PLTS, memelihara PLTS.
Pada bagian modul ini capaian pembelajaran yang menjadi target yaitu peserta diklat
mampu : mengoperasikan Individual PLTS, mengoperasikan PLTS terpusat.

3
Daftar Isi

KATA PENGANTAR .............................................................................................. 2


PENDAHLUAN ...................................................................................................... 3
Modul 3.................................................................................................................. 5
Pengoperasian PLTS jenis SHS (Solar Home System) ................................................... 5
3.1. Capaian Pembelajaran ............................................................................. 5
3.2. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan ..................................................... 5
3.3. Pokok-Pokok Materi................................................................................ 5
3.4. Uraian Materi .......................................................................................... 5
3.4.1 Mengoperasikan Individual PLTS ........................................................................... 5
3.4.1.1 Individual Solar Home System (SHS) .................................................................. 5
3.4.1.2. Langkah Kerja...................................................................................................... 7
3.4.2. Mengoperasikan PLTS terpusat .............................................................................. 9
3.4.2.1 SHS atau PLTS terpusat ....................................................................................... 9
3.4.2.2. Langkah kerja .................................................................................................... 11
3.5. Rangkuman ........................................................................................... 16
3.6. Tugas..................................................................................................... 16
Glossarium ................................................................................................... 20
Tes Akhir Kegiatan Belajar III ................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 24

4
Modul 3
Pengoperasian PLTS jenis SHS (Solar Home System)

3.1. Capaian Pembelajaran


Mampu mengopersikan PLTS jenis SHS (Solar Home System)

3.2. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


Mampu mengoperasikan Individual PLTS jenis SHS (Solar Home System)
Mampu mengoperasikan PLTS terpusat jenis SHS (Solar Home System)

3.3. Pokok-Pokok Materi


Pada kegiatan belajar 3 mencakup materi mengoperasikan Individual (SHS) PLTS;
mengoperasikan PLTS terpusat

3.4. Uraian Materi


3.4.1 Mengoperasikan Individual PLTS
3.4.1.1 Individual Solar Home System (SHS)

Sistem Penerangan Individual yang umum disebut Solar Home System. Sistem ini
umumnya mempunyai tegangan kerja 12 Volt DC, dengan kapasitas modul surya
berkisar antara 50 Wp sampai dengan 300 Wp. Yang paling banyak terdapat di
pasar adalah sistem dengan kapasitas modul surya 50 Wp.

Sistem SHS ini umumnya dipasang dan dikhususkan untuk memenuhi kebutuhan
listrik minimum pada rumah-rumah di daerah terpencil dengan pola penyebaran
rumah yang terpencar.

SHS selain terdiri dari modul surya juga terdiri dari komponen-komponen lain
seperti batere dengan kapasitas 70Ah, sistem pengontrol kondisi batere (BCR),
Lampu DC 12 volt, dan stop kontak. SHS pada umumnya dapat dilihat pada gambar
berikut ini:

5
Gambar 1: Sistem penerangan individual atau Solar Home System (SHS)

SHS pada beberapa kasus ada yang tidak menggunaka baterai, dalam arti tidak
adanya proses penyimpanan energi. SHS rata-rata di Indonesia menggunakan
baterai untuk penggunaan listrik di malam hari, karena skenario dasarnya adalah
untuk sistem penerangan di malam hari.

SHS di perkotaan yang membutuhkan sistem yang lebih besar dan konversi listrik
DC ke AC karena pemakaian peralatan rumah tangga di kota lebih dari sekedar
kebutuhan penerangan. Sistem seperti ini membutuhkan DC/AC converter atau
sering disebut inverter.

6
1. Baterai

Idealnya, baterai yang digunakan untuk SHS adalah baterai yang memang
dirancang untuk aplikasi fotovoltaik. Namun di Negara-negara berkembang seperti
Indonesia, umumnya digunakan baterai lead-acid yang biasa digunakan untuk
mobil. Dalam penggunaannya, awet dan tidaknya baterai bergantung dari tipe,
ukuran yang sesuai dengan kebutuhan, lingkungan sekitarnya (suhu dan
kelembapan), BCU dan perawatan baterai.

Baterai secara operasional merupakan komponen yang paling mahal dalam sistem
SHS. Sehingga dibutuhkan komponen power regulation untuk mengatur optimasi
masa pakai baterai. SHS di Indonesia termasuk sistem yang diperuntukkan bagi
penduduk terpencil dengan rata-rata ekonomi rendah, sehingga dibutuhkan kontrol
baterai yang baik agar tidak cepat rusak.

2. BCU

Biasanya komponen BCU hanya memakan 5% dari keseluruhan investasi SHS,


namun demikian tetap dibutuhkan BCU dengan kualitas yang baik demi
kesinambungan operasi baterai dan BCU itu sendiri.

Fungsi pertama BCU adalah memutus hubungan modul surya saat baterai penuh agar
tidak over-charged. Fungsi keduanya adalah memutus hubungan beban saat SOC
baterai pada level tertentu untuk menghindari over-discharged.

Rata-rata pengaturan BCU yang ada di Indonesia adalah dengan pengaturan tegangan
baterai. BCU kemudian menghubungkan modul surya kembali saat tegangan baterai
drop mencapai level tegangan minimum, dan dapat menghubungkan beban kembali
saat tegangan baterai telah naik ke batas yang diperbolehkan untuk discharge.

3.4.1.2. Langkah Kerja

Percobaan kali ini adalah pengoperasian SHS yang sudah terpasang. Hal-hal yang
perlu dilakukan dalam percobaan adalah mencatat setiap komponen yang terlibat
dalam satu sistem, serta mempelajari setiap fungsi komponen tersebut.

Kemudian juga perlu dilakukan pengukuran kinerja sistem. Pengukuran ini menjadi
dasar untuk menaksir kinerja komponen sistem (misalnya berapa rugi-rugi daya pada
koneksi kabel PV ke baterai, serta berapa besar daya yang digunakan oleh tiap
beban).

Akan sangat menarik jika percobaan dilakukan saat matahari bersinar secara optimal,
namun demikian pengukuran dapat juga dilakukan saat kondisi berawan ataupun
mendung.

7
1. Setelah sistem terpasang, pelajari dengan seksama tiap komponen sistem dan
sistem secara keseluruhan.

2. Pelajari juga spesifikasi tiap komponen sistem, baik yang tertera pada label
komponen maupun pada literatur.

3. Gambar sketsa diagram listrik yang menunjukkan hubungan tiap komponen


sistem.

4. Ukur tegangan rangkaian terbuka (VOC) dan arus hubung singkat (ISC) modul
surya.

Ingat: modul tidak terhubung dengan baterai dan beban.

5. Ukur tegangan dan arus input yang berasal dari modul surya.

Apakah besar input tersebut sesuai dengan yang diharapkan sesuai perhitungan
teori (berdasarkan pengetahuan anda mengenai modul surya dan besar radiasi
matahari)?

6. Nyalakan beban lampu satu persatu.

7. Catat arus dan hitung daya yang dikonsumsi oleh masing-masing beban.

Apakah daya yang dikonsumsi sesuai dengan spesifikasi tiap beban?

8. Ukur tegangan jatuh (voltage drop) antara modul surya dan baterai menggunakan
multimeter. Jangan lupa untuk mencatat arus dari modul surya ke baterai pada
saat mengukur tegangan jatuh ini, menggunakan ammeter secara terpisah dengan
voltmeter untuk mengukur tegangan jatuh.

9. Pengukuran tegangan modul surya dapat dilakukan dengan membuka penutup


junction box pada bagian belakang modul surya.

10. Ukur panjang dan ukuran kabel dari modul surya ke baterai. Hal ini dilakukan
untuk menghitung rugi-rugi yang berasal dari pengkabelan.

11. Gunakan data pada langkah (9) untuk mengukur tegangan jatuh dan rugi-rugi
daya sistem.

8
3.4.2. Mengoperasikan PLTS terpusat
3.4.2.1 SHS atau PLTS terpusat
PLTS terpusat diaplikasikan untuk memasok listrik di daerah terpencil dengan pola
penyebaran rumah yang terkumpul atau jumalh rumah yang setiap km 2-nya cukup
banyak.

Sistem terpusat ini umumnya mempunyai keluaran sistem tegangan 220VAC, karena
itu diperlukan inverter untuk mengubah arus searah menjadi arus bolak-balik

Blok diagram sistem PLTS terpusat dapat dilihat pada gambar 5.

PV Array Inverter

BCU Beban
=
Baterai

Gambar 2 : Blok diagram sistem PLTS terpusat

1. Panel surya

Modul fotovoltaik sebagai komponen utama dari PLTS terpusat, pada umumnya
menggunakan tipe monokristal dan/atau polikristal berbasis silikon.

Untuk keperluan pemasangan, modul fotovoltaik dilengkapi dengan box koneksi


(junction box) termasuk blocking-diode, bingkai modul, dan kerangka penyangga
modul.

2. Pengendali Baterai (BCU)

Fungsi pengendali baterai (battery control unit - BCU) adalah untuk melindungi
baterai dari pengisian berlebihan (over charged) dan pengosongan habis-habisan
(over discharged), karena hal tersebut dapat mempercepat kerusakan baterai.
Baterai dikatakan rusak apabila baterai tidak dapat lagi menyimpan listrik dalam
batas waktu yang diharapkan.

Pada dasarnya terdapat dua tipe pengendali BCU yang tersedia, yaitu : tipe seri
dan paralel. Pada tipe seri, apabila kapasitas baterai telah maximum atau penuh
maka hubungan modul fotovoltaik ke baterai akan diputus dengan cara
9
mengaktifkan suatu relay (baik secara mekanik maupun elektronik). Sedangkan
pada BCU tipe paralel, keluaran modul fotovoltaik akan dihubung-singkatkan
apabila baterai telah penuh.

Kelengkapan BCU antara lain terminal-terminal untuk modul fotovoltaik, baterai


dan beban. Selain itu, BCU pada umumnya dilengkapi dengan berbagai indikator,
seperti : lampu indikator LED, atau berupa layar (dan panel) yang dapat
mengindikasikan bahwa baterai dalam keadaan normal, pengisian atau kosong.

Apabila indikator baterai kosong menyala (tegangan baterai turun sampai


tegangan lepas - disconnect voltage), maka semua hubungan ke beban akan
diputus dan akan tersambung kembali apabila baterai telah penuh atau normal
kembali (pada tegangan baterai mencapai tegangan terhubung – reconnect
voltage).

3. Baterai

Fungsi baterai adalah didalam PLTS pada umumnya untuk keperluan menyimpan
listrik yang dibangkitkan oleh modul fotovoltaik pada siang hari dan digunakan
untuk memasok listrik ke beban pada malam hari.

Dewasa ini terdapat banyak jenis baterai yang pada dasarnya disesuaikan untuk
keperluan tertentu. Jenis baterai yang sudah terbukti handal untuk keperluan
PLTS adalah baterai stasioner dari jenis lead acid.

Pada percobaan ini digunakan baterai lead-acid tipe baterai starter yang sering
digunakan pada kendaraan mobil.

Baterai stasioner pada umumnya dirancang untuk pemakaian arus relatif kecil
tetapi dalam jangka yang waktu yang lama. Karenanya permukaan sel aktif yang
luas tidak diperlukan sehingga jumlah rugi-rugi baterai (self discharge) dapat
ditekan dan baterai dapat bekerja lebih efisien.

Disamping itu konstruksi baterai stasioner pada umumnya dirancang sedemikian


rupa sehingga erosi material aktif pada saat gasing dapat ditekan minimum dan
ruang pengendapan untuk sel-sel yang telah dibuat cukup (menghindari
kemungkinan hubung singkat internal) sehingga baterai dapat berumur lebih
lama.

Umur baterai ditentukan oleh mekanisme degradasi (berkurangnya sel-sel aktif),


korosi, dan kejadian hubung singkat. Penyebab proses penuaan baterai yang
terutama karena :
- baterai sering mengalami kekosongan (over discharged)
- pengisian yang berlebihan (over charged)
- pemeliharaan yang tidak memadai

Dua alasan pertama dapat dihindarkan dengan cara penghitungan kapasitas


baterai (battery sizing) yang optimal dan dilengkapi dengan BCU yang tepat.
10
4. Inverter

Inverter mengubah listrik DC dari panel surya menjadi listrik AC, yang sesuai
dengan kebutuhan beban. Tegangan keluaran biasanya 230VAC, 50Hz.

Tegangan input DC inverter menunjukkan jumlah modul yang harus


disambungkan secara seri, sedangan tegangan output AC menjelaskan tegangan
AC beban yang digunakan.

Jenis gelombang AC yang dihasilkan sebaiknya Pure Sine Wave atau gelombang
AC murni. Gelombang AC murni sesuai dengan kebutuhan rata-rata peralatan
rumah tangga, karena tidak menimbulkan gangguan listrik berupa noise.

Gambar 3 : Bentuk gelombang Pure Sine Wave

3.4.2.2. Langkah kerja

Untuk menghindarkan hal-hal yang tidak diinginkan (yang mungkin bisa berakibat
fatal) maka sebelum mengoperasikan sistem terlebih dahulu perlu dilakukan
pengecekan akhir bahwa segala sesuatunya telah sesuatu dengan perencanaannya.

Hal ini dilakukan dengan memperhatikan urutan langkah-langkah yang disampaikan


di bawah ini. Jangan lupa mengisi tanggal pengisian (dan nama pelaksana pada
pengecekan lapangan).

11
1. Pengecekan spesifikasi modul surya

Catat data-data berikut:

Merk & tipe modul surya :


Jenis sel : Monokristal/
Polikristal/
Amorphous
Daya puncak tiap modul surya : Wp
Jumlah modul surya : Buah
Jumlah modul dalam hubungan seri (per satu paralel) : Buah
Jumlah hubungan paralel (string atau array) : Buah
Dimensi tiap modul surya : cm x cm

2. Pengecekan spesifikasi inverter

Catat data-data berikut:

Merk & tipe :


Daya & fasa : VA, 
Tegangan masukan : Volt
Tegangan keluaran : Volt
Frekuensi : Hz
Efisiensi : %
Cos  :

3. Pengecekan spesifikasi baterai


(Saran: Gunakan sarung tangan dan pelindung mata)

Catat data-data berikut:

Merk& tipe :
Kapasitas dan tegangan tiap baterai : Ah, Volt
Jumlah baterai keseluruhan : Buah
Jumlah baterai dalam hubungan seri : Buah
Jumlah hubungan paralel (jumlah string) : Buah
Dimensi tiap baterai : mm x mm x mm

Gambar blok diagram yang menjelaskan skema instalasi sistem

4. Pengecekan awal
(Saran: Gunakan topi keselamatan dan pelindung mata)

 Periksa pentanahan semua bagian metal (seperti: bingkai modul surya,


penyangga modul, rak batere, dan box terminal).

12
 Pastikan bahwa semua label, tanda bahaya dan peringatan keselamatan
telah sesuai dengan perencanaan.

 Periksa bila semua bagian pemutus arus (seperti:sekring, saklar, dan MCB)
baik bagian DC maupun AC dalam posisi terbuka, dan berikan aba-aba
pada setiap bagian yang mungkin ditutup oleh pihak lain bahwa “Sistem
dalam Pengecekan”

5. Pengecekan array modul surya


(Saran: Gunakan topi keselamatan, sarung tangan dan pelindung mata)

 Pastikan bahwa semua sekring dan MCB pada combiner box dalam
keadaan terbuka dan tidak ada tegangan yang muncul pada keluaran
combiner box.

 Periksa secara visual bahwa semua kabel telah terpasang sempurna dengan
cara menarik setiap kabel secukupnya pada titik sambungan atau
terminalnya.

PERHATIAN: KONTAK YANG KURANG SEMPURNA AKAN


MENCIPTAKAN HAMBATAN ARUS YANG TINGGI DAN DAPAT
MENIMBULKAN LONCATAN BUNGA API:

 Periksa bahwa semua kabel telah terikat sempurna pada rangka


penyangganya dan tersusun rapi.

 Periksa sekali lagi permukaan modul dari ketidaksempurnaan, seperti: kaca


retak atau kelainan sel.

 Periksa kerapian pemasangan kabel dan disangga secara sempurna.

 Setiap kabel terpasang label dan terlihat jelas.

 Periksa urutan pemasangan kabel dan array modul surya ke combiner box
apakah sudah sesuai dengan perencanaan.

6. Pengecekan string
(Saran: Gunakan topi keselamatan, sarung tangan dan pelindung mata)

 Pertama-tama lakukan pengukuran data-data sebagai berikut dengan


catatan:
- Pengukurun dilakukan di terminal combiner box
- Sekring/fuse dalam keadaan terbuka (off)
- Catat kondisi cuaca (cerah/terang berawan/mendung/hujan)
-

13
No Array VOC (Volt) ISC (Ampere) IO (W/m2)
1
2

Keterangan: IO adalah penyinaran matahari (irradiation) pada permukaaan


horizontal (W/m2)

 Kemudian memeriksa PV array gabungan, dengan mengukur dan mencatat


data-data berikut dengan catatan:
- Pengukuran dilakukan pada terminal combiner box
- Sekring dalam keadaan terpasang
- Posisi MCB OFF

VOC (Volt) ISC (Ampere)*

* Keterangan: hanya apabila memungkinkan dilakukan pengukuran,


perhatikan tegangan tinggi saat tegangan terbuka (open-circuit) dan arus
besar pada hubung singkat (short-circuit)

 Pelajari apakah data tegangan terbuka (VOC) dari setiap string telah konsisten
dan sesuai dengan spesifikasi fabrikan (catat apabila ditengarai ada kelainan).

 Pastikan bahwa polaritas dari kutub string telah terpasang benar.

PERHATIAN: JIKA POLARITAS PADA SALAH SATU STRING


TERBALIK, HAL INI DAPAT MENIMBULKAN KEBAKARAN DI
COMBINER BOX MODUL PV ATAU KERUSAKAN KOMPONEN LAIN.

 Pastikan bahwa kutub-kutub positif dan negatif dari string telah ditandai secara
jelas (dengan label atau tanda kabel).

 Ulangi pengecekan/pemeriksaan untuk setiap string.

7. Pengecekan string
(Saran: Gunakan topi keselamatan, sarung tangan dan pelindung mata)

 Ukur dan catat data-data berikut, dengan catatan:


- Pengukuran dilakukan melalui terminal input inverter
- Posisi MCB pada combiner box ON
- Posisi inverter OFF

Inverter VOC (Volt) ISC (Ampere)*


Terminal input
* Keterangan: hanya apabila memungkinkan dilakukan pengukuran,
perhatikan tegangan tinggi saat tegangan terbuka (open-circuit) dan arus
besar pada hubung singkat (short-circuit)!

14
8. Start-up test
(Saran: Gunakan topi keselamatan, sarung tangan dan pelindung mata)

 Pastikan seluruh MCB pada BCU (yaitu bank-A, bank-B dan load) dalam
keadaan terbuka (off).

 Pelajari apakah data tegangan masukan dari setiap MCB (yang dicatat pada
saat komisioning) dan terminal baterai telah konsisten dengan tegangan
combiner box dan baterai. Pada saat ini tegangan beban = 0 Volt.

 Pasang seluruh sekring, tutup rumah sekring dan tutup MCB pada combiner
box.

 Aktifkan BCU dengan menekan tombol ON.

 Hidupkan MCB beban, periksa melalui display dan keypad pada BCU (jika
ada) apakah arus dan tegangan beban menunjukkan angka yang sesuai.

 Terakhir, hidupkan MCB bank A-B secara berurutan dan periksa melalui
display dan keypad (jika ada) pada BCU, apakah arus hubung singkat (ISC) dan
tegangan terbuka (VOC) menunjukkan konsistensi angka.

Pada saat ini PLTS siap dioperasikan sebagai catudaya sistem terpusat.

9. Start-up test inverter

(Saran: Gunakan topi keselamatan dan pelindung mata)

 Pastikan inverter dan MCB ke beban dalam keadaan OFF sebelum


pelaksanaan tes.

 Pelajari apakah data tegangan masukan (DC) inverter (yang dicatat pada saat
komisioning) telah konsisten dengan tegangan BCU atau batere, tergantung
pada sistem catudaya inverter. Pada saat ini tegangan beban = 0 volt.

 Pastikan tegangan masukan (DC) tersebut pada check-list no. 29 sesuai dengan
spesifikasi inverter.

 Pelajari apakah data tegangan keluaran (AC) inverter telah sesuai dengan
spesifikasi fabrikan.

 Aktifkan inverter dengan menekan tombol ON pada inverter, tunggu


sementara waktu sampai lampu indikator warna hijau dari inverter menyala.

 Hidupkan MCB ke beban dan periksa apakah inverter dan beban telah
berfungsi sebagaimana mestinya.

15
3.5. Rangkuman

Keandalan dan kesinambungan pelayanan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) sangat
tergantung pada penggunaan komponen-komponen pendukungnya, serta kinerja sistem
secara integral.

Dengan mempelajari dan mendalami keseluruhan isi modul ini peserta diharapkan dapat
memahami secara benar langkah-langkah penting dalam mengoperasikan PLTS.
Pemahaman mengenai kinerja sistem secara nyata, akan sangat penting bagi menunjang
kegiatan pemeliharaan dan penginspeksian sistem.

3.6. Tugas
Tugas 1:

Lakukan Tugas dengan langkah –langkah sbb:

Gambar 4: Skema rangkaian percobaan sistem pompa tenaga surya

Tahap pertama adalah mempelajari spesifikasi masing-masing komponen yang dibagi


menjadi 4 bagian: panel surya, inverter, motor listrik, dan pompa air.

16
1) Untuk modul surya, catat data-data berikut:

Jenis panel : Monokristal/


polikristal/
amorfous
Daya puncak tiap modul surya : Wp
Jumlah modul keseluruhan : Buah
Jumlah modul dalam hubungan seri : Seri

2) Untuk inverter, catat data-data berikut:

Tipe inverter :
Daya dan fasa : VA, 
Tegangan masukan : Volt
Tegangan keluaran : Volt
Frekuensi : Hz

3) Untuk motor listrik pada pompa air, catat data-data berikut:

Tipe motor :
Daya dan fasa : VA, 
Tegangan kerja : Volt
Frekuensi : Hz

4) Untuk kemampuan pompa, catat data-data berikut:

Tipe pompa :
Tinggi pemompaan : Meter
Kapasitas pemompaan (debit) : m3/jam

Tahap kedua adalah pengukuran masing-masing komponen sebelum dihubungkan ke


sistem.
Inverter

Combiner
Motor & pompa air

PV Array

Gambar 5 : Skema rangkaian listrik sistem pompa air tenaga surya


17
5) Memeriksa PV array atau hubungan seri modul surya sebelum dihubungkan ke
combiner box, ukur dan catat data-data sebagai berikut:

Ingat: posisi CB pada combiner box dalam keadaan OFF!

Array VOC (Volt) ISC (Ampere)


1
2

6) Pemeriksaan panel surya diukur dari combiner box:

VOC : Volt
ISC : Ampere

7) Pemeriksaan inverter, ukur dan catat data-data sebagai berikut:

Ingat:
- Pengukuran dilakukan pada terminal input inverter
- Inverter dalam keadaan OFF
- Posisi CB pada combiner box dalam keadaan OFF

Inverter VOC (Volt) ISC (Ampere)


Terminal input

Tahap ketiga adalah tahap pemeriksaan sistem. Tipe sistem pada percobaan ini
adalah direct-coupling, yaitu tidak menggunakan baterai. Sebagai syarat keberhasilan
percobaan, sebaiknya percobaan dilakukan pada saat matahari bersinar secara
optimal.

8) Ukur dan catat data-data sebagai berikut:

Ingat:
- pengukuran ini dilakukan pada saat sistem beroperasi
- posisi CB pada combiner box dalam keadaan ON
- posisi inverter dalam keadaan ON

Tegangan pada combiner box : Volt


Tegangan input inverter : Volt
Tegangan output inverter : Volt

9) Buat Laporan Hasil percobaan pengoperasian penggunaan PLTS tersebut

18
Tugas 2 :

1. Bagaimana korelasi panjang dan ukuran kabel terhadap rugi-rugi listrik?

2. Mengapa diperlukan pengukuran voltage drop antara panel surya dengan baterai?
Bagaimana pengukurannya?

3. Pilih kabel yang sesuai untuk sistem DC:


a. Pejal
b. Serabut

berikan alasannya secara teori!

4. Baterai 70Ah dibebani beban konstan sebesar 2A selama 6 jam. Saat awal
dibebani tegangan baterai sebesar 12.6V. Berapakah SOC baterai setelah beban
dimatikan?

Tugas 3 :

1. Apa yang anda ketahui tentang inverter bi-directional? Kapan dan mengapa
inverter ini dibutuhkan?

2. Mengapa dalam pengukuran yang anda lakukan, tegangan dari panel surya tidak
stabil?

3. Pada PLTS, bagaimana anda mengetahui sistem tegangan DC hanya dengan


melihat rangkaian baterai?

4. Pengukuran apa yang harus dilakukan sesingkat mungkin? Mengapa?

19
Glossarium
AC : Alternating current atau arus bolak-balik
Accu Zuur : Larutan asam atau larutan elektrolit yang ada di dalam batere
Ah : Ampere-hour, satuan kapasitas baterai
Ampere : satuan arus listrik
Battery-coupling : Tipe sistem tenaga surya yang menggunakan baterai sebagai
penyimpan energi
BCU : Battery Control Unit, adalah perangkat pengontrol proses
charge dan discharge baterai
Debit air : Volume air (m3) yang mengalir per satuan waktu
Direct-coupling : Tipe sistem tenaga surya yang langsung menyuplai beban
tanpa menggunaka baterai
Inverter : Merupakan konverter yang mengubah input DC menjadi
output AC
IO : Intensitas penyinaran matahari atau irradiation pada
permukaan horizontal (W/m2)
ISC : Arus hubung singkat (short-circuit)
Lead-Acid battery : Jenis baterai yang terdiri dari kombinasi timbal dan asam
LED : Light Emitting Diode, biasanya digunakan sebagai lampu
indicator pada perangkat seperti BCU dan inverter
MCB : Miniature Circuit Breaker, saklar pemutus otomatis pada
sistem untuk proteksi rangkaian sistem
Over charge : Proses pengisian baterai yang berlebih
Over discharge : Proses pengosongan baterai yang berlebih
PV Array : Rangkaian seri/parallel beberapa modul surya
PV Junction Box : Kotak di bagian belakang modul surya
PV Combiner Box : Kotak yang menggabungkan koneksi seluruh PV Array
Phidrolik : Tekanan hidrolik yang disebabkan dinamika air yang
mengalir
SHS : Solar Home System, adalah sistem suplai listrik menggunakan
energi surya yang dikhususkan bagi kebutuhan minimum
rumah penduduk di daerah terpencil
VOC : Tegangan rangkaian terbuka (open-circuit)
Volt : Satuan tegangan listrik
Voltage drop : Tegangan jatuh, adalah penurunan tegangan pada suatu
rangkaian listrik antara sumber listrik dan beban
Watt : Satuan daya listrik
Wp : Watt-peak, daya puncak yang bisa dihasilkan suatu
Water counter : Adalah meter air, yaitu alat untuk mengukur debit air

20
Tes Akhir Kegiatan Belajar III
1. Bagaimana korelasi panjang dan ukuran kabel terhadap rugi-rugi listrik?
a. Semakin panjang kabel dan semakin besar diamater kabel, maka semakin besar
rugi-rugi listrik.
b. Semakin pendek kabel dan semakin kecil diamater kabel, maka semakin kecil rugi-
rugi listrik.
c. Semakin pendek kabel dan semakin besar diamater kabel, maka semakin kecil rugi-
rugi listrik.
d. Semakin panjang kabel dan semakin kecil diamater kabel, maka semakin besar
rugi-rugi listrik.
e. Semua jawaban salah

2. Kabel seperti apakah yang sesuai untuk sistem DC?


a. Pejal, karena tidak akan terjadi skin effect, sehingga tidak bertabrakan dan saling
bertolakan satu sama lain.
b. Serabut, karena tidak akan terjadi skin effect, sehingga tidak bertabrakan dan saling
bertolakan satu sama lain.
c. Kabel mana pun bisa karena tidak akan terjadi skin effect.
d. Serabut, karena terjadinya skin effect, sehingga tidak bertabrakan dan saling
bertolakan satu sama lain.
e. Semua jawaban salah

3. Apa yang anda ketahui tentang inverter bi-directional ?


a. Inverter bi-directional adalah converter dengan fasilitas proses charging baterai dan
dapat mengubah sumber AC menjadi tegangan DC nominal.
b. Inverter bi-directional adalah converter daengan fasilitas proses charging baterai
dan dapat mengubah sumber DC menjadi tegangan AC nominal.
c. Inverter bi-directional adalah converter pengubah sumber AC menjadi tegangan
DC secara sesaat.
d. Inverter bi-directional adalah converter dengan fasilitas proses charging baterai dari
DC ke AC.
e. Semua jawaban salah.

21
4. Apa yang dimaksud dengan PV hybrid system?
a. PV hybrid system adalah sistem catudaya fotovoltaik yang hanya memiliki satu
sumber energi.
b. PV hybrid system adalah sistem penguat catudaya fotovoltaik yang dikombinasikan
dengan dua atau lebih sumber energi yang berbeda.
c. PV hybrid system adalah sistem catudaya fotovoltaik yang dikombinasikan dengan
dua atau lebih sumber energi yang berbeda.
d. PV hybrid system adalah sistem penstabil catudaya fotovoltaik yang ditempatkan
pada dua atau lebih sumber energi yang berbeda.
e. Semua jawaban benar.

5. Komponen mana yang dalam prosedur awal sebelum pengoperasian dihubungkan


paling akhir?
a. Batrai
b. Inverter
c. Relay
d. Panel surya
e. converter

6. Apa prosedur keamanan sistem yang harus dilakukan dalam mengukur V OC dan ISC
modul surya?
a. Mematikan inverter dan mencabut sumber ke semua komponen
b. Menghubungkan semua sekring/fuse combiner, karena untuk mendapatkan VOC dan
ISC modul surya
c. Semua sekring/fuse pada kotak combiner OFF, karena untuk membuat beban
terhubung dengan sistem.
d. Semua sekring/fuse pada kotak combiner OFF, karena tidak terhubung dengan
beban dan sistem.
e. Semua jawaban salah

22
7. Apa yang dimaksud dengan PV String?
a. Rangkaian paralel modul surya
b. Rangkaian seri paralel modul surya
c. Rangkaian seri modul surya
d. Rangkaian kontorl modul surya
e. Rangkaian penguat modul surya

8. Pada PLTS, bagaimana anda mengetahui sistem tegangan DC hanya dengan melihat
rangkaian baterai?
a. Dengan melihat PV string
b. Dengan melihat rangkaian seri/paralel modul surya
c. Dengan melihat rangkaian seri/paralel baterai
d. Dengan melihat rangkaian inverter
e. Semua jawaban benar

23
DAFTAR PUSTAKA

Adi Sukarno .Winarso. 2005. Penggunaan Osciloskop. PPPPTK BMTI Bandung.


(Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen PMPTK, 2009)

Gerhard.Brechmann,. 1993. Table for the Electric Trade. Deutche Gesselchaft fiir
https://gautamakarisma.wordpress.com/2013/11/27/plts-daya-dan-energi/ (16 sep
2017;05.58)

https://www.google.co.id/search?q=Efisiensi+PLTS&oq=Efisiensi+PLTS&aqs=chrome..6
9i57.10603j0j1&sourceid=chrome&ie=UTF-8, (16 sep 2017;05.58)

Indonesia Australia Partnership For Skills Development Batam Institutional Development


Project.2001

Jenneson J.R. 1990.Electrical principles for the Electrical Trades, 3rd edition. McGraw
Hill, Sidney.

Modul Bahan Ajar Elektro. 2001. Tim Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.
Munthe. Berayan. 2007. Pengukuran Listrik. PPPPTK BMTI Bandung.

Murtoyo, 2009, PENGOPERSIAN PLTS, Modul Pembangkit Listrik Tenaga Surya


(PLTS), PPPTK BMTI Bandung, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga
Kependidikan, Departemen Pendidikan Nasional.

Pahmi. Aji W, Ahmad K. 2001. Penggunaan Alat Ukur Listrik. CV. Armico, Bandung.

Supaat. 1999. Photo Voltaic Sumber Tenaga Listrik Alternatif Untuk Sekolah Menengah
Kejuruan. PPPGT Malang.

Technische Zusammenarbeit (GTZ) Gmbh, Eschborn Federal Republic of Germany.

Theraja B.L. 1984. A Text Book of Electrical Technology, Dhampat Rai & Son , New
Delhi

24

Вам также может понравиться