Вы находитесь на странице: 1из 12

JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 1, No.

2, Januari 2017
E-ISSN 2527-7057, P-ISSN 2545-2683

MENCIPTAKAN GENERASI YANG BERWAWASAN GLOBAL


BERKARAKTER LOKAL MELALUI HARMONISASI NILAI KOSMOPOLITAN
DAN NASIONALISME DALAM PEMBELAJARAN PKN

Dodik Kariadi
STKIP Singkawang
dodik_kariadi@yahoo.com

ABSTRACT
This article is the result of a study on the harmonization of cosmopolitan value and
nationalism in teaching civics as well as how these two ideas could create educational
output that has global knowledge but do not forget a good personality or character that
has been planted since the beginning. The study was motivated by the severe problems of
the national consciousness (national consciousness) young people today who need serious
revamping. In the era of globalization, the Indonesian people are faced with two major
forces that are in tandem with globalization cosmopolitanism and nationalism with a
marked weakening of the emergence of ideas of regionalism, broad autonomy, separatism
and racial conflicts. Based on this, the study of how the process of harmonization of
cosmopolitan values and nationalism in teaching civics and how the ideas can be a way
for the creation of a sound education global output but remain local in character. Despite
the fact that conceptually there is a contradiction between the cosmopolitan values of
nationalism, both are at the poles of attraction, where the value of cosmopolitan pulled
into the global sphere, while the value of nationalism pulled into the exclusive domain. In
such a situation Civics learning is expected to be a bridge to harmonize both values.
Value cosmopolitan and nationalism became the crucial factor in developing a global
perspective but does not eliminate local character when done through learning Civics
quality, quality and meaningful.
Keywords: Cosmopolitan, Nationalism

A. PENDAHULUAN seringkali dikaitkan dengan pertumbuhan


Kosmopolitanisme bila disandingkan interkoneksitas dari keseluruhan dunia
dengan nasionalisme, posisinya hingga yang melewati batas nasional maupun
kini masih menuai perdebatan. batas lainnya (Calhoun, 2008: 428). Ulrich
Kosmopolitanisme berfokus pada dunia Beck (2006: 136) dalam artikel Craig
sebagai sebuah keseluruhan daripada Calhoun mengatakan bahwa terdapat dua
sebuah lokalitas atau kelompok tertentu di proses yang saling berhubungan.
dalamnya (Calhoun, 2008: 428). Pertumbuhan interkoneksitas dianggap
Kosmopolitanisme juga merujuk pada Beck sebagai “kosmopolitanisasi”.
penghargaan terhadap perbedaan dalam Sedangkan kosmopolitanisme lebih kepada
lokalitas negara. Dalam bentuk kata benda, bagaimana menyikapi kosmopolitanisasi
kosmopolitanisme sering diidentikkan sebagai sumber tanggung jawab moral
dengan perbedaan aktual dari kota atau bagi semua orang.
negara secara spesifik. Kota-kota di dunia Secara normatif, interkoneksitas dan
yang sering disebut-sebut sebagai kota perbedaan dalam dunia berimplikasi
terkosmopolit adalah Paris, London, dan memuaskan bagi semua orang. Namun,
New York. Gelar kota kosmopolitan pertumbuhan koneksi global malah
diberikan berdasarkan beberapa kriteria, menimbulkan kekhawatiran tersendiri
antara lain dari segi kekuatan political daripada apresiasi terhadap perbedaan atau
power, peran media yang masif, ekonomi perasaan tanggung jawab etis kepada
dan finansial yang kuat, basis atau kutub orang asing yang berada di luar sana
sains yang maju, dan memiliki pusat (Calhoun, 2008: 429). Globalisasi dapat
kesenian yang besar. Kosmopolitanisme mengarahkan kepada pembaruan

23
JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 1, No. 2, Januari 2017
E-ISSN 2527-7057, P-ISSN 2545-2683

nasionalisme atau memperkuat batas-batas. terhadap pemerintah yang


Dengan kata lain, adanya fenomena menyalahgunakan kepercayaan rakyat
globalisasi malah memperkuat atau (Wicaksana, 2013). Sehingga dapat
memunculkan nasionalisme, sebagaimana diketahui bahwa nasionalisme
yang terjadi pasca serangan 9/11. Beck menganggap bahwa kosmopolitanisme
juga mengatakan bahwa kosmopolitanisme merupakan ancaman yang cukup besar
merupakan perspektif dimana masyarakat baginya.
global saling berkooperasi demi Dari pemaparan di atas, nasionalisme
menangani isu-isu bersama, misalnya isu dan kosmopolitanisme memang terlihat
degradasi lingkungan, yang akan membuat inkompatibel satu sama lain sehingga
masyarakat bersama-sama masuk menjadi sukar untuk membuat mereka saling
“community of fate” (Calhoun, 2008: 429). berjalan beriringan. Namun, kondisi tidak
Kosmopolitanisme memandang selalu berjalan demikian. Ada kondisi
nasionalisme bukan sebagai gerakan tertentu yang membuat mereka bisa saling
perlawanan terhadapnya, tetapi merupakan melengkapi bahkan kompatibel.
sebuah revisi dari ideologi lokal yang Kosmopolitanisme pada dasarnya memberi
membuat masyarakat yang awalnya ruang penting pada peran individu dalam
parokial menjadi inklusif (Wicaksana, membentuk komunitas. Dengan adanya
2013: 13).Nasionalisme bukanlah gerakan kosmopolitan pada globalisasi akan
yang berbahaya, karena nasionalisme menciptakan relasi-relasi sosial,
dipandang sebagai sebuah gerakan kosmopolitanisme menegaskan bahwa
progresif yang dinamis, dimana perbedaan kultur individu, kelompok dan
nasionalisme sendiri pada suatu waktu bangsa, dan dialog antar kelompok
akan berkembang menjadi tersebut, sebagai batu pijakan dalam
kosmopolitanisme dan meninggalkan nilai- membangun tatanan komunitas global.
nilai nasionalismenya. Tahap dinamis ini Dalam globalisasi, posisi nasionalisme
bisa dilihat dari banyaknya diskursus bisa dikatakan semakin kuat, karena
mengenai multikulturalisme di sejumlah timbulnya globalisasi dapat mendorong
negara (Wicaksana, 2013). individu untuk semakin meningkatkan rasa
Multikulturalisme (salad bowl) sendiri nasionalismenya.
dapat diartikan seperti ini, yakni meskipun
bergabung menjadi sart, tapi identitas B. Metode Penelitian
masing-masing orang dalam komunitas 1 Pendekatan Penelitian
tersebut tetap ada dan bentuk aslinya Dalam penelitian ini, penulis
masih dipertahankan. Dapat diketahui menggunakan metode penelitian
disini bahwa kosmopolitanisme deskriptif kualitatif-kritis. Proses
memandang nasionalisme bukan sebagai penelitian dimulai dengan menyusun
gerakan yang mengancam. asumsi dasar dan aturan berpikir yang
Sedangkan dalam memandang akan digunakan dalam penelitian.
kosmopolitanisme, nasionalisme Asumsi dan aturan berpikir tersebut
menganggap bahwa pemikiran ini sangat selanjutnya diterapkan secara
berbahaya bagi eksistensinya. Terdapat sistematis dalam pengumpulan dan
tiga tantangan dan kendala yang dihadapi pengolahan data untuk memberikan
nasionalisme terkait dengan adanya penjelasan dan argumentasi berupa
kosmopolitanisme. Pertama, diskursus dan pengumpulan dan penyusunan data,
wacana mengenai universalisme yang serta analisis dan penafsiran data
diusung kosmopolitanisme dianggap tersebut untuk menjelaskan fenomena
penetratif dan sebagai upaya imperialisme. dengan aturan berpikir ilmiah yang
Kedua, komersialisasi dan ekonomisasi diterapkan secara sistematis tanpa
yang dianggap dapat memudarkan menggunakan model kuantitatif atau
nasionalisme akibat adanya tuntutan normatif dengan mengadakan
ekonomi. Ketiga, etnonasionalisme yang klasifikasi, penilaian standar norma,
muncul akibat retaknya sense of belonging hubungan dan kedudukan suatu unsur
yang disebabkan karena ketidakpuasan dengan unsur lain.

24
JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 1, No. 2, Januari 2017
E-ISSN 2527-7057, P-ISSN 2545-2683

Dalam penjelasannya lebih dalam hal ini adalah buku-buku yang


menekankan pada kekuatan analisis berkaitan dengan konsepsi dan urgensi
data pada sumber-sumber data yang pelaksanaan mata pelajaran pendidikan
ada. Sumber-sumber tersebut di agama Islam dalam pembelajaran
peroleh dari berbagai buku dan tulisan- tematik yang tentunya merupakan
tulisan lainnya dengan mengandalkan komponen dasar dalam penelitian ini
teori-teori yang ada untuk 4 Teknik dan Pengumpulan Data
diinterpretasikan secara jelas dan Teknik pengumpulan data
mendalam untuk menghasilkan tesis dengan dokumentasi, mengidentifikasi
dan anti tesis (Soejono, 1999: 25). wacana dari buku-buku, makalah atau
Studi ini mendasarkan kepada artikel, majalah, jurnal, koran,
studi kepustakaan (library research). web(internet), ataupun informasi
Library research adalah serangkaian lainnya yang berhubungan dengan
kegiatan yang berkenaan dengan judul penulisan untuk mencari hal-hal
metode pengumpulan data pustaka, atau variabel yang berupa catatan,
membaca dan mencatat serta transkip, buku, dan sebagainya yang
mengolah bahan penelitiannya. Ia mempunyai keterkaitan dengan kajian
merupakan suatu penelitian yang tentang harmonisasi nilai
memanfaatkan sumber perpustakaan kosmopolitan & nasionalisme melalui
untuk memperoleh data penelitiannya PKn untuk pendidikan berwawasan
(Mustika Zed, 2004: 2-4). global berkarakter lokal. Sebagaimana
Dalam penelitian ini, penulis yang diungkapkan oleh Suharsimi
menggunakan penelitian deskriptif- Arikunto, metode dokumentasi adalah
kritis dengan lebih menekankan pada mencari suatu data mengenai suatu hal
kekuatan analisis sumber-sumber dan atau variabel yang berupa catatan,
data-data yang ada dengan transkip, buku, surat kabar, majalah,
mengandalkan teori-teori dan konsep- prasasti-prasasti, notulen rapat, agenda
konsep yang ada untuk dan sebagainya (Arikunto, 2002: 83).
diinterpretasikan berdasarkan tulisan- Hal ini dilakukan dengan analisis
tulisan yang mengarah kepada wacana (discourse analysis) supaya
pembahasan. Sumber-sumber tersebut tidak tumpang tindih dalam melakukan
di dapat dari karya yang di tulis oleh analisa.
intelektual dan ahli yang berkompeten 5 Teknik Analisis Data
tentang pendidikan yang terdapat Dalam penelitian ini, setelah
dalam daftar pustaka. data terkumpul maka data tersebut
2 Data yang Diperlukan dianalisis untuk mendapatkan
Data yang diperlukan dalam konklusi, bentuk-bentuk dalam teknik
penulisan skripsi ini bersifat kualitatif analisis deskriptif. Analisis deskriftif
tekstual dengan menggunakan pijakan yaitu usaha untuk mengumpulkan dan
terhadap statement dan proporsi- menyusun suatu data, kemudian
proporsi ilmiah yang dikemukakan dilakukan analisis terhadap data
oleh para pakar pendidikan dan tersebut (Winarno, 1990: 139).
psikologi yang erat kaitannya dengan Pendapat analisis data deskriptif
pembahasan. tersebut adalah data yang kumpulkan
3 Sumber Data berupa kata-kata dan gambar bukan
Dalam penulisan karya ilmiah dalam bentuk angka-angka, hal ini
ini, penulis menggunakan personal disebabkan oleh adanya penerapan
dokument sebagai sumber data metode kualitatif. Selain itu, semua
penelitian ini, yaitu dokumen pribadi yang dikumpulkan kemungkinan
yang berupa bahan-bahan tempat menjadi kunci terhadap apa yang
orang yang mengucapkan dengan kata- sudah diteliti (Moleong, 2002: 16).
kata mereka sendiri (Furqan, 1992: Dengan demikian, laporan penelitian
23). Personal Document sebagai akan berisi kutipan-kutipan data untuk
sumber dasar atau data primernya,

25
JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 1, No. 2, Januari 2017
E-ISSN 2527-7057, P-ISSN 2545-2683

memberi gambaran penyajian laporan serta skenario yang sudah jalankan sehinga
tersebut. apa tujuan utama yang tertera pada judul
Kajian ini di samping itu dengan makalah dapat tercapai. Dibawah ini akan
cara analisis isi dapat dibandingkan dijelaskan deskripsi data terkait dengan
antara satu buku dengan buku yang judul makalah ini.
laindalam bidang yang sama, baik 1. Kosmopolitanisme Indonesia dan
berdasarkan perbedaan waktu pendidikan berwawasan global
penulisannya maupun mengenai Secara etimologi kosmopolitan
kemampuan buku-buku tersebut dalam berasal dari kata kosmos yang berarti
mencapai sasaran sebagai bahan yang jagat raya, sedangkan kosmopolitan itu
disajikan kepada masyarakat atau sendiri merupakan penduduknya dari
sekelompok masyarakat tertentu. berbagai penjuru; yang memiliki
Kemudian data kualitatif tekstual yang wawasan atau pengetahuan yang luas.
diperoleh dikatagorikan dengan Dalam hubungan internasional,
memilah data tersebut. Sebagai syarat pemikiran politik yang berdasarkan
yang dikemukakan oleh Noeng konsep negara-bangsa begitu
Muhajir tentang Content Analysis mendominasi. Hal ini tidak salah
yaitu, objektif, sistematis, dan general karena memang negara-bangsa adalah
(Muhaji, 1906: 69). entitas politik yang masih bertahan
Metode Pembahasan Untuk lama hingga kini. Namun institusi
mempermudah dalam penulisan ini, negara yang diharapkan bisa
maka sangat diperlukan untuk melindungi warga negaranya, pada
menggunakan pendekatan-pendekatan dasarnya tidak menempatkan manusia
yaitu: 1) Metode induktif adalah sebagai nilai tertinggi. Pengejaran
berangkat dari fakta-fakta atau kepentingan nasional diutamakan,
peristiwa-peristiwa khusus dan sementara hak individu seringkali
kongkrit, kemudian digeneralisasikan terabaikan. Dalam hal ini, pemikiran
menjadi kesimpulan yang bersifat kosmopolitanisme mencoba untuk
umum. 2) Metode deduktif adalah memberikan pandangannya mengenai
metode yang berangkat dari manusia sebagai tujuan, bukan alat.
pengetahuan yang bersifat umum itu Demikian juga dengan bangsa
hendak menilai sesuatu kejadian yang Indonesia pada era globalisasi ini
sifatnya khusus. 3) Metode komparasi dihadapkan pada kekuatan utama yang
adalah meneliti faktor-faktor tertentu dapat menghimpit semangat
yang berhubungan dengan situasi atau nasionalisme, yakni nilai kosmopolitan
fenomena yang diselidiki dan yang beriringan dengan globalisasi.
membandingkan satu faktor dengan Held (1999) & Giddens (2004)
yang lain, dan penyelidikan bersifat memiliki kesamaan pemikiran
komparatif (Winarno, 1990: 139). mengenai globalisasi, khususnya untuk
Held, dikaitkan dengan ikhwal
C. PEMBAHASAN kosmopolitansime, yakni mereka
Sebelum lebih jauh dalam memahami mengajukan gagasan atas “globalisasi”
bagaimana harmonisasi kosmopolitan & yang memiliki kecenderungan
nasionalisme untuk membangun “negatif”, seperti mendorong
pendidikan berwawasan gelobal berjiwa konsumerisme, homogenisasi tertentu
lokal, maka terlebih dahulu kita akan yang membawa efek negatif pada
masuk ke hal-hal pokok yang tekait identitas lokal, menguatkan neo-
dengan hal ini. Setelah memahami konsep liberalisme dsb. Hal tersebut
dasar dari pokok permasalahannya maka disebabkan globalisasi akan dapat
hal utama yang terkait dengan judul mengancam budaya bangsa sehingga
makalah ini. Diantara hal-hal pokok budaya kosmopolitan yang dihasilkan
tersebut adalah konsep dasar dari oleh globalisasi akan muncul dan
kosmopolitan, Nasionalisme, pendidikan dapat mematikan budaya nasional atas
kewarganegaraan dan wawasan global suatu bangsa (Tilaar, 2002: 4) dan

26
JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 1, No. 2, Januari 2017
E-ISSN 2527-7057, P-ISSN 2545-2683

dapat mempersempit ruang gerak perbedaan pada manusia dianggap


(Kalidjernih, 2009: 29) Sementara itu, sebagai inti dalam menciptakan
“globalisasi positif” yang kehidupan dunia yang damai.
diasosiasikan dengan cita-cita nilai Sebagaimana yang telah dicita-
kosmopolitan, seperti kesadaran dan citakan dalam UU SISDIKNAS
upaya-kerja sama dalam skala global “Pendidikan adalah usaha sadar dan
dalam mengatasi pelbagai masalah terencana untuk mewujudkan suasana
lokal dan nasional, dibangun pelbagai belajar dan proses pembelajaran agar
badan dunia untuk kemaslahatan umat peserta didik secara aktif
manusia yang tidak mungkin diatasi mengembangkan potensi dirinya untuk
oleh sebuah negara secara individu, memiliki kekuatan spiritual
tetapi perlu merangkul negara-negara keagamaan, pengendalian diri,
lain. Contoh lain yang berkenaan kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
dengan nilai kosmopolitan adalah serta keterampilan yang diperlukan
degradasi ekologi, seperti ikhwal dirinya, masyarakat, bangsa dan
karbon sebagai akibat pembabatan negara”. “Pendidikan nasional adalah
hutan dan kebakaran lahan. Uni Eropa pendidikan yang berdasarkan
menyokong dana, pakar dan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
pengetahuan dalam mengatasi masalah Negara Republik Indonesia Tahun
ini. Sementara itu, beberapa negara 1945 yang berakar pada nilai-nilai
lain, seperti Indonesia, terlibat agama, kebudayaan nasional Indonesia
meminimalkan degradasi tersebut. dan tanggap terhadap tuntutan
Kerangka untuk membangun perubahan zaman”.
budaya kosmopolitan dalam dunia Sejalan dengan dunia yang
pendidikan yang berdasarkan PKn semakin menglobal (globalizing
maka dalam proses pelaksanaan world) dalam tradisi ilmu sosial nilai
pendidikan harus menghilangkan kosmopolitan dianggap sebagai oposisi
batasan etnis, suku, ras, serta dari nasionalisme (Kalidjernih, 2009,
penanaman nilai-nilai yang tertuang hlm. 1). Atau dengan kata lain,
dalam PKn dalam rangka memperoleh nasionalisme secara ideologinya
output yang memiliki wawasan yang adalah anti kosmopolitanisme (Jaafar,
luas sehingga menghasilkan suatu 2009: 18-20). Selain itu,
budaya kosmopolitan dalam tatanan kosmopolitanisme sebagai suatu etika
dunia global seperti halnya sekarang politik ideal muncul sebagai suatu
ini. proyek kenegaraan dalam bentuk baru
Dialog dalam masyarakat dunia yang terbentuk dengan melampaui
yang kompleks. Kosmopolitanisme batas-batas sebuah negara dan
pada dasarnya memberi ruang penting pemerintahan transnasional seperti
pada peran individu dalam membentuk halnya kemunculan dari satu hukum
komunitas. Dengan dampak masyarakat global yang kokoh
globalisasi pada relasi-relasi sosial, (Nowicka dan Rovisco, 2009: 1-5).
kosmopolitanisme menegaskan bahwa Sehingga nasionalisme dan
perbedaan kultur individu, kelompok kosmopolitan dapat dipahami sebagai
dan bangsa, dan dialog antar kelompok dua sisi yang saling berkaitan. Apabila
tersebut, sebagai batu pijakan dalam nasionalisme menyangkut paham
membangun tatanan komunitas global. kebangsaan berupa kesetiaan warga
Secara umum kosmopolitanisme negara terhadap negaranya, maka
merupakan harapan ideal tentang kosmopolitan sebaliknya merujuk
warga dunia tanpa perbatasan, kepada kondisi bahwa seseorang
Pandangan lintas kultural dalam merasa adalah bagian keseluruhan
kosmopolitan ini memberi arti akan secara global sehingga seringkali
pentingnya dialog dalam sebuah hilang identitasnya sebagai warga
komunitas dengan landasan saling negara suatu bangsa (Mardawani,
mengakui dan menghargai, dimana 2011, hlm. 56).

27
JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 1, No. 2, Januari 2017
E-ISSN 2527-7057, P-ISSN 2545-2683

Dengan demikian, diserahkan pada negara kebangsaan.


kosmopolitanisme sering dilabelkan Taniredja (2013: 185) menyebutkan
pada individu yang bergerak secara bahwa “Perasaan mendalam akan
fisik dan berada di luar asal mereka suatu ikatan yang erat dengan tanah
serta menghadirkan suatu jenis budaya tumpah darahnya. Dan nasionalisme
spesifik, atau orang-orang yang sudah tersebut semakin lama semakin kuat
belajar dan merasa nyaman dalam peranannya dalam membentuk semua
seting budaya yang beragam (Mau, S, segi kehidupan, baik yang bersifat
Mewes, J & Zimmermann, 2008: 4). umum maupun yang bersifat pribadi.”
Dalam pengertian lain, nilai Hertz (Taniredja, 2013: 199)
kosmopolitan merujuk kepada suatu menyebutkan bahwa, Nasionalisme
paham atau gagasan bahwa semua adalah suatu ideologi yang meletakan
manusia, tanpa memandang latar bangsa dipusat masalahnya dan
belakangnya adalah anggota dari berupaya mempertinggi keberadannya
sebuah komunitas (Kalidjernih, 2009, untuk mencapai dan mempertahankan
hlm. 4). Maksudnya, nilai otonomi, kesatuan, dan identitas
kosmopolitan mengarahkan kepada bangsa. Sebagai ideologi, nasionalisme
suatu kehidupan yang “tanpa-batas” dapat memainkan tiga fungsi yaitu
(borderless) yang erat kaitannya mengikat semua kelas, menyatukan
dengan globalisasi sehingga nilai mentalitas, dan membangun atau
kosmopolitan dapat juga dianggap memperkokoh pengaruh terhadap
sebagai ideologi yang menganggap kebijakan yang ada dalam kursi utama
semua kelompok etnis manusia milik ideologi nasional.
sebuah komunitas tunggal berdasarkan Taniredja (2013: 186)
pada moralitas bersama. menyebutkan bahwa “Atas dasar tiga
Pada tingkatan umum, nilai konsep bangsa, negara, dan negara
kosmopolitan dapat diuraikan sebagai bangsa maka yang dimaksud dengan
suatu orientasi dan suatu kesediaan nasionalisme adalah sentimen yang
untuk terlibat dan berinteraksi dengan menganggap diri sebagai bagian
pihak lain (Mau, S, Mewes, J and seperangkat simbol, kepercayaan dan
Zimmermann, 2008: 3). Hal tersebut pandangan hidup dan yang memiliki
memerlukan suatu keterbukaan yang kemauan untuk menentukan nasib atau
estetis dan intelektual ke arah takdir politik (political destiny)
pengalaman budaya yang berbeda, bersama.” Nasionalisme adalah
suatu pencarian keragaman budaya keinginan untuk hidup bersama demi
bukannya keseragaman (Held, 1996: mempertahankan kesatuan, persatuan
103). Bagaimanapun juga, pemahaman dan identitas bangsa.
konsep tersebut dapat diterapkan Selanjutnya menurut Ernest
dengan maksud sangat berbeda dan Renan, dalam bukunya Qu’est c
pada gejala berbeda berkisar antara qu’ene Nation melihat bahwa “hakikat
perspektif filosofis, etis dan ideologis nasionalisme adalah le desire vivre
ke sikap individu, seperti halnya ke ensemble (keinginan untuk hidup
agama, kota dan lingkungan pergaulan bersama) atau le desire d’etre
budaya mereka (Roudometof, 2005: ensamble (keinginan untuk eksisis
116). Nilai kosmopolitan tidak sendiri bersama).” Taniredja (2013: 186)
dalam mempengaruhi wawasan global. menyebutkan bahwa “Nasionalisme
Nilai lain yang juga mengemuka dan bertumpu pada kesadaran akan adanya
menguat adalah nilai nasionalisme. jiwa dan prinsip spiritual yang berakar
2. Nasionalisme Indonesia dan kepada kepahlawanan masa lalu, dan
karakter lokal tumbuh karena penderitaan bersama,
Nasionalisme berasal dari kata dan kesenangan bersama.”
nation (bangsa). Nasionalisme adalah Hayes dalam Taniredja (2013:
suatu paham yang berpendapat bahwa 187) membedakan empat arti
kesetiaan yang tertinggi terdapat harus nasionalisme yaitu:

28
JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 1, No. 2, Januari 2017
E-ISSN 2527-7057, P-ISSN 2545-2683

a. Sebagai suatu proses sejarah perkembangan yang terbagi menjadi


aktual, yaitu proses sejarah empat tahap, yaitu:
pembentukan nasionalitas sebagai a. Tahap pertama ditandai dengan
unit-unit politik, pembentukan tumbuhnya perasaan kebangsaan
suku dan imperium kelembagaan dan persamaan nasib yang diikuti
negara nasional modern. dengan perlawanan terhadap
b. Sebagai suatu teori, prinsip atau penjajahan baik sebelum maupun
implikasi ideal dalam proses sesudah proklamasi kemerdekaan.
sejarah aktual. Nasionalisme religius dan
c. Nasionalisme menaruh kepedulian nasionalisme sekuler muncul
terhadap kegiatan-kegiatan politik, bersamaan dengan munculnya
seperti kegiatan partai politik gagasan Indonesia merdeka.
tertentu, penggabungan proses Upaya dari nasionalis Islam untuk
historis dan suatu teori politik. mendirikan negara yang
d. Sebagai suatu sentimen, yaitu berlandaskan Islam dan kalangan
menunjukan keadaan pikiran nasionalis sekuler yang ingin
diantara satu nasionalitas. mempertahankan negara sekuler
Nasionalisme memiliki dua berdasarkan Pancasila dijadikan
dimensi yang saling terkait yaitu patokan untuk menganalisis
dimensi internal dan eksternal. kesadaran kebangsaan atau
Dimensi internal merujuk pada perasaan nasionalisme bangsa.
kemampuan domestik untuk b. Tahap kedua adalah bentuk
menciptakan iklim kondusif bagi nasionalisme Indonesia yang
pembangunan nasional, terutama merupakan kelanjutan dari
consensus nasional untuk memperkecil semangat revolusioner pada masa
dan bahkan meniadakan konflik- perjuangan kemerdekaan, dengan
konflik internal. Sedangkan dimensi peran pemimpin nasional yang
eksternal mencerminkan kemampuan lebih besar. Nasionalisme pada era
nasional suatu bangsa-bangsa dalam ini mengandaikan adanya ancaman
menjalankan hubungan luar negerinya musuh dari luar terus-menerus
dengan berbagai faktor Negara terhadap kemerdekaan Indonesia.
lainnya. Nasionalisme menjadi salah c. Tahap ketiga adalah nasionalisme
satu determinan penting dalam politik persatuan dan kesatuan. Kelompok
luar negeri suatu negara. Bahkan oposisi atau mereka yang tidak
banyak teoritisi politik luar negeri sejalan dengan pemerintah
menyatakan bahwa nasionalisme akan disingkirkan karena akan
mempengaruhi efektivitas politik luar mengancam persatuan dan
negeri suatu negara. stabilitas nasional. Perbedaan
Nasionalisme terdiri dari dua diredam bukan dengan
aspek, yaitu risorgimento dan integral. menyelesaikan pokok persoalan
Risorgimento nasionalism mengacu tetapi ditindas dan disembunyikan.
pada upaya pembebasan dari tekanan Terhadap luar negeri, nasionalisme
sosial dan politik yang dihadapi oleh berarti kedaulatan, integritas, dan
suatu kelompok masyarakat dalam identitas bangsa. Tekanan agar ada
upayanya membentuk dan membangun penghormatan terhadap hak-hak
rasa kebangsaan. Sedangkan integral asasi manusia, demokrasi dan
nasionalism mengacu pada perlindungan terhadap lingkungan
pembentukan dan pembangunan hidup dianggap sebagai campur
paham kebangsaan yang terus tangan asing terhadap kedaulatan
berkelanjutan dalam suatu negara- Republik Indonesia. Nilai-nilai
bangsa. universal oleh penguasa Orde Baru
Dalam sejarahnya, nasionalisme dianggap bertentangan dengan
Indonesia melalui beberapa tahap nilai-nilai bangsa atau demokrasi
Pancasila.

29
JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 1, No. 2, Januari 2017
E-ISSN 2527-7057, P-ISSN 2545-2683

d. Tahap keempat adalah perbedaan suku, agama dan asal usul)


nasionalisme kosmopolitan. dan berfungsi untuk membina rasa
Dengan bergabungnya Indonesia identitas dan kebersamaan dalam
dalam sistem global internasional, negara serta bermanfaat untuk mengisi
nasionalisme Indonesia yang kemerdekaan yang sudah diperoleh.
dibangun adalah nasionalisme Berdasarkan beberapa pendapat
kosmopolitan yang melandaskan diatas, bahwa nasionalisme adalah
bahwa Indonesia sebagai bangsa suatu paham atau ajaran yang berguna
tidak dapat menghindari dari untuk membina rasa bersatu antar
bangsa lain, namun dengan penduduk negara yang beraneka ragam
memiliki nasionalisme kultural ke yang secara bersama-sama
Indonesia an dengan memberikan membangun nilai-nilai, semangat, dan
kesempatan kepada aktor-aktor di patriotisme yang diletakan dalam
daerah secara langsung untuk semangat pembelaan terhadap nilai-
menjadi aktor kosmopolit. Dalam nilai kemanusiaan dan keadilan
konteks dan kecenderungan global dengan mempertahankan kedaulatan,
ini, semakin banyak orang integritas, dan identitas bangsa.
membayangkan menjadi warga
dunia dan terikat pada nilainilai 3. Pendidikan Kewarganegaraan
kemanusiaan universal. Karena Secara bahasa, istilah civic
itulah nilai-nilai dan semangat education oleh sebagian pakar
generasi baru produk modernisasi diterjemahkan ke dalam bahasa
dan globalisasi sekarang tidak Indonesia menjadi Pendidikan
dapat dipahami dalam pengertian Kewargaan dan Pendidikan
lama nasionalisme, yaitu cinta dan Kewarganegaraan. Kemudian
pembelaan kepada tanah air secara berdasarkan literature yang saya baca
total bahkan membabi buta. Nilai- Kerr (Winataputra & Budimansyah,
nilai, semangat, dan patriotisme 2012: 4), mengemukakan bahwa
mereka mestinya diletakan dalam Citizenship education or civics
semangat pembelaan terhadap education didefinisikan sebagai berikut:
nilai-nilai kemanusiaan dan Citizenship or civics education is
keadilan. construed broadly to encompass the
Mengenai masa depan preparation of young people for their
nasionalisme pada era negara-negara roles and responsibilities as citizens
dunia, Guibernau (Taniredja (2013: and, in particular, the role of education
204) menegaskan bahwa setelah (trough schooling, teaching, and
dengan ideologi yang diimpor, learning) in that preparatory process.
nasionalisme berhasil merekat Maksud dari pendapat Kerr ini bahwa
penduduk yang heterogen menentang PKn secara luas mencakup proses
kolonialisme, maka perlu upaya penyiapan generasi muda untuk
merekontruksi identitas asli (nasional) mengambil peran dan tanggung
dalam melancarkan proses nation- jawabnya sebagai warga negara.
building. Nasionalisme dapat Sedangkan secara khusus, peran
memainkan dua peranan pokok, yaitu pendidikan termasuk di dalamnya
sebagai ideologi yang mengatasi persekolahan, pengajaran dan belajar,
loyalitas dan solidaritas parokial. dalam proses penyiapan warga negara
Nasionalisme menandakan sikap tersebut.
kebangsaan yang positif, yakni Cogan (1999:4) mengartikan civic
mempertahankan kemerdekaan dan education sebagai “the foundational
harga diri bangsa dan sekaligus course work in school designed to
menghormati bangsa lain. prepare young citizens for an active
Nasionalisme sangat berguna untuk role in their communities in their adult
membina rasa bersatu antar penduduk lives”, maksudnya adalah suatu mata
negara yang heterogen (karena pelajaran dasar di sekolah yang

30
JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 1, No. 2, Januari 2017
E-ISSN 2527-7057, P-ISSN 2545-2683

dirancang untuk mempersiapkan warga Indonesia melalui koridor “value-based


negara muda agar kelak setelah dewasa education”. Konfigurasi atau kerangka
dapat berperan aktif dalam sistematik PKn dibangun atas dasar
masyarakatnya. paradigma sebagai berikut: Pertama,
PKn atau civic education adalah PKn secara kurikuler dirancang sebagai
program pendidikan/pembelajaran yang subjek pembelajaran yang bertujuan
secara programatik-prosedural untuk mengembangkan potensi
berupaya memanusiakan (humanizing) individu agar menjadi warga negara
dan membudayakan (civilizing) serta Indonesia yang berakhlak mulia,
memberdayakan (empowering) manusia cerdas, partisipatif, dan bertanggung
dalam hal ini peserta didik, diri dan jawab. Kedua, PKn secara teoretik
kehidupannya menjadi warga negara dirancang sebagai subjek pembelajaran
yang baik sebagaimana tuntutan yang memuat dimensi-dimensi kognitif,
keharusan/yuridis konstitusional afektif, dan psikomotorik yang bersifat
bangsa/negara yang bersangkutan konfluen atau saling berpenetrasi dan
(Kosasih djahiri, 2006: 9). PKn adalah terintegrasi dalam konteks substansi
sarana yang tepat untuk ide, nilai, konsep, dan moral Pancasila,
menginternalisasikan nilai-nilai sosial kewarganegaraan yang demokratis, dan
budaya masyarakat. Menurut bela negara. Ketiga, PKn secara
Komalasari (2011: 88), Pendidikan programatik dirancang sebagai subjek
Kewarganegaraan beresensikan pembelajaran yang menekankan pada
pendidikan nilai, sehingga Pendidikan isi yang mengusung nilai-nilai (content
Kewarganegaraan harus memberikan embedding values) dan pengalaman
perhatiannya kepada pengembangan belajar (learning experience) dalam
nilai, moral, dan sikap perilaku siswa. bentuk berbagai perilaku yang perlu
Sementara itu menurut diwujudkan dalam kehidupan sehari-
Winataputra & Budimansyah (2012: 1), hari dan merupakan tuntutan hidup bagi
Pendidikan Kewarganegaraan (Civic warga negara dalam kehidupan
Education) merupakan subjek bermasyarakat, berbangsa, dan
pembelajaran yang mengemban misi bernegara sebagai penjabaran lebih
untuk membentuk keperibadian bangsa, lanjut dari ide, nilai, konsep, dan moral
yakni sebagai upaya sadar dalam Pancasila, kewarganegaraan yang
“nation and character building”. demokratis, dan bela negara.
Dalam konteks ini peran PKn bagi Cholisin (2007: 7), menyatakan
keberlangsungan hidup berbangsa dan bahwa PKn adalah aspek pendidikan
bernegara sangat strategis. Suatu negara politik yang fokus materinya adalah
demokratis pada akhirnya harus peranan warga negara dalam kehidupan
bersandar pada pengetahuan, bernegara yang kesemuanya itu
keterampilan dan kebajikan dari warga diproses dalam rangka untuk membina
negaranya dan orang-orang yang peranan tersebut sesuai dengan
mereka pilih untuk menduduki jabatan ketentuan Pancasila dan UUD 1945
publik. PKn bertujuan untuk agar menjadi warga negara yang dapat
mempersiapkan peserta didik untuk diandalkan oleh bangsa dan negara.
menjadi warga negara yang baik (to be Sementara itu, Numan Soemantri
good and smart citizens) yang memiliki (2001: 299) menyatakan bahwa PKn
komitmen yang kuat dalam adalah program pendidikan yang
mempertahankan kebhinekaan di berintikan demokrasi politik yang
Indonesia dan mempertahankan diperluas dengan sumber-sumber
integritas nasional. pengetahuan lainnya diproses guna
Selanjutnya menurut melatih siswa untuk berfikir,
Budimansyah & Suryadi (2008: 68), menganalis, bersikap dan bertindak
PKn merupakan salah satu bidang secara demokratis.
kajian yang mengemban misi nasional Berkaitan dengan pengertian PKn
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa ini Somantri (2001:154) menjelaskan

31
JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 1, No. 2, Januari 2017
E-ISSN 2527-7057, P-ISSN 2545-2683

bahwa PKn merupakan usaha untuk dialog dengan DPRD. Contoh


membekali peserta didik dengan keterampilan berpartisipasi adalah
pengetahuan dan kemampuan dasar keterampilan menggunakan hak dan
yang berkenaan dengan hubungan kewajibannya di bidang hukum,
antara warga negara dengan negara misalnya segera melapor kepada polisi
serta pendidikan pendahuluan bela atas terjadinya kejahatan yang
negara agar menjadi warga negara yang diketahui.
dapat diandalkan oleh bangsa dan Ketiga, Civic Disposition (watak
negara. Dari beberapa pengertian di kewarganegaraan), komponen ini
atas jelas bahwa PKn merupakan mata sesungguhnya merupakan dimensi yang
pelajaran yang memiliki fokus pada paling substantif dan esensial dalam
pembinaan karakter warga negara mata pelajaran PKn. Dimensi watak
dalam perspektif kenegaraan, dimana kewarganegaraan dapat dipandang
diharapkan melalui mata pelajaran ini sebagai muara dari pengembangan
dapat terbina sosok warga negara yang kedua dimensi sebelumnya. Dengan
baik (good citizenship). memperhatikan visi, misi, dan tujuan
Sebagaimana lazimnya suatu mata pelajaran PKn, karakteristik mata
bidang studi yang diajarkan di sekolah, pelajaran ini ditandai dengan
materi PKn menurut Branson (1999: 4) penekanan pada dimensi watak,
harus mencakup tiga komponen, yaitu karakter, sikap dan potensi lain yang
Civic Knowledge (pengetahuan bersifat afektif.
kewarganegaraan), Civic Skills Dari pemaparan diatas maka kita
(keterampilan kewarganegaraan), dan dapat menyimpulkan bahwa
Civic Disposition (watak dilahirkannya pendidikan
kewarganegaraan). Komponen pertama, kewarganegaran dimaksudkan sebagai
civic knowledge berkaitan dengan perisai bagi suatu bangsa untuk
kandungan atau nilai apa yang menjaga hal-hal buruk atau negatif
seharusnya diketahui oleh warga negara yang bisa merusak bangsa itu sendiri.
(Branson, 1999: 8). Aspek ini Kemudian bagi bangsa Indonesia
menyangkut kemampuan akademik lahirnya PKn dimaksudkan sebagai
keilmuan yang dikembangkan dari wahana untuk membentuk warganegara
berbagai teori atau konsep politik, yang cerdas terampil & berkarakter
hukum dan moral. Dengan demikian, yang setia kepada bangsa dan Negara
mata pelajaran PKn merupakan bidang Indonesia dengan merefleksikan dirinya
kajian multidisipliner. Secara lebih dalam kebiasaan berfikir dan bertindak
terperinci, materi pengetahuan sesuai amanat Pancasila & UUD 1945
kewarganegaraan meliputi pengetahuan serta tetap menjaga bangsa ini
tentang hak dan tanggung jawab warga walaupun terdapat gempuran dari luar
negara, hak asasi manusia, prinsip- tetapi gempuran tersebut tetap ditangkal
prinsip dan proses demokrasi, lembaga dengan nilai moral yang ada pada PKn
pemerintah dan non-pemerintah, itu sendiri.
identitas nasional, pemerintahan 4. Perbenturan Kosmopolitanisme &
berdasar hukum (rule of law) dan Nasionalisme untuk pendidikan
peradilan yang bebas dan tidak berwawasan global berkarakter
memihak, konstitusi, serta nilai-nilai local
dan norma-norma dalam masyarakat. Dengan bergabungnya Indonesia
Kedua, Civic Skills meliputi dalam sistem global internasional,
keterampilan intelektual (intellectual nasionalisme Indonesia yang dibangun
skills) dan keterampilan berpartisipasi adalah nasionalisme kosmopolitan
(participatory skills) dalam kehidupan yang melandaskan bahwa Indonesia
berbangsa dan bernegara. Contoh sebagai bangsa tidak dapat
keterampilan intelektual adalah menghindari dari bangsa lain, namun
keterampilan dalam merespon berbagi dengan memiliki nasionalisme kultural
persoalan politik, misalnya merancang keindonesiaan dengan memberikan

32
JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 1, No. 2, Januari 2017
E-ISSN 2527-7057, P-ISSN 2545-2683

kesempatan kepada aktor-aktor di Dialog dalam masyarakat dunia


daerah secara langsung untuk menjadi yang kompleks. Kosmopolitanisme
aktor kosmopolit. Dalam konteks dan pada dasarnya memberi ruang penting
kecenderungan global ini, semakin pada peran individu dalam membentuk
banyak orang membayangkan menjadi komunitas. Dengan dampak
warga dunia dan terikat pada nilainilai globalisasi pada relasi-relasi sosial,
kemanusiaan universal. Karena itulah kosmopolitanisme menegaskan bahwa
nilai-nilai dan semangat generasi baru perbedaan kultur individu, kelompok
produk modernisasi dan globalisasi dan bangsa, dan dialog antar kelompok
sekarang tidak dapat dipahami dalam tersebut, sebagai batu pijakan dalam
pengertian lama nasionalisme, yaitu membangun tatanan komunitas global.
cinta dan pembelaan kepada tanah air Secara umum kosmopolitanisme
secara total bahkan membabi buta. merupakan harapan ideal tentang
Nilai-nilai, semangat, dan patriotisme warga dunia tanpa perbatasan,
mereka mestinya diletakan dalam Pandangan lintas kultural dalam
semangat pembelaan terhadap nilai- kosmopolitan ini memberi arti akan
nilai kemanusiaan dan keadilan. pentingnya dialog dalam sebuah
Secara konseptual terjadi komunitas dengan landasan saling
pertentangan antara nilai kosmopolitan mengakui dan menghargai, dimana
dengan nilai nasionalisme, keduanya perbedaan pada manusia dianggap
berada pada kutub yang tarik menarik, sebagai inti dalam menciptakan
dimana nilai kosmopolitan menarik ke kehidupan dunia yang damai.
ranah global, sedangkan nilai
nasionalisme menarik ke ranah D. KESIMPULAN & SARAN
ekslusif. Dalam situasi demikian Secara konseptual terjadi
pembelajaran PKn bisa menjadi pertentangan antara nilai kosmopolitan
jembatan mengharmonisasikan kedua dengan nilai nasionalisme, keduanya
nilai tersebut, yakni dengan berada pada kutub yang tarik menarik,
mekanisme sebagai berikut: (a) Visi dimana nilai kosmopolitan menarik ke
dan misi PKn diletakan dalam koridor ranah global, sedangkan nilai nasionalisme
pendidikan nilai (values education) menarik ke ranah ekslusif. Dalam situasi
dimana nilai terintegrasi (embeded) demikian pembelajaran PKn bisa menjadi
dalam materi, proses, dan penilaian; jembatan mengharmonisasikan kedua nilai
(b) disain pembelajaran PKn diarahkan tersebut, yakni dengan mekanisme sebagai
pada konteks pembinaan kecakapan berikut: (a) Visi dan misi PKn diletakan
hidup (life skills) untuk mencintai dalam koridor pendidikan nilai (values
tanah air dan bangsa Indonesia; (c) education) dimana nilai terintegrasi
Kelas PKn didisain sebagai (embeded) dalam materi, proses, dan
laboratorium pembinaan wawasan penilaian; (b) disain pembelajaran PKn
global tapi mempertahankan karakter diarahkan pada konteks pembinaan
lokal yang dimiliki. kecakapan hidup (life skills) untuk
Kerangka untuk membangun mencintai tanah air dan bangsa Indonesia;
budaya kosmopolitan dalam dunia (c) Kelas PKn didisain sebagai
pendidikan yang berdasarkan PKn laboratorium pembinaan wawasan global
maka dalam proses pelaksanaan tapi mempertahankan karakter local yang
pendidikan harus menghilangkan dimiliki.
batasan etnis, suku, ras, serta Hendaknya guru PKn untuk
penanaman nilai-nilai yang tertuang memahami secara lebih memadai
dalam PKn dalam rangka memperoleh mengenai kosmopolitanisme dan
output yang memiliki wawasan yang nasionalisme, agar guru dan siswa dapat
luas sehingga menghasilkan suatu membahas serta berdialog dengan secara
budaya kosmopolitan dalam tatanan “proporsional”, ketika perubahan sosial
dunia global seperti halnya sekarang begitu hebat, dengan ditandainya
ini. kemajuan teknologi digital (New Media),

33
JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 1, No. 2, Januari 2017
E-ISSN 2527-7057, P-ISSN 2545-2683

seperti telepon selular, internet, Ipad, dsb. Lexy J. Moleong. (2002). Metodologi
Hasil penelitian ini diharapkan dijadikan Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
rujukan bagi artikel-artikel tetentu kedepan Remaja Rosdakarya.
khususnya bidang Pendidikan Mardawani (2011). Pembinaan semangat
Kewarganegaraan untuk mengetahui nasionalisme Indonesia dalam
harmonisasi Kosmopolitan dan menghadapi tantangan
Nasionalisme guna membangun karakter Kosmopolitanisme dan Etnisitas
bangsa yang bisa dibanggakan. melalui pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan (Studi kasus pada
DAFTAR PUSTAKA SMP Negeri 1 Entikong, wilayah
perbatasan Indonesia-Malaysia)”.UPI
Arief Furqan. (1992). Pengantar Metode Bandung. Tesis ini tidak
Penelitian Kualitatif. Surabaya: Usaha dipublikasikan.
Nasional Mau, S, Mewes, J and Zimmermann. (2008).
Arikunto. Suharsimi, (2001), Prosedur Kosmopolitan Attitudes Through
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, transnational Social Practices. Bremen:
Rineka Cipta. Blackwell Publishing.
Beck, Ulrich (2006) Cosmopolitan Vision. Mustika Zed. (2004). Metode Penelitian
Cambridge: Polity Press. Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor
Branson. (1999). Belajar “Civic Education” Nasional.
dari Amerika (Terjemahan Syaripudin, Noeng Muhajir. (1996). Metodologi Penelitian
dkk). Yogyakarta: Lembaga Kajian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin.
Islam dan Sosial (LKIS). Nowicka and Rovisco. (2009).
Budimansyah D dan Suryadi K. (2008). PKN Kosmopolitanism in Practice. Ashgate
dan Masyarakat Multikulural. Publishing; Roma.
Bandung: UPI Program Studi Soejono dan Abdurrahman. (1999). Metode
Pendidikan Kewarganegaraan. Penelitian Suatu Pemikiran dan
Calhoun, Craig. (2008). “Cosmopolitanism and Penerapannya. Jakarta: Reneka Cipta
nationalism”, nation and nationalism, Somantri, N. (2001). Menggagas
vol. 14, no. 3, pp. 427-448. pembaharuan pendidikan IPS.
Cholisin. (2007). Materi pokok ilmu Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
kewarganegaraan-pendidikan Taniredja, Tukiran dkk. 2009. Pendidikan
kewarganegaraan. Yogyakarta: UNY Kewarganegaraan. Bandung: Alfabeta
Press. dan Universitas Muhamadiyah
Cogan, J. J. (1999). Developing the civic Purwokerto.
society: the role of civic education. Tilaar. (2002). Perubahan sosial dan
Bandung. CICED. Pendidikan. Jakarta: PT. Gramedia.
Djahiri, H.A. Kosasih (2006). Esensi Wicaksana, I Gede Wahyu. (2013). Dalam
pendidikan Nilai Moral Dan PKN Di perkuliahan Kosmopolitanisme,
Era Globalisasi, Dalam Pendidikan Nasionalisme dan Fundamentalisme
Nilai Moral Dalam Dimensi Week 2 pada 8 Maret 2013.
Pendidikan Kewarganegaraan Winarno Surachman .Pengantar Penelitian
menyambut 70 tahun Prof. Drs.H.A. Ilmiah: Dasar, Metode, Teknik
Kosasih Djahiri, Bandung (Bandung: Tarsita, 1990)
Laboratorium Pendidikan Winataputra & Budimansyah. (2012). PKn
Kewarganegaraan (PKn) FPIPS-UPI. dalam Perspektif Internasional
Held. et al. (2004). Introduction dalam Global (Konteks, Teori, dan Profil
Transformation, Politics, Economy, Pembelajaran). Bandung: Widya
and Culture. Stanford University Press. Aksara Pers
Kalidjernih, F. (2009). Puspa Ragam konsep
dan Isu Kewarganegaraan (Edisi ke
tiga). Bandung. Widya aksara press.

34

Вам также может понравиться