Вы находитесь на странице: 1из 10

PENGARUH PENGETAHUAN PERPAJAKAN, KUALITAS PELAYANAN FISKUS DAN

TARIF PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK


(STUDI PADA WAJIB PAJAK UMKM DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA
MALANG UTARA)

Mir’atusholihah
Srikandi Kumadji
Bambang Ismono

(PS Perpajakan, Jurusan Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya,
105030407111047@mail.ub.ac.id)

ABSTRACT
The low level tax compliance of small medium enterprises taxpayer caused the Government issued
Government Regulation No. 46 Year 2013 on Income Tax on income derived by a taxpayer who has a circulation of
4.8 Billion Maximum Effort in 1 year. In addition, factors that may affect tax compliance is the knowledge of the
procedures to meet tax obligations and knowledge about the function and role of taxes, on the other factors also affect
the quality of service tax authorities on tax compliance. The population in this research are all taxpayers registered
small and medium enterprises in the North Malang service tax office until January 2014 in the amount of 3,967
taxpayers and the sample is calculated by Slovin formula in order to obtain 98 respondents. Based on the results of
the F test is known that the knowledge of taxation, quality of service tax authorities and tax rates jointly have a
significant effect on tax compliance. Meanwhile, based on the results of the t test is known that the knowledge of
taxation partially significant effect on tax compliance, quality of service tax authorities partially insignificant effect
on tax compliance and tax rates partially affect taxpayer compliance, but has a negative effect.
Keywords: tax knowledge, Quality service of tax employee, tax rate, taxpayer compliance

PENDAHULUAN perkembangan penerimaan pajak Indonesia


Sehubungan dengan upaya pemerintah pada Tabel 1.
dalam menciptakan Indonesia sebagai Negara Tabel 1. Proporsi Penerimaan Pajak terhadap
yang maju, pemerintah berusaha membangun Pendapatan APBN (dalam Miliar
Indonesia baik dari segi sosial maupun Rupiah)
Uraian 2009 2010 2011 2012
ekonomi. Pembangunan yang dilaksanakan
Pendapatan 648.763 992.392 1.086.069 1.344.476
tersebut harus sesuai dengan tujuan dan cita- Negara
cita bangsa yang telah tertuang dalam Pancasila Penerimaan 619.922 723.307 878.685 1.011.735
dan UUD 1945 yaitu mewujudkan masyarakat Pajak
Persentase 73,04% 74,90% 80,45% 75,25%
yang adil dan makmur secara merata. Salah satu
Sumber: Kementerian Keuangan, Tahun 2013
elemen penting yang mendukung pertumbuhan
Berdasarkan Tabel 1, sangat jelas bahwa
ekonomi adalah mengoptimalkan kontribusi
kontribusi pajak dari tahun-ketahun mengalami
keuangan (Anonim,2013)
peningkatan yang cukup besar. Kontibusi rata-
Salah satu pendapatan Negara yang
rata penerimaan sektor perpajakan selama lima
terbesar dalam menunjang kehidupan Negara
tahun terakhir lebih dari 70% dari total
adalah pajak. Peranan pajak terhadap
penerimaan Negara. Hal ini mencerminkan
pendapatan Negara sangat dominan. Hal Ini
bahwa pajak sangat berperan dalam APBN
terjadi karena pajak adalah sumber yang pasti
Indonesia.
dalam memberikan kontribusi dana kepada
Sejak tahun 1984 telah terjadi
Negara karena merupakan cerminan
pembaharuan sistem pemungutan pajak dimana
kegotongroyongan masyarakat dalam
yang sebelumya menggunakan official assessment
pembiayaan Negara yang diatur oleh
system diubah menjadi self assessment system.
perundang-undangan (Jatmiko, 2006:1).
Keberhasilan sistem ini sangat ditentukan oleh
Berdasarkan perkembangannya, kontribusi
kepatuhan wajib pajak. Namun, disisi lain
penerimaan sektor perpajakan diharapkan
kepatuhan wajib pajak di Indonesia masih
semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal
sangat rendah, terutama kepatuhan wajib pajak
tersebut sangat jelas terlihat dari data
sektor usaha mikro, kecil dan menengah.

1
Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah penyelenggaraan pembangunan berupa pajak.
(UMKM) berperan sangat besar dalam struktur Tujuan akhir yang diharapkan adalah
perekonomian. Menurut Kismantoro meningkatkan kepatuhan wajib Pajak.
(Daud,2013) diperkirakan sekitar 57,94% dari Sebagai instansi yang memilik peran
total produk domestik bruto (PDB) berasal dari yang cukup besar dalam memberikan kontribusi
sektor UMKM. Namun, sumbangan untuk kepada Negara, Kantor Pelayanan Pajak yang
sektor pajak ini masih sangat kecil. Menurut merupakan pelaksana teknis DJP perlu
data Direktorat Jenderal Pajak sumbangan mendapatkan apresiasi. Kantor Pelayanan Pajak
penerimaan pajak sektor UMKM hanya 0,7% (KPP) adalah instansi vertikal DJP yang berada
dari penerimaan pajak. Hal ini membuktikan dibawah dan bertanggung jawab langsung
bahwa tingkat kepatuhan Wajib Pajak UMKM kepada Kepala Kantor Wilayah (Kanwil). Dalam
di Indonesia masih sangat rendah sehingga penelitian ini, peneliti memilih KPP Pratama
diperlukan kajian tentang faktor yang Malang Utara sebagai lokasi penelitian. Lokasi
mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak UMKM. ini dipilih karena lokasi kantor yang cukup
Salah satu faktor yang mempengaruhi strategis sehingga memudahkan peneliti untuk
kepatuhan adalah pengetahuan wajib pajak mendapatkan data dan informasi penunjang
tentang tata cara melaksanakan kewajiban penelitian, selain itu jumlah wajib pajak
perpajakan. Nurmantu (2005:32) menyatakan terdaftar juga cukup besar. Berdasarkan data
bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan atau KPP Pratama Malang Utara diketahui bahwa
pengetahuan wajib pajak, maka semakin mudah jumlah wajib pajak UMKM hingga bulan Januari
pula bagi mereka untuk memahami peraturan 2014 berjumlah 3.967 wajib pajak.
perpajakan dan semakin mudah pula wajib Atas dasar gambaran fenomena
pajak memenuhi kewajiban perpajakannya. tersebut, maka peneliti tertarik untuk
Selain pengetahuan perpajakan, faktor melakukan penelitian mengenai faktor-faktor
kualitas pelayanan juga berpengaruh terhadap yang mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib
kepatuhan wajib pajak. Pelayanan yang baik pajak khususnya wajib pajak sektor UMKM
akan mendorong kepatuhan wajib pajak untuk dengan mengambil judul “Pengaruh
melaksanakan kewajiban perpajakannya Pengetahuan Perpajakan, Kualitas Pelayanan
(Darussalam, 2010). Organisasi kerja sama Fiskus dan Tarif Pajak Terhadap Kepatuhan
ekonomi Negara-negara maju (OECD) juga Wajib Pajak (Studi pada Wajib Pajak UMKM di
menyatakan bahwa pelayanan kepada wajib Kantor Pelayanan Pajak Pratama Malang
pajak dengan memberikan perlakuan pajak Utara)”
yang fair dan efisien akan mendorong tingkat
kepatuhan wajib pajak (OECD Center for Tax TINJAUAN TEORI
Policy and Administration dalam Darussalam, Pengetahuan Perpajakan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
2010)
pengetahuan berarti segala sesuatu yang
Selain faktor pengetahuan dan pelayanan
diketahui; kepandaian; atau segala sesuatu yang
fiskus, faktor tarif pajak juga berpengaruh
diketahui berkenaan dengan hal (mata
terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak.
pelajaran). Kaitannya dengan perpajakan,
Sehubungan dengan hal tersebut Pemerintah
pengetahuan adalah segala susuatu yang
mengeluarkan kebijakan penetapan tarif sebesar
diketahui mengenai ketentuan umum
1% (satu persen) dengan mengeluarkan
perpajakan. Pengetahuan tersebut berupa
Peraturan Pemerintah No 46 Tahun 2013
pengetahuan mengenai peraturan perpajakan,
tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan dari
pengetahuan mengenai tata cara menghitung
Usaha yang Diterima atau diperoleh Wajib Pajak
maupun melaporkan kewajiban perpajakan,
yang Memiliki Perededaran Bruto Tertentu.
serta pengetahuan tentang fungsi dan peranan
Maksud diberlakuannya peraturan tersebut
pajak. Di Indonesia berlakunya sistem
adalah untuk memberikan kemudahan kepada
pemungutan self assessment memberikan
Wajib Pajak khususnya Wajib Pajak sektor
wewenang, kepercayaan dan tanggung jawab
UMKM dan mengedukasi masyarakat untuk
kepada wajib pajak untuk menghitung,
tertib administrasi dan berkontribusi dalam

2
memperhitungkan, menyetor dan melaporkan memperoleh penerimaan Negara. Sebaliknya,
sendiri kewajiban-kewajiban dan hak-hak di bagi masyarakat selaku subjek pajak hal ini akan
bidang perpajakan secara benar, lengkap, dan dirasakan mengurangi kemampuan
tepat waktu (Waluyo dan Ilyas, 2007 :10). anggarannya dalam memenuhi kebutuhannya.
Laffer (dalam Simanjuntak dan Mukhlis,
Kualitas Pelayanan Fiskus 2012:31) menjelaskan bahwa terdapat suatu
Lovelock dan Wirtz (dalam Albari, 2009:3) hubungan antara tarif pajak (tax rates) dengan
mendefinisikan layanan sebagai tindakan atau penerimaan Negara (tax revenue) yang
perbuatan yang ditawarkan suatu pihak kepada kemudian dituangkan dalam sebuah kurva yang
pihak lain yang dapat menciptakan nilai dan lebih dikenal dengan laffer curve. Secara lebih
memberikan manfaat kepada pelanggan pada rinci, kurva laffer dapat dilihat pada Gambar
waktu dan tempat tertentu dengan 2.1.
menimbulkan perubahan keinginan atau
kepentingan penerimaan layanan. Sehingga,
pelayanan perpajakan dapat didefinisikan
sebagai suatu kegiatan yang diberikan Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) berupa layanan prima
perpajakan untuk memberikan kepuasan atas
melayani kebutuhan wajib pajak. Terdapat lima
dimensi yang digunakan sebagai
indikator/ukuran kualitas pelayanan. Menurut 0 100%

Zeithalm, Bitner Gremler (dalam Albari, 2009:2) Gambar 1. Laffer Curve


lima dimensi kualitas layanan tersebut adalah: Berdasarkan Gambar 1, sangat jelas
1. Keandalan (reliability), berupa kemampuan bahwa pada tingkat tarif pajak 0% pemerintah
untuk melaksanakan layanan yang tidak mendapatkan penerimaan pajak, tidak
dijanjikan secara tepat dan terpercaya. peduli berapa pun jumlah tax base-nya. Begitu
2. Kepastian/jaminan (assurance), yaitu pula pada tingkat tarif 100%, pemerintah tidak
pengetahuan dan kesopanan karyawan mendapatkan penerimaan yang berasal dari
serta kemampuan organisasi dan pajak karena willingness to pay dari masyarakat
karyawannya untuk menimbulkan akan berkurang hingga muncul perilaku
kepercayaan dan keyakinan penghindaran pajak (tax avoidance).
3. Responsif (responsiveness), adalah kemauan
untuk membantu pelanggan dan Kepatuhan Wajib Pajak
memberikan layanan dengan cepat Menurut kamus besar Bahasa Indonesia,
4. Empati (empathy), berupa kepedulian atau kepatuhan berarti tunduk atau patuh kepada
perhatian pribadi yang diberikan organisasi ajaran atau aturan. Muliari dan Setiawan
kepada pelanggannya (2011:5) mendefinisikan kepatuhan wajib pajak
5. Berujud/bukti fisik (tangible), berupa sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak
penampilan fisik, peralatan, personil dan memenuhi semua kewajiban perpajakan dan
media komunikasi. melaksanakan hak perpajakannya.
Ukuran kepatuhan memenuhi kewajiban
Tarif Pajak perpajakan biasanya diukur dan dibandingkan
Tarif merupakan suatu pedoman dasar dengan besar kecilnya penghematan pajak (tax
dalam menetapkan berapa besarnya utang pajak saving), penghindaran pajak (tax avoidance) dan
orang pribadi maupun badan, selain sebagai penyelundupan pajak (tax avasion) yang
sarana keadilan dalam penetapan utang pajak kesemuanya bertujuan untuk meminimalkan
(Judisseno, 2005:44). Untuk menentukan beban pajak (Zain, 2003: 43). Wajib pajak yang
besarnya persentase tarif tersebut kebijaksanaan patuh adalah wajib pajak yang taat memenuhi
pemerintah memegang peranan penting serta melaksanakan kewajiban perpajakan
(Soemitro, 2004:129). Bagi pemerintah, tarif sesuai dengan peraturan perundang-undangan
pajak yang besar akan memudahkan dalam perpajakan (Rahayu, 2010 : 38). Menurut

3
Nurmantu (dalam Widodo, 2010:68) terdapat pendekatan kuantitafif dan dioperasionalkan
dua jenis kepatuhan yaitu kepatuhan formal dan kedalam metode penelitian survey. Populasi
kepatuhan material. dalam penelitian ini adalah seluruh wajib pajak
1. Kepatuhan formal sektor UMKM yang terdaftar pada KPP
Kepatuhan formal adalah suatu keadaan Pratama Malang Utara yang berjumlah 3.967
dimana wajib pajak memenuhi Wajib Pajak..
kewajibannya secara formal sesuai dengan Perhitungan sampel menggunakan rumus
ketentuan dalam undang-undang Slovin sehingga besarnya sampel adalah 97,54
perpajakan. dan dibulatkan menjadi 98 orang responden.
2. Kepatuhan Material Teknik pengambilan sampel yang digunakan
Kepatuhan material didefinisikan sebagai peneliti adalah accidendal sampling, yaitu
suatu keadaan dimana wajib pajak secara pengambilan sampel berdasarkan kebetulan.
substantive (hakekat) memenuhi semua
ketentuan material perpajakan, yakni HASIL DAN PEMBAHASAN
sesuai isi dan jiwa undang-undang Validitas dan Reliabilitas
perpajakan. Suatu instrumen dikatakan valid apabila r-
hitung ≥ r-tabel (r-tabel=0,3) dan instrument
dikatakan reliabel apabila memiliki nilai Alpha
HIPOTESIS
Cronbach lebih besar atau sama dengan 0,6
Variabel-variabel yang digunakan dalam (Ghozali, 2005:41-45). Berdasarkan hasil uji
penelitian ini adalah pengetahuan perpajakan, validitas dan reliabilitas diketahui bahwa semua
kualitas pelayanan fiskus, tarif pajak dan variabel valid dan reliabel.
kepatuhan wajib pajak. Berikut adalah Gambar Uji Asumsi Klasik
model hipotesis penelitian:
1. Uji Normalitas
Berdasarkan hasil uji normalitas diperoleh
Pengetahuan nilai signifikansi variabel X1 = 0,116, variabel X2 =
Perpajakan 0,422, variabel X3 = 0,077 dan variabel Y =0,230.
Nilai signifikansi masing-masing variabel > α
(0,05). Sehingga disimpulkan bahwa semua
Kualitas Kepatuhan variabel berdistribusi normal.
Pelayanan Wajib 2. Uji Multikolinearitas
Fiskus Pajak
Tabel 3. Hasil Uji Multikolinearitas
Collinearity Statistics
Variabel Kesimpulan
Tolerance VIF
Tarif Pajak
Pengetahuan 0,956 1,046 Non
Perpajakan Multikolinieritas
(X1)
Gambar 2. Model Hipotesis Kualitas 0,957 1,045 Non
Keterangan: Pelayanan Multikolinieritas
Pengaruh secara bersama-sama Fiskus (X2)
Pengaruh secara persial Tarif Pajak 0,993 1,007 Non
Rumusan Hipotesis (X3) Multikolinieritas

H1: Pengetahuan perpajakan, kualitas 3. Uji Heteroskedastisitas

pelayanan Fiskus dan tarif pajak secara


bersama-sama berpengaruh signifikan
terhadap kepatuhan wajib pajak
H2: Pengetahuan perpajakan, kualitas
pelayanan Fiskus dan tarif pajak secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap
Kepatuhan wajib pajak

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah explanatory research dengan Gambar 3. Scatter Plot

4
Berdasarkan Gambar 3, terlihat bahwa Adjusted R2 diperoleh sebesar 0,145 atau dengan
titik-titik menyebar secara acak/tidak teratur. tingkat persentase sebesar 14,50%. Artinya,
Penyebarannya terjadi baik di atas angka nol besarnya pengaruh pengetahuan perpajakan,
maupun di bawah angka nol dari sumbu X atau kualitas pelayanan Fiskus dan tarif pajak secara
sumbu Y. Dengan demikian, dapat disimpulkan bersama-sama terhadap kepatuhan wajib pajak
bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas dalam adalah sebesar 14,50 % sedangkan 85,50%
model regresi ini. dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
Analisis Regresi Linear Berganda diteliti.
Tabel 4. Hasil Analisis Regresi Linear 2. Uji F
Berganda Berdasarkan hasil uji F diperoleh Fhitung
Var. Var. B t hitung Sig. t
=6,466 dan p-value sebesar 0,001. Dengan
Terikat Bebas
demikian H0 ditolak yang berarti bahwa variabel
X1 0,235 3,692 0,000
pengetahuan perpajakan, kualitas pelayanan
Y X2 0,036 0,467 0,641
X3 -0,171 -2,349 0,021 Fiskus dan tarif pajak secara bersama-sama
Konstanta 17,235 5,136 0,000 berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan
R2 0,171 Sig. F 0,009 wajib pajak.
Adjusted R2 0,145 F hitung 6,466 3. Uji t
Berdasarkan Tabel 4, maka didapatkan a. Variabel Pengetahuan Perpajakan (X1)
persamaan regresi sebagai berikut: Berdasarkan hasil uji t variabel
Y = 17,235 + 0,235X1 + 0,036X2 – 0,171 X3 pengetahuan perpajakan diperoleh thitung=
Dari persamaan diatas dapat dijelaskan bahwa: 3,692 dan p-value sebesar 0,000. Dengan
1. Nilai koefisien regresi untuk variabel X1 demikian disimpulkan bahwa pengetahuan
adalah sebesar 0,235. Hal ini berarti bahwa perpajakan secara parsial berpengaruh
bertambahnya pengetahuan perpajakan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak
akan meingkatkan kepatuhan wajib pajak b. Variabel Kualitas Pelayanan Fiskus (X2)
dengan asumsi bahwa kualitas pelayanan Berdasarkan hasil uji t variabel kualitas
Fiskus dan tarif pajak adalah tetap atau pelayanan fiskus diperoleh thitung=0,467 dan
konstan. p-value sebesar 0,641. Dengan demikian
2. Nilai koefisien regresi untuk variabel X2 disimpulkan bahwa kualitas pelayanan
adalah sebesar 0,036. Hal ini berarti bahwa Fiskus secara parsial berpengaruh namun
peningkatan kualitas pelayanan Fiskus tidak signifikan terhadap kepatuhan wajib
akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak pajak.
dengan asumsi bahwa pengetahuan c. Variabel Tarif Pajak (X3)
perpajakan dan tarif pajak adalah tetap Berdasarkan hasil uji t variabel tarif pajak
atau konstan. diperoleh thitung= 2,349 bertanda negatif dan
3. Nilai koefisien untuk variabel X3 adalah p-value sebesar 0,021. Dengan demikian
sebesar 0,171 dan bertanda negatif. Hal ini disimpulkan bahwa tarif pajak secara
menunjukkan bahwa tarif pajak parsial berpengaruh signifikan terhadap
mempunyai hubungan yang berlawanan kepatuhan wajib pajak namun berpengaruh
dengan kepatuhan wajib pajak. Artinya, negatif.
kenaikan tarif pajak akan menurunkan Pembahasan Hasil Penelitian
kepatuhan wajib pajak dengan asumsi Berdasarkan hasil uji F diperoleh
bahwa pengetahuan perpajakan dan Fhitung=6,466 dan p-value sebesar 0,001. Dengan
kualitas pelayanan Fiskus adalah tetap atau demikian, disimpulkan bahwa pengetahuan
konstan. perpajakan, kualitas pelayanan Fiskus dan tarif
Pengujian Hipotesis pajak secara bersama-sama berpengaruh
1. Koefisien Determinasi signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.
Koefisien determinasi digunakan untuk Besarnya kontribusi pengaruh pengetahuan
melihat sejauh mana variabel bebas dapat perpajakan, kualitas pelayanan Fiskus dan tarif
menjelaskan variasi variabel terikat. Hasil pajak secara bersama-sama dapat dilihat pada
pengujian dapat dilihat pada Tabel 4. Nilai nilai Adjusted R2 yang diperoleh yaitu sebesar

5
0,145 atau 14,5%, sedangkan sisanya yaitu memberikan pengaruh yang sangat kecil
sebesar 85,5% dipengaruhi oleh variabel lain terhadap kepatuhan wajib pajak.
yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
1. Pengaruh Pengetahuan Perpajakan (X 1) penelitian yang dillakukan oleh Rajif (2012)
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Y) yang menyatakan bahwa kualitas pelayanan
Berdasarkan hasil uji t variabel secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
pengetahuan perpajakan diperoleh thitung=3,692 kepatuhan wajib pajak dengan thitung=3,622 dan
dan p-value sebesar 0,000. Dengan demikian, p-value sebesar 0,001. Namun, penelitian ini
disimpulkan bahwa pengetahuan perpajakan sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Winerungan (2013) yang menyatakan bahwa
kepatuhan wajib pajak. Hasil penelitian ini kualitas pelayanan fiskus berpengaruh tidak
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak
Rahmatika (2010), yang menyatakan bahwa dengan thitung=0920 dan p-value sebesar 0,362.
pengetahuan wajib pajak berpengaruh terhadap Berdasarkan hasil jawaban responden, kualitas
kepatuhan wajib pajak dengan nilai thitung=2,436 pelayanan di KPP Pratama Malang Utara sudah
dan p-value sebesar 0,019. Tingginya tingkat baik dan telah memenuhi standar layanan prima
pengetahuan perpajakan wajib pajak mengenai yang ditetapkan oleh DJP. Namun demikian,
tata cara memenuhi kewajiban perpajakan dan wajib pajak masih belum disiplin dalam hal
fungsi serta peranan pajak akan meningkatkan pelaporan kewajiban perpajakan. Hal ini juga
kepatuhan wajib pajak. Hal ini sesuai dengan ditegaskan oleh kepala KPP Pratama Malang
teori yang dinyatakan oleh Nurmantu (2005 : 32) Utara bahwa 38% wajib pajak masih tidak tepat
bahwa semakin tinggi tingkat waktu melapor Surat Pemberitahuan Pajak atau
pendidikan/pengetahuan wajib pajak, maka SPT (Harian Kompas, 2014:39). Sehingga hal
semakin mudah pula bagi mereka untuk yang dilakukan KPP Pratama Malang Utara
memahami peraturan perpajakan dan semakin untuk mengatasi masalah tersebut adalah
mudah pula wajib pajak memenuhi kewajiban dengan melakukan sosialisasi rutin menjelang
perpajakannya. waktu pelaporan SPT yaitu bulan Maret sampai
Pengetahuan perpajakan sangat penting dengan April.
dimiliki oleh wajib pajak. Hal tersebut sesuai 3. Pengaruh Tarif Pajak (X3) Terhadap
dengan sistem yang berlaku di Indonesia yaitu Kepatuhan Wajib Pajak (Y)
self assessment system yang mewajibkan wajib Berdasarkan hasil uji t variabel tarif pajak
pajak mengetahui segala alur pemenuhan diperoleh thitung=2,349 bertanda negatif dan p-
kewajiban perpajakannya mulai dari tahap awal value sebesar 0,021. Dengan demikian,
yaitu menghitung, memperhitungkan sampai disimpulkan bahwa tarif pajak secara parsial
dengan melapor kewajiban perpajakannya. berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan
Tujuan yang diharapkan dari pelaksanaan wajib pajak, namun mempunyai pengaruh
sistem ini adalah kesadaran wajib pajak, negatif. Hal ini berarti adanya kenaikan tarif
kejujuran wajib pajak, hasrat untuk membayar akan menurukan tingkat kepatuhan wajib pajak.
pajak atau tax mindness wajib pajak dan tax Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
decipline wajib pajak dalam melaksanakan penelitian yang dilakukan Ningtyas (2012) yang
aturan perundang-undangan perpajakan menyatakan bahwa tarif pajak secara parsial
(Rahayu,2010:16). berpengaruh positif dan signifikan terhadap
2. Pengaruh Kualitas Pelayanan Fiskus (X2) kepatuhan wajib pajak dengan nilai thitung= 2,336
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Y) dan p-value=0,000. Hasil penelitian Ningtyas
Berdasarkan hasil uji t variabel kualitas (2012) menunjukkan bahwa wajib pajak yang
pelayanan diperoleh thitung=0,467 dan p-value terkena tarif pajak yang tinggi adalah wajib
sebesar 0,641. Dengan demikian, disimpulkan pajak yang memiliki tingkat kepatuhan yang
bahwa kualitas pelayanan Fiskus secara parsial lebih tinggi. Tarif pajak yang dimaksud dalam
berpengaruh namun tidak signifikan terhadap penelitian Ningtyas (2012) adalah tarif pajak
kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan hasil progresif yang diatur dalam Pasal 17 UU PPh,
penelitian, kualitas pelayanan fiskus sedangkan dalam penelitian ini, tarif yang

6
dimaksud adalah tarif PPh final yang diatur Saran
dalam PP Nomor 46 Tahun 2013 yaitu pajak 1. Bagi wajib pajak UMKM
penghasilan atas penghasilan yang diterima Berdasarkan hasil penelitian, saran yang
atau diperoleh wajib pajak yang memiliki diberikan kepada wajib pajak yaitu untuk
peredaran bruto tertentu dengan batasan terus meningkatkan kedisiplinan dan
maksimal omset sebesar 4,8 Miliar yang dalam kepatuhan serta terus mendukung
penelitian ini adalah wajib pajak UMKM. Tarif pemerintah untuk meningkatkan
yang ditentukan adalah sebesar 1% dari penerimaan Negara sektor perpajakan
peredaran usaha, dan tidak didasari dengan melalui partisipasi aktif membayar pajak
penghasilan bersih yang diperoleh. Berdasarkan dan meningkatkan pengetahuan dibidang
jawaban responden, tarif tersebut masih belum perpajakan terutama pengetahuan
adil terutama bagi wajib pajak yang memiliki mengenai cara pengisian SPT dengan
omset kecil (wajib pajak sektor usaha mikro). mengikuti kelas pajak yang secara rutin
Wajib pajak merasa bahwa tarif final sebesar 1% diadakan di KPP Pratama Malang Utara.
dari omset masih terlalu tinggi dan Selain itu, wajib pajak diharapkan jujur
memberatkan wajib pajak. dalam hal pelaporan jumlah peredaran
usaha sesuai dengan kondisi yang
KESIMPULAN DAN SARAN sebenarnya karena telah diberikan
Kesimpulan kepercayaan penuh untuk menentukan
1. Berdasarkan hasil uji F diperoleh Fhitung jumlah peredaran usaha. Hal ini diperlukan
=6,466 dan p-value sebesar 0,001. Dengan karena pajak merupakan sumber
demikian H0 ditolak yang berarti bahwa penerimaan Negara yang terbesar yang
variabel pengetahuan perpajakan, kualitas digunakan untuk pembangunan bangsa
pelayanan Fiskus dan tarif pajak secara dan Negara.
bersama-sama berpengaruh signifikan 2. Bagi KPP Pratama Malang Utara
terhadap kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan hasil penelitian, saran yang
2. Berdasarkan hasil Uji t (Uji parsial) diberikan kepada KPP Pratama Malang
diketahui bahwa: Utara yaitu untuk terus meningkatkan
a. Hasil uji t variabel pengetahuan kualitas pelayanan karena kualitas layanan
perpajakan diperoleh thitung= 3,692 dan p- dapat memberikan pengaruh yang positif
value sebesar 0,000. Dengan demikian terhadap kepatuhan wajib pajak walaupun
disimpulkan bahwa pengetahuan pengaruh yang diberikan tidak signifikan
perpajakan secara parsial berpengaruh atau sangat kecil seperti harus lebih peduli
signifikan terhadap kepatuhan wajib dengan permasalah wajib pajak dan harus
pajak mampu melayani setiap permasalahan
b. Hasil uji t variabel kualitas pelayanan yang dialami oleh wajib pajak. Selain itu,
fiskus diperoleh thitung=0,467 dan p-value KPP Pratama Malang Utara diharapkan
sebesar 0,641. Dengan demikian terus melakukan sosialisasi mengenai batas
disimpulkan bahwa kualitas pelayanan waktu penyampaian SPT baik secara
Fiskus secara parsial berpengaruh langsung maupun tidak langsung melalui
namun tidak signifikan terhadap media cetak maupun elektronik, seperti Tv,
kepatuhan wajib pajak. radio, brusur, leaflet, koran, dan
c. Hasil uji t variabel tarif pajak diperoleh sebagainya.
thitung= 2,349 bertanda negatif dan p- 3. Bagi Pemerintah dan Direktorat Jenderal
value sebesar 0,021. Dengan demikian Pajak (DJP)
disimpulkan bahwa tarif pajak secara Berdasarkan hasil penelitian, saran yang
parsial berpengaruh signifikan terhadap diberikan kepada DJP sebagai institusi
kepatuhan wajib pajak namun yang mempunyai kewenangan dalam
berpengaruh negatif. mengurus perpajakan untuk terus
menetapkan standar kualitas layanan yang
baik dan memberikan reward kepada KPP

7
Pratama yang terbaik dalam memberikan Jatmiko, Agus Nugroho. 2006 “Pengaruh Sikap
layanan kepada wajib pajak agar KPP Wajib Pajak Pada Pelaksanaan Sanksi
Pratama dapat terus meningkatkan kualitas Denda, Pelayanan Fiskus dan
Kesadaran Perpajakan Terhadap
pelayanan. Kemudian, saran untuk
Kepatuhan Wajib Pajak”. Tesis
Pemerintah sebagai pembuat
Universitas Diponegoro, Semarang.
peraturan/kebijakan adalah dalam hal
Judissseno, Rimsky K. 2005. Pajak dan Strategi
pembuatan paraturan khusunya mengenai
Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka
tarif pajak harus mempertimbangkan asas- Utama
asas pemungutan pajak terutama asas
Muliari, Ni Ketut dan Putu Ery Setiawan. 2011.
keadilan seperti memperhatikan juga Pengaruh Persepsi tentang Sanksi
tingkat peredaran usaha/penghasilan yang Perpajakan dan Kesadaran Wajib Pajak
diterima oleh Wajib pajak. Sehingga tarif pada Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak
akan dinilai adil apabila tarif yang Orang Pribadi di Kantor Pelayanan
ditetapkan sesuai dengan penghasilan yang Pajak Pratama Denpasar Timur. Jurnal
Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, 6 (1) : 1-23
diterima oleh wajib pajak, misalkan dengan
menetapkan tarif pajak final namun Ningtyas, Risa Permata D. 2012. ”Pengaruh
Pemahaman Perpajakan, Tarif Pajak,
progresif.
Sanksi, serta Pelayanan Pembayaran
4. Bagi Peneliti Selanjutya Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Bagi peneliti yang akan melakukan UMKM Di Kota Malang”. Skripsi
penelitian dengan topik yang sama, Universitas Brawijaya, Malang.
hendaknya perlu dilakukan pengkajian Nurmantu, Safri. 2005. Pengantar Perpajakan Ed.3.
yang lebih tentang faktor-faktor yang Jakarta: Granit
mempengaruhi kepatuhan wajib pajak Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013
khususnya wajib pajak sektor UMKM tentang Pajak Penghasilan atas
dengan mempertimbangkan variabel- Penghasilan dari Usaha yang Diterima
variabel yang tidak digunakan dalam atau Diperoleh Wajib Pajak yang
Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.
penelitian ini, karena faktor yang
mempengaruhi kepatuhan wajib pajak Rahmatika, Mufti. 2010. “Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kesadaran Kewajiban
UMKM dalam penelitian ini hanya 14.50%
Perpajakan pada Sektor Usaha Kecil dan
sedangkan 85,50% dipengaruhi oleh faktor
Menengah (UKM) yang berada di
lain yang tidak diteliti. Selain itu penelitian Wilayah Jakarta Timur”. Skripsi,
juga diharapkan dilakukan di KPP lain. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Rahayu, Siti Kurnia. 2010. Perpajakan Indonesia-
Anonim. 2013. “Strategi Meningkatkan Kepatuhan
Konsep dan Aspek Formal. Yogyakarta:
Wajib Pajak”, diakses pada tanggal 30
Graha Ilmu
Oktober 2013 dari
http://www.pajak.go.id Rajif, Muhammad. 2012. “Pengaruh
Pemahaman, Kualitas Pelayanan, dan
Albari. 2009. Pengaruh kualitas Layanan
Ketegasan Sanksi Perpajakan Terhadap
Terhadap Kepatuhan Membayar Pajak.
Kepatuhan Pajak Pengusaha UKM di
Jurnal Siasat Bisnis, 13 (1) : 1-13
Daerah Cirebon. Skripsi, Universitas
Darrusalam. 2010. “Peningkatan Kepatuhan Wajib Gunadarma, Depok.
Pajak Melalui Komite Pengawasan
Simanjuntak, Timbul Hamonangan dan Imam
Perpajakan”, diakses pada tanggal 4
Mukhlis. 2012. Dimensi Ekonomi
Oktober 2013 dari http://www.ortax.org
Perpajakan dalam Pembangunan Ekonomi.
Daud, Amaidyo. 2013. “Hanya 20 Juta UKM yang Jakarta: Raih Asah Sukses (Penebar
Patuh Bayar Pajak”, diakses pada tanggal Swadaya Grup)
5 Desember 2013 dari
Soemitro, Rochmat. 2004. Asas dan Dasar
http://www.sindonews.com
Perpajakan I. Bandung: Refika Aditama
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis
Waluyo, dan Wirawan B.Ilyas. 2007. Perpajakan
Multivariate dengan Program SPSS.
Indonesia (Pembahasan Sesuai dengan
Semarang: Universitas Diponegoro.
Ketentuan Pelaksanaan Perundang-

8
undangan Perpajakan Terbaru). Jakarta :
Salemba Empat
Widodo, Widi. 2010. Moralitas Budaya dan
Kepatuhan Pajak. Bandung: CV.Alfabeta
Winerungan, Lidya Oktaviane. 2013. Sosialisasi
Perpajakan, Pelayanan Fiskus dan
Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan
WPOP di KPP Pratama Manado dan
KPP Pratama Bitung, Jurnal EMBA, I (3)
: 960-970
Zain, Mohammad. 2003. Manajemen Perpajakan.
Jakarta: Salemba Empat.

9
10

Вам также может понравиться