Вы находитесь на странице: 1из 23

EVIDENCE BASED MEDICINE

TERAPI
CRITICAL APPRAISAL
BLOK KEDOKTERAN KELUARGA
“Intermittent Diazepam versus Continuous Phenobarbital to
Prevent Recurrence of Febrile Seizures: A Randomized
Controlled Trial
Disusun Oleh:
SAMIRA
(1102015215)
SKENARIO
Seorang anak laki-laki berusia 3 tahun dibawa ke rumah sakit karena
mengalami kejang sejak 20 menit yang lalu. Kejang berupa
kelojotan dan mata mendelik ke atas dan mengeluarkan air liur.
Sebelum kejang sang anak mengalami demam dengan suhu 39o C
dan batuk pilek sejak 3 hari yang lalu.
Setelah dilakukan anamnesis didapatkan keterangan bahwa kejang
berulang sudah 2 kali kejang dalam 24 jam. Lalu dokter melakukan
pemeriksaan fisik dan didapatkan HR: 130x/ menit, Tekanan darah
: 90/60 , dan suhu 39o C.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik ditegakkan diagnosis
yaitu kejang demam. Namun dokter menyarankan untuk melakukan
pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis.
Obat yang diberikan oleh dokter yaitu diazepam, sedangkan
berdasarkan teori obat yang diberikan untuk kejang pada anak
adalah fenobarbital.
PERTANYAAN
 Apakah terapi dengan diazepam pada kasus
kejang demam pada anak lebih baik
dibandingkan terapi dengan fenobarbital?
PICO
 P (Problem) : Anak 3 tahun dengan kejang
demam
 I (Intervention) : Diazepam
 C (Comparison) : Fenobarbital
 O (Outcome) : Terapi diazepam untuk pasien
anak dengan kejang demam lebih baik
dibandingkan fenobarbital
Hasil pencarian jurnal
 Keyword: Diazepam versus phenobarbital
 Website :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/27057183
 Limitasi : 5 tahun terakhir
 Hasil : 6 jurnal
 Jurnal yang dipilih: Intermittent Diazepam versus
Continuous Phenobarbital to Prevent Recurrence of
Febrile Seizures: A Randomized Controlled Trial
 REVIEW JURNAL
PENDAHULUAN
 Kejang demam merupakan kelainan neurologi yang
sering terjadi pada bayi dan anak- anak. Usia
rerata antara 3 bulan sampai 5 tahun. Pada
sebagian besar kasus tidak diperlukan terapi
namun pada sebagian lain dengan risiko tinggi
rekuren, profilaksis perlu diperhatikan.
METODE
 Penelitian ini menggunakan teknik randomized
controlled trial dengan single blinded. Responden
yang masuk kedalam penelitian ini adalah anak
usia 6 bulan sampai 5 tahun dengan kejang demam
dan indikasi profilaksis tetapi belum mendapatkan
profilaksis sebelumnya.
VALIDITY
1. Menentukan ada atau tidaknya randomisasi dalam
kelompok dan teknik randomisasi yang digunakan?
Jawab: Ada, dinyatakan bahwa penelitian ini dilakukan
secara randomisasi dan single blinded.
2. Menentukan ada tidaknya persamaan pada
kedua kelompok di awal penelitian?

Jawab: Ya, terdapat kesamaan karakteristik pada


kedua grup diawal penelitian.
2.a. Mengidentifikasi lengkap atau
tidaknya follow up ?
Jawab: Pada penelitian ini follow up setiap bulan
dengan memanggil orangtua dari setiap anak dan
ditanyakan tentang beberapa hal. Follow up
dilakukan secara rutin selama satu tahun.
2.b. Menentukan ada tidaknya analisis pasien
pada kelompok randomisasi semula?
Jawab: Ya, terdapat analisis pasien pada kelompok
randomisasi semula yaitu pasien yang masuk
kedalam penelitian ini adalah pasien dengan kejang
demam dengan indikasi profilaksis tetapi belum
mendapatkan profilaksis sebelumnya.
3. Menentukan ada tidaknya blinding
pada pasien, klinisi, dan peneliti?

Jawab: Ya, dilakukan secara single blind pada


pasien
4. Menentukan ada tidaknya persamaan pada
kedua kelompok di awal penelitian?

Jawab: Ya, pada awal penelitian tidak terdapat


perbedaan diantara kedua kelompok
5. Menentukan ada tidaknya persamaan perlakuan
pada kedua kelompok selain perlakuan eksperimen?

Jawab: dalam penelitian tidak disebutkant


IMPORTANCE

6. Menentukan besar efek terapi (CER, EER, RR,


RRR, ARR, NNT)

Cure

Total
Yes No

Diazepam 60 (a) 11 (b) 71 (a+b)

Phenobarbital 57 (c) 17 (d) 74 (a+b)

Total 127 28 145


EER (Experimental Event Rate)

• EER = a/a+b = 57/57+17 = 0,77 = 77%

CER (Control Event Rate)

• CER = c/c+d = 60/60+11 = 0,84 = 84%

RR (Relative Risk)

• RR = EER/CER = 0,77/0,84 = 0,91


RRR (Relative Risk Reduction)

• RRR= CER-EER/CER or 1-RR


• = 1 – 0,91 = 0,09

ARR (Absolute Risk Reduction)

• ARR = CER – EER


• = 0,84 – 0,77
• = 0,07

NNT (Number Needed to Treat)

• NNT = 1/ARR = 1/0,07 = 14 = 14


7. Menentukan presisi estimasi efek terapi
(95%CI)
8. Menentukan kemungkinan penerapan pada
pasien (spektrum pasien dan setting)

Jawab: Dapat diterapkan pada pasien, karena


terdapat kesamaan karakteristik pasien dengan
subjek yang diteliti, yaitu pasien belum pernah
mendapatkan profilaksis sebelumnya.
9. Menentukan potensi keuntungan dan
kerugian bagi pasien

Kelebihan:
Jawab: Pemberian diazepam oral lebih efektif
dibandingkan dengan fenobarbital karena aman
dan lebih cepat di absorbsi.
Kekurangan
Jawab: Efek samping yang timbul dari penggunaan
fenobarbital dan diazepam, meskipun efek yang
timbul pada penggunaan diazepam hanya sedatif

Вам также может понравиться