Вы находитесь на странице: 1из 68

Kumpulan Emak Blogger

Mempersembahkan;

Sebuah buku digital


tentang
“Pentingnya Ilmu Pengetahuan
Dalam Melawan Terjadinya
Kekerasan Seksual Terhadap Anak.

Kontributor:

1. Gracie Melia
2. Ida Nur Laila
3. Alaika Abdullah
4. Pungky Prayitno

Disain Sampul : Pungky Prayitno


Tata Letak: Alaika Abdullah
Ebook ini tidak untuk diperjual-belikan, melainkan
dipersembahkan kepada segenap warga masyarakat
pada umumnya dan para orang tua pada khususnya,
dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan
kepedulian terhadap pentingnya pendidikan seks sejak
usia dini bagi anak.

Dilarang keras merubah dan menyebarluaskan ebook


ini tanpa ijin dari Kumpulan Emak Blogger, serta tidak
diperkenankan untuk penggunaan dengan tujuan
komersial.
Daftar Isi
1. Seandainya ............................................................ vi
2. Trauma .................................................................. x
3. Mari Lawan Kekerasan Terhadap Anak ................... xvi
4. Pendidikan Seks Untuk Anak, Lakukan Sekarang
Juga......................................................................... 1
5. Pendidikan Seksual Sejak Dini ............................... 15
6. Biografi Penulis ...................................................... 48

iv KEB - Agent of Change Series


Titipan itu, ‘dititipkan’

Titipan itu, ‘amanah’

Titipan itu, ‘anugerah’

Titipan itu bisa juga menjadi ‘musibah!’

Titipan itu bernama ANAK.

Agar Titipan itu menjadi BERKAH

Mari, bekali anak untuk terbebas dari kekerasan,


pelecehan dan penderitaan,

~ Alaika Abdullah ~

KEB - Agent of Change Series v


Seandainya...
Aku tak pernah tahu bahwa pukulan dan makian yang
diterima di rumah bukanlah bentuk kasih sayang. Justru
setiap itu terjadi, selalu ada perkataan, “Karena sayang
padamu, maka kamu harus menerima ini...”

Dan aku tumbuh besar dengan menerima bahwa aku memang


tidak cukup baik. Bahwa aku tidak bisa melakukan ini dan
itu dengan baik. Bahwa kalau tidak juara 1 di sekolah, aku
bodoh. Bahwa aku terlalu banyak main dan malas belajar.
Bahwa aku tidak bisa diandalkan. Bahwa aku tidak pantas
dilahirkan. Bahwa aku selalu menyusahkan. Bahwa aku
tidak bisa berteman. Bahwa aku tidak perlu hidup lama.
Bahwa aku tidak pantas untuk apapun. Bahwa aku tidak
berharga untuk hidup. Dunia lebih baik tanpa kehadiranku.

Dari semua itu, yang paling menyedihkan adalah melihat


teman-teman lain merasakan kasih sayang yang berbeda.
Teman dekat di SD menelpon ibunya, “Bunda, tolong
jemput aku ya di sekolah...” Rasanya panggilan Bunda
saat itu adalah suara seindah surga di telingaku.

Ketika menunggu angkot pulang SMA, melihat seorang

vi KEB - Agent of Change Series


teman dijemput, lalu mencium tangan ayahnya. Aroma
seperti apa tangan orang tua? Syahdu sekali di hati. Pergi
tarawih sendirian, lalu melihat sepasang suami istri dan
putranya bergandengan tangan, lalu berpikir, ah, apakah
besok aku bisa merasakan apa yang mereka rasa. Menginap
di rumah teman, menikmati setiap tawa dan canda antara ia
dan ibunya. Bahkan ketika ibu mertua yang saat itu masih
calon, memeluk dan menciumku, rasanya aneh tapi begitu
menenangkan. Jantungku berdentum-dentum bahagia.

Bahkan hingga kini pun, telah beranak dua, selalu terharu jika si
bocah berkata, “Aku sayang Bunda...”.

Satu-satunya harta yang kubawa pergi meninggalkan rumah


adalah kitab suci Al-quran. Satu-satunya keyakinan yang selalu
mengingatkan bahwa Allah sayang padaku. Berapa banyak pun
pukulan, berapa ribuan pun cacian, hanya harta itulah yang selalu
mencegah untuk berpikiran buruk untuk mengakhiri hidup atau
menghancurkan diri sendiri dan masa depan.

Pertanyaannya bukanlah “Kenapa harus aku?” tetapi “Ini terjadi


padaku, lalu apa yang harus aku lakukan untuk kebaikanku?”

“Siapkah aku jika masa depanku seburuk masa sekarang?”

Seandainya aku tahu bahwa kekerasan bukanlah kasih sayang,

KEB - Agent of Change Series vii


tentu aku akan membela diriku sendiri.

Seandainya aku tahu bahwa kekerasan adalah kejahatan, tentu


aku akan meminta pertolongan. Seandainya aku tahu bahwa
cacian, hinaan, carut-marut dan makian adalah kekerasan verbal,
tentu aku tidak mengijinkan siapa pun melakukannya padaku.

Seandainya aku diajarkan bagaimana menjaga diriku semenjak


kecil, tentu bayangan dan mimpi buruk telah dilecehkan tidak
terus menghantuiku. Seandainya aku lebih memilih menyerah
dari hidup, tentu kini aku tidak bisa memiliki keluarga yang
bahagia.

Seandainya aku lebih memilih lari pada narkoba atau seks bebas,
tentu kini aku jauh lebih menderita. Seandainya aku memilih
untuk melakukan kekerasan juga pada anak-anakku, tentu
mereka juga benci padaku dan melakukan itu pula pada anak-
anak mereka.

Seandainya aku memilih untuk tidak membebaskan diriku dari


belenggu kekerasan, tentu aku tidak akan pernah merasakan cinta
dan kasih dari suamiku. Seandainya aku tidak membuka diri akan
apa yang telah dialami di blog, tentu akan lebih banyak lagi korban-
korban sepertiku.

Seandainya aku tidak memiliki keyakinan bahwa Allah sayang


padaku, tentu aku akan menjalani hidup dalam neraka bertahun-
tahun lagi.

viii KEB - Agent of Change Series


Aku telah memilih, lalu kamu memilih melakukan apa?

Seandainya orang-orang di sekitar rumahku dan yang mengenalku


lebih peduli dan bertindak, tentu aku tidak perlu melaluinya
bertahun-tahun.

Mayya,

Salah seorang anggota Kumpulan Emak Blogger,


child abuse survivor.

KEB - Agent of Change Series ix


Trauma
Ini adalah sebuah kisah nyata yang serta merta memeras
air mata. Ya, air mataku ketika kisah ini dituturkan secara
langsung oleh salah satu korban kekerasan dan pelecehan
seksual terhadap dirinya ketika masih kanak-kanak. Aku
sebut salah satu, karena yang satunya lagi [saudari kem-
barnya] telah meninggal dunia, akibat penderitaan yang tak
lagi mampu ditanggulangi. Terjadi sekitar tahun 1992, di se-
buah pelosok di Sumatera Utara.

Sebut saja namanya Khadijah, dan Aminah bagi saudari


kembarnya yang telah berpulang ke Rahmatullah. Terlahir
dalam keluarga muslim, namun kemudian takdir mengubah
jalan akidahnya. Berpindah ke Nasrani dikarenakan orang
tua yang mengadopsinya [umurnya baru 2,5 tahun kala itu],
beragama Nasrani. Diadopsi, karena ayah-bunda Khadijah -
Aminah, meninggal dunia dalam sebuah tragedi kecelakaan
lalu lintas.

Kasih sayang berlimpah diperoleh keduanya, karena sang


orang tua angkat memang tidak beroleh keturunan. Hingga
kemudian, sang ayah angkat yang adalah seorang tentara,
dipindah-tugaskan ke Denpasar, sementara si kembar masih
dalam masa-masa sekolah dan harus menunggu ujian ke-

x KEB - Agent of Change Series


naikan kelas yang masih beberapa bulan lagi.

Solusi terbaik [menurut sang ayah-ibu angkat] pun diam-


bil. Yaitu menitipkannya untuk sementara waktu pada salah
satu paman [adik dari ayah angkat] yang telah berkeluarga.
Kabar baiknya lagi, selain paman yang ini, tiga paman lain-
nya juga hidup berdampingan di lingkungan di mana si kem-
bar dititipkan, sehingga kekuatiran akan keselamatan dan
kurangnya limpahan kasih sayang bagi si kembar, tak perlu
dikuatirkan lagi.

Berangkatlah sang ayah dan ibu angkat ke Denpasar. Dan


roda kehidupan pun mulai berbalik arah. Jika selama ini, si
kembar berlimpah kasih dan sayang, maka kini, si kembar
mulai ‘dilatih’ untuk mampu berdikari. “Anak hebat ha-
rus bisa membantu orang tua.”.

Dan mulailah si kembar ditugaskan untuk memberi makan


bagi hewan peliharaan [babi-babi] milik sang paman. Tak
hanya itu, si kembar tak perlu lagi bersekolah, dan tak lagi
diberi jatah makanan. Makanan keduanya adalah sisa-sisa
ubi kayu/singkong yang direbus untuk para babi. Sungguh
kejam. Jika tidak mendengar langsung dari yang bersang-
kutan, rasanya sulit mempercayai kenyataan ini, bahwa ada
manusia yang berhati sekeji ini. Terhadap anak kecil yang
masih berusia 8 tahunan pula.

KEB - Agent of Change Series xi


Penderitaan si kembar tak hanya sampai di situ. Embargo
makanan yang menghasilkan rasa lapar yang luar biasa,
masih harus ditambah dengan siksaan mengerikan berupa
pelecehan seksual, setelah terlebih dahulu disuntik narko-
ba, agar bocah-bocah ingusan ini tahan terhadap ‘siksaan’.
Hingga kini, bekas suntikan dan goresan jarum suntik
masih terlihat jelas pada kedua lengan Khadijah. Juga
sundutan api rokok meninggalkan parut nyata di paha
dan pangkal paha wanita itu.

“Dunia terlihat begitu ramah bagi sebagian orang, namun be-


gitu keji dan kejam bagi sebagian orang lainnya.”

Pelecehan seksual, perkosaan dan penyiksaan terhadap si


kembar terus berlangsung. Merasakan suntikan narkoba
dan kemudian seakan ‘terbang’ adalah hal yang menjadi ke-
biasaan rutin bagi si kembar. Silih berganti paman demi pa-
man ‘menggilir’ mereka. Namun yang paling sering adalah
sang kakak [Aminah], yang seringkali ‘pasang badan’ demi
melindungi sang adik. Jika Khadijah sudah menangis, si ka-
kak akan langsung maju dan menawarkan diri. ‘Kakak aja,
Om, kasian dedek sedang sakit. Sini, Om, biar kakak aja,
kakak lebih pinter!’

Namun, kalimat yang satu ini, ‘Allah tidak pernah tidur’


adalah sangat benar adanya. Seorang tetangga, yang adalah
juga teman dekat si ayah angkat, sudah mencium gelagat

xii KEB - Agent of Change Series


buruk ini. Melalui kamar mandinya yang bersebelahan din-
ding dengan kamar mandi si paman, beliau sering mende-
ngar rintihan dan tangisan si kembar, dan kecurigaannya
semakin menjadi dari hari ke hari. Dicobanya mengintip per-
lakuan sang paman, dan Masyaallah....

Tanpa menunggu lebih lama lagi, ditelefonnya sang ayah


angkat, dan memaksanya untuk segera pulang, hari itu juga.
Keadaan teramat sangat darurat. “Jika kamu masih sa-
yang anak-anakmu ini, pulanglah segera. Selamatkan
mereka!” Pintanya.

Dan keesokan harinya [siang hari], sang ayah angkat sampai


dan langsung ditarik oleh si tetangga, masuk ke rumah-
nya dan menuju kamar mandi. Waktu kedatangannya me-
mang tepat sekali dengan waktu rutinitas maksiat itu dilak-
sanakan. Mata si ayah terbelalak menyaksikan ketiga adik
lelakinya sedang ‘menggilir’ kedua anak angkatnya. Kalap,
ditariknya pistol yang menggantung di pinggangnya, dan
Dorr!!! Tiga kali tembakan mengenai tiga sasaran. Tiga tu-
buh menggelepar dan meregang nyawa saat itu juga.

Khadijah menggigil ketakutan, menangis sesunggukan. Ber-


suka cita karena ayahnya pulang melepaskannya dari sik-
saan, namun berduka karena ternyata, perkosaan demi
perkosaan yang telah terjadi, telah membuat Aminah [sang
kakak] yang sedang sakit menjadi semakin semaput dan

KEB - Agent of Change Series xiii


akhirnya menghembuskan napas terakhirnya sesaat sebe-
lum ayah mereka tiba tadi.

Suasana heboh, sang ayah langsung menyerahkan diri, sen-


jata dan lencananya ke kantor polisi. Namun, tentu saja,
hukuman yang diterima demi memperjuangkan kehormatan
putri-putrinya mendapat penilaian tersendiri. Hukum tentu
tidak buta. Memperoleh keringanan hukum, hingga mem-
buatnya hanya ditahan beberapa tahun saja. Sementara itu,
sang istri, dimintanya untuk menyembuhkan dan ‘mereha-
bilitasi’ putri yang tersisa [Khadijah], yang trauma dan telah
kecanduan narkoba dalam usia kanak-kanaknya, akibat
suntikan demi suntikan yang dibenamkan kepadanya setiap
hari.

Psikolog, dokter kulit dan kelamin hingga ke dokter bedah,


dikunjungi sang ibu demi mendapatkan pengobatan terbaik
bagi Khadijah. Sakit tubuh dan alat vital memang bisa
disembuhkan walau tentu meninggalkan bekas, namun
trauma [sakit psikis] adalah membekas hingga ke akhir
jiwa!

Kini, Khadijah telah berusia 30 tahun, muallaf dan menikah


[namun suami-nya telah meninggal dunia]. Melahirkan tiga
orang anak. Hidup terlihat normal, walau sebenarnya jiwa-
nya sering terguncang. Trauma masa lalu itu, sungguh tak
mampu terhapuskan. Bahkan tanpa sadar, sering meman-

xiv KEB - Agent of Change Series


cing dirinya untuk memperlakukan anak-anaknya secara
kejam. Tanpa sadar, bentakan dan makian pun meluncur
dari mulutnya, memarahi sang anak. Tak jarang, pukulan
dan cubitan terhadap sang anak pun menjadi menu peleng-
kap atraksi kehidupan keluarga itu. Huft.

Jika begini kasusnya, membekali anak tentang pengetahuan


seks sejak dini saja tidaklah cukup. Membangkitkan kebera-
nian sang anak untuk berani menolak, mengadukan serta
mencari perlindungan adalah suatu hal yang juga harus di-
upayakan.

Selain itu, upaya menyadarkan orang tua untuk lebih ber-


tanggung jawab dalam memperlakukan anak-anak, adalah
juga unsur penting yang harus dilakukan bukan?

Alaika Abdullah

Srikandi Blogger 2013

KEB - Agent of Change Series xv


Mari Lawan Kekerasan
Terhadap Anak
Hati saya rasanya seperti disayat lalu lukanya diperciki
air garam, saat membaca goresan ‘Seandainya’ dari Mak
Mayya. Mata saya panas membaca bagaimana ia berjuang
menjalani dan melawan masa lalu yang sangat kelam. Hati
saya teriris dan mata memerah oleh derita dan trauma yang
masih membekas nyata pada diri Mbak Khadijah, seperti
yang dituturkannya kepada Mak Alaika Abdullah.

Bagaimana kekerasan dan pelecehan yang pernah diterima


keduanya di masa kanak-kanak, lukanya terus terbawa
hingga dewasa. Betapa masa anak-anaknya pernah dihan-
tam sampai berantakan dan berserak-serak.

Beruntung Tuhan mencintainya terlalu lebih, Mak Mayya


diberikan jalan untuk pergi dari keadaan dan berpulang
pada kitab suci yang ia yakini. Tuhan mengantarnya pada
keadaan yang sejuta kali lebih baik. Beruntung Mak Mayya
memiliki jiwa tangguh untuk terus bertarung melawan ke-
adaan. Memilih kembali pada kitab suci, padahal narkotika,
minuman keras, dan jurang lebih dalam, membuka pintunya
lebar-lebar. Beruntung pula Tuhan yang tidak pernah tidur,
mencintai Mba Khadijah demikian besar. Didatangkan-Nya

xvi KEB - Agent of Change Series


sang ayah untuk mengakhiri derita, walau tentu saja, derita
trauma adalah tak gampang untuk dihilangkan.

Mak, terbayangkah jika anak kita yang harus melawan?

Mampukah anak-anak kita menjadi setangguh Mak Mayya


atau setegar Mba Khadijah dalam menahan derita?

Sanggupkan anak-anak kita dihantam sampai berantakan


lalu kembali berdiri dan berjalan?

Saya yakin, tidak ada satupun ibu yang tega membiarkan


anaknya melawan sendirian. Tapi membiarkan mereka sam-
pai ke arena pertarungan juga bisa dengan tidak sengaja kita
lakukan. Saya juga meyakini, bahwa sebenarnya ada cara
untuk membuat anak-anak kita tak perlu berada di daftar
korban. Kita, bersama-sama, bergandengan tangan, menu-
tup pelan-pelan arena tarung. Sehingga mereka tidak perlu
sama sekali melawan.

Saya, mengajak seluruh Emak yang masih sungguh-sung-


guh mencintai anaknya dan anak-anak lain di negeri ini.
Mari Mak.. Kita bersama-sama berada di garda depan untuk
menutup arena pertarungan. Sebelum anak-anak kita yang
harus melawan, mari kita tuntaskan perang!

Pungky Prayitno

Srikandi Blogger 2014

KEB - Agent of Change Series xvii


Pendidikan Seks untuk Anak
Lakukan Sekarang Juga!
Oleh

Mak Grace Melia


Pendidikan Seks untuk Anak
Lakukan Sekarang Juga!

Tentu kita menyadari bahwa kasus pelecehan seksual pada


anak sudah semakin marak belakangan ini. Kita dikejutkan
dengan kasus pelecehan seksual terhadap siswa JIS oleh
petugas kebersihan serta kasus pelecehan yang dilakukan
oleh si predator Emon yang memakan ratusan korban anak-
anak. Itu hanya kasus yang di-blow up oleh media. Yang ti-
dak terendus oleh media, saya yakin juga banyak.

Dengan banyaknya kasus pelecehan seksual pada anak,


pasti kita sebagai orangtua akan merasa takut dan cemas.
Zaman sudah berubah. Anak-anak tidak lagi hanya perlu
belajar tentang warna, matematika, olahraga, sejarah, kera-
jinan tangan, kemandirian, agama, dan pelajaran lainnya.
Anak-anak zaman sekarang juga harus dibekali dengan
pendidikan seksual yang meliputi anggota tubuhnya, alat
reproduksi, apa yang harus dilakukan untuk mennghindari
pelecehan seksual, dan lain-lain. Mari kita belajar bersama-
sama. Bukan besok, bulan depan, bukan setahun atau dua
tahun lagi. Sekarang. Ya, SEKARANG!

KEB - Agent of Change Series 1


Apa sih definisi sexual abuse? Apa faktanya?

Sexual abuse atau pelecehan seksual terjadi ketika:

1. Seseorang menyentuh area vitalmu. Tubuhmu adalah


sesuatu yang pribadi, jadi kamu harus memintanya ber-
henti menyentuhmu.

2. Seseorang memaksamu untuk menyentuh tubuhnya, dan

3. Seseorang mengambil gambar dari area vitalmu.

sumber; Sessionaltherapist

Ada sebuah fakta menarik dari Colorlines:

Sebelum berumur 18 tahun,

1 dari 6 anak laki-laki mengalami pelecehan seksual,

1 dari 4 anak perempuan mengalami pelecehan seksual.

2 KEB - Agent of Change Series


  sumber : Foster2Forever

Saya gemas, getir, dan sebal kok baru sekarang sex education
digembar-gemborkan?! Okay, I know, better late than never.
Mungkin inilah hikmah dari kasus siswa JIS, untuk MEM-
BUKA MATA kita semua bahwa pendidikan sex itu PENTING.
Berapa banyak orang tua yang sudah mengajarkan itu pada

KEB - Agent of Change Series 3


anaknya? Berapa banyak orang tua yang masih saja merasa
risih membahas dan menerangkan hal itu pada anaknya?
Berapa banyak orang tua yang merasa bahwa bicara tentang
alat vital itu belum waktunya? Belum saatnya? Belum te-
pat waktunya? Belum perlu? Belum penting? Tabu? Saru?
Porno? Berapa?

Saya pengen sedikit cerita tentang apa yang saya alami di


masa SD. Suatu hari saya dan teman-teman pulang berja-
lan kaki tanpa ditemani orang dewasa. Ada seorang bapak
yang duduk di dekat sekolah saya. Bapak itu berkaca mata
hitam, memakai topi biru, dan berkumis. Wajahnya pun
saya masih ingat sampai sekarang. Ketika kami melewati si
bapak, dia mengangkangkan/membuka lebar-lebar kakinya.
Ternyata dia sudah merancang celana jeans yang dipakai-
nya sedemikian rupa sehingga ketika ia duduk dengan posisi
ngangkang, penisnya akan mencuat dan terekspos dengan
teramat sangat jelas, pakai banget. Kami yang melihatnya
tentu takut, jijik dan ngeri sehingga kami berlari sekencang
mungkin.

Memang, kami nggak sampai diraba/disentuh, syukurlah.


Tapi, itu tetap saja PELECEHAN pada anak, bukan? Berarti
pelecehan pada anak kecil (apa pun bentuknya) sudah ada
loh dari dulu (saya anak SD era 90-an). Sudah lama berlalu
tapi nyatanya saya masih ingat wajah bapak itu. Kenapa?

4 KEB - Agent of Change Series


Saking terpukau nya? Tentu bukan karena itu tapi karena
saking TRAUMA nya!

Rasa takut, jijik, dan ngeri sangat terasa saat itu. Padahal
yang saya alami ‘hanya’ pelecehan ringan ya. Bagaimana
dengan anak-anak yang sampai diperkosa atau disodomi?
Bisa bayangkan trauma mereka seperti apa? Kita tentu tau
kan apa yang mereka alami bisa menimbulkan potensi pe-
nyimpangan seksual juga? Berikut adalah hal yang bisa tim-
bul sebagai efek jangka panjang pada anak yang mengalami
pelecehan seksual:

  KEB - Agent of Change Series 5


Saya ada cerita lain. Cerita ini saya dengar dari teman saya.
Ada seorang anak lelaki kelas 1 SD yang akan disunat.
Dibawalah anak itu ke dokter. Eh, kok dokternya malah me-
nyatakan kalau anak itu belum bisa disunat karena ukuran
penisnya nggak normal. Menurut dokter, ukuran penis si
anak terlalu besar dibandingkan dengan penis anak seusia-
nya. Shockingly, dokter lanjut berkata bahwa ukuran penis
anak tersebut bukan besar yang besar secara alami. Entah gi-
mana caranya, dokter menebak kalau ukuran yang melebihi
normal itu kemungkinan besar disebabkan oleh BLOW JOB.
Yes, BLOW JOB! Apa yang kalian pikirkan? Wuih gilak anak
SD udah tau BJ? atau Astagaaaaa, pergaulan anak masa kini
ye, cepet amat matengnye! Kalian SALAH. Usut punya usut
(kronologinya gimana saya nggak tau), ternyata anak terse-
but memang di-blow job oleh... PENGASUHnya! Ya, PENGA-
SUH! Baiklah mungkin ukuran penisnya yang kurang nor-
mal bisa diobati. Tapi bagaimana mentalnya? Traumanya?
Sedihnya lagi, baby sitter pelaku blow job tersebut hanya di-
hukum selama 6 bulan.

Kenapa sih masih banyak orangtua yang merasa bahwa


pendidikan seks itu tabu? Karena kita hidup di negara yang
menjunjung tinggi azas ketimuran? Karena kita hidup di
negara yang mengagung-agungkan pendidikan agama? Se-
karang lihat kan, nilai baik di pelajaran agama nggak selalu
menjadi jaminan bahwa moral juga akan ikut menjadi baik.

6 KEB - Agent of Change Series


Buat saya, kalau nantinya saya mencari sekolah untuk anak
saya, saya nggak akan serta-merta memasukkan ia ke seko-
lah yang pelajaran agamanya intens. Itu memang penting,
tapi bukan yang TER-penting buat saya dan suami. Masih
banyak pertimbangan lain dalam pemilihan sekolah kelak
seperti: letak ruang kelas dan toilet, posisi guru saat jam isti-
rahat, jarak sekolah dari rumah, biaya, apa ada kegiatan/
mata pelajaran untuk mengembangkan bakat dan minat,
dan apa siswa lain yang normal diajarkan untuk menghar-
gai anak berkebutuhan khusus seperti Ubii. Dan satu lagi,
apakah sekolah tersebut memiliki sex education yang mema-
dai. Zaman boleh makin edan, tapi orangtua lebih edan lagi
kalau masih menutup diri dari pendidikan seks. No offense.

Saking risihnya untuk membahas sex, banyak orangtua yang


memakai istilah untuk menyebut alat kelamin anak, misal-
nya burung, anu, itu, ucok, ucik, dan lain-lain. Sebut saja
penis dan vagina, lha wong memang itu namanya. Berikut
ada info bermanfaat dari Mother and Baby:

“Orangtua sering kali memilih tidak menggunakan nama se-


benarnya untuk menyebut alat vital. Padahal, penyebutan
alat vital sesuai nama aslinya sangat penting dan membantu
menghindari kebingungan si kecil. Jika sewaktu-waktu ter-
jadi masalah pada bagian alat vitalnya, ia pun bisa berkomu-
nikasi dengan jelas kepada Anda atau dokter yang menan-

KEB - Agent of Change Series 7


ganinya. Jadi, sebaiknya Anda tetap mengenalkan organ vital
sesuai dengan nama sebenarnya, yaitu penis dan vagina.”

Sex education juga harus age appropriate. Pendidikan seks


untuk anak usia 12 tahun tentunya beda dengan pendidikan
seks untuk anak usia 5 tahun. Kebetulan saya menemukan
artikel yang menurut saya sangat informatif tentang pendi-
dikan seks seperti apa yang harus kita berikan pada anak
sesuai dengan usianya. Dalam artikel di Ruang Psikologi
tersebut ada pembagian usia yaitu untuk anak 5 tahun, 6-9
tahun, 9-12 tahun, dan 12-14 tahun. Berikut saya kutip dari
Ruang Psikologi:

Anak 5 tahun:

Ajarkan bahwa tubuhnya harus dijaga dengan baik. Berita-


hu fungsi masing-masing anggota tubuhnya termasuk alat
kelaminnya. Kita bisa mengajarkan hal tersebut saat me-
mandikan anak. Jika kita memiliki anak laki-laki dan perem-
puan, kita juga bisa sekalian menjelaskan bahwa alat kela-
min laki-laki dan perempuan itu berbeda.

Anak 6 – 9 tahun:

Ajak anak untuk mengamati binatang tertentu yang terlihat


perbedaan jenis kelaminnya, misalnya anak ayam. Ini juga
bisa digunakan sebagai cara untuk mengenalkan perkem-

8 KEB - Agent of Change Series


bangan alat reproduksi sehingga anak memahami bahwa
organ vital mereka juga akan mengalami perubahan seiring
pertambahan usia mereka.

Anak 9 – 12 tahun:

Ajak anak untuk memahami apa yang harus mereka laku-


kan untuk menyikapi masa puber, baik menstruasi maupun
mimpi basah. Kita juga sudah bisa memulai topik tentang
kesehatan alat kelamin yang perlu diperhatikan oleh anak.

Anak 12 – 14 tahun:

Di rentang usia ini, kita perlu mengajarkan apa saja kon-


sekuensi yang bisa timbul dari segi biologis, sosial, dan
psikologis jika anak kita melakukan hubungan seksual.
Khususnya untuk anak perempuan, kita harus meyakinkan
me-reka untuk menolak jika pacarnya memaksanya ber-
hubungan intim dengan iming-iming, janji, atau ancaman
apa pun.

Selain mengenalkan penis dan vagina, penting juga untuk


mengajari anak bagaimana harus bereaksi jika anak me-
nerima tindakan/sentuhan yang mengarah ke pelecehan
seksual. Menurut saya ada beberapa hal yang perlu dijarkan
pada anak supaya mereka dapat menghindari pelecehan sek-
sual, sebagi berikut:

KEB - Agent of Change Series 9


1. Kenalkan pada anak bagian mana yang boleh disentuh
dan tidak boleh disentuh oleh orang asing. Bagian kepala
sampai ke pundak dan lutut ke mata kaki adalah bagian
yang BOLEH disentuh oleh orang lain. Bagian perut dan
dari lutut ke paha adalah bagian abu-abu. If people touch
those areas, kids should be aware and careful. Bagian
dada (perempuan) dan alat kelamin adalah bagian yang
sama sekali TIDAK BOLEH disentuh. If people touch those
areas, they have a bad intention. Those are prohibited ar-
eas. Kode merah.

2. Menyikapi poin di atas, ajarkan juga kepada anak


bagaimana mereka harus bereaksi jika sudah ada kode
merah. Reaksi itu bisa bermacam-macam mulai dari ber-
teriak sekeras mungkin, lari sekencang mungkin, atau
pura-pura ke WC dan kemudian kabur.

3. Beritahu pada anak gerak-gerik umum pelaku pelece-


han seksual pada umumnya. Kebanyakan pelaku suka
menawarkan sesuatu yang enak atau menyenangkan
seperti permen, harum manis, boneka, atau hewan peli-
haraan pada target mereka. Tegaskan kepada anak jika
ada orang yang tiba-tiba menawarkan hal-hal semacam
itu, mereka patut curiga dan berhati-hati. Double waspa-
da jika di hari itu mereka sedang tidak berulang tahun,
merayakan sesuatu, naik kelas, dan lain-lain. Aneh kan

10 KEB - Agent of Change Series


kalau seseorang tiba-tiba menawarkan sesuatu yang fan-
cy di hari biasa?

 
Gambar di atas ini juga menarik untuk mengajarkan anak akan
apa yang harus dilakukannya, jika mengalami perlakuan seperti di
atas. (Sumber: Newsbharati)

KEB - Agent of Change Series 11


Atau gambar yang ini....

  (Sumber: NSPCC)

Atau yang satu ini...

12 KEB - Agent of Change Series


 
(Sumber: Jawa Pos)

KEB - Agent of Change Series 13


Mari kita sebagai orangtua mulai menyadari pentingnya pendidikan
seks bagi anak-anak kita. Memang, kita tinggal di negara dengan
adat timur, tapi bukan berarti kita harus menutup pintu komuni-
kasi dan informasi tentang hal yang penting pada anak kita, bukan?
Lindungi anak-anak kita dari predator-predator mesum yang tidak
pandang usia. Itu tanggung jawab kita yang seharusnya. Semoga
anak-anak kita terhindar dari hal-hal menyakitkan semacam ini, ya.

14 KEB - Agent of Change Series


Pendidikan Seksual
Sejak Dini
Oleh

Mak Ida Nur Laila

KEB - Agent of Change Series 15


“Hah? Nggak salah tuh?”

Mungkin ada yang mengerutkan dahi melihat judul di atas.


Bagaimana mungkin anak kecil sudah diajari pendidikan
seksual?

Eit, jangan salah sangka dulu. Yang namanya mendidik


anak, memang harus dimulai sejak dini. Yup, bahkan se-
jak masih merencanakan berkeluarga. Yaitu saat seseorang
memutuskan untuk menikah. Siapa pasangan hidupnya, itu
adalah awal pendidikan seks untuk anaknya kelak.

Jika lelaki menikah dengan perempuan dan sebaliknya


seorang perempuan memilih lelaki untuk pasangan
hidupnya, ini adalah awalan yang benar. Bukankah seka-
rang telah ada pernikahan sejenis yang dilegalkan ataupun
diam-diam. Keluarga adalah role model bagi anak untuk me-
niru identitas dan peran jender!

Berlanjut pada masa kehamilan. Saat orang tua meren-


canakan kehamilan, hindarkan dari terlalu berharap anaknya
nantinya memiliki jenis kelamin tertentu. Orang tua bisa ke-
cewa dan ‘menolak’ kehadiran anak secara psikologis saat
tahu anak yang dikandungnya atau bahkan telah dilahirkan
ternyata perempuan, misalnya karena ia ingin anak laki-laki.

So, siapkan diri menjadi orang tua, mencintai dan menerima


takdir jenis kelamin sang anak.

16 KEB - Agent of Change Series


Bagaimana konten pendidikan seks ini?

Sesungguhnya ia tidak berdiri sendiri sebagai sebuah ba-


hasan. Betapa dangkalnya jika pendidikan seks hanya di-
kaitkan dengan kesehatan reproduksi, perasaan tidak nya-
man dan keamanan si anak. Pendidikan seks mestinya
menyangkut masalah keyakinan keimanan, ibadah dan juga
akhlak. Waah masak, sih?

Kita meyakini hanya ada dua jender atau jenis kelamin di


dunia ini yang diciptakan Tuhan. ada dalam kitab suci-Nya.
Terlaknatlah kaum yang membolehkan lelaki menyerupai
perempuan dan perempuan menyerupai lelaki atau saling
menyukai terhadap yang sejenis. Semua agama sepakat
dalam hal ini.

Situasi dewasa ini telah membuktikan dengan maraknya


kasus HIV/AIDS, yang belum kunjung menemukan pengo-
batan yang tepat. Penyakit ini diduga karena hubungan sek-
sual sejenis.

Keimanan seseorang juga akan menyetir perilakunya,


mengekang nafsu dan menjaga kehormatan diri. Yakin kan
jika masalah pendidikan seks adalah bagian dari keimanan?

Menyangkut ibadah, benarkah?

Manusia diciptakan untuk menghamba pada Tuhan. Mem-


berikan yang terbaik sebagai wakil Tuhan di muka bumi.

KEB - Agent of Change Series 17


Setiap perbuatannya adalah bagian dari ibadahnya, terma-
suk cara ia berpakaian, bergaul, berumah tangga dan memi-
liki anak-anak. Agama telah mengaturnya dengan lumayan
rinci. Bahkan dalam Islam diatur cara bersuci dari hadats,
najis dan junub setelah melakukan hubungan suami istri.
Ada juga doa dan tuntunan dalam berhubungan suami istri
sebagai bagian ibadah.

Adapun bagian dari pendidikan akhlak, tak diragukan lagi.


Ketinggian akhlak akan berpengaruh pada ketinggian pe-
radaban. Generasi yang berkualitas tergantung dari pendidi-
kan moral dan prilaku mereka. Pendidikan seks adalah ba-
gian dari membangun masyarakat yang beradab, jauh dari
prilaku seksual menyimpang, pelecehan seksual dan keja-
hatan seksual.

Sebagian bunda lebih suka mengenalkan pendidikan sek-


sual ini dari sudut pandang sains dan anatomi. Saya me-
ngajak untuk melengkapi dengan melihatnya dari sudut
pandang ibadah/agama. Nah baca selengkapnya ya...

18 KEB - Agent of Change Series


Tahap pendidikan seksual

Usia 0-2 tahun adalah usia bayi pada masa penyusuan.

Bagaimana pendidikan seksual pada usia ini?

Sekalipun bayi kita seolah belum mengerti apa-apa, sesung-


guhnya mereka selalu belajar melalui indera dan rasa, maka
selayaknya orang tua mulai menanamkan rasa malu dengan
cara tidak mengumbar aurat bayi di sembarang tempat. Saat
memandikan, mengganti baju, mengganti popok, mencebok
bayi, diusahakan dalam ruang tertutup. Jika di tempat ter-
buka, tutuplah auratnya dari pandangan orang lain dengan
selembar kain misalnya.

Saat sang ibu menyusui bayi, maka hanya bayinya yang


berhak untuk berinteraksi dan melihat aurat bagian atas
ibunya. Kakak-kakak bayi yang sudah tidak dalam masa
menyusu, sudah tidak berhak untuk melihat nenen bunda.
Penting diketahui bahwa menjadi ibu susu untuk anak lain
hanya berlaku saat anak susu masih berusia dibawah dua
tahun. Tidak boleh menyusui anak orang lain (menjadi ibu
susu) bagi anak yang berusia lebih dari 2 tahun. Para bunda
selayaknya bersiap menyapih anak pada saat usia 2 tahun.
Jika ada masa toleransi masa penyapihan, maka usahakan
hanya beberapa bulan saja, bukan berbilang tahun.

Orang tua yang melakukan proses hubungan suami istri, ti-

KEB - Agent of Change Series 19


dak boleh disaksikan oleh anaknya sekalipun masih bayi.
Bahkan suaranyapun tidak boleh terdengar oleh bayinya. So,
lakukan hanya saat bayi tidur atau saat tak ada bayi/anak
dalam ruangan orang tua.

Prinsip pada masa ini: berusaha menutup aurat anak dan


aurat diri.

Usia 2 – 4 tahun memasuki masa penyapihan, semestinya


anak (disebutnya anak, bukan bayi lagi) sudah tidak boleh
melihat nenen. Pada usia ini, anak mulai diberikan pemaha-
man tentang menutup aurat mugholadzoh (aurat berat), yak-
ni qubul dan dubul. Sudut pandang psikologi menyebut usia
1,5 - 3 tahun adalah fase anal dan dilanjut dengan fase u-
retral. Ditandai dengan matangnya syaraf otot sfingter anus,
sehingga anak mulai belajar mengatur buang air besar dan
nantinya pipis.

Anak kadang memegang-megang alat kelaminnya.


Bagaimana sikap yang tepat?

Anda dapat mengalihkan tangan anak anda untuk melaku-


kan aktivitas lain yang lebih bermanfaat seperti melipat ker-
tas, memainkan tali dan mainan lain yang akan menyibuk-
kan dan melatih tangannya. Lakukan dengan lembut. Pada
saat yang tepat, beri pengertian untuk untuk tidak banyak

20 KEB - Agent of Change Series


menyentuh alat kelaminnya kecuali ada keperluan seperti
mau pipis, atau ada keluhan sakit.

Jika anak bertanya mengapa tidak boleh memainkannya?

Saatnya anda memberi tahu tentang sopan santun, bagian


tubuh yang wajar untuk dilihat dan dipegang. Beberapa
perilaku seperti onani dan masturbasi dapat bermula pada
masa kanak-kanak karena ketidaksengajaan. Saat mereka
merasakan nyaman dan nikmat dengan memainkan alat
kelaminnya, maka membuat ketagihan bahkan bisa berlan-
jut hingga saat dewasa.

Toilet training memasuki saat yang penting untuk tuntas


pada masa ini, sehingga anak belajar mengontrol kapan ia
harus BAB dan BAK. Anak diajari untuk tahu dimana dan
dengan siapa ia harus meminta tolong melakukan aktivitas
tersebut. Beritahukan pada anak, siapa saja orang yang bo-
leh menolongnya.

Semua larangan yang berlaku pada masa bayi, terus berlaku


pada masa ini, seperti menutup aurat orang tua dan anak.
Saya pernah mendengar orang tua yang mengajak anak
mandi bersama. Jika sesekali melakukannya, usahakan
lakukan dengan anak yang berjenis kelamin sama dan orang
tua tetap memakai baju basahan/baju renang, tidak boleh
membuka aurat di depan anak.

KEB - Agent of Change Series 21


Jangan memandikan beberapa anak secara bersama-sama
dalam keadaan mereka telanjang bulat. Minimal pakaikan
celana dalam jika terpaksa anak mandi bersama. Misal di-
antara saudara kandung atau terjadi di PAUD atau tempat
pendidikan prasekolah. Hal ini menghindarkan dari mereka
saling melihat aurat.

Usia 4-7 tahun anak sudah sampai pada pemahaman bahwa


dia hanya boleh dicebok dan dilihat auratnya oleh mahram
atau pengasuh yang dipercaya (atau ibu guru di sekolah).
Seiring proses, anak dilatih untuk melakukan proses istin-
jak sendiri secara benar. Inilah saat anak mengenal secara
istilah dan praktek bahwa prosesi cebok, adalah bagian dari
ibadah, yakni bersuci. Pada saat usianya maksimal 7 tahun,
anak semestinya telah pandai melakukannya dengan benar.

Mengajari bersuci/istinjak juga bagian dari menjaga kebersi-


han dan kesehatan alat kelaminnya, selain bahwa itu adalah
bagian dari ibadah.

Ini juga fase tepat anak belajar untuk dipisahkan tidur dari
kamar orang tua. Tetap harus diingat bahwa sekalipun anak
boleh tinggal/tidur di kamar orang tua namun dalam proses
hubungan suami istri, tetap tidak boleh ada anak di dalam
kamar. Selain itu, anak juga dikenalkan pada area tubuh
yang tidak boleh dilihat dan disentuh oleh orang lain. Hal ini

22 KEB - Agent of Change Series


untuk mencegah anak menjadi korban pelecehan seksual.
Sekali lagi bukan hanya tidak boleh disentuh, tapi juga tidak
boleh dilihat. Yakni bagian antara pusar dan lutut bagi anak
laki-laki dan ditambah bagian dada pada anak perempuan.

Bukan hanya alasan tidak nyaman saat anak dilatih untuk


menjaga bagian aurat tersebut, namun ini adalah perintah
agama. Jika hanya berdasar perasaan tidak nyaman, bisa
jadi ada anak-anak yang tetap saja merasa nyaman bahkan
senang saat orang lain mengeksplorasi bagian tubuhnya,
karena alasan permainan atau alasan bentuk kasih sayang.
Untuk keamanan si anak, ditambahkan area mulut sekali-
pun bukan bagian dari aurat.

Misalnya, sampaikan pada anak:

“Bagian ini yang boleh melihat dan memegang hanya Ayah


dan Ibu karena membantumu mandi dan membersihkan diri
atau dokter yang memeriksa kamu dengan didampingi ayah
atau ibu.”

“Nak, tidak boleh ya orang lain memegang bagian tubuhmu


selain tangan dan lutut ke bawah, anak yang sopan juga ti-
dak boleh memegang pantat orang, atau perut, tanpa seizin-
nya.”

Anak tidak hanya belajar memproteksi diri, namun juga be-


lajar tentang sopan santun pergaulan, dalam perkataan, per-

KEB - Agent of Change Series 23


buatan dan menjaga pandangan.

Misal kita dalam perjalanan dan melihat ada orang yang


pipis sembarangan, apakah orang dewasa atau anak. Ajak
anak menjauh dan katakan bahwa yang demikian tak boleh
dilihat, apalagi ditiru.

Prosesi khitan atau sunat pada anak lelaki sebaiknya dilaku-


kan pada tahap usia ini.

Proses identifikasi gender biasanya mulai usia ini. Ia berta-


nya dan mulai mengerti perbedaan laki-laki dan perempuan.
Bagian dari pendidikan seksual adalah orang tua mengawal
masa pembentukan identitas ini agar tidak terjadi penyim-
pangan.

Saat anak melihat tontonan yang merancukan pemahaman


jender, lelaki berpakaian dan bertingkah perempuan, atau
sebaliknya, apa yang harus dilakukan orang tua?

Berikan penjelasan untuk anak, bahwa manusia diciptakan


laki-laki dan perempuan, maka masing-masing harus men-
jalankan perannya dan tidak boleh bertukar karakter atau
jenis kelamin. Ajarkan dan contohkan sikap dan pakaian
yang sesuai. Eh, dengan bahasa anak-anak tentunya.

24 KEB - Agent of Change Series


Usia 7 tahun adalah salah satu terminal penting. Target
pencapaian :

1. Anak sudah memahami batasan aurat.

2. Anak memiliki konsep gender yang sesuai antara fisik dan


mental psikis.

3. Anak dapat melakukan proses bersuci/istinjak/cebok se-


cara mandiri dan benar.

4. Belajar untuk menutup aurat secara sempurna.

5. Anak mengerti dan mempraktekkan adab pergaulan.

6. Anak telah dipisahkan tidurnya dari orang tua.

7. Anak belajar adab meminta ijin memasuki kamar orang


tua.

Tahapan Pendidikan seks untuk usia 7-14 tahun.

“Bu anak saya sudah kelas 6 SD, tapi nggak punya malu,
kalau keluar dari kamar mandi kadang tidak berhanduk, pa-
dahal ada temannya atau bahkan guru lesnya.”

“Anak saya kelas satu SD sudah nggak mau pakai celana


pendek, katanya malu.”

“Anak saya suka pipis sembarangan, di pinggir jalan juga oke


saja.”

KEB - Agent of Change Series 25


“Anak saya sebaliknya, sejak kecil tidak bisa pipis kalau ti-
dak di kamar mandi, rasa malunya sangat tinggi.”

Wow…mengapa ada beragam kondisi pada anak-anak kita?

Tentu bukan sejak lahir tiba-tiba mereka punya malu atau


nggak punya malu dalam hal menampakkan bagian tubuh..
Ini adalah hasil pembiasaan dan penanaman sejak ia lahir.
Maaf, di salah satu wilayah di Indonesia Timur, di mana ni-
lai masyarakat menganggap wajar laki-laki dan perempuan
berpakaian minim, tentu berbeda dengan wilayah lain yang
berpakaian dengan lebih tertutup.

Kultur kecil, seperti keluarga, berpengaruh. Kultur besar,


seperti lingkungan dan norma di masyarakat juga berpenga-
ruh. Ayah bunda sebagai pembentuk lingkungan kecil, pu-
nya peran yang signifikan untuk membentuk karakter ini.

Usia 7-10 tahun.

Usia ini adalah usia untuk mulai mengajarkan syariat ke-


pada anak. Anak dari keluarga muslim diajari bersuci, sho-
lat, puasa dan menutup aurat dalam sudut pandang ibadah.
Anak sudah tidak lagi diizinkan tidur bersama orang tuanya.
Berdasarkan diterapkan aturan meminta izin saat mema-
suki kamar orang tua. Semestinya anak sudah mandiri un-

26 KEB - Agent of Change Series


tuk proses istinjak/cebok dan mensucikan diri tak perlu lagi
bantuan orang lain sekalipun mahramnya.

Selain itu juga dipisahkan tidur antara anak laki-laki dan


perempuan. Berikan kamar tersendiri untuk anak lelaki dan
kamar tersendiri untuk anak perempuan. Dalam satu ka-
mar, anak perempuan yang berbagi kamar, usahakan memi-
liki ranjang sendiri-sendiri. Jika terpaksa satu ranjang, beri-
kan selimut yang terpisah. Kamar anak perempuan harus
tersendiri dan bisa dikunci. Mereka juga diberi pemahaman
tentang batasan aurat walaupun kepada muhrimnya.

Aturan ini juga berlaku pada kamar anak lelaki. Anak-anak


juga diajari adab tidur yang baik, yaitu miring ke kanan.
Cegah anak untuk tidur tengkurap karena dapat memicu
rangsangan. Jika belum terlalu mengantuk, anak jangan be-
rangkat tidur dulu dan menghabiskan waktu terlalu lama di
tempat tidur.

Diterangkan juga tentang pengantar menuju baligh, tanda-


tanda baligh dan cara bersuci saat berhadats besar. Pendeka-
tan sains juga sangat tepat pada masa ini karena anak telah
dapat menelaah dan sesuai juga dengan materi pelajaran di
sekolah.

Penting dimulai pemahaman tentang adab pergaulan dengan


pasangan jenis misalnya tidak lagi berteman akrab antara

KEB - Agent of Change Series 27


anak laki-laki dan perempuan, apalagi hingga melakukan
khalwat atau berduaan. Dikhawatirkan pada masa ini ke-
ingintahuan anak tanpa disertai pemahaman boleh dan ti-
dak boleh membuat anak melakukan “eksperimen” di luar
sepengetahuan orang tuanya.

Pada usia 10-14 tahun.

Diupayakan telah tuntas pemahaman anak tentang ibadah,


aurat, mahram, adab pergaulan, adab meminta izin. Pada
tahap ini anak yang melakukan pelanggaran syariat boleh
dipukul dengan catatan adab dan proses memukul dipenuhi.
Pelanggaran syar’i seperti tidak mau sholat, tidak mau puasa
atau tidak mau menutup aurat.

Memukul yang sifatnya mendidik dilakukan dengan kasih


sayang, tidak dengan kemarahan, tidak meninggalkan bekas,
tidak di depan umum, tidak diwakilkan pada orang lain, de-
ngan alat yang tidak besar, tidak tajam, tidak runcing, tidak
tipis dan tidak berduri. Pemukulan hanya pada bagian yang
aman seperti pantat dan tidak lebih dari 3 kali.

Hukuman sebisa mungkin dihindarkan, lebih baik dengan


cara dialogis saat anak melakukan penyimpangan. Huku-
man yang demikian tidak terkena delik KDRT atau melukai
jiwa anak karena telah dilakukan tahap pemahaman, perin-
gatan dan anak menyepakatinya.

28 KEB - Agent of Change Series


Kepada anak juga diterangkan hukum syariat persiapan
sebagai orang yang baligh. Baligh artinya ia telah memikul
tanggung jawab atas semua perbuatannya di hadapan Allah
dan orang lain. Ia memahami konsep boleh-tidak boleh, Ha-
lal-haram, dosa dan pahala. Anak telah betul-betul menerap-
kan adab pergaulan pada masa ini yang oleh beberapa kala-
ngan disebut masa remaja awal.

Apa itu mahram?

Mahram adalah orang yang haram dinikahi. Baik secara per-


manen karena hubungan darah dan persusuan, maupun
yang tidak permanen karena sebab pernikahan.

Ada 7 golongan mahram:

1. Orang tua, ayah ibu, kakek nenek, seterusnya ke atas.

2. Anak, cucu, cicit, seterusnya ke bawah.

3. Saudara kandung laki-laki dan perempuan.

4. Saudara perempuan bapak (bibi), saudara perempuan ka-


kek (bibi orang tua) dan seterusnya ke atas baik sekan-
dung, seayah atau seibu

5. Saudara perempuan ibu (bibi), saudara perempuan nenek


(bibi orang tua) dan seterusnya ke atas baik sekandung,
seayah atau seibu

KEB - Agent of Change Series 29


6. Putri saudara perempuan (keponakan) sekandung,
seayah atau seibu, cucu perempuannya dan seterusnya
ke bawah baik dari jalur laki-laki maupun wanita

7. Putri saudara laki-laki sekandung, seayah atau seibu (ke-


ponakan), cucu perempuannya dan seterusnya ke bawah
baik dari jalur laki-laki maupun wanita

Hal demikian berlaku juga untuk saudara sepersusuan, se-


luruhnya.

Adapun mahram karena pernikahan jumlahnya 4 golongan,


sebagai berikut:

1. Istri bapak (ibu tiri), istri kakek dan seterusnya ke atas


berdasarkan surat An-Nisa ayat 23.

2. Istri anak, istri cucu dan seterusnya ke bawah berdasar-


kan An-Nisa: 23.

3. Ibu mertua, ibunya dan seterusnya ke atas berdasarkan


An-Nisa: 23.

4. Anak perempuan istri dari suami lain (rabibah) , cucu


perempuan istri baik dari keturunan rabibah maupun
dari keturunan rabbi

Mahram tersebut haram dinikahi, hubungan pergaulan de-


ngan mereka diperbolehkan berjabat tangan, berboncengan,

30 KEB - Agent of Change Series


mengadakan perjalanan bersama dan memperlihatkan aurat
ringan. Aurat berat seperti antara pusar dan lutut (kubul,
dubul) dan dada (bagi perempuan) tetap tidak boleh diper-
lihatkan kepada mahram. Hanya suami/istri yang boleh sa-
ling melihat tubuh tanpa kecuali. Semua aturan pada masa
sebelumnya tetap berlaku, seperti adab meminta izin mema-
suki kamar orang tua, pemisahan tidur dengan saudaranya.

Prinsip pada masa ini: anak dijauhkan dari segala bentuk


rangsangan. Baik pornografi maupun pornoaksi apakah itu
ucapan, perbuatan dan tontonan. Memisahkan tidur, me-
nganjurkan anak posisi tidur yang sesuai tuntunan Rasul,
tidak tidur tengkurap, menundukkan pandangan, menerap-
kan adab pergaulan, adalah bagian dari menjauhkan rang-
sangan. Mengarahkan dan mengawasi pergaulan anak sa-
ngat intens pada masa ini.

Pendidikan seks ini dapat dilakukan secara responsif mau-


pun aktif. Secara aktif artinya orang tualah yang memulai
pembicaraan dengan tema tersebut kepada anak pada saat
mereka memasuki usia tertentu. Secara responsif artinya
orang tua menjawab dan meladeni keingintahuan anak ses-
uai tahapan usianya.

Orang tua banyak membuka ruang dialog dengan anak. Misal


Anda sedang menyaksikan berita tentang korban perkosaan
di televisi bersama anak anda yang berumur 7 tahun. Kalau

KEB - Agent of Change Series 31


dia diam saja, biarkan saja. Tetapi seringkali anak bertanya,
“Ma, apa itu diperkosa?”

Apakah anda telah bersiap untuk menjawabnya?

Tak perlu grogi, tanyakan balik ke anak untuk mengukur


modal pemahamannya, “Menurutmu apa artinya?”

“Sepertinya dijahati sama laki-laki tadi, tapi diapakan?”

Ini contoh jawaban. Anda juga dapat menyusun jawaban


anda sendiri:

“Mama pernah pesankan, ada bagian tubuh kita yang tidak


boleh disentuh sembarang orang. Itu bisa berarti pelecehan,
misal dipegang, dimainkan atau disakiti. Kakak jangan mau
ya disentuh atau diajak laki-laki selain keluarga kita, apalagi
jika Kakak tidak kenal dan tidak didampingi Mama.”

Adapun jika anak anda berusia 10 tahun ke atas, dan men-


dengar berita itu diam saja, tidak bertanya kepada anda,
maka anda sebaiknya menanyakan: “Kakak tahu tidak, arti-
nya berita tadi apa?” Anda jangan sungkan bertanya, karena
ini momen yang tepat.

“Tahu, Bunda…”

“Maksudnya? Jadi diapain itu sampai pelakunya harus di-


penjara…?”

32 KEB - Agent of Change Series


“Ya digituin…”

“Oh. Kakak tahu dari mana?”

Naah Anda dapat mengejar sejauh mana, dari mana anak


kita memperoleh informasi gambaran perkosaan.

Kalau ia menjawab tidak tahu, maka contoh percakapan


sebelumnya dapat disampaikan. Sekedar gambaran umum
bahwa ada area tubuh kita yang tak boleh dilihat, diperli-
hatkan, disentuh, dimainkan atau disakiti oleh orang lain.
Apakah orang lain itu laki-laki atau perempuan.

Pada saat anak bertanya, apresiasi dengan mengucapkan


terimakasih bahwa ia mau bertanya kepada orang tua. Dan
saat mengakhiri obrolan, buka kesempatan untuk melaku-
kan obrolan selanjutnya. Misal: “Makasih ya, Kakak mau
bertanya pada Mama tentang hal ini. Mama senang sekali.
Besok jika ada yang ingin Kakak tanyakan, jangan sungkan
bertanya lagi kepada Mama.”

Sungguh berbahaya jika anak tidak mau bertanya pada


orang tuanya dan bertanya pada orang lain yang mungkin
tidak tepat dan bisa memberikan pemahaman atau tindakan
yang keliru.

KEB - Agent of Change Series 33


Target akhir masa ini adalah:

1. Anak memahami hakikat baligh

2. Anak memahami dan melaksanakan kewajiban syariat


seperti bersuci, sholat, zakat, puasa, menundukkan pan-
dangan dan menutup aurat.

3. Anak memahami dan mempraktekkan adab-adab Islami


dalam pergaulan.

4. Anak mengerti tentang mahram.

Semoga kita dimudahkan dalam membimbing anak kita se-


lama masa remajanya di dunia modern ini. Sesekali mintalah
izin untuk meneliti isi HP, BB, laptop atau tablet milik anak
kita. Se-bagai bagian dari tanggung jawab orang tua.

Pendidikan seksual untuk pemuda (remaja)

“Pernahkah engkau menonton konten porno Anakku?”

Ehm, apakah orang tua punya nyali untuk bertanya yang


demikian pada anak remajanya?

Semalam saya tanyakan ini pada kerumunan 4 anakku yang


menginjak remaja. Malam minggu mereka rame-rame main
game pokemon di ruang tengah.

“Ya pernah lah Mi, kalau di film-film barat kan ada konten

34 KEB - Agent of Change Series


pornonya...” si sulung yang menjawab. Adiknya pada diam.

“Iya, Umi khawatir dengan TV cable kita. Barusan Umi non-


ton, ternyata banyak sekali konten porno, jadinya nontonnya
cepet ... dicepetin sih.”

“Lha Umi nontonnya film romantik, ya terang saja...kita kan


kalau nonton film perang, film action, kriminal, spionase...
film hantu....bedalah mi....” ini kata si nomer 3 yang mau
lulus SMA.

“Aku saja cuma nonton Family Guy...kan cuma kartun...”


kata si kakak lagi.

“Walaupun kartun, itu banyak konten joroknya kan. Trus,


kalau kalian lihat ada konten porno, diapain?”

“Kan biasanya kita cepetin,” jawab di kakak lagi.

Begitulah percakapanku. Anak-anak telah diberi filter, me-


reka mengerti yang seharusnya tidak mereka tonton, tapi sisi
lain sebagai orang tua, ada keterbatasan. Suguhan informasi,
film, bacaan mengandung konten porno ada di mana-mana.

Zaman dulu saat hanya ada TVRI, fungsi sensor lumayan


berjalan. Sekarang stasiun TV berjibun, adegan pelukan,
ciuman dan prolog lain seperti sudah menjadi kewajaran.

Dengan era internet dan TV cable, tak ada lagi regulasi yang
berdaya menjadi badan sensor. Ratusan channel dari luar

KEB - Agent of Change Series 35


negeri leluasa dikonsumsi. Jadi di manakah filter itu akan
kita letakkan kalau tidak bermula dari keluarga?

Saya nukilkan satu contoh kasus remaja terjadi pada


keluarga yang kurang utuh:

Liputan6.com, Bantul : Seorang siswi SMA di Bantul, Yog-


yakarta menyimpan bayi yang baru saja dilahirkannya di
lemari pakaian selama 3 hari. Beruntung keberadaan bayi
secara tidak sengaja diketahui oleh ayah sang siswi.

Kabar penemuan bayi di salah satu rumah warga Desa Pun-


dong, Bantul membuat warga setempat gempar seperti ta-
yangan Liputan 6 Pagi SCTV, Jumat (22/11/2013). Lebih
mengejutkan, bayi berjenis kelamin laki-laki itu ditemukan
tergolek di lemari pakaian anak gadisnya yang masih duduk
di kelas 2 SMA.

Merasa curiga, ayah sang siswi melapor ke polisi dan men-


jemput anaknya di sekolah. Hingga akhirnya anaknya me-
ngakui jika bayi itu hasil hubungan gelap dengan kekasih-
nya. Dia melahirkan 3 hari lalu dan mengurus sendiri proses
persalinannya.

Usai ditemukan, bayi tak berdosa itu selanjutnya dirawat di


Puskesmas setempat karena kondisinya lemah. Terlebih, tiga
hari disimpan di lemari bayi itu tidak mengkonsumsi ASI.
Sang ibu hanya memberi minum air putih sebelum ia be-

36 KEB - Agent of Change Series


rangkat ke sekolah.

Kehamilan siswi SMA itu tak terendus karena selama ini ia


dan ayahnya tinggal berlainan rumah. Sementara ibunya
tengah bekerja di Malaysia. (Mvi/Sss)

Miris ya Ayah Bunda, dengan kabar bersliweran tentang


remaja dan prilaku mereka dewasa ini. Bagaimanapun,
keluarga seharusnya menjadi tumpuan untuk membekali
remaja.

Usia 14-16 tahun anak sudah dianggap baligh sekalipun


tanda-tanda primer belum datang. Sekalipun anak perem-
puan belum haid atau anak laki-laki belum mimpi basah,
tetap saja mereka telah dianggap baligh. Biasanya tanda-
tanda sekunder pubertas telah muncul. Yaitu perubahan
bentuk tubuh pada anak perempuan, lebih bulat, lebih halus
dan dadanya mulai tumbuh. Wajah juga mulai berjerawat.

Anak lelaki menjadi lebih cepat besar dan memiliki jakun.


Suara mulai berubah besar.Tumbuh rambut di bagian ter-
tentu. Secara hukum agama, mereka telah memiliki tang-
gung jawab dosa dan juga balasan kebaikan berupa pahala.
Mereka bertanggungjawab atas perbuatannya sendiri.

KEB - Agent of Change Series 37


Pada masa ini terbagi dalam dua kelompok. Untuk kelompok
yang siap menikah, boleh diberi penjelasan tentang:

1. Diajarkan proses pernikahan Islami

2. Diajarkan adab dan tanggungjawab berkeluarga

3. Diajarkan adab hubungan suami istri

4. Diajarkan kesehatan reproduksi

5. Diajarkan cara mendidik anak

Adapun yang belum siap menikah, (pada umumnya anak


sekarang belum siap menikah pada usia tersebut),

1. Aplikasi pelaksanaan syariat: bersuci, sholat, menutup


aurat, adab pergaulan, dijauhkan dari berbagai rangsa-
ngan

2. Penekanan pada tazkiyatunnufs untuk mengendalikan


nafsu dengan puasa, dzikir dan doa.

3. Diarahkan untuk kegiatan positif

4. Penekanan pada larangan berzina dan akibatnya

5. Pembekalan tentang kesehatan reproduksi dengan


pendekatan sain dan agama.

6. Penguatan aqidah secara terus-menerus.

38 KEB - Agent of Change Series


Pada usia ini gejolak nafsu sudah meninggi sementara anak
belum mencapai kematangan mental. Mereka belum bisa
berfikir jauh tentang resiko saat terjerumus dalam salah per-
gaulan. Pendampingan dari orang tua untuk mengawal masa
ini sangat penting. Dengan komunikasi yang sehat, semoga
anak mau terbuka dan bersahabat dengan ortu dalam berb-
agai problem pergaulan yang dialaminya.

Pada tahapan usia 16 tahun ke atas, mereka telah mema-


suki kedewasaan yang lebih matang. Diharapkan semua
proses pendidikan secara umum dan pendidikan seksual
pada masa sebelumnya telah menjadikan mereka bisa me-
milah dan memilih dalam sikap dan tindakan untuk selalu
menjaga diri, menjaga aurat, menjaga adab pergaulan serta
akhlak.

Sebagai orang tua, telitilah untuk melihat perubahan prilaku


pada anak. Saat mereka mulai tertarik dengan pasangan
jenis (bukan lawan jenis), maka perhatikan dan arahkan
bagaimana seharusnya membawa diri.

Terangkanlah aturan seperti pergaulan seperti:

1. Menutup aurat

2. Menjaga pandangan

3. Tidak berdua-duaan di tempat sepi maupun ramai

KEB - Agent of Change Series 39


4. Tidak melakukan kontak fisik kecuali dengan mahram

5. Menjaga adab berbicara, tertawa atau komunikasi lewat


berbagai media.

Bukankah tidak sedikit anak remaja menjadi korban teman


facebook atau medsos lainnya?

Saya masih menekankan adat pergaulan ketimuran me-


nyangkut kepantasan. Misal, anak perempuan dianggap ti-
dak pantas bertamu ke rumah teman lelaki, kecuali dalam
rombongan dengan suatu kepentingan sosial yang jelas. Ti-
dak boleh memasukkan teman lelaki di rumah kontrakan
apalagi di kamar kos, karena bukan saja tidak pantas, tapi
juga bagian dari larangan agama.

Pada anak-anak gadis, sampaikan bahwa jika lelaki meng-


hormatinya dan ingin menjadikannya sebagai istri, maka
pastilah ia akan menjaga kesucian hingga saatnya perni-
kahan yang halal. Hanya lelaki rendahan yang tak bertang-
gungjawab yang mau menjamah tubuh perempuan bukan
mahram atau mengiginkan kegadisan.

Apa yang dilakukan dalam keluarga adalah dasar-dasar yang


sangat penting. Adapun lingkungan sekolah dan lingkungan
pergaulan, juga harus mengambil peran dalam hal ini. Kasus
yang pernah mencuat di sebuah sekolah menengah di Jakar-
ta tahun 2014, adalah contoh bahwa anak belum bisa ber-

40 KEB - Agent of Change Series


fikir panjang terhadap efek tindakan yang dilakukan. Saat
mereka merekam adegan tak senonoh dan memuat di dunia
maya, mereka tidak menyadari bahwa itu telah mengubah
hidup mereka selamanya. Mungkin mereka hanya mengira
kesenangan sesaat sebagai remaja.

Pemahaman yang utuh bahwa apa yang tidak boleh dilihat


atau dilakukan adalah juga tidak boleh diabadikan dan dise-
barkan, perlu dipahamkan pada anak. Hal tersebut juga me-
nyangkut undang-undang anti pornografi.

Jika kita rangkum seluruh tahap pendidikan seksual ini:

1. Melibatkan orang tua, siswa dan guru

2. Integral dengan materi pendidikan agama, nilai moral dan


akhlak

3. Terkait dengan hukum positif pornografi, pornoaksi

4. Pemahaman tentang dampak jangka panjang.

5. Preventif dan kuratif.

6. Disesuaikan tahapan usia, kebutuhan dan norma yang


diyakini.

Sekalipun pernah menjelaskan, tetap saja perlu pengawalan


masa rawan ini agar dapat dilalui dengan baik dan benar.

KEB - Agent of Change Series 41


Gagal pada masa awal baligh ini, akan menjadikan PR pan-
jang masalah di kemudian hari. Orang tua selayaknya selalu
memperluas wawasan untuk meningkatkan kualitas sebagai
orang tua. Menjadi sahabat bagi anak di masa-masa berat ini
adalah perjuangan dari setiap orang tua.

Semoga kita dimudahkan untuk dapat mendampingi anak-


anak kita mengantarkan menuju masa baligh.

Catatan terhadap Kampanye Pendidikan Seks Dewasa ini.

Saat dininta membedah tema ini, saya lantas googling artikel


dan juga video dengan tema tersebut. Ternyata ada beberapa
versi dari yang sangat kuat berpegang pada nilai agama dan
yang banyak berkiblat ke referensi barat.

Seorang public speaking tema parenting mencontohkan saat


anaknya bertanya tentang dubur, mengijinkan anaknya un-
tuk memeriksa dan mengamati dubur sang ayah. Kata sang
ayah, ia tidak merasa jengah karena mengibaratkan anaknya
seperti seorang dokter atau ilmuwan yang belajar anatomi
tubuh. Ah, saya tak sampai hati membayangkan sang ayah
nungging membuka celananya. Lalu, bagaimana jika anak
ingin tahu tentang alat kelamin ayahnya (bahkan saat
ereksi), apakah ia juga akan menunjukkan?

42 KEB - Agent of Change Series


Memang dalam referensi barat, mereka mengajarkan penge-
nalan anggota tubuh dan fungsi-fungsinya bahkan dengan
mandi bersama orang tua dan anak. Tak jengah dalam re-
ferensi mereka disebutkan untuk membicarakan penyebu-
tan nama fungsi bagian vital dengan terbuka. Bahkan mem-
bicarakan ereksi dan sebab-sebabnya pada anak usia SD.

Norma agama dan norma ketimuran tentu berbeda. Budaya


kita menabukan untuk yang demikian. Lantas mana yang
tepat? Mana yang akan kita ambil?

Kita punya agama kita masing-masing yang juga mengatur


hal itu. Dalam Islam, sebagaimana sebagian telah saya urai-
kan di atas, pembahasannya tidak berdiri sendiri sebagai
sebuah tema pendidikan. Ia dikaitkan dengan keyakinan,
ibadah dan akhlak. Semua saling terkait. Maka tidak sela-
yaknya orang tua menunjukkan aurat pada sang anak.

Saya pribadi lebih suka menggunakan istilah lokal atau isti-


lah agama yang santun untuk penyebutan alat kelamin pada
anak usia 0-7 tahun, dengan pesan untuk menggunakan-
nya secara bisik-bisik jika berada di tempat umum. Nama
ilmiah seperti penis dan vagina disampaikan saat anak usia
SD belajar tentang anatomi. Menu pendidikan seks diberi-
kan sesuap demi sesuap sesuai dengan kebutuhan tahap
perkembangan dan usia anak.

KEB - Agent of Change Series 43


Kemudian tentang alasan menolak disentuh seharusnya bu-
kan hanya tentang rasa nyaman dan keamanan. Namun ten-
tang norma. Jika hanya berdasar rasa nyaman, khawatirnya
anak justru merasa nyaman saat dieksplorasi bagian aurat-
nya oleh orang lain.

Sedikit banyak ini telah terjadi dalam kasus Emon yang


telah menyodomi seratus lebih anak usia SD. Anak-anak itu
mendapat imbalan dari perlakuan Emon, dan sebagian besar
mereka tidak keberatan.

“Hanya geli saja...” demikian komentar seorang korban. Ia


merasa nyaman-nyaman saja.

Bukan saja dalam bab tidak boleh disentuh, tapi juga tidak
boleh dipamerkan atau dilihat orang lain. Inilah beda budaya
Timur dan Barat. Di Barat adalah hal yang biasa berpakaian
minim seperti di kolam renang atau di pantai. Atau bahkan
di tempat umum pada musim panas. Orang lain boleh meli-
hat, tapi tidak boleh menyentuh.

Satu hal lagi adalah tentang perlindungan dari keluarga dan


intervensi pihak luar. Dalam budaya barat, keluarga bisa
menjadi bagian dari ancaman, sehingga jika anak terancam
dalam keluarganya, mereka boleh menelepon nomer tertentu
untuk mendapat perlindungan. Bahkan mereka bisa me-
laporkan orang tuanya sendiri.

44 KEB - Agent of Change Series


Di budaya ketimuran, memang ada kasus pelaku pelecehan
dan kekerasan seksual oleh orang dekat atau bahkan ang-
gota keluarga. Namun perlu diingat bahwa dalam bingkai
agama, seharusnya pendidikan seks ini juga seharusnya di-
berikan kepada para orang tua agar mereka menyadari tang-
gungjawabanya terhadap anak.

Seorang kepala keluarga bertugas mendidik keluarganya


dan memastikan perlindungan dan keamanan keluarganya.
Tanggung jawab ini juga dimiliki oleh anak lelaki dalam kelu-
arga tersebut, seorang paman dan kakek sebagai bagian dari
mahram juga memiliki tanggung jawab.

Jadi, jika seting budayanya berbeda, keyakinannya berbe-


da, apakah tepat jika sepenuhnya berkiblat pada pendidi-
kan seks di Barat yang nota bene mereka membolehkan per-
gaulan bebas?

Tidak perlu menolak yang berasal dari barat, mari kita ambil
yang positif dan sesuai dengan norma agama dan budaya
ketimuran kita.

KEB - Agent of Change Series 45


Secara ringkas kerancuan kampanye pendidikan seks yang
banyak beredar adalah:

1. Berdiri sendiri sebagai sebuah topik bahasan

2. Mengajarkan secara vulgar: nama alat kelamin dan pro-


ses terjadinya anak.

3. Hanya memakai sudut pandang sains.

4. Hanya membatasi tak boleh disentuh pada 4 area terla-


rang.

5. Hanya berdasarkan perasaan nyaman atau terancam.

6. Kurang mengkaitkan dengan perlindungan keluarga.

7. Mendahulukan intervensi fihak luar.

Ayah bunda, Anda berhak memutuskan metode yang mana


dari pendidikan seksual ini yang sesuai dengan norma yang
anda yakini. Bukankah tujuan semuanya adalah sama:
membangun pemahaman yang benar pada anak, memba-
ngun akhlak yang baik pada anak, dan menumbuhkan
kemampuan memproteksi diri. Jika kita lebih utuh dalam
membingkai semua ini, bolehlah berharap bahwa lingku-
ngan pergaulan dan norma di masyarakat juga akan menjadi
lebih baik.

46 KEB - Agent of Change Series


Tulisan singkat ini jauh dari kesempurnaan. Ini hanyalah
sebuah sudut pandang yang tentu sangat dipengaruhi oleh
subyektifitas pemahaman penulis. Tak bermaksud mengha-
kimi atau menggurui. Kritik dan saran sangatlah diharap-
kan. Semoga bermanfaat.

KEB - Agent of Change Series 47


Biografi Penulis
1. Mak Grace Melia

Akrab dipanggil Ges, ia adalah seorang ibu dengan anak


berkebutuhan khusus. Kisah anaknya ia tuangkan dalam
buku Letters to Aubrey. Selain lewat tulisan, Ges juga suka
berbagi di Rumah Ramah Rubella, komunitas untuk mewa-
dahi orangtua seperti dirinya. Ges bakal happy kalau disapa
di @gesgeesges atau di blog http://gimmegaiety.blogspot.
com.

48 KEB - Agent of Change Series


2. Mak Ida Nur Laila

Ida Nur Laila, apoteker, trainer, blogger dan konselor so-


sial. Terpilih menjadi 10 besar finalis Srikandi Blogger 2014.
Saat ini aktif menjadi pembicara seputar parenting keluarga
di berbagai acara. Menulis satu buku solo berjudul ‘Menya-
yangi Anak Sepenuh Hati, dan 5 buku antologi. Dapat disapa
melalui twitter @lailacahyadi dan blog http://ida-nurlaila.
blogspot.com

KEB - Agent of Change Series 49


50 KEB - Agent of Change Series

Вам также может понравиться