Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BIDANG KAJIAN 3
TEKNIK ENERGI SURYA
MODUL 3
PENGOPERASIAN SISTEM PLTS
Jenis SHS(Solar Home Sistem)
Tim Penyusun:
Elih Mulyana
NIP 19640417 199202 1001
2
PENDAHLUAN
A. Relevansi :
Modul PLTS ini digunakan untuk hybrid learning bagi guru SMK, yang dibagi dalam
empat kegiatan belajar pertama didalamnya berisi perencanaan sistem, komponen
sistem, pemasangan, dan pengoperasian. Kerangka modul kegiatan belajar dilengkapi
capaian pembelajaran, pendahuluan, materi utama, penutup (didalamnya berisi
rangkuman, tes, tugas, kunci jawaban, dan referensi).
B. Rasional :
Pembelajaran materi PLTS memerlukan waktu 600 menit dan harus dituntaskan dalam
12 kali pertemuan dengan masing - masing kegiatan belajar 2 x 50 menit.
Modul pemebelajaran PLTS terdiri dari teori, praktik, studi lapangan, laporan dan
evaluasi. Materi tersebut harus dituntaskan dalam waktu 600 menit, peserta diklat wajib
mengikuti program kegiatan pada modul tersebut, Teori dilakukan di kelas, praktik
dilaksanakan di lab atau di lapangan. Akhir dari pembelajaran dan praktik peserta akan
dievaluasi baik tes formatif maupun tes sumatif dengan alat tes pada level maksimum 7.
Untuk praktik lapangan peserta wajib membuat laporan dan melakukan presentasi hasil
laporannya.
C. Petunjuk Pembelajaran :
Capaian pembelajaran yang diharapkan pada mata diklat keahlian PLTS dikelompokan
dalam empat kelompok capaian yaitu mampu : merancang PLTS, memasang PLTS,
mengoperasikan PLTS, memelihara PLTS.
Pada bagian modul ini capaian pembelajaran yang menjadi target yaitu peserta diklat
mampu : mengoperasikan Individual PLTS, mengoperasikan PLTS terpusat.
3
Daftar Isi
4
Modul 3
Pengoperasian PLTS jenis SHS (Solar Home System)
Sistem Penerangan Individual yang umum disebut Solar Home System. Sistem ini
umumnya mempunyai tegangan kerja 12 Volt DC, dengan kapasitas modul surya
berkisar antara 50 Wp sampai dengan 300 Wp. Yang paling banyak terdapat di
pasar adalah sistem dengan kapasitas modul surya 50 Wp.
Sistem SHS ini umumnya dipasang dan dikhususkan untuk memenuhi kebutuhan
listrik minimum pada rumah-rumah di daerah terpencil dengan pola penyebaran
rumah yang terpencar.
SHS selain terdiri dari modul surya juga terdiri dari komponen-komponen lain
seperti batere dengan kapasitas 70Ah, sistem pengontrol kondisi batere (BCR),
Lampu DC 12 volt, dan stop kontak. SHS pada umumnya dapat dilihat pada gambar
berikut ini:
5
Gambar 1: Sistem penerangan individual atau Solar Home System (SHS)
SHS pada beberapa kasus ada yang tidak menggunaka baterai, dalam arti tidak
adanya proses penyimpanan energi. SHS rata-rata di Indonesia menggunakan
baterai untuk penggunaan listrik di malam hari, karena skenario dasarnya adalah
untuk sistem penerangan di malam hari.
SHS di perkotaan yang membutuhkan sistem yang lebih besar dan konversi listrik
DC ke AC karena pemakaian peralatan rumah tangga di kota lebih dari sekedar
kebutuhan penerangan. Sistem seperti ini membutuhkan DC/AC converter atau
sering disebut inverter.
6
1. Baterai
Idealnya, baterai yang digunakan untuk SHS adalah baterai yang memang
dirancang untuk aplikasi fotovoltaik. Namun di Negara-negara berkembang seperti
Indonesia, umumnya digunakan baterai lead-acid yang biasa digunakan untuk
mobil. Dalam penggunaannya, awet dan tidaknya baterai bergantung dari tipe,
ukuran yang sesuai dengan kebutuhan, lingkungan sekitarnya (suhu dan
kelembapan), BCU dan perawatan baterai.
Baterai secara operasional merupakan komponen yang paling mahal dalam sistem
SHS. Sehingga dibutuhkan komponen power regulation untuk mengatur optimasi
masa pakai baterai. SHS di Indonesia termasuk sistem yang diperuntukkan bagi
penduduk terpencil dengan rata-rata ekonomi rendah, sehingga dibutuhkan kontrol
baterai yang baik agar tidak cepat rusak.
2. BCU
Fungsi pertama BCU adalah memutus hubungan modul surya saat baterai penuh agar
tidak over-charged. Fungsi keduanya adalah memutus hubungan beban saat SOC
baterai pada level tertentu untuk menghindari over-discharged.
Rata-rata pengaturan BCU yang ada di Indonesia adalah dengan pengaturan tegangan
baterai. BCU kemudian menghubungkan modul surya kembali saat tegangan baterai
drop mencapai level tegangan minimum, dan dapat menghubungkan beban kembali
saat tegangan baterai telah naik ke batas yang diperbolehkan untuk discharge.
Percobaan kali ini adalah pengoperasian SHS yang sudah terpasang. Hal-hal yang
perlu dilakukan dalam percobaan adalah mencatat setiap komponen yang terlibat
dalam satu sistem, serta mempelajari setiap fungsi komponen tersebut.
Kemudian juga perlu dilakukan pengukuran kinerja sistem. Pengukuran ini menjadi
dasar untuk menaksir kinerja komponen sistem (misalnya berapa rugi-rugi daya pada
koneksi kabel PV ke baterai, serta berapa besar daya yang digunakan oleh tiap
beban).
Akan sangat menarik jika percobaan dilakukan saat matahari bersinar secara optimal,
namun demikian pengukuran dapat juga dilakukan saat kondisi berawan ataupun
mendung.
7
1. Setelah sistem terpasang, pelajari dengan seksama tiap komponen sistem dan
sistem secara keseluruhan.
2. Pelajari juga spesifikasi tiap komponen sistem, baik yang tertera pada label
komponen maupun pada literatur.
4. Ukur tegangan rangkaian terbuka (VOC) dan arus hubung singkat (ISC) modul
surya.
5. Ukur tegangan dan arus input yang berasal dari modul surya.
Apakah besar input tersebut sesuai dengan yang diharapkan sesuai perhitungan
teori (berdasarkan pengetahuan anda mengenai modul surya dan besar radiasi
matahari)?
7. Catat arus dan hitung daya yang dikonsumsi oleh masing-masing beban.
8. Ukur tegangan jatuh (voltage drop) antara modul surya dan baterai menggunakan
multimeter. Jangan lupa untuk mencatat arus dari modul surya ke baterai pada
saat mengukur tegangan jatuh ini, menggunakan ammeter secara terpisah dengan
voltmeter untuk mengukur tegangan jatuh.
10. Ukur panjang dan ukuran kabel dari modul surya ke baterai. Hal ini dilakukan
untuk menghitung rugi-rugi yang berasal dari pengkabelan.
11. Gunakan data pada langkah (9) untuk mengukur tegangan jatuh dan rugi-rugi
daya sistem.
8
3.4.2. Mengoperasikan PLTS terpusat
3.4.2.1 SHS atau PLTS terpusat
PLTS terpusat diaplikasikan untuk memasok listrik di daerah terpencil dengan pola
penyebaran rumah yang terkumpul atau jumalh rumah yang setiap km 2-nya cukup
banyak.
Sistem terpusat ini umumnya mempunyai keluaran sistem tegangan 220VAC, karena
itu diperlukan inverter untuk mengubah arus searah menjadi arus bolak-balik
PV Array Inverter
BCU Beban
=
Baterai
1. Panel surya
Modul fotovoltaik sebagai komponen utama dari PLTS terpusat, pada umumnya
menggunakan tipe monokristal dan/atau polikristal berbasis silikon.
Fungsi pengendali baterai (battery control unit - BCU) adalah untuk melindungi
baterai dari pengisian berlebihan (over charged) dan pengosongan habis-habisan
(over discharged), karena hal tersebut dapat mempercepat kerusakan baterai.
Baterai dikatakan rusak apabila baterai tidak dapat lagi menyimpan listrik dalam
batas waktu yang diharapkan.
Pada dasarnya terdapat dua tipe pengendali BCU yang tersedia, yaitu : tipe seri
dan paralel. Pada tipe seri, apabila kapasitas baterai telah maximum atau penuh
maka hubungan modul fotovoltaik ke baterai akan diputus dengan cara
9
mengaktifkan suatu relay (baik secara mekanik maupun elektronik). Sedangkan
pada BCU tipe paralel, keluaran modul fotovoltaik akan dihubung-singkatkan
apabila baterai telah penuh.
3. Baterai
Fungsi baterai adalah didalam PLTS pada umumnya untuk keperluan menyimpan
listrik yang dibangkitkan oleh modul fotovoltaik pada siang hari dan digunakan
untuk memasok listrik ke beban pada malam hari.
Dewasa ini terdapat banyak jenis baterai yang pada dasarnya disesuaikan untuk
keperluan tertentu. Jenis baterai yang sudah terbukti handal untuk keperluan
PLTS adalah baterai stasioner dari jenis lead acid.
Pada percobaan ini digunakan baterai lead-acid tipe baterai starter yang sering
digunakan pada kendaraan mobil.
Baterai stasioner pada umumnya dirancang untuk pemakaian arus relatif kecil
tetapi dalam jangka yang waktu yang lama. Karenanya permukaan sel aktif yang
luas tidak diperlukan sehingga jumlah rugi-rugi baterai (self discharge) dapat
ditekan dan baterai dapat bekerja lebih efisien.
Inverter mengubah listrik DC dari panel surya menjadi listrik AC, yang sesuai
dengan kebutuhan beban. Tegangan keluaran biasanya 230VAC, 50Hz.
Jenis gelombang AC yang dihasilkan sebaiknya Pure Sine Wave atau gelombang
AC murni. Gelombang AC murni sesuai dengan kebutuhan rata-rata peralatan
rumah tangga, karena tidak menimbulkan gangguan listrik berupa noise.
Untuk menghindarkan hal-hal yang tidak diinginkan (yang mungkin bisa berakibat
fatal) maka sebelum mengoperasikan sistem terlebih dahulu perlu dilakukan
pengecekan akhir bahwa segala sesuatunya telah sesuatu dengan perencanaannya.
11
1. Pengecekan spesifikasi modul surya
Merk& tipe :
Kapasitas dan tegangan tiap baterai : Ah, Volt
Jumlah baterai keseluruhan : Buah
Jumlah baterai dalam hubungan seri : Buah
Jumlah hubungan paralel (jumlah string) : Buah
Dimensi tiap baterai : mm x mm x mm
4. Pengecekan awal
(Saran: Gunakan topi keselamatan dan pelindung mata)
12
Pastikan bahwa semua label, tanda bahaya dan peringatan keselamatan
telah sesuai dengan perencanaan.
Periksa bila semua bagian pemutus arus (seperti:sekring, saklar, dan MCB)
baik bagian DC maupun AC dalam posisi terbuka, dan berikan aba-aba
pada setiap bagian yang mungkin ditutup oleh pihak lain bahwa “Sistem
dalam Pengecekan”
Pastikan bahwa semua sekring dan MCB pada combiner box dalam
keadaan terbuka dan tidak ada tegangan yang muncul pada keluaran
combiner box.
Periksa secara visual bahwa semua kabel telah terpasang sempurna dengan
cara menarik setiap kabel secukupnya pada titik sambungan atau
terminalnya.
Periksa urutan pemasangan kabel dan array modul surya ke combiner box
apakah sudah sesuai dengan perencanaan.
6. Pengecekan string
(Saran: Gunakan topi keselamatan, sarung tangan dan pelindung mata)
13
No Array VOC (Volt) ISC (Ampere) IO (W/m2)
1
2
Pelajari apakah data tegangan terbuka (VOC) dari setiap string telah konsisten
dan sesuai dengan spesifikasi fabrikan (catat apabila ditengarai ada kelainan).
Pastikan bahwa kutub-kutub positif dan negatif dari string telah ditandai secara
jelas (dengan label atau tanda kabel).
7. Pengecekan string
(Saran: Gunakan topi keselamatan, sarung tangan dan pelindung mata)
14
8. Start-up test
(Saran: Gunakan topi keselamatan, sarung tangan dan pelindung mata)
Pastikan seluruh MCB pada BCU (yaitu bank-A, bank-B dan load) dalam
keadaan terbuka (off).
Pelajari apakah data tegangan masukan dari setiap MCB (yang dicatat pada
saat komisioning) dan terminal baterai telah konsisten dengan tegangan
combiner box dan baterai. Pada saat ini tegangan beban = 0 Volt.
Pasang seluruh sekring, tutup rumah sekring dan tutup MCB pada combiner
box.
Hidupkan MCB beban, periksa melalui display dan keypad pada BCU (jika
ada) apakah arus dan tegangan beban menunjukkan angka yang sesuai.
Terakhir, hidupkan MCB bank A-B secara berurutan dan periksa melalui
display dan keypad (jika ada) pada BCU, apakah arus hubung singkat (ISC) dan
tegangan terbuka (VOC) menunjukkan konsistensi angka.
Pada saat ini PLTS siap dioperasikan sebagai catudaya sistem terpusat.
Pelajari apakah data tegangan masukan (DC) inverter (yang dicatat pada saat
komisioning) telah konsisten dengan tegangan BCU atau batere, tergantung
pada sistem catudaya inverter. Pada saat ini tegangan beban = 0 volt.
Pastikan tegangan masukan (DC) tersebut pada check-list no. 29 sesuai dengan
spesifikasi inverter.
Pelajari apakah data tegangan keluaran (AC) inverter telah sesuai dengan
spesifikasi fabrikan.
Hidupkan MCB ke beban dan periksa apakah inverter dan beban telah
berfungsi sebagaimana mestinya.
15
3.5. Rangkuman
Keandalan dan kesinambungan pelayanan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) sangat
tergantung pada penggunaan komponen-komponen pendukungnya, serta kinerja sistem
secara integral.
Dengan mempelajari dan mendalami keseluruhan isi modul ini peserta diharapkan dapat
memahami secara benar langkah-langkah penting dalam mengoperasikan PLTS.
Pemahaman mengenai kinerja sistem secara nyata, akan sangat penting bagi menunjang
kegiatan pemeliharaan dan penginspeksian sistem.
3.6. Tugas
Tugas 1:
16
1) Untuk modul surya, catat data-data berikut:
Tipe inverter :
Daya dan fasa : VA,
Tegangan masukan : Volt
Tegangan keluaran : Volt
Frekuensi : Hz
Tipe motor :
Daya dan fasa : VA,
Tegangan kerja : Volt
Frekuensi : Hz
Tipe pompa :
Tinggi pemompaan : Meter
Kapasitas pemompaan (debit) : m3/jam
Combiner
Motor & pompa air
PV Array
VOC : Volt
ISC : Ampere
Ingat:
- Pengukuran dilakukan pada terminal input inverter
- Inverter dalam keadaan OFF
- Posisi CB pada combiner box dalam keadaan OFF
Tahap ketiga adalah tahap pemeriksaan sistem. Tipe sistem pada percobaan ini
adalah direct-coupling, yaitu tidak menggunakan baterai. Sebagai syarat keberhasilan
percobaan, sebaiknya percobaan dilakukan pada saat matahari bersinar secara
optimal.
Ingat:
- pengukuran ini dilakukan pada saat sistem beroperasi
- posisi CB pada combiner box dalam keadaan ON
- posisi inverter dalam keadaan ON
18
Tugas 2 :
2. Mengapa diperlukan pengukuran voltage drop antara panel surya dengan baterai?
Bagaimana pengukurannya?
4. Baterai 70Ah dibebani beban konstan sebesar 2A selama 6 jam. Saat awal
dibebani tegangan baterai sebesar 12.6V. Berapakah SOC baterai setelah beban
dimatikan?
Tugas 3 :
1. Apa yang anda ketahui tentang inverter bi-directional? Kapan dan mengapa
inverter ini dibutuhkan?
2. Mengapa dalam pengukuran yang anda lakukan, tegangan dari panel surya tidak
stabil?
19
Glossarium
AC : Alternating current atau arus bolak-balik
Accu Zuur : Larutan asam atau larutan elektrolit yang ada di dalam batere
Ah : Ampere-hour, satuan kapasitas baterai
Ampere : satuan arus listrik
Battery-coupling : Tipe sistem tenaga surya yang menggunakan baterai sebagai
penyimpan energi
BCU : Battery Control Unit, adalah perangkat pengontrol proses
charge dan discharge baterai
Debit air : Volume air (m3) yang mengalir per satuan waktu
Direct-coupling : Tipe sistem tenaga surya yang langsung menyuplai beban
tanpa menggunaka baterai
Inverter : Merupakan konverter yang mengubah input DC menjadi
output AC
IO : Intensitas penyinaran matahari atau irradiation pada
permukaan horizontal (W/m2)
ISC : Arus hubung singkat (short-circuit)
Lead-Acid battery : Jenis baterai yang terdiri dari kombinasi timbal dan asam
LED : Light Emitting Diode, biasanya digunakan sebagai lampu
indicator pada perangkat seperti BCU dan inverter
MCB : Miniature Circuit Breaker, saklar pemutus otomatis pada
sistem untuk proteksi rangkaian sistem
Over charge : Proses pengisian baterai yang berlebih
Over discharge : Proses pengosongan baterai yang berlebih
PV Array : Rangkaian seri/parallel beberapa modul surya
PV Junction Box : Kotak di bagian belakang modul surya
PV Combiner Box : Kotak yang menggabungkan koneksi seluruh PV Array
Phidrolik : Tekanan hidrolik yang disebabkan dinamika air yang
mengalir
SHS : Solar Home System, adalah sistem suplai listrik menggunakan
energi surya yang dikhususkan bagi kebutuhan minimum
rumah penduduk di daerah terpencil
VOC : Tegangan rangkaian terbuka (open-circuit)
Volt : Satuan tegangan listrik
Voltage drop : Tegangan jatuh, adalah penurunan tegangan pada suatu
rangkaian listrik antara sumber listrik dan beban
Watt : Satuan daya listrik
Wp : Watt-peak, daya puncak yang bisa dihasilkan suatu
Water counter : Adalah meter air, yaitu alat untuk mengukur debit air
20
Tes Akhir Kegiatan Belajar III
1. Bagaimana korelasi panjang dan ukuran kabel terhadap rugi-rugi listrik?
a. Semakin panjang kabel dan semakin besar diamater kabel, maka semakin besar
rugi-rugi listrik.
b. Semakin pendek kabel dan semakin kecil diamater kabel, maka semakin kecil rugi-
rugi listrik.
c. Semakin pendek kabel dan semakin besar diamater kabel, maka semakin kecil rugi-
rugi listrik.
d. Semakin panjang kabel dan semakin kecil diamater kabel, maka semakin besar
rugi-rugi listrik.
e. Semua jawaban salah
21
4. Apa yang dimaksud dengan PV hybrid system?
a. PV hybrid system adalah sistem catudaya fotovoltaik yang hanya memiliki satu
sumber energi.
b. PV hybrid system adalah sistem penguat catudaya fotovoltaik yang dikombinasikan
dengan dua atau lebih sumber energi yang berbeda.
c. PV hybrid system adalah sistem catudaya fotovoltaik yang dikombinasikan dengan
dua atau lebih sumber energi yang berbeda.
d. PV hybrid system adalah sistem penstabil catudaya fotovoltaik yang ditempatkan
pada dua atau lebih sumber energi yang berbeda.
e. Semua jawaban benar.
6. Apa prosedur keamanan sistem yang harus dilakukan dalam mengukur V OC dan ISC
modul surya?
a. Mematikan inverter dan mencabut sumber ke semua komponen
b. Menghubungkan semua sekring/fuse combiner, karena untuk mendapatkan VOC dan
ISC modul surya
c. Semua sekring/fuse pada kotak combiner OFF, karena untuk membuat beban
terhubung dengan sistem.
d. Semua sekring/fuse pada kotak combiner OFF, karena tidak terhubung dengan
beban dan sistem.
e. Semua jawaban salah
22
7. Apa yang dimaksud dengan PV String?
a. Rangkaian paralel modul surya
b. Rangkaian seri paralel modul surya
c. Rangkaian seri modul surya
d. Rangkaian kontorl modul surya
e. Rangkaian penguat modul surya
8. Pada PLTS, bagaimana anda mengetahui sistem tegangan DC hanya dengan melihat
rangkaian baterai?
a. Dengan melihat PV string
b. Dengan melihat rangkaian seri/paralel modul surya
c. Dengan melihat rangkaian seri/paralel baterai
d. Dengan melihat rangkaian inverter
e. Semua jawaban benar
23
DAFTAR PUSTAKA
Gerhard.Brechmann,. 1993. Table for the Electric Trade. Deutche Gesselchaft fiir
https://gautamakarisma.wordpress.com/2013/11/27/plts-daya-dan-energi/ (16 sep
2017;05.58)
https://www.google.co.id/search?q=Efisiensi+PLTS&oq=Efisiensi+PLTS&aqs=chrome..6
9i57.10603j0j1&sourceid=chrome&ie=UTF-8, (16 sep 2017;05.58)
Jenneson J.R. 1990.Electrical principles for the Electrical Trades, 3rd edition. McGraw
Hill, Sidney.
Modul Bahan Ajar Elektro. 2001. Tim Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.
Munthe. Berayan. 2007. Pengukuran Listrik. PPPPTK BMTI Bandung.
Pahmi. Aji W, Ahmad K. 2001. Penggunaan Alat Ukur Listrik. CV. Armico, Bandung.
Supaat. 1999. Photo Voltaic Sumber Tenaga Listrik Alternatif Untuk Sekolah Menengah
Kejuruan. PPPGT Malang.
Theraja B.L. 1984. A Text Book of Electrical Technology, Dhampat Rai & Son , New
Delhi
24