Вы находитесь на странице: 1из 20

Ns.ROBERTUS MASYHURI,S.Kep,M.

Mkep

MAKALAH

“PEMBELAJARAN ORANG DEWASA”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Pendidikan Dalam


Keperawatan

Disusun Oleh :

MOSES TAWUN (120191823) NIAR (120971812)

ELISABETH TRISNA WATI (119141707) NURHANDAYANI (121041830)

ERNA SARTIKA METALOBY (119151716) DEWI HARTINA (119111704)

ARDI (120521811) JUSNIATI (120161807)

OLVIYANI SANDA (120991814)

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN FAMIKA MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2018/2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat
rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan Makalah Pembelajaran Orang
Dewasa, dengan judul “Pembelajaran Orang Dewasa”.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita semua
yaitu Nabi Muhammad SAW kepada keluarga, para sahabat, dan para umatnya
hingga akhir zaman.

Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis
peroleh dari berbagai refrensi, serta infomasi dari media massa, tak lupa penyusun
ucapkan terima kasih kepada dosen matakuliah Pembelajaran Orang Dewasa. Juga
kepada teman-teman yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya
makalah ini.

Kami harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi
kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai sejarah
penyuluhan di indonesia. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka
kamimengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah
yang lebih baik.

Sungguminasa 26 maret 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.3 TUJUAN

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN ANRAGOGY

2.2 pembelajaran orang dewasa

2.3 Pembelajaran Orang Dewasa

2.3.1 Daur Pengalaman Berstruktur dan Analisis Peran,

2.3.2 Latihan Penyelidikan (Inquiry Training Model)

2.3.3 Advance Organizer,

2.3.4 Pemerolehan Konsep

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
DAFTAR ISTILAH

1. Psikologi : sebuah bidang ilmu pengetahuan dan ilmu terapan yang


mempelajari mengenai perilaku dan fungsi mental manusia secara ilmiah.
2. Fasilitator : seseorang yang membantu sekelompok orang memahami
tujuan bersama mereka dan membantu mereka membuat rencana guna
mencapai tujuan tersebut tanpa mengambil posisi tertentu dalam diskusi.
3. Andragogy : proses untuk melibatkan peserta didik dewasa ke dalam suatu
struktur pengalaman belajar.
4. Esensial : inti, pokok penting, atau sesuatu yang mendasar atau hakiki.
5. Teoritik : serangkaian bagian atau variabel, definisi yang saling berhubung
an yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena
dengan menentukan hubungan antar variabel,dengan maksud menjelaskan
fenomena alamiah.
6. Mentransmisikan : mengirimkan atau meneruskan pesan dari seseorang
(benda) kepada orang lain.
7. inovasi : suatu proses dan atau hasil pengembangan pemanfaatan suatu
produk atau sumber daya yang telah ada sebelumnya,sehingga memiliki
nilai yang lebih berarti.
8. mobilisasi : tindakan pengerahan dan penggunaan secara serentak sumber
daya nasional serta sarana dan prasarana nasional yang telah dibina dan
dipersiapkan sebagai komponen kekuatan pertahanan keamanan negara
untuk digunakan secara tepat, terpadu, dan terarah bagi penanggulangan
setiap ancaman baik dari luar
9. agogi : aktivitas memimpin atau membimbing / seni dan ilmu memimpin /
membimbing.
10. paid : dibayar
11. agogus : memimpin
12. self-cocept : konsep diri
13. .a helping relationship : pendidikan sepanjang hayat
14. perspektif : konteks system dan persepsi visual
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu aspek penting dalam pendidikan saat ini yang perlu mendapat
perhatian adalah mengenai konsep pendidikan untuk orang dewasa. Tidak
selamanya kita berbicara dan mengulas di seputar pendidikan murid sekolah
yang relatif berusia muda. Kenyataan di lapangan, bahwa tidak sedikit orang
dewasa yang harus mendapat pendidikan baik pendidikan informal maupun
nonformal, misalnya pendidikan dalam bentuk keterampilan, kursus-kursus,
penataran dan sebagainya. Masalah yang sering muncul adalah bagaimana
kiat, dan strategi membelajarkan orang dewasa yang notabene tidak
menduduki bangku sekolah. Dalam hal ini, orang dewasa sebagai siswa dalam
kegiatan belajar tidak dapat diperlakukan seperti anak-anak didik biasa yang
sedang duduk di bangku sekolah tradisional. Oleh sebab itu, harus dipahami
bahwa, orang dewasa yang tumbuh sebagai pribadi dan memiliki kematangan
konsep diri bergerak dari ketergantungan seperti yang terjadi pada masa
kanak-kanak menuju ke arah kemandirian atau pengarahan diri sendiri.
Kematangan psikologi orang dewasa sebagai pribadi yang mampu
mengarahkan diri sendiri ini mendorong timbulnya kebutuhan psikologi yang
sangat dalam yaitu keinginan dipandang dan diperlakukan orang lain sebagai
pribadi yang mengarahkan dirinya sendiri, bukan diarahkan, dipaksa dan
dimanipulasi oleh orang lain. Dengan begitu apabila orang dewasa
menghadapi situasi yang tidak memungkinkan dirinya menjadi dirinya sendiri
maka dia akan merasa dirinya tertekan dan merasa tidak senang. Karena orang
dewasa bukan anak kecil, maka pendidikan bagi orang dewasa tidak dapat
disamakan dengan pendidikan anak sekolah. Perlu dipahami apa pendorong
bagi orang dewasa belajar, apa hambatan yang dialaminya, apa yang
diharapkannya, bagaimana ia dapat belajar paling baik dan sebagainya
(Lunandi, 1987). Pemahaman terhadap perkembangan kondisi psikologi orang
dewasa tentu saja mempunyai arti penting bagi para pendidik atau fasilitator
dalam menghadapi orang dewasa sebagai siswa. Berkembangnya pemahaman
kondisi psikologi orang dewasa semacam itu tumbuh dalam teori yang dikenal
dengan nama andragogi. Andragogi sebagai ilmu yang memiliki dimensi yang
luas dan mendalam akan teori belajar dan cara mengajar. Secara singkat teori
ini memberikan dukungan dasar yang esensial bagi kegiatan pembelajaran
orang dewasa. Oleh sebab itu, pendidikan atau usaha pembelajaran orang
dewasa memerlukan pendekatan khusus dan harus memiliki pegangan yang
kuat akan konsep teori yang didasarkan pada asumsi atau pemahaman orang
dewasa sebagai siswa.
Kegiatan pendidikan baik melalui jalur sekolah ataupun luar sekolah
memiliki daerah dan kegiatan yang beraneka ragam. Pendidikan orang dewasa
terutama pendidikan masyarakat bersifat non formal sebagian besar dari siswa
atau pesertanya adalah orang dewasa, atau paling tidak pemuda atau remaja.
Oleh sebab itu, kegiatan pendidikan memerlukan pendekatan tersendiri.
Dengan menggunakan teori andragogi kegiatan atau usaha pembelajaran orang
dewasa dalam kerangka pembangunan atau realisasi pencapaian cita-cita
pendidikan seumur hidup dapat diperoleh dengan dukungan konsep teoritik
atau penggunaan teknologi yang dapat dipertanggung jawabkan. Salah satu
masalah dalam pengertian andragogi adalah pandangannya yang
mengemukakan bahwa tujuan pendidikan itu bersifat mentransmisikan
pengetahuan. Tetapi di lain pihak perubahan yang terjadi seperti inovasi dalam
teknologi, mobilisasi penduduk, perubahan sistem ekonomi, dan sejenisnya
begitu cepat terjadi. Dalam kondisi seperti ini, maka pengetahuan yang
diperoleh seseorang ketika ia berumur 21 tahun akan menjadi usang ketika ia
berumur 40 tahun. Apabila demikian halnya, maka pendidikan sebagai suatu
proses transmisi pengetahuan sudah tidak sesuai dengan kebutuhan modern
(Arif, 1994).
Oleh karena itu, tujuan dari kajian/tulisan ini adalah untuk mengkaji
berbagai aspek yang mungkin dilakukan dalam upaya membelajarkan orang
dewasa (andragogi) sebagai salah satu alternatif pemecahan kependidikan,
sebab pendidikan sekarang ini tidak lagi dirumuskan hanya sekedar sebagai
upaya untuk mentransmisikan pengetahuan, tetapi dirumuskan sebagai suatu
proses pendidikan sepanjang hayat (long life education).
1.2 Rumusan Masalah
1. Mengetahui apa itu pendidikan orang dewasa (Andragogy)
2. pembelajaran orang dewasa
3. pembelajaran orang dewasa

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui dan
menambah pengetahuan tentang model pembelajaran apa saja yang sesuai
untuk pembelajaran orang dewasa serta metode apa saja yang bisa diterapkan
bagi pembelajaran orang dewasa. Orang dewasa juga memerlukan
pembelajaran, agar orang dewasa tersebut tidak ketinggalan jaman dan bisa
meningkatkan kualitas hidupnya kearah yang lebih maju.

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat dari makalah ini yaitu banyak sekali salah satunya yaitu bisa
membantu orang dewasa dalam memahami materi pembelajaran dan dapat
mengajak orang dewasa untuk mau belajar lagi, karena belajar mempunyai
manfaat yang baik seperti bisa meningkatkan kualitas hidup orang dewasa
tersebut dan tidak ketinggalan jaman.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Anragogy

Andragogi (andragogy) berasal dari kata Yunani “ aner” atau “andr”,


berarti orang dewasa dan agogi. Agogi (Agogy) berasal dari kata Yunani
“Agogus” yang berarti “memimpim/membimbing”. Agogi berarti “aktivitas
memimpin/ membimbing” atau “seni dan ilmu memimpin/membimbing”, atau
“seni dan ilmu mempengaruhi orang lain”. Pedagogi (pedagogy) berasal dari kata
Yunani “Paid” (berati anak) dan “Agogus” (berarti “memimpin”). Pedagogi
berarti “seni dan ilmu mengajar anak-anak”. John D. Ingalls memberi batasan
pengertian andragogi sebagai :Proses pendidikan membantu orang dewasa
menemukan dan menggunakan penemuan-penemuan dari bidang-bidang
pengetahuan yang berhubungan dalam latar sosial dan situasi pendidikan untuk
mendorong pertumbuhan dan kesehatan individu, organisasi, dan masyarakat.
Menurut Knowles (1977:38), “ Andragogy is therefore, the art and science of
helping adults learn”. Andragogi adalah suatu ilmu dan seni dalam membantu
orang dewasa belajar. Dilihat dari segi epistemologi, andragogi berasal dari
bahasa Yunani dengan akar kata:”Aner” yang artinya orang untuk
membedakannya dengan “paed” yang artinya anak. Knowles dalam bukunya “
The modern practice of Adult Education”, mengatakan bahwa semula ia
mendefinisikan andragogi sebagai seni dan ilmu membantu orang dewasa belajar.
Kemudian setelah melihat hasil eksperimen banyak pendidik yang menerapkan
konsep andragogi pada pendidikan anak-anak dan menemukan bahwa dalam
situasi-situasi tertentu memberikan hasil yang lebih baik, Knowles melihat bahwa
andragogi sebenarnya merupakan model asumsi yang lain mengenai pembelajaran
yang dapat digunakan di samping model asumsi pedagogi. Ia juga mengatakan
model-model itu berguna apabila tidak dilihat sebagai dikhotomi, tetapi sebagai
dua ujung dari suatu spektrum, dimana suatu asumsi yang realistik pada situasi
yang berada di antara dua ujung tersebut.
Knowles menegaskan adanya perbedaan antara belajar bagi orang dewasa dengan
belajar anak-anak dilihat dari segi perkembangan kognitif mereka. Menurut
Knowles ada empat asumsi utama yang membedakan andragogi dan pedagogi,
yaitu:

a. Perbedaan dalam konsep diri, orang dewasa memiliki konsep diri yang
mandiri dan tidak bergantung bersifat pengarahan diri.
b. Perbedaan pengalaman, orang dewasa mengumpulkan pengalaman yang
makin meluas, yang menjadi sumber daya yang kaya dalam keaddan
belajar.
c. Kesiapan untuk belajar, orang dewasa ingin mempelajari bidang
permasalahan yang kini mereka hadapi dan anggap relevan.
d. Perbedaan dalam orientasi ke arah kegiatan belajar,orang dewasa
orientasinya berpusat pada masalah dan kurang kemungkinannya berpusat
pada subyek.

Asumsi asumsi pokok di atas menimbulkan berbagai implikasi yang berkaitan


dengan penerapan strategi pembelajaran. Secara umum strategi pembelajaran
orang dewasa lebih menekankan pada permasalahan yang dihadapi (problem
centered orientation). Knowles mengajukan asumsi bahwa orang dewasa dapat
belajar. Kalaupun ada orang dewasa yang mengeluh tidak dapat lagi belajar, orang
dewasa yang bersangkutan kurang percaya pada kemampuan dirinya untuk
belajar. Menurut hasil penelitian, kemampuan belajar bagi orang dewasa yang
berkurang hanyalah kecepatan belajarnya, bukan daya kecerdasannya.
Kemunduran kecepatan belajar tersebut ada kaitannya dengan pertambahan usia
yang mengakibatkan beberapa unsur fisiologis seperti ketajaman pendengaran dan
penglihatan.

Empat konsep yang membedakan pedagogi dan andragogi, menurut Malcolm


Knowles :

 Pedagogi
 Andragogi
1. Konsep diri (self-cocept) Anak ialah pribadi yang tergantung. Hubungan
pelajar dengan pengajar merupakan hubungan yang bersifat pengarahan
(adirecting relationship).
Si pelajar bukan pribadi yang tergantung, tetapi pribadi yang telah masak
secara psikologis. Hubungan pelajar dengan pengajar merupakan
hubungan saling membantu yang timbal balik (a helping relationship)

2. Pengalaman Pengalaman pelajar masih sangat terbatas, karena itu dinilai


kecil dalam proses pendidikan. Komunikasi satu arah dari pendidik kepada
pelajar.
Pengalaman pelajar orang dewasa dinilai sebagai sumber belajar yang
kaya. Multi komunikasi oleh semua peserta, pengajar maupun pelajar.

3. Kesiapan belajar Pendidik menentukan apa yang akan dipelajari,


bagaimana dan kapan belajar.
Pelajar menentukan apa yang mereka perlu pelajari berdasarkan pada
persepsi mereka sendiri terhadap tuntutan situasi sosial mereka

4. Perspektif waktu dan orientasi terhadap belajar. Diajarkan bahan yang


dimaksudkan untuk digunakan di masa yad. Pendekatanya “subject
centered”.
Belajar merupakan proses untuk penemuan masalah dan pemecahan
masalah pada saat itu juga. Pendekatanya “problem centered”.
2.2 pembelajaran orang dewasa

Dalam pembelajaran orang dewasa banyak yang diterapkan. Untuk


keberhasilan pembelajaran semacam ini, apa pun yang diterapkan seharusnya
mempertimbangkan faktor sarana dan prasarana yang tersedia untuk mencapai
tujuan akhir pembelajaran, yaitu agar peserta didik dapat memiliki suatu
pengalaman belajar yang bermutu. Merupakan suatu kekeliruan besar jika dalam
hal ini, pembimbing secara kurang wajar menetapkan pemanfaatan hanya karena
faktor pertimbangannya sendiri, yaitu menggunakan yang dianggapnya paling
mudah, atau hanya disebabkan oleh keinginannya agar dikagumi oleh peserta di
kelas itu, ataupun mungkin ada kecenderungan hanya menguasai satu tertentu saja
(supriadi, 2006). Penetapan pemilihan metode yang tepat seharusnya
mempertimbangkan aspek tujuan yang ingin dicapai, yaitu mengacu pada garis
besar program pembelajaran yang dibagi menjadi dua jenis.

1. Proses pembelajaran yang dirancang untuk mendorong orang dewasa mampu


menata dan mengisi pengalaman baru dengan berpedoman pada masa lalu yang
pernah dialami. Serta mampu memberi wawasan baru bagi masing-masing
individu untuk dapat memanfaatkan apa yang sudah diketahuinya. Contoh: latihan
keterampilan melaui tanya jawab, wawancara, konsultasi, latihan kepekaan, dan
lain-lain,

2. Proses pembelajaran yang dirsancang untuk meningkatkan transfer pengetahuan


baru, pengalaman baru, dan keterampilan baru sehingga dapat mendorong masing-
masing individu dewasa guna meraih semaksimal mungkin ilmu penetahuan yang
diinginkanya, apa yang menjadi kebutuhanya, serta keterampilan yang diperlukan.
Contoh: belajar dengan menggunakan program komputer yang dibutuhkan di
tempat mereka bekerja.

pembelajaran kuliah, seminar/diskusi/ presentasi, praktikum/ studi lapangan,


computer aidedlearning, dan belajar mandiri hasilnya akan kurang optimal jika
tidak berfokus pada kompetensi yang akan dicapai oleh peserta didik. Unsur-unsur
lain yang perlu diperhatikan dalam memilih metode pembelajaran adalah
sarana/prasarana, bahan kajian atau materi ajar, serta tingkat kemampuan
mahasiswa. Terdapat beragam pembelajaran dengan pendekatan student centre
learning yang bisa diaplikasikan seperti small group discussion, role play and
simulation, case study, discovery learning (DL), self directed learning (SDL),
cooperative learning (CL), collaborative learning (CbL), contextual instruction
(CI), project based learning (PjBL), dan problem based learning (PBL).

Dalam menetukan pembelajaran yang sesuai, maka perlu dilakukan kajian


mendalam terhadap kebutuhan peserta didik dengan mengintegrasikan konsep
andragogi di atas, berikut ini uraian ringkas beberapa ciri model pembelajaran di
atas.

Belajar

Hal yang Dilakukan Peserta Didik

Hal yang Dilakukan Pengajar

Small Group Discussion

 Membentuk kelompok (5-10 orang).


 Memilih bahan diskusi.
 Mempresentasikan makalah dan mendiskusikannya di kelas.
 Membuat rancangan diskusi.
 Menjadi moderator sekaligus mengulas hasil diskusi mahasiswa pada
setiap akhir sesi.

Simulasi

 Mempelajari dan menjalankan suatu peran yang ditugaskan kepadanya.


 Mempraktikkan/mencoba berbagai model (komputer) yang telah
disiapkan.
 Merancang situasi/ kegiatan yang mirip dengan yang sesungguhnya, bisa
berupa bermain peran, model komputer, atau berbagai latihan simulasi.
 Membahas kinerja mahasiswa
Discoverylearning

 Mencari, mengumpulkan, dan menyusun, informasi yang ada untuk


mendeskripsikan suatu pengetahuan.
 Menyediakan data atau petunjuk (metode) untuk menelusuri suatu
pengetahuan yang harus dipelajari oleh mahasiswa.
 Memeriksa dan memberi ulasan terhadap hasil belajar mandiri mahasiswa.

Self-Direct Learning

 Merencanakan kegiatan belajar, melaksanakan, dan menilai pengalaman


belajarnya sendiri.
 Sebagai fasilitator.

Cooperative learning

 Membahas dan menyimpulkan masalah/ tugas yang diberikan dosen secara


berkelompok.
 Merancang dan memantau proses belajar dan hasil belajar kelompok
mahasiswa.
 Menyiapkan suatu masalah/kasus atau bentuk tugas untuk diselesaikan
oleh mahasiswa secara berkelompok.

Collaborative Learning

 Bekerja sama dengan anggota kelompoknya dalam mengerjakan tugas.


 Membuat rancangan proses dan bentuk penilaian berdasarkan konsensus
kelompoknya sendiri.
 Merancang tugas yang bersifat open ended
 Sebagai fasilitator dan motivator.

Cotextual Instruction

 Membahas konsep (teori)berkaitan dengan situasi nyata.


 Melakukan studi lapangan/terjun di dunia nyata untuk mempelajari
kesesuaian teori.
 Menjelaskan bahan kajian yang bersifat teori dan mengaitkanya dengan
situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari, kerja profesional, manajerial,
atau entrepreneurial.
 Menyusun tugas untuk studi mahasiswa terjun ke lapangan.

Project Based Learning

 Mengerjakan tugas (berupa proyek) yang telah dirancang secara sistematis.


 Menunjukkan kinerja dan mempertanggungjawabkan hasil kerjanya di
forum.
 Merancag suatu tugas (proyek) yang sistematis agar mahasiswa belajar
pengetahuan dan keterampilan melalui proses pencarian/ penggalian
(inquiry) yang terstruktur dan kompleks.
 Merumuskan dan melakukan proses pembimbingan.

Problem Based Learning

 Belajar dengan menggali/ mencari informasi (inquiry) serta memanfaatkan


informasi tersebut untuk memecahkan masalah faktual atau yang
dirancang oleh dosen.
 Merancang tugas untuk mencapai komptensi tertentu.
 Membuat petunjuk (metode) untuk mahasiswa dalam mencari pemecahan
masalah yang dipilih oleh mahasiswa sendiri atau yang diterapkan.

Agar dapat memberikan pengajaran yang optimal, maka kita perlu memahami
karakter dari peserta didik dewasa seperti yang dijelaskan di bawah ini.

1. Orang dewasa mempunyai pengalaman yang berbeda-beda.


2. Orang dewasa lebih suka menerima saran daripada digurui.
3. Orang dewasa lebih memberikan perhatian pada hal-hal yang menarik bagi
mereka dan menjadi kebutuhanya.
4. Orang dewasa lebih suka dihargai daripada diberi hukuman atau
disalahkan
5. Orang dewasa yang pernah mengalami putus sekolah, mempunyai
kecenderungan untuk menilai lebih rendah kemampuan belajarnya.
6. Apa yang bisa dilakukan orang dewasa menunjukkan tahap
pemahamannya.
7. Orang dewasa secara sengaja mengulang hal yang sama.
8. Orang dewasa suka diperlakukan dengan kesungguhan itikad yang baik,
adil, dan masuk akal.
9. Orang dewasa sudah belajar sejak kecil tentang cara mengatur hidupnya,
oleh karena itu, mereka lebih cenderung tidak mau bergantung pada orang
lain.
10. Orang dewasa menyukai hal-hal yang praktis.
11. Orang dewasa membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat akrab dan
menjalin hubungan dekat dengan teman baru.

Keberhasilan andragogi juga ditentukan oleh kemampuan pengajar dalam


menciptakan suasana kelas yang kondusif. Keyakinan pengajar akan potensi
manusia dan kemampuan semua peserta didik untuk belajar dan berprestasi
merupakan hal yang penting yang perlu diperhatikan. Pengajar harus memahami
bahwa perasaan dan sikap peserta didik akan terlibat dan berpengaruh kuat pada
proses belajarnya. Secara umum karakteristik pengajar pada oarang dewasa
diantaranya sebagai berikut.

1. Menjadi bagian dari kelompok yang diajar.


2. Mampu menciptakan iklim yang kondusif untuk belajar mengajar.
3. Mempunyai ras tanggung jawab yang tinggi, pengabdian, dan idealisme
untuk kerjanya.
4. Menirukan/mempelajari kemampuan orang lain.
5. Menyadari kelemahan, tingkat keterbukan, dan kekuatannya. Mereka tahu
bahwa kekuatan yang dimiliki dapat menjadi kelemahan pada situasi
tertentu.
6. Dapat melihat permasalahan dan menetukan pemecahannya.
7. Peka dan mengerti perasan orang lain melalui pengamatan.
8. Mengetahui bagaimana menyakinkan dan memperlakukan orang lain.
9. Selalu optimis dan mempunyai itikad baik terhadap orang lain.
10. Menyadari bahwa “perannya bukan mengajar, tetapi menciptakan iklim
untuk belajar.”
11. Menyadari bahwa segala sesuatu mempunyai segi positif dan negatif.

2.3 Pembelajaran Orang Dewasa

Dalam pembelajaran orang dewasa mengacu pada karakteristik yang melekat


sebagai pelajar. Berbagai model pembelajaran yang sesuai untuk digunakan,
diantaranya model pembelajaran:

2.3.1 Daur Pengalaman Berstruktur dan Analisis Peran,

Yaitu model pembelajarn analisis dan partisipatif. Dengan beberapa tahap, yaitu
pengenalan dan penghayatan,mengungkapkan, pengolahan, hingga penyimpulan
cara pemecahan masalah, kebutuhan peningkatan mutu program, dan kemampuan
menurut pelajar.

Merujuk pada model pembelajaran ini untuk analisis peran peserta dapat
menggunakan metode ATMAP (Arah, Terapan, Masalah dan Peran). ATMAP
yaitu upaya peningkatan kemampuan analisis dan sekaligus penghayatan peserta
terhadap perannya dalam menyelenggarakan program dalam masyarakat.
Aplikasinya berupa:

 Arah program dan arah tugas


 Terapan program dan tugas
 Masalah terapan program dan terapan tugas
 Alternatif Pemecahan masalah terapan Program dan Terapan tugas
 Peran petugas
2.3.2 Model Latihan Penyelidikan (Inquiry Training Model)

meliputi lima fase yaitu :

 Menghadapi pelajar untuk berkonfrontasi dengan situasi teka teki .


 Fase operasi pengumpulan data untuk verifikasi hakikat objek. Kondisi,
miliki dan situasi masalah yang dikumpulkan dari pelajar.
 Operasi pengumpulan data untuk eksperimentasi meliputi : mengisolasi
variable dan kondisi melalui eksperimentasi, mengajukan hipotesis untuk
menguji hubungan kausal melalui eksperimen, dimulai dan melanjutkan
kegiatan sebelumnya. Mengajarkan bagaimana membuat perencanaan
sistematis.
 Mengumpulkan informasi dengan data dan menjelaskan masalah yang ada
dengan tepat.
 Pengajar dan pelajar bekerjasama menganalisis setiap strategi.

2.3.3 Model Advance Organizer,

yaitu diberikan pengenalan materi terlebih dahulu sebelum memberikan tugas


pembelajaran yang tingkat abstraksinya lebih tinggi. Hal ini untuk menjelaskan,
mengintegrasikan dan menghubungkan materi dalam tugas pembelajaran dengan
materi yang telah dipelajari.

Advance Organizer umumnya didasarkan pada konsep dan aturan disiplin. Dan
dikaitkan dengan materi yang bersifat actual (kurang abstrak) terlebih dahulu.
Model ini juga digunakan untuk menyiapkan perspektif baru.

Beberapa fase dalam penerapan Advance Organizer, yaitu :

o Penyajian advance organizer meliputi kegiatan :

§ Menjelaskn tujuan pembelajaran

§ Menyajikan pembelajaran, mencakup : identifikasi batasan atribut, pemberian


contoh, dan menyediakan berbagai konteks.
o Penyajian Materi tugas pelajaran :

§ Menyusun urutan materi pelajaran

§ Memberikan perhatian pada pelajar

§ Menyiapkan bahan belajar yang bersifat eksplisit

o Memperkuat organisasi kognitif

§ Menggunakan prinsip-prinsip rekonsiliasi secara terintegrasi

§ Mengintensifkan pembelajaran penerimaan aktif

§ Berpikir kritis terhadap pengetahuan yang dipelajari.

2.3.4 Pemerolehan Konsep

Yaitu pembelajaran mencakup penganalisaan proses berpikir dan diskusi


mengenai atribut perolehan konsep.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Strategi pembelajaran dapat ditinjau dari ilmu, seni dan keterampilan yang
digunakan pendidik dalam membantu (memotivasi, membimbing, membelajarkan
dan memfasilitasi) peserta didik dalam belajar. Di samping itu strategi pembelajar
dapat dimaknai sebagai prosedur pembelajaran dalam mengelola secara sistematis
kegiatan pembelajaran dari beberapa komponen pembelajaran (materi
pembelajaran, peserta didik, waktu, alat, bahan, pembelajaran, sistem evaluasi)
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi pembelajaran orang dewasa
(andragogi) merupakan prosedur yang dilakukan dalam membantu orang dewasa
dalam belajar. Dalam belajar, orang dewasa telah memiliki konsep diri yang harus
dihargai, memiliki pengalaman yang dapat dijadikan sumber belajar, orientasi
belajar diarahkan pada upaya pemenuhan kebutuhan dan peningkatan peran dan
status sosial dalam masyarakat.

Saran

 Dalam belajar, orang dewasa memiliki konsep diri yang harus dihargai,
 memiliki pengalaman yang dapat dijadikan sumber belajar,
 orientasi belajar diarahkan pada upaya pemenuhan kebutuhan dan
 peningkatan peran dan status sosial dalam masyarakat.
DAFTARA PUSTAKA

http://manggari9g-19.blogspot.com/2013/12/model-pembelajaran-orang-
dewasa.html

Atwi Suparman. 1996. Desain Instruksional. Jakarta:PAU-PPAI Universitas


Terbuka

Sudjana. 2005. Strategi Pembelajaran. Bandung: Falah Production

Вам также может понравиться