Вы находитесь на странице: 1из 13

TAREKAT

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mandiri mata kuliah

Akhlak Tasawuf

Dosen Pengampu

Drs.MAHMUD YUNUS,M.Pd.I

Disusun Oleh :

Maman Faturahman

Program S1 Pendidikan Agama Islam

Sekolah Tinggi Agama Islam PUI Majalengka

Tahun Akademik 2013/2014


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Saya panjatkan kehadirat rabbi yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-nya kepada saya sehingga sayadapatmenyelesaikan makalah ini.
Ucapan terima kasih kepada dosen mata kuliah “Ahlak Tasawuf” yang telah
memberikan tugas makalah ini kepada saya dengan judul “TAREKAT” sehingga saya
dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan. Dan tidak lupa kepada teman teman
yang telah memberikan motivasi dan seluruh lapisan yang telah membantu akan lancarnya
makalah ini.
Di dalam pembuatan makalah ini saya menyadari masih banyak kekurangan dan
kesalahan oleh sebab itu saya harapkan kritik dan sarannya,Sebagaimana ungkapan “tidak
ada gading yang tak retak” mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi kita semua umumnya.

i
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Untuk mendekatkan diri pada tuhan maka harus menempuh jalan ikhtiar,salahsatu jalan
ihtiar yaitu dengan mendalami lebih jauh ilmu tasawuf ,untuk mengetahui sesuatu maka
pasti ada ilmunya,banyak dikalangan orang awam awam yang kurang mengetahui tentang
ilmu mengenal tuhan (Tarekat). pengertian tentang tarekat yaitu,Tariqah adalah khazanah
kerohanian (esoterisme), dalam Islam dan sebagai salah satu pusaka keagamaan yang
terpenting. Karena dapat mempengaruhi perasaan dan pikiran kaum muslimin serta
memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pembinaan mental beragama
masyarakat.Masuknya tarekat ke Indonesia bersama dengan masuknya Islam ketika
wilayah Nusantara masih terdiri dari kerajaan-kerajaan melalui perdagangan dan kegiatan
dakwah. Sumber-sumber Cina menyebutkan ada pembangunan pemukiman Arab dan
boleh jadi pemukiman Muslim di pesisir barat Sumatera pada 54 H/674 M. Wilayah ini
merupakan rute perdagangan penting Arab dan Cina, serta pelabuhan strategis bagi
pedagang Arab, India dan Persia.
B.Rumusan Masalah
Dari paparan yang sudah di ulas maka dapat diambil sebuah rumusan masalah untuk
memudahkan pembaca dalam pembahasan tentanng taekat,diantaranya adalah :

Apa yang di maksud dengan Tarekat ?


Bagaimana proses masuknya tarekat masuk ke nusantara ?
Apa yang dimaksud tarekat naksabandiyah dan berapa fase terbentuknya tarekat
naksabandiyah ?

C.Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan pembahsan adalah untuk mengetahui hal hal sebagai berikut :
Memahami arti dari tarekat itiu sendiri ?
Mengetahui lebih jauh tentang tarekat dan mengetahui sejarah masuknya tarekat ke
Nusantara ?
1
BAB II
PEMBAHASAN
TARIKAT
A.Pengertian Tarikat
Menurut salah satu hadits nabi menyatakan :
‫س ِعيد عن َربَاح أَ ِبي َعن‬
َ ‫ب بن‬
ِ َّ‫سي‬ َ ‫ع فِي َها يكثِر َّرك َعتَي ِن ِمن أَكث َ َر الفَج ِر طلوعِ بَعدَ ي‬
َ ‫ص ِلي َرجلا رأى أنه الم‬ َ ‫الركو‬
ُّ َ‫َوالسُّجود‬
‫ّللا أَي َعذِبنِي م َح َّمد أَ َبا َيا فَقَا َل فَنَ َهاه‬
َّ ‫صلَةِ َعلَى‬
َّ ‫ّللا ي َعذِبكَ َولَ ِكن لَ قَا َل ال‬
َّ ‫ف‬ِ َ‫سنَّ ِة ِب ِخل‬
ُّ ‫ال‬
“Riwayat dari Abi Rabah, dari Sa’id bin Musayyab, bahwa dia melihat seorang lelaki
shalat setelah terbit fajar, lebih banyak dari dua raka’at, dia memperbanyak ruku’ dan
sujud, maka Sa’id bin Musayyab melarangnya, lalu orang itu bertanya: Wahai Abu
Muhammad, apakah Allah akan menyiksaku karena shalat? Sa’id menjawab: “Tidak,
tetapi Allah akan menyiksamu karena (kamu) menyelisihi sunnah.” (1)

Ini termasuk jawaban bagus dari Sa’id bin Musayyab rahimahullah, yaitu senjata yang kuat
menghadapi pelaku bid’ah, yang menganggap baik banyaknya bid’ah, dengan nama dzikir
dan shalat, kemudian mereka mengingkari ahlis sunnah, dengan tuduhan tidak doyan
dzikir dan shalat. Padahal ahlis sunnah itu sebenarnya hanyalah mengingkari
penyimpangan mereka dari sunnah dalam dzikir, shalat, dan sebagainya.
Dari uraian di tas maka dapat di ambil sebuah pengertian tentang tarekat yaitu,Tariqah
adalah khazanah kerohanian (esoterisme), dalam Islam dan sebagai salah satu pusaka
keagamaan yang terpenting. Karena dapat mempengaruhi perasaan dan pikiran kaum
muslimin serta memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pembinaan mental
beragama masyarakat. Selama ini, merasa terbelenggu oleh berbagai kecendrungan
materialistis dan nihilisme moderen yang orientasinya mengacu kepada kemudahan,
kenyamanan dan fasilitas hidup yang menyenangkan serta dapat dinikmati dengan leluasa
yang pada kenyataanya tidak selalu mendatangkan kesejahteraan dan kebahagiaan ummat.
Namun justru pada sebagian orang yang menganutnya menimbulkan ketenangan jiwa dan
kemampuan spritual bagi dirinya.

2
Untuk menghindari adanya trauma pada sebagian masyarakat, dengan kondisi di atas dan
untuk mewujudkan sikap serta mental agamanya, maka dibutuhkan suatu pembinaan
khusus melalui penddikan yang khusus pula secara sistematis, terarah dan kontiniyu yang
lebih berorientasi pada kehidupan kerohanian yang dapat dijadikan pokok bagi mereka
(masyarakat) di dalam memandang segala persoalan-persoalan kehidupan.
Thariqat dapat dikatakan sebagai jalan menuju Tuhan. Dengan menekuni thariqat
merupakan suatu jalan untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta secara lebih
sempurna, Artinya dengan berthariqat seseorang akan melakukan ajaran-ajaran (syari'at
islami dengan lebih sempurna serta ajaran Allah dan Rasulnya). Hal ini sejalan dengan
makna thariqat yang berkembang dikalangan para ahli thariqat yaitu : "jalan atau petunjuk
dalam melakukan suatu ibadah sesuai dengan ajaran yang dibawa oleh Rasulullah SAW
dan yang diceritakan beliau dan para sahabatnva. serta para tabi'in, ulama, kyai-kyai secara
bersambung hingga pada masa sekarang ini". (Zahri, 1973 :56)
Dari pengertian thariqat di atas dapat dipahami bila dengan berthariqat, maka
sesungguhnya syaria'at yang dikerjakan dapat berjalan di atas rel yang hiras tidak
terpeleset, tidak jatuh jurang kesesatan, sehingga dapat sampai ke tujuan hidup yang
sebenarnya, yaitu Allah Swt.
Thariqat sebagaimana yang lazim dikerjakan oleh para jama'ah mempunyai tujuan yang
sangat mulia bagi kehidupan. Baik di diunia maupun di akherat, dengan cara antara lain:
a. Dengan mengamalkan thariqat berarti mengadakan latihan jiwa (riadhoh) dan berjuang
melawan hawa nafsu (mujahadah), membersihkan diri dari sifat-sifat yang tercela dan diisi
dengan sifat-sifat yang terpuji dengan melalui perbaikan budi pekerti dalam berbagai
seginya.
b. Dengan bertariqat dapat mewujudkan rasa ingat kepada Allah Zat Yang Maha Besar dan
Maha Kuasa atas segalanya dengan melalui jalan mengamalkan wirid dan dzikiran dan
dibarengi dengan tafakkur yang secara teras-menerus
c. Dengan bertariqat akan tirnbul perasaan takut kepada Allah sehingga timbul pula dalam
diri seseorang itu suatu usaha uxituk menghindarkan diri dari segala macam pengaruh
duniawi yang dapat menyebabkan lupa kepada Allah.

3
d. Jika thariqat dapat dilakukan dengan penuh ikhlas dan ketaatan kepada Allah, maka
akan tidak mustahil dapat dicapai suatu tingkat alam ma'rifat, sehingga dapat diketahui
pula segala rahasia dibalik tabir cahaya Allah dan Rasulnya secara terang benderang.
(Anwar, 1980 :12)
Dari pengertian dan tujuan thariqat di atas dapat dipahami bahwa thariqat dengan segala
bentuk ajarannya akan mampu melahirkan manusia-manusia yang mampu mengetahui
hakikat dirinya, hakikat. syaria'at islam yang diturunkan kepadanya dan akhirnya akan
mengenal sifat-sifat Tuhannya. Dari kesadaran yang dimiliki tersebut akan terbentuk
manusia-mamisia yang merniliki kesadaran yang sempuma dalam menjalankan perintah
Allah dan menjauhi segala larangan-Nya atau dengan kata lain bahwa melalui thariqat
akan tercipta mannsia-manusia yang paripuraa atau yang sering disebut sebagai insan
kamil yang nantinya akan mampu mengembangkan tugas-tugasnya secara sempurna, baik
tugasnya sebagai khalifah filard maupun tugasnya sebagai hamba Allah.
Guna tercapainya tujuan tliariqat secara kaffah hams dilalui beberapa hal yang lekat
kaitannya dengan ajaran thariqat itu sendiri, yaitu ajaran-ajaran dan tingkatan-tingkatan
thariqat. Secara umum di dalam ajaran thariqat memiliki beberapa ajaran. Lebih spesifik
lagi yang terkait dengan fokus penelitian, dalam thariqat Nagsyabandiyah di kenal
beberapa ajaran-ajaran seperti: Zikrullah (mengingat Allah), baik zikir lisan dengan
menyebut "Allah" dengan bersuara maupun zikir qalbi dengan mengingat atau menyebut
"Allah" dalam hati (tidak bersuara)

B.Masuknya Tarekat ke indonesia


Masuknya tarekat ke Indonesia bersama dengan masuknya Islam ketika wilayah Nusantara
masih terdiri dari kerajaan-kerajaan melalui perdagangan dan kegiatan dakwah. Sumber-
sumber Cina menyebutkan ada pembangunan pemukiman Arab dan boleh jadi pemukiman
Muslim di pesisir barat Sumatera pada 54 H/674 M. Wilayah ini merupakan rute
perdagangan penting Arab dan Cina, serta pelabuhan strategis bagi pedagang Arab, India
dan Persia.

4
Gelombang perpindahan besar-besaran umat Islam berikutnya terjadi pada 264 H/878 M,
akibat pemberontakan Huang Chao di Cina Selatan di mana sekitar 120 atau 200 ribu
pedagang dari barat – sebagian besar Muslim – dibunuh. Sebagian yang selamat melarikan
diri ke Kalah di pesisir barat semenanjung Malaysia serta di San-fo-chi (Palembang).
Perkampungan pedagang Muslim lainya disebutkan terletak di Champa pada 430 H/1039
M dan di Jawa 475 H/1082 M. Sungguhpun banyak perkampungan Muslim, terkesan tidak
ada kegiatan dakwah yang menonjol hingga akhir abad 7 H/13 M. Baru terjadi kegiatan
dakwah yang meningkat pada awal abad 8 H/14 M dan terus menguasai seluruh kepulauan
dalam abad berikutnya. Mengapa?
Kegiatan dakwah yang bangkit sejak awal abad 8 H/14 M dan terus berkembang, dimotori
oleh kaum sufi. Dalam hikayat lokal dan tradisi-tradisi lisan, terdapat banyak keterangan
tentang faqir (darwis), wali (orang suci), dan syekh (guru) di kalangan penyebar awal
Islam di berbagai wilayah selama abad 7 – 8 H/13 – 14 M. Semua ini adalah istilah teknis
yang terdapat dalam kosakata tasawuf, yang tetap dipertahankan, sehingga memberi kesan
kuat bahwa para penyebar ini adalah kaum sufi.Gerakan dakwah Muslim telah berjalan di
pesisir timur Jawa di wilayah Gresik yang dipimpin Maulana Malik Ibrahim yang
merupakan keturunan dari Zain Al Abidin, seorang cicit Nabi. Konon dia tinggal di Jawa
sebagai juru dakwah selama lebih dua puluh tahun, yang diteruskan oleh anak
keturunannya seperti Sunan Giri, Sunan Bonang dan Sunan Drajat. Ada pendapat,
islamisasi Jawa tidak lepas dari peran penting Malaka. Sebagai contoh, Sunan Giri dan
Sunan Bonang telah belajar di Malaka selama setahun dibawah bimbingan Syekh Wali
Lanang.
Ketika Malaka jatuh ke tangan Portugis, Aceh menjadi penerusnya sebagai pusat
perdagangan Muslim. Aceh mencapai puncak dalam bidang militer dan kekuatan
perdagangan serta menyaksikan pertumbuhan tasawuf, yang melahirkan zaman keemasan
peradaban Melayu, khususnya menyangkut intensitas kehidupan intelektual dan spiritual.
Selama itu hiduplah sufi-sufi Melayu besar seperti Hamzah Al Fanshuri dan Syams Al-Din
Al-Sumatrani, dan diikuti oleh figur-figur sufi seperti Nur Al-Din Al-Raniri dan Abd Al-
Ra’uf Singkel. Melalui sejumlah tulisan dan penyebaran tarekat-tarekat sufi, mereka
memberikan kontribusi signifikan pada islamisasi Kepulauan Nusantara.
5
Tarekat yang pernah berkembang di Indonesia cukup banyak, akan tetapi sebagian
daripadanya hanya tinggal nama. Memang untuk sampai pada kesimpulan apakah tarekat
itu masih ada, mengajarkan dan melakanakan amalan secara lengkap, dan apakah masih
ada pengikutnya, perlu penelitian lebih mendalam .
Menurut satu sumber, dewasa ini di seluruh dunia ada 43 macam tarekat, Apakah
semuanya ada di Indonesia? Lagi-lagi perlu penelitian lebih mendalam. Beberapa tarekat
yang popular di Indonesia hingga sekarang, antara lain : Tarekat Tijaniah, Tarekat
Sanusiah, Tarekat Syadziliyah, Tarekat Sammaniyah,Tarekat Syattariyah, Tarekat
Qadiriyah, Tarekat Khalawatiyah, dan Tarekat Naqsyabandiyah.
C.TAREKAT NAQSYABANDI
Terbentuknya tarekat naqsyabandi melalui beberapa fase. Fase pertama, Pra Sejarah
berdirinya tarekat Naqsayabandiyya, belum punya identitas. Fase kedua, Periode Formasi
Tarekat Naqsyabandi, terlihat identitasnya sebagai sebuah perkumpulan persaudaraan sufi.
Fase ke-tiga, periode perkembangan dan penyebaran Tarekat Naqsyabandi, menjadi
sebuah perkumpulan besar yang terorganisir dengan baik dan rapi.
Salah satu Karakter tarekat Naqsyabandi adalah tergambar melalui fakta bahwa
kesesuaian-nya dengan hukum-hukum Islam merupakan suatu hal yang teramat penting
dalam perkumpulan ini. Ketaatan yang mendalam terhadap hukum-hukum syariat adalah
thema yang sering di tekankan oleh banyak kalangan Naqsyabandi dalam mendefinisikan
jalan mistik mereka.
Ada 3 fase periode pembentukan Tarekat Naqsyabandiyya.
Fase pertama, Pra Sejarah berdirinya tarekat Naqsayabandiyya.
Pada fase pertama periode pra sejarah Tarekat Naqsyabandi di sebutnya sebagai “Periode
protohistoris” . Disebut sebagai periode protohistoris karena Tarekat Naqsyabandi pada
masa itu belum mempunyai identitas, karena tokoh-tokohnya atau garis Silsilahnya tidak
dianggap sebagai eksklusif milik Tarekat Naqsyabandiyah yang menggunakan paham
sunni Salah satu contoh-nya adalah Saidina Ja’far as-Sodiq. Dia adalah Imam Syiah ke 6
dari garis keturunan Ayahnya Imam Baqir sebagai Imam syiah ke 5, akan tetapi dari garis
keturunan Ibunya ia adalah cucu saidina Qosim Bin Muhammad Bin Abu Bakar as-Siddiq,
dan cicit dari Abu Bakar Siddiq.
6
Imam Ja’far as-Sodiq dalam transmisi ke Ilmuawannya lebih condong ke Ibunya putrid
Saidina Qosim dan mengenal Ilmu-ilmu Agama langsung dari kakeknya Saidina Qosim.
Pada periode protohistoris ini, Tarekat Naqsyabandi juga disebut sebagai Tarekat Uwaysi.
Disebut demikian karena inisiasi (bay’ah) tidak selalu di lakukan oleh mursyid yang masih
hidup dan selalu hadir secara fisik, akan tetapi inisiasinya dapat dilakukan oleh mursyid
yang kehadirannya secara spiritual (Rohanyah) baik syeakh yang masih hidup maupun
syeakh yang sudah meninggal sekalipun atau pula melalui Nabi Khidir.Dinamakan Tarekat
Uwaysi berkenaan dengan tokoh rohani atau spiritual pada zaman sahabat, yaitu Uwaysi
al-Qorni. Disebutkan bahwa Uwaysi al-Qorni selalu berjumpa dengan Nabi walaupun
tidak pernah berjumpa secara fisik, perjumpaanya selalu melalui perjumpaan rohani.
Fase kedua, Periode Formasi Tarekat Naqsyabandi
Pada fase kedua ini, sejarah Tarekat Naqsyabandi mulai terlihat identitasnya sebagai
sebuah perkumpulan persaudaraan sufi. Identitas Tarekat Naqsyabandi berawal atau
bersumber dari Guru Sufi besar yang hidup se-zaman dengan Muhiddin Abu Muhammad
Abdul Qadir bin Abi Saleh Zangi Dost Jilani (Syaikh Abdul Qadir al-Jailani), yaitu Syaikh
Abu Ya’kub Yusup al-Hamadani (w 1140 M).
Syaikh Abu Ya’kub Yusup al-Hamadani, memiliki 2 orang murid yang sekaligus sebagai
khalifahnya dalam menyebar luaskan ajaran-ajarannya, yaitu Syaikh Ahmad al-Yasawi (w
1169 M), dan Syaikh Abdul Khaliq Gujdawani (w 1220 M).
Syaikh Ahmad al-Yasawi sebagai khalifah menyebarkan ajaran gurunya dengan
membentuk suatu perkumpulan persaudaraan sufi, yaitu Tarekat Yasawi. Yang
penyebarannya dari Asia tengah hingga Turki dan Anatolia.Sedangkan Syaikh Abdul
Khaliq Gujdawani dalam menyebarkan ajaran gurunya di lakukan dengan membentuk
Tarekat Kwajagan (cara khoja atau guru). Adapun penyebarannya berada pada sekitar
daerah Transoksania.
Fase ke-tiga, periode perkembangan dan penyebaran Tarekat Naqsyabandi
Pada periode ini, Tarekat Naqsyabandi telah menjadi sebuah perkumpulan besar yang
terorganisir dengan baik dan rapi. Pengikut-pengikut Tarekat Naqsyabandi tidak hanya
orang-orang yang menginginkan dan mencari pengetahuan spiritual, akan tetapi sejumlah
ahli figih, ahli tafsir dan ahli hadist berbai’at kepada Syaikh Baha’ al-Din.
7
Sederet Nama besar ahli Agama menjadi khalifah Syaikh Baha’ al-Din, seperti Khwaja
Ala’ al-Din al-Aththar (w 1400) seorang ahli hadist, dan theology Islam, Khwaja
Muhammad Parsa (1419) seorang ahli tafsir Al-Quran, dan bersama Ya’qub al-Charki
menulis Tafsir Al-Quran, Khwaja Sa’id al-Din Kasyghari (w 1459) seorang teolog dan ahli
Filasafat. Pada periode ini yang paling menonjol adalah murid dan sekaligus seorang
khalifah Ya’qub al-Charki, yaitu Syaikh Nasaruddin Ubaidullah al-Ahrar as-Samarqandi
(w 1490) yang kemudian menjadi penerus kemursyidan tarekat Naqsyabandi generasi
ketiga Syaikh Baha’ al-Din.
Syaikh Nasaruddin Ubaidullah al-Ahrar sebaga mursyid ke 18, dalam suksesi kemursidan.
Pada masa kepemimpinannya, Tarekat Naqsyabandi telah tersebar dan menguasai hampir
seluruh wilayah Asia Tengah meluas ke Turki dan India. Kemudian telah berdiri beberapa
pusat perkumpulan (cabang), seperti China, Chiva, Taskend, Harrat, Bukhara, Iran,
Afganistan, Turkistan, Khogan, Baluchistan, Iraq, India.
Pada periode ini, Tarekat Naqsyabandi mencapai puncaknya ketika suksesi kemursidan di
pegang oleh Syaikh Ahmad al-Faruqi Sirhindi (w 1624) sebagai mursyid ke 23. Syaikh
Ahmad al-Faruqi Sirhindi adalah seorang Teolog terkemuka di Dunia dan pemikir yang
berilyan. Ia adalah murid kesayangan karena kecerdasannya, kesuhudan dan
keshalehannya, dan di hormati karena ketinggian Ilmunya dan pemikirannya yang sangat
cemerlang dari seorang guru sufi besar, al-Qutub Syaikh Muhammad Baqi Billah (w 1603)
mursyid ke 22 Tarekat Naqsyabandi yang bermukin di India..

8
BAB III
KESIMPULAN

Tarekat ialah masa penyucian (tashfiyyah, eliminasi) dan fokus pada kebenaran dengan
penuh kemantapan, maka spontan ia telah memperoleh kebersihan jiwa berkat pertolongan
satu jadzab dari sekian banyak jadzab Tuhan Yang Maha Pengasih. mereka lakukan
berbentuk bulat tidak persegi.
Masuknya tarekat ke Indonesia bersama dengan masuknya Islam ketika wilayah Nusantara
masih terdiri dari kerajaan-kerajaan melalui perdagangan dan kegiatan dakwah. Sumber-
sumber Cina menyebutkan ada pembangunan pemukiman Arab dan boleh jadi pemukiman
Muslim di pesisir barat Sumatera pada 54 H/674 M. Wilayah ini merupakan rute
perdagangan penting Arab dan Cina, serta pelabuhan strategis bagi pedagang Arab, India
dan Persia.
Terbentuknya tarekat naqsyabandi melalui beberapa fase. Fase pertama, Pra Sejarah
berdirinya tarekat Naqsayabandiyya, belum punya identitas. Fase kedua, Periode Formasi
Tarekat Naqsyabandi, terlihat identitasnya sebagai sebuah perkumpulan persaudaraan sufi.
Fase ke-tiga, periode perkembangan dan penyebaran Tarekat Naqsyabandi, menjadi
sebuah perkumpulan besar yang terorganisir dengan baik dan rapi.
Salah satu Karakter tarekat Naqsyabandi adalah tergambar melalui fakta bahwa
kesesuaian-nya dengan hukum-hukum Islam merupakan suatu hal yang teramat penting
dalam perkumpulan ini.
Ada 3 fase periode pembentukan Tarekat Naqsyabandiyya.
Fase pertama, Pra Sejarah berdirinya tarekat Naqsayabandiyya.
Fase kedua, Periode Formasi Tarekat Naqsyabandi
Fase ke-tiga, periode perkembangan dan penyebaran Tarekat Naqsyabandi.

9
DAFTARPUSTAKA

Kabbani, M.H. Classical Islam and the Naqshbandi Sufi Tradition. Fenton, Mich.: Islamic
Supreme Council of America. 2004

Nazim, Shaykh M. On the Bridge to Eternity. Kuala Lumpur: Planet Ilmu Sdn. Bhd. 1999

Sri Mulyati,2004,Mengenal dan memahami Tarekat Tarekat Muktabaroh di


Indonesia,Kencana,Jakarta

10
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................i

DAFTARISI......................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................1


A.Latar Belakang Masalah .................................................................................................................1

B.Rumusan masalah ..........................................................................................................................1

C.Tujuan Pembahasan .......................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A.Pengertian Tarikat .........................................................................................................................2.

B.Masuknya Tarikat Ke Indonesia ....................................................................................................4

C.Tarikat Naqsabandi.........................................................................................................................6

BAB III PENUTUP


A.Kesimpulan .......................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................10

ii

Вам также может понравиться