Вы находитесь на странице: 1из 3

PENGKAJIAN

Pengkajian keperawatan komunitas merupakan tahap pertama dalam proses


keperawatan komunitas. Perawat berupaya untuk mendapatkan informasi atau data
tentang kondisi kesehatan komunitas dan faktor-faktor yang berhubungan dengan
kesehatan komunitas. Dalam tahap pengkajian ini, ada empat kegiatan yang
dilakukan, yaitu pengumpulan data, pengorganisasian data, validasi data, dan
pendokumentasian data.

1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan proses mendapat informasi tentang kondisi
kesehatan dari klien. Dalam hal ini kesehatan komunitas. Proses
pengumpulan data harus dilakukan secara sistematik dan terus menerus
untuk mendapatkan data atau informasi yang signifikan yang
menggambarkan kondisi kesehatan komunitas.
a. Tipe data
Data dapat berupa data subjektif atau data objektif. Data subjektif biasa
dikaitkan sebagai keluhan. Di komunitas, data subjektif biasa terkait dengan
keluhan komunitas, misalnya terkait lingkungan yang tidak nyaman secara
fisik dan psikologis, perasaan tertekan, perasaan ketakutan, dan sebagainya.
Data subjektif meliputi, sensasi komunitas terkait dengan perasaan, nilai-
nilai, keyakinan, sikap dan persepsi terhadap status kesehatan atau situasi
kehidupannya. Data objektif biasanya berkaitan dengan tanda-tanda yang
dapat dideteksi dengan pengamatan, dapat diukur atau diperiksa dengan
menggunakan standar. Informasi atau data diperoleh dengan menggunakan
indera penglihatan, pendengaran, dan sentuhan/peraba, yang biasanya
dilakukan melalui metode observasi dan pemeriksaan.
b. Sumber data
Pengetahuan tentang sumber data merupakan hal yang sangat penting untuk
diketahui, karena data yang dikumpulkan harus sesuai dengan tujuannya,
sebab bila terjadi kesalahan dalam sumber data, maka akan mengakibatkan
kesalahan dalam penarikan kesimpulan. Data yang dikumpulkan dapat
berupa data primer atau data sekunder. Dari sumber data, kita dapat
mengetahui apakah data yang dikumpulkan berupa data primer atau data
sekunder. Untuk mengumpulkan data primer komunitas, dapat dilakukan
dengan cara survai epidemiologi, pengamatan epidemiologi, dan
penyaringan, sedangkan pengumpulan data sekunder, sumber datanya dapat
berupa seperti berikut. 1) Sarana pelayanan kesehatan, misalnya rumah
sakit, Puskesmas, atau balai pengobatan. 2) Instansi yang berhubungan
dengan kesehatan, misalnya Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan, dan
Biro Pusat Statistik. 3) Absensi, sekolah, industri, dan perusahaan. 4) Secara
internasional, data dapat diperoleh dari WHO, seperti Population and vital
Statistics report, population bulletin, dan sebagainya.
c. Metode pengumpulan data keperawatan komunitas
Pengumpulan data komunitas dapat dilakukan dengan teknik sebagai
berikut.
1) Wawancara.
a) Kegiatan ini merupakan proses interaksi atau komunikasi langsung
antara pewawancara dengan responden. Data yang dikumpulkan
bersifat: fakta, misalnya umur, pendidikan, pekerjaan, penyakit
yang pernah diderita;
b) sikap, misalnya sikap terhadap pembuatan jamban keluarga, atau
keluarga berencana;
c) pendapat, misalnya pendapat tentang pelayanan kesehatan yang
dilakukan oleh perawat di Puskesmas;
d) keinginan, misalnya pelayanan kesehatan yang diinginkan;
e) pengalaman, misalnya pengalaman waktu terjadi wabah kolera yang
melanda daerah mereka.
(1) Keuntungan.
Keuntungan yang diperoleh dalam pengumpulan data dengan
teknik wawancara, yaitu:
(a) jawaban diberikan oleh responden secara spontan hingga
jawabannya dapat dipercaya;
(b) dapat digunakan untuk menilai kebenaran dan keyakinan
terhadap jawaban yang diberikan;
(c) dapat membantu responden untuk mengingat kembali hal-
hal yang lupa;
(d) data yang diperoleh berupa data primer.

(2) Kerugian. Kerugian dalam pengumpulan data dengan teknik


wawancara, yaitu: (a) membutuhkan waktu yang lama dengan biaya
relatif besar; (b) mudah menimbulkan bias yang disebabkan oleh
pewawancara, responden dan pertanyaan yang diajukan pada
responden.

(3) Pedoman pelaksanaan wawancara Pedoman pelaksanaan wawancara sangat


dibutuhkan agar pewawancara dapat melaksanakan tugas dengan baik. Secara garis
besar pedoman pelaksanaan wawancara dapat diuraikan sebagai berikut. (a)
Pewawancara harus bersikap sopan santun, sabar dan dengan gaya bahasa yang
menarik, tetapi jelas dan sederhana agar dapat dimengerti oleh responden. (b)
Dalam melakukan wawancara, hendaknya menggunakan bahasa responden, karena
dengan demikian pewawancara tidak dianggap sebagai orang asing dan responden
tidak merasa canggung atau malu untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. (c)
Pewawancara harus menciptakan suatu suasana psikologis yang sedemikian rupa
sehingga terjalin suatu kerja sama yang baik dan saling mempercayai antara
responden dan pewawancara. (d) Suasana wawancara harus santai. (e) Wawancara
diawali dengan pertanyaan yang mudah dijawab, karena biasanya pada awal
wawancara, responden merasa tegang. (f) Keadaan responden pada waktu
wawancara harus diperhatikan, misalnya saat responden sedang sibuk atau
mendapat musibah sebaiknya tidak dilakukan wawancara, tetapi tunda pada hari
yang lain. (g) Jangan terkesan tergesa-gesa.

Вам также может понравиться