Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Dosen Pengampu :
Liawati, S.S.T.,M.Kes
Anggota Kelompok :
Himatul
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberi
kekuatan dan kesempatan kepada kami, sehingga laporan ini dapat terselesaikan
dengan waktu yang diharapkan walaupun dalam bentuk yang sederhana, dimana
laporan ini membahas tentang “ Penyakit Demam Berdarah Dengue atau Dengue
Hemorrhagic Fever (DHF)” dan kiranya laporan ini dapat menambah pengetahuan
kita.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan, maka segala kritik dan saran membangun dari para pembaca
sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini .
Akhir kata kami mengucapkan terimakasih, semoga laporan ini
bermanfaat bagi kita semua.
Februari, 2019
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Definisi
Dangue haemoragic faver (DHF) adalah penyakit demam akut yang
disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang berpotensial
mengakibatkan shock yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer &
Suprohaita, 2002).
Demam berdarah dangue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dangue I, II, III dan IV yang ditularkan oleh nyamuk aedes aygephty dan
aedes albopictus (Soegijanto, 2006).
Dangue haemoragic faver (DHF) atau demam berdarah dangue adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh virus dangue yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk aedes aygepthy (Susilanigrum, dkk 2013).
Dangue haemoragic faver (DHF) atau demam berdarah dangue
merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk aedes
aygepthy yang membawa virus dangue, baik tipe I, II, III dan IV. Tanda dan
gejalanya berupa adanya perdarahan yang dapat menimbulkan shock hingga
kematian.
2.2 Etiologi
A. Penyebab Dangue haemoragic faver (DHF) dinamakan virus dangue
dengan tipe I, II, III dan IV. Vektor dari DHF adalah aedes aygephty,
aedes albopictus, aedes aobae, aedes cooki, aedes hakanssoni, aedes
polynesis, aedes pseudoscutellaris, aedes rotumae, (Sumarmo, 2005).
B. Virus dangue termasuk flavivirus secara serologi terdapat empat tipe yaitu
tipe I, II, III dan IV. Dikenal tiga macam arbovirus chingkungunyam
onyong-nyom dari genus toga virus dan westnile fever dari genus
flavivirus, yang mengakibatkan gejala demam dan ruam yang mirip DB
(Widagdo, 2011).
2.3 Klasifikasi
A. Drajat I atau Ringan
Demam mendadak dan sampai tujuh hari disertai dengan adanya gejala
yang tidak khas dan uji torniquet (+)/
B. Drajat II atau Sedang
Lebih berat dari drajat I oleh karena ditemukan perdarahan spontan pada
kulit misal ditemukan petekie, ekimosis an perdarahan.
C. Drajat III atau Berat
Adanya kegagalan sirkulasi ditandai dengan laju darah yang cepat dan
lembut, kulit dingin, gelisah, tekanan darah menurun, manifestasi
perdarahan lebih berat (epitaksis atau melena).
D. Drajat IV atau DIC
Kegagalan sirkulasi yang berat, pasien mengalami shock berat, tensi-nadi
tidak teraba.
2.6 Komplikasi
Menurut Widadgo (2012) komplikasi DBD adalah sebagai berikut :
A. Gagal ginjal.
B. Efusi fleura.
C. Hepatomegali.
D. Gagal jantung.
3.1 Identitas
A. Identitasi Pasien
Nama : Nn. A
Umur : 19 tahun
Suku bangsa : sunda, indonesia
Agama : islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : buruh pabrik
Alamat : Jl. Cisitu lama no. 11 B RT/RW 05/10
B. Identitas Penanggungjawab
Nama : Ny. M
Umur : 45 tahun
Pekerjaan : tidak bekerja
Hubungan dengan pasien : keponakan
Alamat : Jl. Cisitu lama no. 11 B RT/RW 05/10
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Pasien diantar keluarganya ke RSAU. Dr. M. Salamun pada tanggal
11 Januari 2019 pada pukul 19.00 WIB masuk ke IGD dengan keluhan
Pasien mengatakan dirinya mengalami demam sejak 5 hari yang lalu
disertai muntah 3 kali, terdapat nyeri seluruh badan dan belum bab sejak 4
hari yang lalu.
b. Riwayat Penyakit yang Lalu
Pasien mengatakan dirinya belum pernah dirawat di rumah sakit dan
belum pernah menjalani pengobatan dalam jangka waktu yang lama
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan di anggota keluarganya tidak ada yang menderita
penyakit keturunan maupun penyakit menular.
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
No. Hasil pemeriksaan Nilai normal
penunjang
1. Widhal test Negatif (-)
2. Kadar hemoglobin 13 g/dl 13-16 g/dl
3. Kadar hematokrit 39 % 35-45 %
4. Kadar leukosit 4.500 5000-10.000/uL
5. Kadar trombosit 39.000 sel/mm3 150.000-400.000
sel/mm3
3.4 Analisa
1. Diagnosa
DS : Pasien mengatakan dirinya demam sejak 5 hari yang
lalu, disertai muntah sebanyak 3 kali dan nyeri pada seluruh badan
(Derajat nyeri 7) serta belum BAB selama 4 hari.
DO : - Keadaan umum tampak lemah
- Hasil pemeriksaan suhu tubuh (39,5oC)
- Pada pemeriksaan fisik akral teraba hangat dan
kulit dan wajah tampak kemerahan.
- pada pemeriksaan laboratorium kadar trombosit
39.000 M3
Interpretasi data : Nn. A dengan dangue hameoragic fever (DHF)
2. Diagnosa potensial
1) Gangguan termoregulasi berupa hipertermi berhubungan dengan
perjalanan penyakit yang menjadi suatu tanda dan gejala seseorang
terkena DHF.
2) Nausea berhubungan dengan reaksi virus dan antibodi yang
menyebabkan peningkatakn kerja hati dan limfe, sehingga timbul
hepatomegali dan splenomegali yang mendesak lambung disertai
peningkatan HCL lambung.
3) Nyeri akut berhubungan dengan kebocoran plasma yang meningkatkan
hematokrit menyebabkan viskositas darah meningkat sehingga suplai
O2 menurun dan adanya penumpukan asam laktat di sel otot.
4) Konstipasi berhubungan dengan kekurangan volume cairan tubuh.
3. Kebutuhan segera
1) Gangguan termoregulasi
a. Observasi tanda-tanda vital pasien.
b. Observasi intake dan output pasien sesuai kebutuhan.
c. Kolaborasi dengan dokter terkait pemberian cairan IV (infus)
dengan jumlah sesuai anjuran.
d. Lakukan kompres hangat pada lipatan ketiak dan pada lipatan paha.
e. Kolaborasi dengan dokter terkait pemberian obat golongan anti
piretik dengan dosis sesuai anjuran.
2) Nausea
a. Lakukan pengkajian mual dan muntah termasuk frekuensi, durasi,
tingkatan dan faktor pencetus.
b. Jaga kebersihan mulut dan gigi dengan menganjurkan mengosok.
gigi selama sakit dan berkumur setelah muntah.
c. Anjurkan minum air hangat setelah dan sesudah makan.
d. Anjurkan menghirup wangi aromatherpy sebagai distraksi dari
mual.
e. Anjurkan pola makan sedikit tapi sering.
f. Kolaborasi dengan dokter terkait pemberian obat golongan anti
emetik.
3) Nyeri akut
a. Lakukan pengkajian terhadap nyeri termasuk lokasi, karakteristik,
durasi dan skala nyeri.
b. Dorong keluarga untuk memberikan dukungan terhadap pasien.
c. Ciptakan lingkungan yang nyaman bagi pasien sehingga nyeri dapat
berkurang.
d. Ajarkan pasien relaksasi napas dalam dan distraksi terhadap nyeri.
e. Kolabrasi dengan dokter terkait pemberian obat golongan anlagetik.
4) Konstipasi
a. Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan tinggi serat dan
asupan cairan yang cukup.
b. Anjurkan pasien jangan menahan dorongan BAB.
c. Anjurkan pasien untuk mobilisasi minimal diatas tempat tidur.
3.5 Penatalaksanaan
1) Gangguan termoregulasi
a. Mengobservasi tanda-tanda vital pasien
Evaluasi : TD 100/60 mmhg, Nadi 110x/menit, respirasi
22x/menit, suhu 39,5oc, saturasi oksigen 98%.
b. Mengobservasi intake dan output pasien sesuai kebutuhan
Evaluasi : intake 450 ml, output 30 ml.
c. Berkolaborasi dengan dokter terkait pemberian cairan IV (infus)
dengan jumlah sesuai anjuran
Evaluasi : infus terpasang di tangan kiri dengan jenis cairan ringer
laktat 24 tpm.
d. Melakukan kompres hangat pada lipatan ketiak dan pada lipatan
paha
Evaluasi : kompres dilakukan pada 15 januari 2019 pukul 15.00
WIB di ketiak dan lipatan paha selama 15 menit.
e. Berkolaborasi dengan dokter terkait pemberian obat golongan anti
piretik dengan dosis sesuai anjuran
Evaluasi : terapi paracetamol tablet 500 gram 4x1.
2) Nausea
a. Melaakukan pengkajian mual dan muntah termasuk frekuensi,
durasi, tingkatan dan faktor pencetus.
Evaluasi : frekuensi muntah 3 kali, durasi mual kurang lebih
selama 5 menit, dan faktor pencetus mual dan muntah berupa
minum air putih dan makan.
b. Menjaga kebersihan mulut dan gigi dengan menganjurkan
mengosok gigi selama sakit dan berkumur setelah muntah
Evaluasi : pasien mengosok gigi 2 kali dalam sehari dibantu
keluarga serta minum dan berkumur setelah muntah.
c. Menganjurkan minum air hangat setelah dan sesudah makan
Evaluasi : sebelum makan dan setelah makan pasien minum air
hangat sebanyak 1/2 gelas.
d. Menganjurkan menghirup wangi aromatherpy sebagai distraksi dari
mual
Evaluasi : ketika muncul dorongan mual, pasien menghirup
aromatherapy dan dorongan mual berkurang.
e. Menganjurkan pola makan sedikit tapi sering
Evaluasi : dalam 1 porsi menu makan yang disediakan rumah sakit,
pasien makan sebanyak 4 kali.
f. Berkolaborasi dengan dokter terkait pemberian obat golongan anti
emetik
Evaluasi : terapi pemberian Ondansetron 2x1 hari per-IV
3) Nyeri akut
a. Melakukan pengkajian terhadap nyeri termasuk lokasi,
karakteristik, durasi dan skala nyeri
Evaluasi : lokasi nyeri berada di seluruh badan terutama di
persendian, karakteristik nyerinya seperti ditusuk dan berdenyut,
durasi nyeri kurang lebih selama 30 menit dan skala nyeri 1-10
berada pada nilai 7.
b. Mendorong keluarga untuk memberikan dukungan terhadap pasien
Evaluasi : keluarga memijat kaki pasien dengan pijatan lembut dan
membantu pasien untuk ambulasi minimal.
c. Menciptakan lingkungan yang nyaman bagi pasien sehingga nyeri
dapat berkurang
Evaluasi : pencahayaan cukup, tidak bising dan ventilasi dalam
keadaan baik.
d. Mengajarkan pasien relaksasi napas dalam dan distraksi terhadap
nyeri
Evaluasi : ketika pasien menghirup oksigen dari hidung dan
dikeluarkan lewat mulut serta ketika pasien bermain handphone rasa
sakit dapat teralihkan.
e. Berkolabrasi dengan dokter terkait pemberian obat golongan
anlagetik
Evaluasi : terapi paracetamol tablet 500 gram 4x1.
4) Konstipasi
a. Menganjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan tinggi serat
dan asupan cairan yang cukup
Evaluasi : menu makanan disediakan rumah sakit, termasuk
konsumsi buah harian.
b. Menganjurkan pasien jangan menahan dorongan BAB
Evaluasi : ketika dorongan BAB muncul, pasien meminta ambulasi
dengan bantuan perawat dan kursi roda untuk ke kamar mandi.
c. Menganjurkan pasien untuk mobilisasi minimal diatas tempat tidur
Evaluasi : pasien sudah dapat duduk, miring kanan dan miring kiri.
3.6 Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi
No. Hari/Tanggal DX Catatan perkembangan
Senin
1. 11- I S : -pasien mengeluh dirinya mengalami
Januari 2019 demam sejak 5 hari
O : -observasi tanda-tanda vital (TD :
100/60 mmhg RR: 22x/mnt Nadi : 110
x/mnt Suhu : 39,5 oc)
-hasil pemeriksaan laboratorium kadar
trombosit (39.000 sel/mm3)
A : Gangguan termoregulasi
P : -lakukan observasi tanda-tanda vital
-observasi intake-output pasien
-menganjurkan kompres panas disekitar
ketiak dan lipatan paha
-infus RL 24 tpm dan terapi paracetamol
tablet 500 gram 4x1.
Senin 11- II S : -pasien mengatakan mengalami muntah
Januari 2019 sebanyak 3 kali dalam 1 hari
O : pasien terlihat lemah dan terlihat tidak
ingin makan
A : Nausea
P : -lakukan pengkajian mual dan muntah
-menganjurkan banyak minum air
hangat
-terapi pemberian Ondansetron 2x1 hari
per-IV
3 Selasa 12 III S : pasien mengatakan merasakan nyeri
Januari 2018 diseluruh badan
O : -pasien terlihat lemah dan aktivitas
dibantu oleh alat dan orang lain
-observasi tanda-tanda vital (TD
:110/80 mmhg, Nadi : 86x/mnt, RR :
20x/mnt, suhu : 38,6 oc )
-hasil pemeriksaan laboratorium kadar
trombosit (50.000 sel/mm3)
A : nyeri akut
P : -lakukan pengkajian terhadap nyeri
-anjurkan keluarga untuk memberikan
dukungan terhadap pasien
-terapi paracetamol tablet 500 gram 4x1
sebagai analgetik
4 Rabu 14 I S : -pasien mengeluh dirinya mengalami
Januari 2019 demam sejak 5 hari
O : -observasi tanda-tanda vital (TD :
100/60 mmhg RR: 22x/mnt Nadi : 110
x/mnt Suhu : 39 oc)
-hasil pemeriksaan laboratorium kadar
trombosit (69.000 sel/mm3)
A : Gangguan termoregulasi
P : -lanjutkan terapi
5.1 Simpulan
Penyakit Dangue haemoragic faver (DHF) adalah penyakit demam akut
yang disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang berpotensial
mengakibatkan shock yang dapat menyebabkan kematian. (Arief &
Suprohaita, 2002).
Demam berdarah dangue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dangue I, II, III dan IV yang ditularkan oleh nyamuk aedes aygephty dan
aedes albopictus. (Soegijanto, 2006).
Penyebab Dangue haemoragic faver (DHF) dinamakan virus dangue
dengan tipe I, II, III dan IV. Vektor dari DHF adalah aedes aygephty, aedes
albopictus, aedes aobae, aedes cooki, aedes hakanssoni, aedes polynesis,
aedes pseudoscutellaris, aedes rotumae. (Sumarmo, 2005).
Kriteria klinik yang muncul yaitu demam tinggi mendadak dan terus
menerus selama 2-7 hari dengan sebab yang tidak jelas hampir tidak dapat
dipengaruhi oleh antipiretika, manifestasi perdarahan manipulasi (uji
tourniquet positif) dan spontan (petekie, ekimosis, perdarahan gusi,
hematemesis dan melena), hepatomegali dan shock. Sedangkan kriteria
kaloratoriknya dalah trombositopenia : jumlah trombosit kurang dari
100.000/m3 dan hemokonsentrasi : meningginya nilai hematokrit dan nilai
hemoglobin lebih dari 20% dibandingkan dengan nilai pada masa
konvalensense. (Rampengan, 2007).
Menurut Prasetiyono, D.S (2013) pencegahan yang dilakukan dengan
cara menghindari gigitan nyamuk di waktu pagi sampai sore dikarenakan
nyamuk aedes aygepthy aktif disiang hari (bukan malam hari). Hindari pula
lokasi yang banyak nyamuknya disiang hari, terutama di daerah yang ada
penderita DBD-nya.
4.3 Saran
Dengan diselesaikannya makalah ini diharapkan pembaca dapat
menerapkan mengetahui kosep penyakit Dangue haemoragic faver (DHF)
dan dapat menerapkan pola hidup bersih dan sehat.sehingga setiap individu
tersebut bisa lebih merasa khawaktir dan mampu menjaga diri dan
lingkungannya dari kemungkinan terserangnya penyakit Dangue haemoragic
faver (DHF).
Petugas kesehatan melakukan penanggulangan secara dini sebelum
masyarakat mengalami kasus penyakit Dangue haemoragic faver (DHF).
Melakukan promosi kesehatan secara menyeluryh kepada semua pihak
masyarakat agar melakukan pencegahan dan menjaga kebersihan lingkungan
di daerah sekir tempat tinggal.