Вы находитесь на странице: 1из 15

MAKALAH KITAB HADITS II

“BIOGRAFI IMAM AN-NASA’I”

DOSEN PEMBIMBING:
Fiddin Khairuddin, S.Th.I., MA
Disusun Oleh:
Nama: Okta Pinra
NIM: 60316101006

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI


FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM
ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
TEMBILAHAN
2019
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji dan syukur marilah kita haturkan ke hadirat Allah SWT atas berkat
limpahan rahmat, karunia serta hidayahNya jualah sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas makalah Membahas Kitab Hadits II dengan tema “Biografi
Imam An-Nasa’i”.
Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad
SAW karena berkat beliaulah sehingga saat ini dapat merasakan indahnya Islam
dan nikmatnya Iman.
Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
bapak Fiddin Khairuddin, S.Th.I., MA selaku dosen mata kuliah Kitab Hadits II
yang telah memberikan arahan kepada saya sebagai penulis sehingga saya dapat
menyelesaikan penulisan makalah ini.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman sekalian yang
telah sudi membantu saya dalam penyelesaian penulisan makalah ini.
Saya menyadari bahwa penulisan makalah ini tak lepas dari kesalahan dan
kekurangan, maka dari itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari dosen
pembimbing maupun dari teman-teman sekalian. Agar saya bisa memperbaiki
kekurangan saya agar lebih baik lagi untuk masa yang akan datang.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Tembilahan, 23 Juni 2019


Penulis,

(Okta Pinra)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ i


DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1


A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................. 3
C. Tujuan .................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................... 4


A. Biografi Imam An-Nasa’i ..................................................... 4
B. Sifat-sifat Imam An-Nasa’I .................................................. 4
C. Aktifitas Imam An-Nasa’i dalam Menimba Ilmu................. 4
D. Rihlah Imam an-Nasa’I ........................................................ 6
E. Guru-Guru Imam an-Nasa’I ................................................. 6
F. Murid-Murid Imam An-Nasa`I............................................. 7
G. Kesaksian Para Ulama terhadap Imam an-Nasa’I ................ 7
H. Hasil karya Imam an-Nasa`I ................................................. 8
I. Wafatnya Imam an-Nasa’I.................................................... 9

BAB III PENUTUP .................................................................................. 11


A. Kesimpulan ........................................................................... 11
B. Saran .................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hadits adalah segala yang bersumber dari Nabi SAW baik berupa
perkataan, perbuatan, maupun taqrirnya. Hadis menjadi sumber hukum yang
kedua setelah al-quran. Hadis diterima oleh sahabat dari nabi baik secara langsung
maupun tidak langsung. Sahabat atau orang yang meriwayatkan hadis disebut juga
rawi. Oleh karena itu kita harus mengetahui kehidupan par perawinya dengan baik
dengan mengetahui kehidupan para perawinya kita akan mengetahui hadis itu
shahih atau tidak.
Sejarah periwayatan hadis berbeda dengan sejarah periwayatan al-Qur‟an.
Pernyatan al-Qur‟an dari Nabi kepada para sahabat berlangsung secara umum.
Para sahabat, di samping ada yang menghafalnya juga banyak yang mencatatnya,
baik atas perintah dari Nabi atau inisiatif sendiri. Setelah Nabi wafat, periwayatan
al-Qur‟an berlangsung secara mutawatir dari zaman ke zaman. Periwayatan ini
bukan hanya secara lisan (hafalan) melainkan juga secara tertulis. Periwayatan
dalam bentuk tertulis dan penghimpunan seluruhnya secara resmi dilaksanakan
pada masa khalifah Usman dengan tujuan untuk keseragaman bacaan. Melihat
proses periwayatan al-Qur‟an begitu rumit dan selektif maka sangat sulit bagi
orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk mengadakan pemalsuan.
Periwayatan hadis berlangsung secara ahad dan hanya sebagaian kecil saja yang
berlangsung secara mutawatir. Sementara itu Nabi memang pernah pula melarang
para sahabat untuk menulis hadis. Nabi pernah memerintahkan para sahabat saat
itu agar menghapus seluruh catatan selain catatan al-Qur‟an. Namun dalam
kesempatan lain Nabi pernah juga menyuruh para sahabat agar menulis hadis.
Nabi menyatakan bahwa apa yang keluar dari lisannya adalah benar. Oleh karena
itu, beliau tidak keberatan bila hadis yang diucapkannya ditulis.
Kebijakan Nabi di atas berakibat hanya sebagian periwayatan hadis saja
yang berlangsung secara tertulis pada zaman Nabi. Dengan demikian hadis yang
berkembang pada zaman Nabi lebih banyak berlangsung secara hafalan dari pada
secara tertulis. Hal ini berakibat bahwa dokumentasi hadis Nabi secara tertulis

1
belum mencakup seluruh hadis yang ada. Selain itu tidaksemua hadis yang telah
dicatat telah dikonfirmasikan kepada Nabi. Hal ini berlanjut bahwa hadis nabi
tidak terhindar dari kemungkinan kesalahan dalam periwayatan. Ini berarti pula,
bahwa hadis yang didokumentasikan secara tertulis dan secara hafalan harus
diteliti baik sumber periwayatannya (sanad) maupun kandungan
beritanya (matan).
Berkaitan dengan tujuan di atas, maka kegiatan pendokumentasian hadis
sebagai kegiatan penelitian hadis telah berlangsung dari zaman ke zaman dengan
karakteristiknya masing-masing. Pendokumentasian hadis sebagai langkah awal
penelitian hadis mendapat pijakan untuk pertama kalinya ketika adanya perintah
resmi dari Khalifah Umar bin Abdul Aziz (w. 101 H/720 M) salah seorang
penguasa yang bijaksana dari Dinasti Umayyah, untuk mengumpulkan seluruh
hadis yang berada di masing-masing daerah. Ulama hadis yang berhasil
mengumpulkan hadis dalam satu kitab waktu itu adalah Syihab al-Din al-Zuhri
(w. 724 H/742 M), seorang ulama hadis terkenal di wilayah Hijaz dan Syam.
Kajian penghimpunan hadis terus berjalan. Sekitar pertengahan abad
kedua Hijriyah muncul berbagai kitab kumpulan hadis (hadis riwayah) di berbagai
daerah, antara lain karya Abd al-Malik bin Juraij aal-Bisri, Malik bin Anas, dan
lain-lain. Karya-karya tersebut tidak hanya menghimpun hadis-hadis Nabi, akan
tetapi juga memuat berbagai fatwa sahabat maupun tabi‟in, dengan kualitas yang
bermacam-macam yaitu sahih, hasan dan dhaif.
Masa berikutnya ulama menyusun kitab-kitab hadis berdasarkan nama-
nama para sahabat yang meriwayatkan hadis yang disebut dengan al-musnad.
Ulama yang mula-mula menyusunnya adalah Abu Dawud bin al-Jarud al-Tayalisi
(w.204 H), kemudian diikuti oleh ulama-ulama hadis lainnya seperti Abu Bakr bin
Zubair al-Humaidi (w.219 H) dan Imam Ahmad bin Hanbal (w. 242 H). Ulama
beikutnya sekitar pertengahan abad ke-3 H. berusaha mensistematisasi kitab-kitab
hadis yang secara khusus menghimpun hadis-hadis Nabi yang berkualitas sahih
menurut kriteria penyusunnya, misalnya al-Bukhari yang dikenal dengan Kitab al-
Jami‟ al-Sahih atau Shahih al-Bukhari, Imam Muslim bin Hajjaj al-Qusyairi
dengan karyanya al-Jami‟ al-Sahih atau Sahih Muslim. Masih dalam era yang

2
sama bermunculan pula berbagai kitab hadis yang sitematikanya persis dengan
bab-bab fiqih. Dengan metode inilah kitab Sunan al-Nasa‟i disusun, kitab yang
menjadi objek pembahasan dalam tulisan ini, selain kitab hadis Abu Dawud al-
Sijistani, Abu Isa al-Turmuzi, dan Ibn Majah al-Qazwaini.
Berkaitan dengan kitab Sunan al-Nasa‟‟i, melihat kepada kualitas hadis
yang diriwayatkan, ada ulama yang berpendapat bahwa kualitas kitabnya melebihi
Kitab Sahih Muslim seperti yang dikemukakan oleh Al-Hafiz Abu Ali. Ia
memberikan komentar bahwa persyaratan yang dibuat oleh Imam an-Nasa‟`i bagi
para perawi hadis jauh lebih ketat jika dibandingkan dengan persyaratan yang
dibuat oleh Imam Muslim. Untuk mengetahui lebih jelas tentang kitab hadis ini,
maka dalam tulisan ini, penulis mencoba untuk menguraikan isi kitab tersebut dan
hal-hal yang berkaitan dengannya.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut maka dapat disimpulkan bahwa rumusan
masalahnya adalah:
1. Siapa nama asli Imam An-Nasa‟i?
2. Dimana saja Imam AN-Nasa‟I menimba ilmu?
3. Siapa saja Guru Imam An-Nasa‟i?
4. Siapa saja murid Imam An-Nasa‟i?
5. Apa saja karya Imam An-Nasa‟i?

C. Tujuan
Dari rumusan masalahn tersebut maka tujuan pembuatan makalah ini
adalah:
1. Untuk mengetahui nama aslli Imam An-Nasa‟i
2. Untuk mengetahui dimana Imam An-Nasa‟i menimba ilmu
3. Untuk mengetahui siapa saja yang pernah menjadi Guru Imam An-Nasa‟i
4. Untuk mengetahui siapa saja yang pernah menjadi murid Imam An-Nasa‟i
5. Untuk mengetahui karya-karya Imam An-Nasa‟i

3
BAB I
PEMBAHASAN

A. Biografi Imam An-Nasa’i


Nama Imam An-Nasa`i adalah Ahmad bin Syu‟aib bin Ali bin Sinan bin
Bahr. Kuniyah Imam An-Nasa`i: Abu Abdirrahman. Nasab Imam an-Nasa`i: An
Nasa`i dan An-Nasawi, yaitu nisbah kepada negeri asal Imam An-Nasa`i, tempat
Imam an-Nasa`i dilahirkan. Satu kota bagian dari Khurasan. Beliau diahirkan
pada tahun 215 H.

B. Sifat-sifat Imam An-Nasa’i


An-Nasa`i merupakan seorang lelaki yang ganteng, berwajah bersih dan
segar, wajahnya seakan-akan lampu yang menyala. Beliau adalah sosok yang
kharismatik dan tenang, berpenampilan yang sangat menarik.
Kondisi itu karena beberapa faktor, diantaranya; dia sangat memperhatikan
keseimbangan dirinya dari segi makanan, pakaian, dan kesenangan, minum sari
buah yang halal dan banyak makan ayam.

C. Aktifitas Imam An-Nasa’i dalam Menimba Ilmu


Pada awalnya, beliau tumbuh dan berkembang di daerah Nasa‟. Beliau
berhasil menghafal Al-Qur‟an di Madrasah yang ada di desa kelahirannya.1 Imam
Nasa`i memulai menuntut ilmu lebih dini, karena Imam an-Nasa`i mengadakan
perjalanan ke Qutaibah bin Sa‟id pada tahun 230 H, pada saat itu Imam an-Nasa`i
berumur 15 tahun. Beliau tinggal di samping Qutaibah di negerinya Baghlan
selama setahun dua bulan, sehingga Imam an-Nasa`i dapat menimba ilmu darinya
begitu banyak dan dapat meriwayatkan hadits-haditsnya.
Imam Nasa`i mempunyai hafalan dan kepahaman yang jarang dimiliki
oleh orang-orang pada zamannya, sebagaimana Imam an-Nasa`i memiliki kejelian
dan keteliatian yang sangat mendalam. Imam an-Nasa`i dapat meriwayatkan

1
Shabri Shaleh Anwar dan Ade Jamaruddin, Takhrij Hadis (TEMBILAHAN: PT. Indragiri
Dot Com, 2018), hlm. 104.

4
hadits-hadits dari ulama-ulama besar, berjumpa dengan para imam huffazh dan
yang lainnya, sehingga Imam an-Nasa`i dapat menghafal banyak hadits,
mengumpulkannya dan menuliskannya, sampai akhirnya Imam an-Nasa`i
memperoleh derajat yang tinggi dalam disiplin ilmu ini.
Beliau telah menulis hadits-hadits dha‟if, sebagaimana Imam an-Nasa`ipun
telah menulis hadits-hadits shahih, padahal pekerjaan ini hanya di lakukan oleh
ulama pengkritik hadits, tetapi imam Nasa`i mampu untuk melakukan pekerjaan I
ni, bahkan Imam an-Nasa`i memiliki kekuatan kritik yang detail dan akurat,
sebagaimana yang digambarkan oleh al Hafizh Abu Thalib Ahmad bin Sazhr; „
siapa yang dapat bersabar sebagaimana kesabaran An Nasa`i? dia memiliki hadits
Ibnu Lahi‟ah dengan terperinci – yaitu dari Qutaibah dari Ibnu Lahi‟ah-, maka dia
tidak meriwayatkan hadits darinya.‟ Maksudnya karena kondisi Ibnu Lahi‟ah yang
dha‟if.
Dengan ini menunjukkan, bahwa tendensi Imam an-Nasa`i bukan hanya
memperbanyak riwayat hadits semata, akan tetapi Imam an-Nasa`i berkeinginan
untuk memberikan nasehat dan menseterilkan syarea‟at (dari bid‟ah dan hal-hal
yang diada-adakan).
Imam Nasa`i selalu berhati-hati dalam mendengar hadits dan selalu
selektif dalam meriwayatkannya. Maka ketika Imam an-Nasa`i mendengar dari Al
Harits bin Miskin, dan banyak meriwayatkan darinya, akan tetapi Imam an-Nasa`i
tidak mengatakan; „telah menceritakan kepada kami,‟ atau „telah mengabarkan
kepada kami,‟ secara serampangan, akan tetapi dia selalu berkata; „dengan cara
membacakan kepadanya dan aku mendengar.‟
Para ulama menyebutkan, bahwa faktor imam Nasa`i melakukan hal
tersebut karena terdapat kerenggangan antara imam Nasa`i dengan Al Harits, dan
tidak memungkinkan baginya untuk menghadiri majlis Al Harits, kecuali Imam
an-Nasa`i mendengar dari belakang pintu atau lokasi yang memungkinkan
baginya untuk mendengar bacaan qari` dan Imam an-Nasa`i tidak dapat
melihatnya.

5
Para ulama memandang bahwa kitab hadits Imam an-Nasa`i “Sunan an-
Nasa`i” sebagai kitab kelima dari Kutubussittah setelah Shahih al-Bukhari, Shahih
Muslim, Sunan Abu Dawud dan Jami‟ at-Tirmidzi.

D. Rihlah Imam an-Nasa’i


Imam Nasa`i mempunyai lawatan ilmiah cukup luas, Imam an-Nasa`i
berkeliling ke negeri-negeri Islam, baik di timur maupun di barat, sehingga Imam
an-Nasa`i dapat mendengar dari banyak orang yang mendengar hadits dari para
hafizh dan syaikh.
Di antara negeri yang Imam an-Nasa`i kunjungi adalah sebagai berikut;
Khurasan, Iraq; Baghdad, Kufah dan Bashrah, Al Jazirah; yaitu Haran, Maushil
dan sekitarnya, Syam, Perbatasan; yaitu perbatasan wilayah negeri islam dengan
kekuasaan Ramawi, Hijaz, Mesir.

E. Guru-Guru Imam an-Nasa’i


Kemampuan intelektual Imam Nasa‟i menjadi matang dan berisi dalam
masa lawatan ilmiahnya. Namun demikian, awal proses pembelajarannya di
daerah Nasa‟ tidak bisa dikesampingkan begitu saja, karena di daerah inilah,
Imam an-Nasa`i mengalami proses pembentukan intelektual, sementara masa
lawatan ilmiahnya dinilai sebagai proses pematangan dan perluasan pengetahuan.
Di antara guru-guru Imam an-Nasa`i, yang teradapat didalam kitab
sunannya adalah sebagai berikut;
- Qutaibah bin Sa‟id
- Ishaq bin Ibrahim
- Hisyam bin „Ammar
- Suwaid bin Nashr
- Ahmad bin „Abdah Adl Dabbi
- Abu Thahir bin as Sarh
- Yusuf bin „Isa Az Zuhri
- Ishaq bin Rahawaih
- Al Harits bin Miskin

6
- Ali bin Kasyram
- Imam Abu Dawud
- Imam Abu Isa at Tirmidzi, dan yang lainnya.

F. Murid-Murid Imam An-Nasa`i


Murid-murid yang mendengarkan majlis Imam an-Nasa`i dan pelajaran
hadits Imam an-Nasa`i adalah;
- Abu al Qasim al Thabarani
- Ahmad bin Muhammad bin Isma‟il An Nahhas an Nahwi
- Hamzah bin Muhammad Al Kinani
- Muhammad bin Ahmad bin Al Haddad asy Syafi‟i
- Al Hasan bin Rasyiq
- Muhmmad bin Abdullah bin Hayuyah An Naisaburi
- Abu Ja‟far al Thahawi
- Al Hasan bin al Khadir Al Asyuti
- Muhammad bin Muawiyah bin al Ahmar al Andalusi
- Abu Basyar ad Dulabi
- Abu Bakr Ahmad bin Muhammad as Sunni, dan yang lainnya.

G. Kesaksian Para Ulama terhadap Imam an-Nasa’i


Dari kalangan ulama seperiode Imam an-Nasa`i dan murid-muridnya
banyak yang memberikan pujian dan sanjungan kepada Imam an-Nasa`i, di antara
mereka yang memberikan pujian kepada Imam an-Nasa`i adalah;
1. Abu „Ali An Naisaburi menuturkan; „Imam an-Nasa`i adalah tergolong dari
kalangan imam kaum muslimin.‟ Sekali waktu dia menuturkan; Imam an-
Nasa`i adalah imam dalam bidang hadits dengan tidak ada pertentangan.‟
2. Abu Bakr Al Haddad Asy Syafi‟I menuturkan; „aku ridla dia sebagai hujjah
antara aku dengan Allah Ta‟ala.‟
3. Manshur bin Isma‟il dan At Thahawi menuturkan; „Imam an-Nasa`i adalah
salah seorang imam kaum muslimin.‟

7
4. Abu Sa‟id bin yunus menuturkan; „ Imam an-Nasa`i adalah seorang imam
dalam bidang hadits, tsiqah, tsabat dan hafizh.‟
5. Al Qasim Al Muththarriz menuturkan; „Imam an-Nasa`i adalah seorang imam,
atau berhak mendapat gelar imam.‟
6. Ad Daruquthni menuturkan; „Abu Abdirrahman lebih di dahulukan dari semua
orang yang di sebutkan dalam disiplin ilmu ini pada masanya.‟
7. Al Khalili menuturkan; „Imam an-Nasa`i adalah seorang hafizh yang kapabel,
di ridlai oleh para hafidzh, para ulama sepakat atas kekuatan hafalannya,
ketekunannya, dan perkataannya bisa dijadikan sebagai sandaran dalam
masalah jarhu wa ta‟dil.‟
8. Ibnu Nuqthah menuturkan; „Imam an-Nasa`i adalah seorang imam dalam
disiplin ilmu ini.‟
9. Al Mizzi menuturkan; „Imam an-Nasa`i adalah seorang imam yang menonjol,
dari kalangan para hafizh, dan para tokoh yang terkenal.‟

H. Hasil karya Imam an-Nasa`i


Imam Nasa`i mempunyai beberapa hasil karya, di antaranya adalah;
- As Sunan Ash Shughra
- As Sunan Al Kubra
- Al Kuna
- Khasha`isu „Ali
- „Amalu Al Yaum wa Al Lailah
- At Tafsir
- Adl Dlu‟afa wa al Matrukin
- Tasmiyatu Fuqaha`i Al Amshar
- Tasmiyatu man lam yarwi „anhu ghaira rajulin wahid
- Dzikru man haddatsa „anhu Ibnu Abi Arubah
- Musnad „Ali bin Abi Thalib
- Musnad Hadits Malik
- Asma`u ar ruwah wa at tamyiz bainahum
- Al Ikhwah

8
- Al Ighrab
- Musnad Manshur bin Zadzan
- Al Jarhu wa ta‟dil

I. Wafatnya Imam an-Nasa’i


Setahun menjelang wafatnya, Imam an-Nasa`i pindah dari Mesir ke
Damsyik. Dan tampaknya tidak ada konsensus ulama tentang tempat meninggal
Imam an-Nasa`i. Al-Daruqutni mengatakan, Imam an-Nasa`i di Makkah dan
dikebumikan di antara Shafa dan Marwah. Pendapat yang senada dikemukakan
oleh Abdullah bin Mandah dari Hamzah al-‟Uqbi al-Mishri.
Sementara ulama yang lain, seperti Imam al-Dzahabi, menolak pendapat
tersebut. Ia mengatakan, Imam al-Nasa‟i meninggal di Ramlah, suatu daerah di
Palestina. Pendapat ini didukung oleh Ibn Yunus, Abu Ja‟far al-Thahawi (murid
al-Nasa‟i) dan Abu Bakar al-Naqatah.
Menurut pandangan terakhir ini, Imam al-Nasa‟i meninggal pada tahun
303 H dan dikebumikan di Bait al-Maqdis, Palestina. Semoga jerih payahnya
dalam mengemban wasiat Rasullullah SAW guna menyebarluaskan hadis
mendapatkan balasan yang setimpal di sisi Allah. Amiiin.

J. Contoh Hadits Imam An-Nasa’i


Jarak antara sahur dan sholat subuh

ٍ َ‫اد َة َع ْن أَن‬
‫س َع ْن‬ ِ ِ َ َ‫َخبَ َرََن إِ ْس َح ُق بْ ُن إِبْ َر ِاه َيم ق‬
َ َ‫ال َحدَّثَنَا ه َشامٌ َع ْن قَت‬
َ َ‫يع ق‬
ٌ ‫ال َحدَّثَنَا َوك‬ ْ‫أ‬
ِ َّ ‫اَّلل علَيهِ وسلَّم ُُثَّ قُمنَا إِ ََل‬ َِّ ‫ول‬ِ ‫ال تَس َّحرََن مع رس‬ ٍِ ِ
‫ت‬
ُ ْ‫الص ََلة قُل‬ ْ َ َ َ ْ َ َُّ ‫صلَّى‬ َ ‫اَّلل‬ ُ َ َ َ ْ َ َ َ‫َزيْد بْ ِن ََثبت ق‬
‫ني آيَة‬ ِ َّ ُ‫ال قَ ْد ُر َما يَ ْق َرأ‬
َ ‫الر ُج ُل َخَْس‬ َ َ‫َك ْم َكا َن بَيْ نَ ُه َما ق‬

Telah mengabarkan kepada kami Ishaq bin Ibrahim dia berkata; telah
menceritakan kepada kami Waki' dia berkata; telah menceritakan kepada
kami Hisyam dari Qatadah dari Anas dari Zaid bin Tsabit dia berkata; "Kami

9
makan sahur bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, kemudian kami
berdiri untuk melaksanakan shalat." Aku bertanya; "Berapa jarak antara
keduanya? Ia menjawab, "Seukuran orang membaca lima puluh ayat.".2

2
Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar, FAJAR & SYAFAK DALAM KESARJANAAN
ASTRONOMI ISLAM DAN ULAMA NUSANTARA

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Imam An-Nasa‟I yang memiliki nama lengkap Abu Abdirrahman Ahmad
bin Syu‟aib bin Ali bin Bahar bin Sinan bin Dinar An-Nasa‟I adalah seorang
ulama hadits terkenal. Dilahirkan di satu desa yang bernama Nasa‟I di daerah
Khurasan pada tahun 215 H.
Imam An-Nasa‟I wafat pada tahun 303 H. Beliau adalah periwayat hadits
yang terkenal. Banyak hadits yang beliau tulis di bukunya dan beliau merupakan
seorang yang pengembara dalam menimba ilmu, baik dalam negeri mapun di luar
negeri.

B. Saran
Kita sebagai manusia ciptaan Allah yang sama-sama haus akan ilmu
pengetahuan, betapa mulianya jika kita mengikuti jejak para ulama-ulama dan
imam-imam besar dalam menimba ilmu. Semoga Allah memberi hidayah untuk
kita yang enggan menuntut ilmu. Aamiin.

11
DAFTAR PUSTAKA

Juli Rakhmadi Butar-Butar, Arwin. 2018. Fajar & Syafak Dalam Kesarjanaan
Dan Ulama Nusantara. Yogyakarta: LKIS.
Shaleh Anwar, Shabri dan Ade Jamaruddin. 2018. TAKHRIJ HADIS.
TEMBILAHAN: PT. Indragiri Dot Com.

12

Вам также может понравиться