Вы находитесь на странице: 1из 56

PERENCANAAN DINDING PENAHAN TANAH CONCRETE

CANTILEVER DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM PLAXIS


(Studi Kasus : Jalan Liwa – Simpang Gunung Kemala Krui KM.264+600)

(Skripsi)

Oleh

RESTU ARGA WINANDA

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
ABSTRACT

DESIGN OF CONCRETE CANTILEVER RETAINING WALL


USING PLAXIS PROGRAM
(Case Study: Liwa Street - Mount Kemala Krui KM.264+600)

BY

RESTU ARGA WINANDA

Landslides in Bukit Barisan Selatan National Park (TNBBS) usually occur during
the rainy season, because the intensity of the rain more than usual, causing soil to
become saturated with water in which the soil is no longer able to accommodate
the water into the pores so that the pore water will rise resulting in shear strength
become so small that the land becomes unstable and prone to landslides.

Plaxis is a computer program based on two-dimensional finite element method


that is used specifically to perform deformation and stability analysis for various
applications in the geotechnical field by modeling geometry and mesh elements
based on cross section.

From the analysis of slope stability with a height of 10 m, the slope is expressed in
critical condition. The countermeasures are carried out with three conditions, the
slope with cantilevered wall strengthening B is considered safe because it has a
safety factor value of 1.4953, and the smallest displacement and settlement value
between two other conditions and satisfies the shear stability of 2.8200> 2 (Safe),
the stability of overturning 3.9631> 2 (Safe) and soil bearing capacity is 2.2782>
2 (Safe).

Keywords: slope stability, safety factor, plaxis, cantilevered retaining wall.


ABSTRAK

PERENCANAAN DINDING PENAHAN TANAH CONCRETE


CANTILEVER DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM PLAXIS
(Studi Kasus : Jalan Liwa – Simpang Gunung Kemala Krui KM.264+600)

Oleh

RESTU ARGA WINANDA

Longsor di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) biasanya terjadi saat
musim hujan, karena intensitas hujan yang lebih dari biasanya akan menyebabkan
tanah menjadi jenuh air yang mana tanah sudah tidak mampu lagi menampung air
kedalam porinya sehingga air pori akan naik yang mengakibatkan kuat geser
tanah menjadi kecil sehingga tanah menjadi labil dan rawan terjadi longsor.

Plaxis merupakan program komputer berdasarkan metode elemen hingga dua


dimensi yang digunakan secara khusus melakukan analisis deformasi dan
stabilitas untuk berbagai aplikasi dalam bidang geoteknik dengan membuat model
geometri dan jaring elemen berdasarkan penampang melintang.

Dari hasil analisis stabilitas lereng setinggi 10 m, lereng dinyatakan dalam kondisi
kritis. Penanggulangan dilakukan dengan tiga kondisi, lereng dengan perkuatan
dinding kantilever kondisi B dianggap aman karena memiliki nilai faktor aman
1,4953, dan nilai displacement dan settlement yang terkecil diantara dua kondisi
lainnya dan memenuhi stabilitas geser 2,8200 > 2 (Aman), stabilitas guling 3,9631
> 2 (Aman) dan daya dukung tanah adalah 2,2782 > 2 (Aman).

Kata kunci: stabilitas lereng, faktor aman, plaxis, dinding penahan tanah

kantilever.
PERENCANAAN DINDING PENAHAN TANAH CONCRETE
CANTILEVER DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM PLAXIS
(Studi Kasus : Jalan Liwa – Simpang Gunung Kemala Krui KM.264+600)

Oleh

Restu Arga Winanda

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar


SARJANA TEKNIK

Pada

Jurusan Teknik Sipil


Fakultas Teknik Universitas Lampung

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Bumi, Kecamatan Prokimal pada

tanggal 12 Desember 1994, sebagai anak kedua dari empat

bersaudara dari pasangan Bapak Yudi Ardianto dan Ibu Prih

Sungkawati.

Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri 1 Kota Karang

Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Pesisir Barat pada tahun 2006, Sekolah

Menengah Pertama (SMP) diselesaikan pada tahun 2009 di SMP Negeri 2 Pesisir

Tengah dan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMA Negeri 1

Lemong pada tahun 2012.

Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Lampung pada tahun 2012 melalui jalur Ujian Mandiri Tertulis.

Selama menjadi mahasiswa, penulis berperan aktif sebagai asisten dosen

Mekanika Tanah I dan Mekanika Tanah II dan akif di dalam organisasi Himpunan

Mahasiswa Teknik Sipil (HIMATEKS) sebagai ketua departemen hubungan luar.

Pada tahun 2015 Penulis melakukan Kerja Praktek (KP) pada Proyek

Pembangunan Gedung Serbaguna Pramuka selama 3 bulan. Penulis juga telah

mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Pemancar, Kecamatan Pesisir

Utara, Kabupaten Pesisir Barat selama 60 hari pada periode Januari-Maret 2016.
SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perencanaan

Dinding Penahan Tanah Concrete Cantilever Dengan Menggunakan Program

Plaxis (Studi Kasus : Jalan Liwa – Simpang Gunung Kemala Krui KM.264+600)”

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Teknik (S.T.) pada Fakultas Teknik Universitas Lampung.

Adengan teriring salam dan doa serta ucapan terimakasih yang tak terhingga

penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Suharno, M.Sc., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas

Lampung;

2. Bapak Gatot Eko Susilo, S.T., M.Sc., Ph.D., selaku Ketua Jurusan Teknik

Sipil Fakultas Teknik Universitas Lampung;

3. Bapak Ir. Setyanto, M.T., selaku Dosen Pembimbing Utama atas

kesediaannya untuk memberikan bimbingan dalam proses penyelesaian

skripsi ini;

4. Bapak Ir. Yohanes Martono Hadi, M.T., selaku Dosen Pembimbing 2 skripsi

saya yang telah membimbing dalam proses penyusunan skripsi;

5. Bapak Ir. Idharmahadi Adha, M.T., selaku Dosen Penguji skripsi terimakasih

untuk saran-saran dan masukan pada seminar terdahulu;


6. Bapak Ir. Andi Kusnadi, M.T, M.M., selaku dosen pembimbing akademik;

7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung atas

ilmu dan pembelajaran yang telah diberikan selama masa perkuliahan;

8. Ayahku Yudi Ardianto dan Ibuku Prih Sungkawati, terimakasih atas seluruh

do’a, dukungan, dan motivasi yang selalu diberikan;

9. Kakakku Ardityo Pratama dan kedua adikku Danang Ramadhon dah Chalista

Martha Ardian, yang telah membantu dan memberikan dukungan dengan

caranya masing-masing;

10. Sahabat SUPERMAN, M. Naufal Agatha, M. Wahyuddin, Yota Pentawan,

Faizin Mahfudz S, Ariansyah Jaya, Arya Nugraha, Giwa Wibawa Permana,

Hedi Saputra, Yance Y.D. Warikar, Hermawan Arbenta, Reski Taha, Bastian

Philipus, Aditya Pratama H, M. Lutfi Yunianto, Risqon Septian, Andriansyah,

M. Susanto, Rahmat Effendi, Oktario Eko Hidayat, Eddy Ristanto, Prasetyo

Putro P., Restu Agusni dan Febrian. Semoga tetap dalam semangat

solidaritas;

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan

keterbatasan, namun penulis berharap semoga penelitian ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi pembaca dan semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya

kepada kita semua.

Bandar Lampung, 31 Oktober 2017

Penulis

Restu Arga Winanda


iv

DAFTAR ISI

Halaman

SANWACANA . ............................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................. iii

DAFTAR GAMBAR.................................................................................... v

DAFTAR TABEL......................................................................................... viii

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 3
D. Batasan Masalah ................................................................................ 4
E. Manfaat penelitian ............................................................................. 4

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Lereng dan Longsoran ....................................................................... 5
B. Mengatasi Kelongsoran Lereng ......................................................... 6
C. Tekanan Air Pori................................................................................ 9
D. Tegangan Efektif................................................................................ 10
E. Kuat Geser Tanah .............................................................................. 11
F. Tekanan Tanah Lateral ...................................................................... 12
G. Dinding Penahan Tanah ..................................................................... 17
H. Stabilitas Dinding Penahan Tanah ..................................................... 20
I. Penelitian Terdahulu. ......................................................................... 25
J. Metode Elemen Hingga Plaxis .......................................................... 27

III. METODE PENELITIAN


A. Lokasi Penelitian................................................................................ 29
B. Tahapan Pengumpulan Data .............................................................. 30
C. Tahapan Analisis Stabilitas Lereng dengan Plaxis............................ 30
D. Diagram Alir penelitian ..................................................................... 35
iv

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Karakteristik Lereng. ......................................................................... 37
B. Parameter Tanah Berdasarkan Uji Laboratorium. ............................. 38
C. Potongan Lereng Tinjauan................................................................. 41
D. Analisis Stabilitas Lereng Menggunakan Plaxis ............................... 42
E. Penanganan Untuk Stabilitas Lereng KM.264+600 .......................... 48
F. Hasil Analisis Lereng dengan Dinding Penahan Tanah Beton
Kantilever........................................................................................... 52
G. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Stabilitas ........................................... 77
H. Perhitungan Tulangan Dinding Penahan Tanah.................................. 78

V. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan . ....................................................................................... 83
B. Saran. .................................................................................................. 84

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Gambar...................................................................................................... Halaman

1. Jalan Liwa – Simpang Gunung Kemala Krui .............................................. 1

2. Jalan Liwa – Simpang Gunung Kemala KM. 264+600 (39-19) .................. 2

3. Tipe – tipe Keruntuhan Lereng .................................................................... 6

4. Memperkecil Sudut Kemiringan Lereng...................................................... 7

5. Memperkecil Ketinggian Lereng ................................................................. 7

6. Penanganan dengan Counterweight ............................................................. 8

7. Mengurangi Tegangan Air Pori ................................................................... 8

8. Dinding Penahan Tanah ...................................................................................... 9

9. Metode Rankine Dinding Penahan Urugan Tanah Permukaan Rata ........... 13

10. Metode Rankine Dinding Penahan Urugan Tanah Permukaan Miring. .... 14

11. Dinding Penahan Kantilever ...................................................................... 18

12. Ukuran Sementara Dinding Kantilever...................................................... 19

13. Peta Lokasi Penelitian. ............................................................................... 29

14. Contoh Tampilan General Settings Project ............................................... 30

15. Contoh Tampilan General Settings Dimensions. ....................................... 31

16. Contoh Tampilan Plaxis Calculations ....................................................... 32

17. Contoh Tampilan Plaxis Output Program. ................................................ 33

18. Contoh Tampilan Open Project pada Curve Program. ............................. 34

19. Contoh Tampilan Curve Generation.......................................................... 34


vi

20. Contoh Tampilan Plaxis Curve Output Program. ..................................... 35

21. Diagram Alir Penelitian. ............................................................................ 36

22. Kontur Lokasi Penelitian KM. 264+600.................................................... 41

23. Potongan Melintang Lereng KM.264+600. ............................................... 42

24. Potongan Melintang Lereng pada Program Plaxis..................................... 43

25. Tampilan Lereng Kondisi Jenuh Penuh. .................................................... 44

26. Tampilan Titik yang Ditinjau Kondisi Lereng Jenuh Penuh. .................... 44

27. Tampilan Deformed Mesh Kondisi Lereng Jenuh Penuh .......................... 45

28. Tampilan Total Displacements Kondisi Lereng Jenuh Penuh ................... 46

29. Tampilan Effective Mean Stress Kondisi Lereng Jenuh Penuh ................. 46

30. Kurva Faktor Aman Lereng Kondisi Jenuh Penuh .................................... 47

31. Dimensi Awal Dinding Penahan Tanah..................................................... 49

32. Penangan Lereng Kondisi A ...................................................................... 50

33. Penangan Lereng Kondisi B....................................................................... 51

34. Penanganan Lereng Kondisi C................................................................... 52

35. Konstruksi Dinding Penahan Tanah Kondisi A ......................................... 52

36. Tampilan Deformed Mesh Penanganan Kondisi A.................................... 53

37. Tampilan Total Displacment pada Lereng Kondisi A ............................... 54

38. Tampilan Effective Stress pada Kondisi A................................................. 54

39. Tampilan Total Stresses pada Kondisi A ................................................... 55

40. Tampilan Kurva Faktor Aman Kondisi A.................................................. 56

41. Gaya pada Dinding Kantilever Kondisi A ................................................. 58

42. Konstruksi Dinding Penahan Tanah Kondisi B ......................................... 61

43. Tampilan Deformed Mesh Penanganan Kondisi B .................................... 61


vii

44. Tampilan Total Displacment pada Lereng Kondisi B................................ 62

45. Tampilan Effective Stress pada Kondisi B ................................................. 63

46. Tampilan Total Stresses pada Kondisi B ................................................... 64

47. Tampilan Kurva Faktor Aman Kondisi B.................................................. 65

48. Gaya pada Dinding Kantilever Kondisi B ................................................. 66

49. Konstruksi Dinding Penahan Tanah Kondisi C ......................................... 69

50. Tampilan Deformed Mesh Penanganan Kondisi C .................................... 70

51. Tampilan Total Displacment pada Lereng Kondisi C................................ 71

52. Tampilan Effective Stress pada Kondisi C ................................................. 71

53. Tampilan Total Stresses pada Kondisi C ................................................... 72

54. Tampilan Kurva Faktor Aman Kondisi C.................................................. 73

55. Gaya pada Dinding Kantilever Kondisi C ................................................. 74

56. Gaya Vertikal dan Horizontal yang Bekerja pada Dinding

Penahan Tanah ................................................................................................. 79

57. Sketsa Penulangan Dinding Kantilever Kondisi B .................................... 82


DAFTAR TABEL

Tabel ......................................................................................................... Halaman

1. Koefisien gesek (f) antara dasar pondasi dan tanah dasar ........................ 23

2. Deskripsi tanah lereng dilokasi penelitian ................................................... 38

3. Nilai modulus elastisitas tanah..................................................................... 39

4. Nilai angka poisson ...................................................................................... 39

5. Hasil pengujian sifat fisik sampel tanah titik bor 39-19 (KM. 264+600). ... 40

6. Data tanah yang di input ke Plaxis............................................................... 44

7. Parameter desain dinding penahan tanah. .................................................... 48

8. Momen akibat berat w kondisi A................................................................. 58

9. Momen akibat berat w kondisi B ................................................................. 67

10. Momen akibat berat w kondisi C. .............................................................. 54

11. Rekapitulasi hasil perhitungan faktor aman ............................................... 54

12. Tulangan dinding kantilever bagian badan ............................................... 81

13. Tulangan dinding kantilever bagian tumit ................................................. 81

14. Tulangan dinding kantilever bagian tapak ................................................. 81


1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan kondisi geografis, jalan yang melewati Taman Nasional Bukit

Barisan Selatan (TNBBS) Lampung tentu saja banyak melewati bukit dan

lereng, hal itu menyebabkan sering terjadi longsor di daerah tersebut. Seperti

yang terjadi di jalan Liwa – Simpang Gunung Kemala Krui KM. 264+600

(39-19) longsor mengakibatkan terkikisnya bahu jalan yang mengakibatkan

terhambatnya lalu–lintas dan aktifitas warga dititik tersebut.

Gambar 1. Jalan Liwa – Simpang Gunung Kemala Krui


2

Gambar 2. Jalan Liwa – Simpang Gunung Kemala KM. 264+600 (39-19)

Longsor di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) biasanya terjadi

saat musim hujan, karena intensitas hujan yang lebih dari biasanya akan

menyebabkan tanah menjadi jenuh air yang mana tanah sudah tidak mampu

lagi menampung air kedalam porinya sehingga air pori akan naik yang

mengakibatkan kuat geser tanah menjadi kecil sehingga tanah menjadi labil

dan rawan terjadi longsor.

Untuk mengetahui faktor keamanan (Safety Factor) suatu lereng, peneliti

menggunakan program komputer Plaxis dengan perkuatan dinding penahan

tanah yang akan memodelkan sesuai kondisi asli dilapangan agar terjadi

pendekatan dalam hasil analisis dan memudahkan dalam memodelkan

penanganan yang ideal.

Teknologi di bidang konstruksi bangunan mengalami perkembangan pesat,

termasuk teknologi dalam bidang geoteknik. Sudah banyak diketahui bersama


3

bahwa untuk mempercepat dalam perhitungan dan meminimalisir kesalahan

pada saat menghitung kesetabilan dinding penahan tanah dengan

menggunakan program bantu Plaxis.

Plaxis merupakan program komputer berdasarkan metode elemen hingga dua

dimensi yang digunakan secara khusus melakukan analisis deformasi dan

stabilitas untuk berbagai aplikasi dalam bidang geoteknik. Program ini

merupakan metode antarmuka grafis yang mudah digunakan sehingga

pengguna dapat dengan cepat membuat model geometri dan jaring elemen

berdasarkan penampang melintang dari kondisi lereng yang akan dianalisis

(Plaxis, 2012).

B. Rumusan Masalah

Mengetahui penyebab serta alternatif solusi penaggulangan longsor lereng

dengan perkuatan dinding penahan tanah yang terjadi di jalan Liwa –

Simpang Gunung Kemala Krui KM. 264+600 (39-19).

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Merencanakan dimensi dan stabilitas dinding penahan tanah terhadap

bahaya penggeseran, penggulingan dan amblas pada dinding penahan

tanah di jalan Liwa – Simpang Gunung Kemala Krui KM. 264+600 (39-

19) dengan metode manual.


4

2. Evaluasi nilai faktor aman (Safety Factor) pada jalan Liwa – Simpang

Gunung Kemala Krui KM. 264+600 (39-19) berdasarkan analisis

menggunakan program komputer Plaxis V.8.2.

D. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah penelitian ini adalah :

1. Perencanaan ini dilakukan diruas jalan Liwa – Simpang Gunung Kemala

Krui KM. 264+600 (39-19).

2. Dalam penelitian ini menggunakan dinding penahan tanah jenis beton

bertulang dengan balok kantilever (Reinforced concrete cantilever walls).

3. Pemodelan penanganan dilakukan dengan 3 kondisi penempatan dinding

kantilever pada lokasi penelitian.

4. Analisis stabilitas lereng dengan perkuatan dinding penahan tanah

dilakukan dengan menggunakan program Plaxis V.8.2 untuk mengetahui

nilai faktor aman.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang didapat dari penelitian ini antara lain dapat memodelkan

penanganan yang tepat untuk menangani longsor yang terjadi di sepanjang

jalan Liwa – Simpang Gunung Kemala Krui, serta dapat mengetahui cara

untuk mencari faktor aman dan alternatif perkuatan dinding penahan tanah

dalam stabilitas lereng dan penanganan kelongsoran diwilayah perbukitan

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Lampung.


5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Lereng dan Longsoran

Kelongsoran dapat terjadi pada setiap macam lereng, akibat berat tanah

sendiri, ditambah dengan pengaruh yang besar dari rembesan air tanah, serta

gaya lain dari luar lereng.

Wesley (1977) membagi lereng menjadi 3 macam ditinjau dari segi

terbentuknya, yaitu :

1. Lereng alam, yaitu lereng yang terbentuk akibat kegiatan alam, seperti

erosi, gerakan tektonik dan sebagainya.

2. Lereng yang dibuat manusia, akibat penggalian atau pemotongan pada

tanah asli.

3. Lereng timbunan tanah, seperti urugan untuk jalan raya.

Menurut Craig (1989), gaya-gaya gravitasi dan rembesan (seepage)

cenderung menyebabkan ketidakstabilan (instability) pada lereng alami

(natural slope), pada lereng yang dibentuk dengan cara penggalian, dan pada

lereng tanggul serta bendungan tanah (earth dams).


6

Ada 3 tipe utama dari kelongsoran tanah, yaitu sebagai berikut :

1. Kelongsoran rotasi (rotational slips), yaitu kelongsoran yang bentuk

permukaan runtuh pada potongannya dapat berupa busur lingkaran atau

kurva bukan lingkaran.

2. Kelongsoran translasi (translational slips), cenderung terjadi bila lapisan

tanah yang berbatasan berada pada kedalaman yang relatif dangkal

dibawah permukaan lereng.

3. Kelongsoran gabungan (compound slips), terjadi bila lapisan tanah yang

berbatasan berada pada kedalaman yang lebih dalam. Hal ini umumnya

terjadi karena reruntuhannya terdiri dari potongan kurva dan bidang.

Gambar 3. Tipe – tipe Keruntuhan Lereng (Craig, 1989)

B. Mengatasi Kelongsoran Lereng

Menurut Wesley (1977), ada dua cara untuk membuat lereng supaya menjadi

lebih aman dan mantap, yaitu :


7

1. Memperkecil gaya penggerak atau momen penggerak, yaitu dengan

mengubah bentuk lereng. Cara yang dilakukan yaitu :

a. Membuat lereng lebih datar, yaitu dengan mengurangi sudut

kemiringan.

Gambar 4. Memperkecil Sudut Kemiringan Lereng (Wesley, 1977)

b. Memperkecil ketinggian lereng. Cara ini hanya dapat dipakai pada

lereng yang ketinggiannya terbatas, yaitu dalam hal kelongsoran yang

bersifat “rational slide”.

Gambar 5. Memperkecil Ketinggian Lereng (Wesley, 1977)


8

2. Memperbesar gaya melawan, yaitu yang dapat dilakukan dengan

beberapa cara, yaitu :

a. Dengan memakai counterweight yaitu tanah timbunan pada kaki

lereng.

Gambar 6. Penanganan dengan Counterweight (Wesley, 1977)

b. Dengan mengurangi tegangan air pori didalam lereng.

Gambar 7. Mengurangi Tegangan Air Pori (Wesley, 1977)

c. Dengan cara injeksi, yaitu dengan menambah tanah timbunan pada

kaki lereng, membuat selokan secara teratur pada lereng dengan

mengurangi tegangan air pori pada tanah, dengan menambahkan


9

bahan kimia atau semen dipompa melalui pipa supaya masuk

kedalam lereng.

d. Dengan cara mekanis, yaitu dengan membuat dinding penahan atau

dengan memancang tiang. Cara ini dilakukan jika lereng tersebut

mempunyai tingkat kelongsoran yang kecil.

Gambar 8. Dinding Penahan Tanah

C. Tekanan Air Pori

Tanah terbagi menjadi dua zona yaitu zona tekanan pori positif dan negatif

(Hardiyatmo, 2006c). Garis yang membagi kedua zona adalah garis

permukaan air tanah, dimana tekanan hidrostatiknya sama dengan tekanan

atmosfer. Dibawah muka air tanah, tanah dalam kondisi jenuh air dan tekanan

air pori adalah positif. Diatas muka air tanah, didalam zona tanah tidak jenuh,

tekanan pori adalah negatif. Sembarang perubahan tekanan pori akan

merubah kuat geser tanah yang akan mempunyai pengaruh besar pada

stabilitas lereng. Reaksi dari rezim air tanah terhadap air hujan, bervariasi dan

bergantung pada lerengnya, yaitu dari lereng yang tanpa reaksi sampai ke

reaksinya sangat besar. Untuk lereng yang bila longsor membahayakan


10

keselamatan banyak orang dan mengakibatkan kerugian besar, reaksi tekanan

air pori ini sebaiknya diukur dengan alat piezometer.

D. Tegangan Efektif

Craig (1989) menjelaskan bahwa tanah dapat divisualisasikan sebagai suatu

partikel padat tanah (solid skeleton) yang membatasi pori-pori yang

mengandung air maupun udara. Pada tanah jenuh, pengurangan volume hanya

terjadi bila sebagian airnya dapat melepaskan diri dan ke luar dari pori-pori.

Pada tanah kering atau tanah jenuh sebagian, pengurangan volume selalu

mungkin terjadi akibat kompresi udara dalam pori-pori, dan terdapat suatu

ruang kembali partikel tanah.

Terezaghi (1923, dalam Craig, 1989) mengemukakan prinsip tegangan efektif

yang didasarkan pada data hasil percobaan. Prinsip tersebut hanya berlaku

untuk tanah jenuh sempurna. Tegangan – tegangan yang berhubungan dengan

prinsip - prinsip tersebut adalah :

1. Tegangan normal total ( ) pada bidang di dalam tanah, yaitu gaya per

satuan luas yang ditransmisikan pada arah normal bidang, dengan

menganggap bahwa tanah adalah material padat saja (fase tunggal).

2. Tekanan air pori (u), yaitu tekanan air pengisi pori-pori di antara partikel-

partikel padat.

3. Tegangan normal efektif ( ’) pada bidang, yang mewakili tegangan yang

dijalarkan hanya melalui kerangka tanah saja.


11

E. Kuat Geser Tanah

Kuat geser tanah adalah kemampuan tanah melawan tegangan geser yang

terjadi pada saat terbebani. Keruntuhan geser (shear failur) tanah terjadi

bukan disebabkan karena hancurnya butir-butir tanah tersebut tetapi karena

adanya gerak relatif antara butir-butir tanah tersebut (Budi Santosa, dkk.,

1998).

Parameter kuat geser tanah diperlukan untuk analisis-analisis kapasitas

dukung tanah, stabilitas lereng, dan gaya dorong pada dinding penahan tanah.

Menurut teori Mohr (1910, dalam Hardiyatmo, 2002a) kondisi keruntuhan

suatu bahan terjadi akibat adanya kombinasi keadaan kritis dan tegangan

normal dan tegangan geser.

Kuat geser tanah menurut (Hardiyatmo, 2002a), adalah gaya perlawanan yang

dilakukan oleh butir-butir tanah terhadap desakan atau tarikan. Dengan dasar

pengertian ini, bila pembebanan akan ditahan oleh :

1. Kohesi tanah yang bergantung pada jenis tanah dan kepadatannya, tetapi

tidak tergantung dari tegangan normal yang bekerja pada bidang geser.

2. Gesekan antara butir-butir tanah yang besarnya berbanding lurus dengan

tegangan normal pada bidang gesernya.


12

F. Tekanan Tanah Lateral

Tanah terbentuk dari pelapukan batuan dan proses pengendapan. Selama

proses pengendapan, tanah mengalami konsolidasi, karena pengaruh tekanan

over burden (yaitu oleh akibat beban tanahnya sendiri). Untuk merencanakan

bangunan penahan tanah sering didasarkan atas keadaan yang menyakinkan

keruntuhan total tidak akan terjadi. Gerakan beberapa sentimeter sering tidak

begitu penting sepanjang ada jaminan bahwa gerakan-gerakan yang lebih

besar lagi tidak akan terjadi. Dalam perancangan dinding penahan, biasanya

dilakukan dengan cara menganalisis kondisi-kondisi yang akan terjadi pada

keadaan runtuh, kemudian memberikan faktor aman yang cukup yang

dipertimbangkan terhadap keruntuhan tersebut.

Analisis tekanan tanah lateral ditinjau pada kondisi keseimbangan plastis,

yaitu saat massa tanah pada kondisi tepat saat akan runtuh. Kedudukan

keseimbangan plastis ini hanya dapat dicapai bila terjadi deformasi yang

cukup pada massa tanahnya. Besar dan distribusi tekanan tanah adalah fungsi

dari perubahan letak (displacement) dan regangan (strain). (Hardiyatmo,

2003).

1. Tekanan Tanah Aktif

Menurut Hardiyatmo (2003), tekanan tanah aktif adalah tekanan yang

terjadi pada dinding penahan yang mengalami keluluhan atau bergerak ke

arah luar dari tanah urugan di belakangnya, sehingga menyebabkan tanah

urug akan bergerak longsor ke bawah dan menekan dinding penahannya,


13

sedangkan nilai banding tekanan horisontal dan tekanan vertikal yang

terjadi didefinisikan sebagai koefisien tekanan tanah aktif atau Ka. Nilai

tekanan aktif lebih kecil dari nilai tekanan saat diam. Gerakan dinding

tanah menjauhi tanah urugan menghilangkan pertahanan di belakang

dinding. Jadi tekanan tanah aktif adalah gaya yang cenderung

mengurangi keseimbangan dinding penahan tanahnya.

a. Gaya aktif yang bekerja pada dinding penahan tanah tak kohesif

Perhitungan gaya aktif yang bekerja pada dinding penahan dapat

dibuat dengan metode Rankine. Prosedur perhitungan metode

Rankine untuk dinding penahan dengan urugan tanah di belakang

dinding mempunyai permukaan yang rata ditunjukkan pada Gambar

9. Sedangkan untuk dinding penahan dengan urugan tanah di

belakang dinding dengan kemiringan tertentu ditunjukkan pada

Gambar 10.

Gambar 9. Metode Rankine Dinding Penahan Urugan Tanah Permukaan Rata


(Hardiyatmo, Hary Christady. 2002. Teknik Pondasi I)
14

Pa = Ka γ z (2.1)

Dimana,

Pa = Tekanan tanah aktif (kN/m)

Ka = Koefisien aktif

γ = Berat volume tanah (kN/m3)

z = Kedalaman tanah dihitung dari pucak dinding penahan (m)

Harga Ka Untuk tanah datar

1 Ø
Ka = = tan2(45 - ) (2.2)
1 2

Dimana,

Ka = Koefisien aktif

Ø = sudut gesek tanah (°)

Gambar 10. Metode Rankine Dinding Penahan Urugan Tanah Permukaan Miring
(Hardiyatmo, Hary Christady. 2002. Teknik Pondasi I)
15

Harga Ka untuk tanah miring


= (2.3)

Dimana,

Ka = Koefisien aktif

Ø = sudut gesek tanah (°)

β = kemiringan permukaan tanah urug (°)

b. Gaya aktif yang bekerja pada dinding penahan tanah kohesif

Pa = γ z Ka - 2c (2.4)

Dimana,

Pa = Tekanan tanah aktif (kN/m)

γ = Berat volume tanah (kN/m3)

z = Kedalaman tanah dihitung dari pucak dinding penahan(m)

Ka = Koefisien aktif

c = Kohesi (kN/m2)

2. Tekanan Tanah Pasif

Menurut Hardiyatmo (2003), tekanan tanah pasif adalah tekanan tanah

yang terjadi saat gaya mendorong dinding penahan tanah ke arah tanah

urugannya, sedangkan nilai banding tekan horisontal dan vertikal yang

terjadi didefinisikan sebagai koefisien tekanan tanah pasif atau kp. nilai

tekanan pasif lebih besar dari nilai tekanan tanah saat diam dan nilai

tekanan aktif. Tekanan tanah pasif menunjukkan nilai maksimum dari


16

gaya yang dapat dikembangkan oleh tanah pada gerakan struktur penahan

terhadap tanah urugannya,yaitu dimana tanah harus menahan gerakan

dinding penahan tanah sebelum mengalami keruntuhan.

a. Gaya pasif yang bekerja pada dinding penahan tanah tak kohesif

Pp = Kp γ z (2.5)

Dimana,

Pp = Tekanan tanah pasif (kN/m)

Kp = Koefisien pasif

γ = Berat volume tanah (kN/m3)

z = Kedalaman tanah dihitung dari pucak dinding penahan (m)

Harga Kp Untuk tanah datar

1 Ø
Ka = = tan2 (45 - ) (2.6)
1 2

Dimana,

Kp = Koefisien pasif

Ø = sudut gesek tanah (°)

Harga Kp untuk tanah miring


= (2.7)

Dimana,

Kp = Koefisien pasif

Ø = sudut gesek tanah (°)

β = kemiringan permukaan tanah urug (°)


17

b. Gaya pasif yang bekerja pada dinding penahan tanah kohesif

Pp = γ z Kp - 2c Kp (2.8)

Dimana,

Pp = Tekanan tanah pasif (kN/m)

γ = Berat volume tanah (kN/m3)

z = Kedalaman tanah dihitung dari pucak dinding penahan (m)

Kp = Koefisien pasif

c = Kohesi (kN/m2)

G. Dinding Penahan Tanah

Dinding penahan tanah adalah suatu bangunan yang dibangun untuk

mencegah keruntuhan tanah yang curam atau lereng yang dibangun di tempat

di mana kemantapannya tidak dapat dijamin oleh lereng tanah itu sendiri,

dipengaruhi oleh kondisi gambaran topografi tempat itu. Bila jalan dibangun

berbatasan dengan sungai atau danau tanah paya, dinding penahan itu

dibangun untuk melindungi kemiringan tanah dan melengkapi kemiringan

dengan pondasi yang kokoh. Ada beragam type dinding penahan tanah

(Hardiyatmo, 2009), yaitu dinding gravitasi, dinding kantilever dan dinding

counterfort.

1. Dinding Penahan Kantilever (Cantilever Retaining Wall)

Dinding penahan type kantilever dibuat dari beton bertulang yang tersusun

dari suatu dinding vertikal dan tapak lantai. Masing-masing berperan

sebagai balok atau pelat kantilever. Stabilitas konstruksi diperoleh dari


18

berat sendiri dinding penahan dan berat tanah di atas tumit tapak (hell).

Terdapat 3 bagian struktur yang berfungsi sebagai kantilever, yaitu bagian

dinding vertikal (steem), tumit tapak dan ujung kaki tapak (toe). Biasanya

ketinggian dinding ini tidak lebih dari 6-7 meter. Karena dinding penahan

jenis ini relatif ekonomis dan juga relatif mudah dilaksanakan, maka jenis

ini juga dipakai dalam jangkauan yang luas. Contohnya bisa dillihat pada

Gambar 11 (Nakazawa, 2000)

Gambar 11. Dinding Penahan Kantilever

2. Dimensi Dinding Kantilever

Pada waktu perancangan struktur beton bertulang, diperlukan dimensi

pendahuluan dari masing-masing bagian dinding penahan. Dimensi atau

ukuran ini hanya dipakai sebagai arahan pada permulaan perhitungan.

Ukuran yang lebih besar atau lebih kecil dari ukuran pendahuluan dapat

dipergunakan asal memenuhi persyaratan stabilitas, kekuatan, dan


19

kelayakan menurut ketentuan yang telah ditetapkan. Didasarkan pada

pengalaman perencanaan yang pernah dilakukan, dimensi sementara

dinding penahan tanah sistem kantilever ditunjukkan pada Gambar 12.

Gambar 12. Ukuran Sementara Dinding Kantilever

Bagian tapak dinding harus dibuat sedemikian tebal, sehingga kuat

menahan gaya geser berfaktor. Pada umumnya lebar bagian tapak dapat

diambil sebesar (0,45 s/d 0,75) H, dimana H adalah tinggi dinding

penahan yang dihitung dari dasar tapak ke ujung atas dinding vertikal.

Besarnya lebar tapak dasar tergantung pada beban yang bekerja di

belakang dinding (Gambar 3.3). Lebar tapak L, terdiri dari lebar ujung

kaki dan tumit. Lebar ujung kaki L1, dapat diambil tidak lebih dari

sepertiga lebar tapak (L1 ≤ 1/3L). Besarnya lebar tumit L2 dapat dihitung

dari nilai (L – L1). Ketebalan dinding vertikal pada pangkal bawah

biasanya dibuat sama dengan tebal tapak, sedang ketebalan minimal

ujung atas dinding diambil 20 cm.


20

H. Stabilitas Dinding Penahan Tanah

Besaran tekanan lateral menjadi salah satu faktor utama yang diperhitungkan

untuk merencakan dinding penahan tanah. Tekanah lateral yang terjadi dapat

menyebabkan terjadinya geser dan guling. Selain itu hal penting yaang harus

diperhatikan adalah bentuk struktur dan pelaksanaan konstruksi di lapangan.

Oleh karena itu, kestabilan dinding penahan tanah yang harus diperhitungkan

antara lain kestabilan tanah terhadap bahaya guling, bahaya geser, serta

kapasitas daya dukung. Sehingga konstruksi dinding penahan menjadi aman,

dan tidak terjadi keruntuhan.

1. Stabilitas Terhadap Guling

Menurut Hardiyatmo (2002), stabilitas terhadap guling merupakan

stabilitas yang ditinjau berdasarkan kondisi tanah yang terguling yang

diakibatkan oleh tekanan tanah lateral dari tanah urug di belakang

dinding penahan tanah. Penyebab utama bahaya guling ini adalah akibat

terjadinya momen, momen ini memiliki kecenderungan menggulingkan

dinding dengan pusat rotasi pada ujung kaki depan pelat pondasi. Gaya

yang menahan guling adalah momen gaya yang ditimbulkan karena

adanya berat sendiri dinding penahan serta momen akibat berat tanah

yang ada di atas pelat pondasi.

Faktor keamanan terhadap bahaya penggulingan ( ), didefinisikan

sebagai berikut:
21


= (2.9)

Dimana :

ΣMw = W b1

ΣMgl = ΣPah h1 + ΣPav B

ΣMw = momen yang melawan guling (kN.m)

ΣMgl = momen yang mengakibatkan guling (kN.m)

W = berat tanah di atas pelat pondasi + berat sendiri dinding penahan

(kN)

B = lebar kaki dinding penahan (m)

ΣPah = jumlah gaya-gaya horizontal (kN)

ΣPav = jumlah gaya-gaya vertikal (kN)

Faktor keamanan minimum terhadap guling tergantung pada jenis

tanahnya, pembagian faktor keamanan untuk jenis berbagai jenis tanah

adalah sebagai berikut:

Fgl ≥ 1,5 untuk tanah dasar granular

Fgl ≥ 2 untuk tanah dasar kohesif

Dalam perhitungan stabilitas, tahanan tanah pasif yang berada di depan

kaki dinding depan akan diabaikan, karena faktor-faktor seperti pengaruh

erosi, iklim, dan retakan akibat tegangan-tegangan tarik tanah dasar yang

kohesif tidak dipertimbangkan dalam perhitungan ini.


22

2. Stabilitas Terhadap Geser

Menurut Hardiyatmo (2002), stabilitas terhadap geser yaitu perbandingan

gaya-gaya yang menahan dan mendorong dinding penahan tanah. Gaya-

gaya yang menahan bahaya geser adalah gesekan antara tanah dengan

dasar pondasi serta tekanan tanah pasif di depan dinding penahan tanah

akibat tanah timbunan.

Faktor keamanan terhadap bahaya penggeseran ( ), didefinisikan

sebagai berikut :


= (2.10)

Untuk tanah granular (c = 0)

ΣRh = W f (2.11)

= W tg δh dengan δh ≤ Ø

Untuk tanah kohesif (Ø = 0)

ΣRh = cdB (2.12)

Untuk tanah c = Ø (Ø > 0 dan c = 0)

ΣRh = cdB + W tg δh (2.13)

Dimana :

ΣRh = tahanan dinding penahan tanah terhadap geser

W = berat total dinding penahan dan tanah di atas pelat pondasi

δh = sudut gesek antara tanah dan dasar pondasi, diambil 1/3 –

(2/3)Ø
23

cd = kohesi tanah dasar

B = lebar kaki dinding penahan (m)

ΣPah = jumlah gaya horizontal

f = tg δb= koefisien gesek antara tanah dasar dan dasar pondasi

Faktor keamanan minimum terhadap geser tergantung pada jenis

tanahnya, pembagian faktor keamanan untuk jenis berbagai jenis tanah

adalah sebagai berikut:

Fgs ≥ 1,5 untuk tanah dasar granuler

Fgs ≥ 2 untuk tanah dasar kohesif

Untuk nilai koefisien gesek (f) bermacam jenis tanah akan dirinci dalam

tabel sebagai berikut :

Tabel 1. Koefisien gesek (f) antara dasar pondasi dan tanah dasar

Jenis tanah dasar fondasi = tg δ


Tanah granuler kasar tak mengandung lanau atau lempung 0,55
Tanah granuler kasar mengandung lanau 0,45
Tanah lanau tak berkohesi 0,35
Batu keras permukaan kasar 0,6
(Sumber : Hardiyatmo, Hary Christady. 2002. Teknik Pondasi I)

3. Stabilitas Terhadap Kapasitas Daya Dukung

Menurut Hardiyatmo (2002), persamaan kapasitas daya dukung untuk

menghitung stabilitas dinding penahan tanah antara lain adalah

menggunakan kapasitas dukung Terzaghi, Meyerhof dan Hansen.


24

Menurut Hardiyatmo (2002), persamaan Terzaghi hanya berlaku untuk

pondasi yang dibebani secara vertikal dan sentris. Kapasitas dukung

ultimit (qu) untuk pondasi memanjang didefinisikan sebagai berikut :

qu = c Nc + Df γNq + 0,5 BγNγ (2.14)

Dimana :

c = kohesi tanah (kN/m2)

Df = kedalaman pondasi (m)

γ = berat volume tanah (kN/m3)

B = lebar kaki dinding penahan (m)

Nc, Nq dan Nγ = faktor-faktor kapasitas dukung Terzaghi

Hardiyatmo menambahkan persamaan Hansen dan Vesic, kapasitas daya

dukung ultimit digunakan untuk menghitung beban miring dan eksentris.

Persamaan Hansen dan Vesic didefinisikan sebagai berikut :

qu = dc ic c Nc + dq iq DfγNq + dγ iγ 0,5 BγNγ (2.15)

Dimana :

dc, dq, dγ = faktor kedalaman

ic, iq , iγ = faktor kemiringan beban

B = lebar kaki dinding penahan (m)

e = eksentrisitas beban (m)

γ = berat volume tanah (kN/m3)

Nc, Nq dan Nγ = faktor-faktor kapasitas dukung Hansen dan Vesic


25

Faktor keamanan minimum untuk keruntuhan kapasitas daya dukung

didefinisikan sebagai berikut :

= ≥3 (2.16)

Dimana :

q = tekanan akibat beban struktur

qu = tekanan tanah ultimit

I. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang telah dilakukan antara lain :

1. Septian (2016), Analisis Stabilitas Lereng dengan Perkuatan Dinding

Penahan Tanah dan Geotekstil pada Ruas Jalan Lintas Liwa – Simpang

Gunung Kemala KM. 268+550.

Kondisi lereng yang curam pada tepi jalan lintas Liwa – Simpang gunung

Kemala KM.268+550 secara umum mengalami kelongsoran disebabkan

karena, berdasarkan data sondir, kondisi tanah yang tergolong memiliki

sifat mekanis tanah yang rendah. Selain itu juga dikarenakan intensitas

hujan yang besar dan tidak adanya saluran drainase yang baik

mengakibatkan tanah jenuh air dan menimbulkan tekanan lateral tanah

yang besar, sehingga kelongsoran sangat mudah terjadi.

Hasil analisis stabilitas lereng eksisting dengan program SLOPE/W

menunjukkan kondisi tidak stabil karena dari hasil analisa diperoleh nilai
26

angka keamanan 0,400 untuk kondisi 1 (tanah basah) dan 0,419 untuk

kondisi 2 (tanah kering), sehingga diperlukan adanya perkuatan pada

lereng tersebut.

Dari hasil analisis stabilitas lereng yang diperkuat geotekstil dengan

kemiringan 60o menggunakan SLOPE/W diperoleh nilai angka keamanan

yang lebih besar dibandingkan dengan kemiringan 90o sebesar 1,341

untuk kondisi 1 dan 1,522 untuk kondisi 2, sehingga desain perkuatan

tersebut aman dan mampu menahan kelongsoran.

Untuk analisis stabilitas dinding penahan kantilever pun dilakukan

dengan cara manual karena program SLOPE/W tidak menyediakan

fasilitas untuk menghitung stabilitas tersebut. Pada analisis ini didapatkan

hasil sebagai berikut: stabilitas guling sebesar 2,2346, stabilitas geser

6,0643 dan daya dukung sebesar 3,1828. Sehingga dinding penahan

tanah kantilever dalam kondisi aman dan mampu menahan kelongsoran.

2. Arya (2013), perencanaan Dinding Penahan Tanah Dengan

Menggunakan Program Geo5.

Dari hasil analisis dapat disimpulkan beberapa hal mengenai analisis

dinding penahan tanah yang berada di Jalan Piyungan – Batas Gunung

Kidul.

Perencanaan struktur dinding penahan tanah ini direncanakan aman

terhadap pergeseran, penggulingan, dan keruntuhan kapasitas daya

dukung tanah. Hasil analisis tersebut dapat dilihat sebagai berikut :

a. Hasil Perhitungan manual :

faktor stabilitas terhadap geser 2,475>2 (aman)


27

stabilitas terhadap guling 3,945>2 (aman)

keruntuhan kapaitas daya dukung 4,874>3 (aman)

b. Hasil perhitungan program Geo5 :

stabilitas terhadap guling 2,01>2 (aman)

stabilitas terhadap geser 2,32>2 (aman)

keruntuhan kapasitas daya dukung 5,11>2 (aman)

Perbedaan hasil perhitungan stabilitas antara perhitungan manual dengan

program Geo5, dikarenakan rumus atau metode yang digunakan berbeda.

Pada perhitungan manual, penulis menggunakan metode Rankine akan

tetapi pada program Geo5 menggunakan metode Rankine yang telah

dimodifikasi, yaitu metode Mazindrani, rumus Mazindrani.

J. Metode Elemen Hingga Plaxis

Plaxis (Finite Element Code for Soil and Rock Analysis) merupakan suatu

rangkuman program elemen hingga yang telah dikembangkan untuk

menganalisis deformasi dan stabilisasi geoteknik dalam perencanaan-

perencanaan sipil.

Grafik prosedur-prosedur input data (soil properties) yang sederhana mampu

menciptakan model-model elemen hingga yang kompleks dan menyediakan

output tampilan secara detail berupa hasil-hasil perhitungan. Perhitungan

program ini seluruhnya secara otomatis dan berdasarkan pada prosedur-

prosedur penulisan angka yang tepat. Konsep ini dapat dikuasai oleh

pengguna baru dalam waktu yang relatif singkat setelah melakukan beberapa

latihan (Plaxis, 2012).


28

Dalam penelitian ini data yang dibutuhkan adalah mengenai nilai-nilai

parameter pada tanah yang didapat dari hasil penyelidikan tanah dalam hal ini

adalah tanah di ruas jalan lintas Liwa - Simpang Gunung Kemala Krui

STA.264+600, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Kabupaten

Lampung Barat, Provinsi Lampung. Data tersebut digunakan sebagai input,

adapun prosedur dari program Plaxis antara lain sebagai berikut :

1. Menentukan judul, model, dan elemen pada kotak serta menuliskan

perintah atau tujuan yang akan dipakai.

2. Menuliskan dimensi tanah dari kasus yang akan dipelajari, yaitu

sepanjang ke kiri, ke kanan, ke atas dan ke bawah.

3. Merangkai bentuk dimensi dari tanah tadi kemudian diberi beban.

4. Menentukan nilai parameter tanah dengan menekan tombol Materia) Sets

antara lain , , kohesi, poisson ratio, regangan lateral atau

regangan aksial dan lain sebagainya.

5. Prosedur selanjutnya dapat dipahami lebih lanjut dan lebih jelas lagi pada

literatur yang diperoleh dari program Plaxis.


29

III. METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada diruas jalan Liwa – Simpang Gunung Kemala

Krui KM.264+600, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS)

Kabupaten Pesisir Barat Provinsi Lampung.

Gambar 13. Peta Lokasi Penelitian


30

B. Tahapan Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini hanya menggunakan data

sekunder yang dilakukan dengan mengumpulkan informasi yang berasal dari :

1. Data tentang tinggi lereng, sudut lereng, kontur dan potongan melintang

lereng yang didapat dari pengukuran sebelumnya.

2. Data properties tanah terkait yang didapatkan dari uji yang telah

dilakukan di laboratorium Teknik Sipil Universitas Lampung.

C. Tahapan Analisis Stabilitas Lereng dengan Plaxis V.8.2.

1. Plaxis Input

Dalam analisis pekerjaan yang akan menggunakan program Plaxis,

haruslah membuat permodelan sesuai kondisi dilapangan. Berikut ini

merupakan tahapan permodelan lereng dalam program Plaxis :

Gambar 14. Contoh Tampilan General Settings Project


31

a. Melakukan input data pada tampilan general settings. Tampilan

general settings terdiri dari dua, yaitu project seperti terlihat pada

Gambar 14 dan dimensions pada Gambar 15.

Gambar 15. Contoh Tampilan General Settings Dimensions

Nama lembar kerja baru diisi pada title di project box dan pada

dimensions box diisi dengan ukuran geometri.

b. Menggambar geometri dua dimensi penampang lereng yang akan

dianalisis.

c. Menentukan kondisi batas (Standard fixities).

d. Memasukkan sifat-sifat material pada menu material sets.

e. Melakukan penyusunan jaring elemen (Generated mesh).

f. Menentukan initial condition dan initial pore pressures untuk

menentukan kondisi Muka Air Tanah (MAT) dan KO Procedure.

g. Menentukan generate water pressure kondisi phreatic level.

h. Menentukan closed consolidation boundary.


32

2. Plaxis Calculations

Plaxis calculations program digunakan setelah proses input pada

pekerjaan lereng yang akan dianalisis telah selesai. Setelah memilih

toolbar calculate pada akhir input program akan muncul tampilan seperti

pada Gambar 16.

Gambar 16. Contoh Tampilan Plaxis Calculations

Langkah untuk menentukan safety factor pada lereng yang dianalisis

dilakukan input terhadap tahap calculations sebagai berikut :

a. Pilih Phi/c Reduction pada calculation type. Kemudian pilih

incremental multipliers pada loading input lalu klik calculate.

b. Pilih titik nodal untuk penggambaran kurva beban perpindahan

maupun penggambaran lintasan tegangan.

3. Plaxis Output

Plaxis output dapat dibuka kembali dengan klik toolbar Plaxis output,

atau dari start menu. Toolbar calculation pada calculation program dapat

juga dipakai untuk masuk ke output program, jika input telah selesai dan

telah memilih titik yang akan ditinjau.


33

Gambar 17. Contoh Tampilan Plaxis Output Program

Selain melihat perpindahan tegangan yang terjadi didalam tanah, output

program dapat digunakan untuk melihat gaya-gaya yang bekerja pada

objek structural. Untuk menampilkan hasil yang diperoleh dari hasil

analisis ini adalah sebagai berikut :

a. Pilih menu peningkatan total dari menu deformasi. Tampilan akan

menunjukkan peningkatan dari seluruh titik nodal dalam bentuk anak

panah. Panjang dari anak panah menunjukkan nilai relatifnya.

b. Pilih tegangan efektif dari menu tegangan. Tampilan akan

menunjukkan besar dan arah dari tegangan-tegangan utama efektif.

4. Plaxis Curves

Plaxis Curves Program dapat dipakai untuk menggambar kurva

hubungan beban atau waktu terhadap displacement, diagram tegangan-

tegangan dari lokasi yang sebelumnya dipilih pada Calculation Program

(select point for curve). Pemilihan point ini dibatasi sejumlah 10 buah

nodal dan 10 buah untuk stress point.


34

Berikut ini merupakan tahapan untuk menampilkan kurva pada program

Plaxis baik kurva baru maupun kurva yang telah dibuat :

a. Memilih tampilan kurva yang akan ditampilkan pada Create/Open

project, jika kurva belum dibuat maka pilih New chart.

Gambar 18. Contoh Tampilan Open Project pada Curve Program

b. Memilih hubungan kurva yang akan ditampilkan, sesuai dengan

nodal atau stress point yang ditinjau.

Gambar 19. Contoh Tampilan Curve Generation


35

SF

Displacement (m)

Gambar 20. Contoh Tampilan Plaxis Curve Output Program

D. Diagram Alir Penelitian

Adapun tahapan penilitian yang dilakukan dalam menganalisis kestabilan

lereng adalah sebagai berikut :


36

Mulai

Studi Pustaka :
- Studi Literatur
- Plaxis

Peninjauan lokasi dan pengumpulan data skunder


- Data properties tanah
- Data kontur dan cross sections

Desain dimensi dinding penahan tanah


kantilever dengan trial dan error

Tidak
Analisis stabilitas
terhadap kelongsoran
dengan program Plaxis
V.8.2

Ya

Kontrol stabilitas geser, stabilitas guling dan daya dukung tanah


dinding penahan tanah kantilever.

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 21. Diagram Alir Penelitian


83

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil analisis stabilitas lereng dengan

perkuatan dinding kantilever dengan program Plaxis adalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan analisis program plaxis sebelum dilakukan penanganan

dengan dinding penahan tanah kantilever, kondisi lereng KM.264+600

secara umum mengalami kelongsoran disebabkan karena kondisi tanah

yang tergolong memiliki sifat mekanis tanah yang rendah.

2. Pada kondisi A, dengan perletakan dinding penah tanah kantilever

setinggi 6 meter berada di dasar lereng setinggi 10 meter, diperoleh nilai

faktor aman (Fs) adalah sebesar 2,0503 dengan nilai displacment sebesar

79,95 x 10-3 meter, besarnya nilai faktor aman disebabkan karena luas

lereng yang mengalami displacement relatif kecil dan hanya terjadi di

lereng utama.

3. Pada kondisi B, dinding penahan tanah kantilever setinggi 6 meter

diletakan 2,4 meter dari dasar lereng, lereng utama dan tanah timbunan

cenderung mengalami displacement, dengan nilai maksimum sebesar


84

56,25 x 10-3 meter, hal ini mengakibatkan nilai faktor aman (Fs)

menurun, yaitu sebesar 1,4953.

4. Pada kondisi C, permukan dinding penahan tanah setinggi 6 meter

diletakkan sejajar dengan permukaan lereng, tingginya perletakan

dinding penahan tanah menimbulkan tekanan pada tanah didasar lereng

dan mengakibatkan tanah timbunan pada dasar lereng juga mengalami

displacement, sehingga didapat faktor aman (Fs) sebesar 1,4380 dan

nilai displacment maksimum adalah sebesar 86,73 x 10-3 meter.

5. Lereng dengan perkuatan dinding kantilever kondisi B dianggap lebih

aman karena memiliki nilai displacement dan settlement yang terkecil

serta memenuhi semua syarat stabilitas lereng yaitu stabilitas geser

adalah 2,8200 > 2 (Aman), terhadap guling adalah 3,9631 > 2 (Aman)

dan terhadap daya dukung tanah adalah 2,2782 > 2 (Aman).

6. Struktur dinding penahan tanah kantilever kondisi B, bagian badan

menggunakan tulangan D19-100, bagian telapak menggunakan tulangan

D19-150 dan bagian tumit menggunakan tulangan D19-150.

B. Saran

Berdasarkan hasil analisis stabilitas lereng dengan perkuatan dinding

kantilever dengan program Plaxis, saran yang dapat diajukan adalah sebagai

berikut :

1. Untuk menghitung faktor keamanan sebaiknya menggunakan metode

elemen hingga Plaxis karena perhitungan dengan cara tersebut memiliki

tingkat kompleksitas yang tinggi dan hasil yang didapat lebih baik karena
85

lereng dimodelkan sesuai dengan kondisi di lapangan. Selain itu Output

dari program plaxis sangat lengkap seperti deformation, displacement,

increments, effective strses, total strsess dan masih banyak lainnya.

2. Dalam perencanaan dinding penahan tanah, perencana perlu mengetahui

atau memahami lokasi yang akan dibangun dinding penahan tanah.

Sehingga perencanaan dinding penahan tanah dapat diperhitungkan

secara tepat menurut kondisi lapangan.

3. Untuk penelitian menggunakan software geoteknik selanjutnya

diharapkan untuk lebih memahami cara pengoperasian, fasilitas yang

disediakan, dan standar perhitungan yang digunakan terlebuh dahulu

supaya didapat hasil desain yang benar dan valid.


DAFTAR PUSTAKA

A. Hanggoro T. Cahyo. 2011. Hand Out Komputasi Geoteknik Pengenalan


Software Plaxis Sesi 1-6. Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Adi S, Septian. 2016. Analisis Stabilitas Lereng dengan Perkuatan Dinding


Penahan Tanah dan Geotekstil pada Ruas Jalan Lintas Liwa – Simpang
Gunung Kemala KM. 268+550.

Craig, R.F. 1989. Mekanika Tanah. Erlangga. Jakarta.

Bowles, JE., 1989, Sifat-sifat Fisik & Geoteknis Tanah, Erlangga, Jakarta.

Das, Braja M. 1995. Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis).


Erlangga. Surabaya.

Hardiyatmo, H.C (a). 2002. Mekanika Tanah I. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.

Hardiyatmo, H.C (b). 2003. Mekanika Tanah II. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.

Hardiyatmo, H.C (c). 2006. Penanganan Tanah Longsor dan Erosi. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.

Nugraha, Arya. 2013. Perencanaan Dinding Penahan Tanah dengan


Menggunakan Program Geo5.

Plaxis. 2012. Tutorial Manual. A.A. Balkema. Rotterdam.

Santosa, Budi, dkk. 1998. Mekanika Tanah Lanjutan. Gunadarma. Jakarta.

Smith, M.J. 1984. Mekanika Tanah. Erlangga. Jakarta.

Wesley, Laurence D. 2012. Mekanika Tanah untuk Tanah Endapan dan Residu.
Andi. Yogyakarta.

Вам также может понравиться