Вы находитесь на странице: 1из 26

ASUHAN KETERAMPILAN DASAR KEBIDANAN PADA NN.

A DENGAN DANGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF) DI


RSAU dr. M. SALAMUN BANDUNG
RUANG MERAK
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memenuhi Tugas Praktik Klinik
Keterampilan Dasar Kebidanan (KDK) II

Dosen Pengampu :
Liawati, S.S.T.,M.Kes

Anggota Kelompok :

Himatul

Riska 2117073 Febriyanti 2117074

Gita 2117075 Aulia 2117076 Risma 2117077

Bella A 2117078 Cucu 2117079 Candra 2117003

Robiyatul 2117081 Bella E, 2117083 Miranti 2117083

Sririzka 2117085 Maulidiya2117086 Shyfa 2117087

Rahma 2117090 Risella 2117091 Alda 2117092

Dini 2117093 Nur A 2117044 Eva N. 2117045

Maria A 2117012 Popy 2117106 Winarni 2117008


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RAJAWALI BANDUNG
T.A 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberi
kekuatan dan kesempatan kepada kami, sehingga laporan ini dapat terselesaikan
dengan waktu yang diharapkan walaupun dalam bentuk yang sederhana, dimana
laporan ini membahas tentang “ Penyakit Demam Berdarah Dengue atau Dengue
Hemorrhagic Fever (DHF)” dan kiranya laporan ini dapat menambah pengetahuan
kita.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan, maka segala kritik dan saran membangun dari para pembaca
sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini .
Akhir kata kami mengucapkan terimakasih, semoga laporan ini
bermanfaat bagi kita semua.

Februari, 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Musim hujan tiba maka perlu diwaspadai adanya genangan-genanagan air
yang terjadi pada selokan yang buntu, gorong-gororng yang tidak lancar serta
adanya banjir yang berkepanjangan, perlu diwaspadai adanya tempat reproduksi
atau berkembangnya nyamuk pada genangan-genanagan tersebut hingga dapat
menyebabkan musim nyamuk tiba pula,. Selama ini semua manusia mengetahui
dan mengenal serangga yang disebut nyamuk antara nyamuk dan manusia
berdampingan hampir tanpa batas. Namun, berdampingannya manusi dengan
nyamuk bukan dalam makna positif.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) bahasa medisnya disebut
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan
AedesAlbopictus , yang mana menyebabkan gangguan pada pembuluh darah
kapiler dan sistem pembekuan darah, sehingga megakibatkan perdarahan-
perdarahan . penyakit ini banyak ditemukan didaerah tropis seperti Asia Tenggara,
kecuali ditempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air
laut.
Demam Berdaarah Dengue (DBD) adalah demam dengue yang disertai
pembesaran hati dan manifestasi perdarahan. Pada keadaan yang parah bisa terjadi
kegagalan sirkuasidarah dan pasien jatuh syok hipovolemik akibat kebocoran
plasma. DBD merupakan suaru penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
penularannya dari satu penderita ke penderita lain disebabkan oleh nyamuk Aedes
Aegypti . Oleh karena itu langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah
penyebarannya dengan memberantas nyamuk tersebut . salah satu cara untuk
memberantas nyamuk Aedes Aegypti adalah melakukan Fogging. Selain itu juga
dapat dilakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan abatisasi untuk
memberantas jentik nyamuk.
Berbagai upaya pengendalian penyakit demam berdarah dengue (DBD)
telah dilaksanakan meliputi : promosikesehatan tentang pemberantasan sarang
nyamuk, pencegahan dan penanggulangan faktor resiko serta kerja sama lintas
program dan lintas sector terkait sampai dengan tingkat dsa/kelurahan untuk
pemberantas sarang nyamuk. Masalah utama dalam upaya menekan angka
kesakitan DBD adalah belum optimalnya upaya pergerakan peran serta
masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk DBD. Oleh karena itu
partisipasi masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk DBD tersebut perlu
ditingkatkan antara lain pemeriksaan jentik secara berkala dan berkesinambungan
serta menggerakan masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk DBD.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi
Dangue haemoragic faver (DHF) adalah penyakit demam akut yang
disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang berpotensial
mengakibatkan shock yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer &
Suprohaita, 2002).
Demam berdarah dangue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dangue I, II, III dan IV yang ditularkan oleh nyamuk aedes aygephty dan
aedes albopictus (Soegijanto, 2006).
Dangue haemoragic faver (DHF) atau demam berdarah dangue adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh virus dangue yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk aedes aygepthy (Susilanigrum, dkk 2013).
Dangue haemoragic faver (DHF) atau demam berdarah dangue
merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk aedes
aygepthy yang membawa virus dangue, baik tipe I, II, III dan IV. Tanda dan
gejalanya berupa adanya perdarahan yang dapat menimbulkan shock hingga
kematian.

2.2 Etiologi
A. Penyebab Dangue haemoragic faver (DHF) dinamakan virus dangue
dengan tipe I, II, III dan IV. Vektor dari DHF adalah aedes aygephty,
aedes albopictus, aedes aobae, aedes cooki, aedes hakanssoni, aedes
polynesis, aedes pseudoscutellaris, aedes rotumae, (Sumarmo, 2005).
B. Virus dangue termasuk flavivirus secara serologi terdapat empat tipe yaitu
tipe I, II, III dan IV. Dikenal tiga macam arbovirus chingkungunyam
onyong-nyom dari genus toga virus dan westnile fever dari genus
flavivirus, yang mengakibatkan gejala demam dan ruam yang mirip DB
(Widagdo, 2011).
2.3 Klasifikasi
A. Drajat I atau Ringan
Demam mendadak dan sampai tujuh hari disertai dengan adanya gejala
yang tidak khas dan uji torniquet (+)/
B. Drajat II atau Sedang
Lebih berat dari drajat I oleh karena ditemukan perdarahan spontan pada
kulit misal ditemukan petekie, ekimosis an perdarahan.
C. Drajat III atau Berat
Adanya kegagalan sirkulasi ditandai dengan laju darah yang cepat dan
lembut, kulit dingin, gelisah, tekanan darah menurun, manifestasi
perdarahan lebih berat (epitaksis atau melena).
D. Drajat IV atau DIC
Kegagalan sirkulasi yang berat, pasien mengalami shock berat, tensi-nadi
tidak teraba.

2.4 Manifestasi Klinis


Kriteria klinik yang muncul yaitu demam tinggi mendadak dan terus
menerus selama 2-7 hari dengan sebab yang tidak jelas hampir tidak dapat
dipengaruhi oleh antipiretika, manifestasi perdarahan manipulasi (uji
tourniquet positif) dan spontan (petekie, ekimosis, perdarahan gusi,
hematemesis dan melena), hepatomegali dan shock. Sedangkan kriteria
kaloratoriknya dalah trombositopenia : jumlah trombosit kurang dari
100.000/m3 dan hemokonsentrasi : meningginya nilai hematokrit dan nilai
hemoglobin lebih dari 20% dibandingkan dengan nilai pada masa
konvalensense (Rampengan, 2007).
2.5 Patofisiologi
Virus dangue masuk kedalam tubuh kemudian akan beraksi dengan
antibodi dan terbentuknya kompleks virus antibodi, dalam sirkulsi akan
mengaktivasi sistem komplement, akibat aktivitas C3 dan C5 akan dilepas
C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan zat histamin dan
merupakan mediator kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas kapiler.
Peningkatan permeabilitas kapiler mengakibatkan berkurangnya volume
plasma, sehingga terjadi hipotensi, hemokonsetrasi dan hipoproteinemia serta
efusi dan renjatan shock (Suryadi, 2010).

2.6 Komplikasi
Menurut Widadgo (2012) komplikasi DBD adalah sebagai berikut :
A. Gagal ginjal.
B. Efusi fleura.
C. Hepatomegali.
D. Gagal jantung.

2.7 Pemeriksaan Penunjang


Menurut Susalanigrum, R. (2013) pada pemeriksaan darah pasien DHF akan
dijumpai sebagai berikut :
A. Hb dan PCV meningkat (>20%).
B. Trombositopenia (<100.000/ml).
C. Leukopenia (mungkin normal atau leukositosi).
D. IG dangue positif.
E. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan hipoproteinemia,
hipokloremia dan hiponatremia.
F. Urine dan pH darah mungkin meningkat,
G. Asidosis metabolik : pCO2 kurang dari 35-40 mmHg, HCO3 rendah.
H. SGOT dan SGPT meningkat.
2.8 Pencegahan
Menurut Prasetiyono, D.S (2013) pencegahan yang dilakukan dengan cara
menghindari gigitan nyamuk di waktu pagi sampai sore dikarenakan nyamuk
aedes aygepthy aktif disiang hari (bukan malam hari). Hindari pula lokasi
yang banyak nyamuknya disiang hari, terutama di daerah yang ada penderita
DBD-nya. Berikut beberapa cara paling efektif dalam mencegah penyakit
DBD :
A. Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui pengelolaan sampah
padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping
kegiatan manusia dan perbaikan design rumah.
B. Pemeliharaan ikan pemakan jentik (ikan cupang ditempat air kolam).
C. Pengasapan (Vogging) dengan menggunakan melathion dan fention.

Memberikan bubuk abate (themophos) pada tempat penampungan air,


seperti gentong air, kolam dan lain-lain.
BAB III
STUDI KASUS

No. Medrec : 317428


Tanggal/jam masuk : 11 januari 2019, pukul 19.00 WIB
Tanggal/jam pengkajian : 15 januari 2019, pukul 13.00 WIB

3.1 Identitas
A. Identitasi Pasien
Nama : Nn. A
Umur : 19 tahun
Suku bangsa : sunda, indonesia
Agama : islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : buruh pabrik
Alamat : Jl. Cisitu lama no. 11 B RT/RW 05/10
B. Identitas Penanggungjawab
Nama : Ny. M
Umur : 45 tahun
Pekerjaan : tidak bekerja
Hubungan dengan pasien : keponakan
Alamat : Jl. Cisitu lama no. 11 B RT/RW 05/10

3.2 Data Objektif


1. Alasan Datang
Pasien mengatakan ia ingin melakukan pemeriksaan kesehatan karena
mengeluh demam.
2. Keluhan Utama
Pasien mengatakan dirinya mengalami demam sejak 5 hari yang lalu
disertai muntah 3 kali dalam 1 hari, terdapat nyeri seluruh badan dan belum
bab sejak 4 hari yang lalu.

3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Pasien diantar keluarganya ke RSAU. Dr. M. Salamun pada tanggal
11 Januari 2019 pada pukul 19.00 WIB masuk ke IGD dengan keluhan
Pasien mengatakan dirinya mengalami demam sejak 5 hari yang lalu
disertai muntah 3 kali, terdapat nyeri seluruh badan dan belum bab sejak 4
hari yang lalu.
b. Riwayat Penyakit yang Lalu
Pasien mengatakan dirinya belum pernah dirawat di rumah sakit dan
belum pernah menjalani pengobatan dalam jangka waktu yang lama
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan di anggota keluarganya tidak ada yang menderita
penyakit keturunan maupun penyakit menular.

4. Pola kebiasaan sehari-hari


No. Pola kebiasaan Sebelum sakit Selama sakit
1. Pola nutrisi  Makan 3x/hari 1 porsi  Makan 2x/hari 1/2 porsi
(makan dan habis jenis makanan habis, jenis makanan
minum) padat (nasi, sayur dan lunak (nasi, sayur dan
lauk) lauk)
 Minum 7-8 gelas/hari  Minum 4-5 gelas/hari
jenis minuman air putih jenis minuman air putih
dan air teh
2. Pola eliminasi  Bab 1x/hari, konsistensi  Bab 1x dalam 4 hari,
(bab dan bak) lunak, warna kuning konsistensi keras, warna
khas kuning gelap
 Bab 6-7x/hari, warna  Bak 2-3x/hari, warna
kuning jernih, bau khas kuning gelap, bau khas
3. Pola istirahat  Tidur malam selama  Tidur siang selama
kurang lebih 7-8 kurang lebih 1-2
jam/hari jam/hari
 Tidur malam selama
kurang lebih 5-6
jam/hari
4. Pola aktivitas Semua aktivitas dilakukan Toileting dan ambulasi
secara mandiri dibantu oleh alat dan
manusia
5. Pola spiritual Pasien mengatakan ia Pasien mengatakan
sering melaksanakan selama sakit, waktu untuk
ibadah dan selalu berdo’a untuk ibadah dan
sesuai tata cara agamanya berdo’nya berkurang
karena kesulitan turun
dari tempat tidur
6. Pola psikososial  Pasien mengatakan  Pasien mengatakan
perekonomian perekonomian
keluarganya dapat di keluarganya dapat di
golongkan tingkat golongkan tingkat
menengah menengah
 Pasien mengatakan ia  Pasien mengatakan ia
senang bersosialisasi senang bersosialisasi
dengan orang yang dengan orang yang
berada di sekitar berada di sekitar
lingkungannya lingkungannya, terlihat
saat menjalani rawat
inap, cukup banyak
kerabat dan teman yang
menjenguk

3.3 Data Objektif


1. Keadaan Umum : Sakit Sedang
2. Tingkat Kesadaran : Composmentis (E4, V5, M6)
3. Tanda-Tanda Vital : TD : 100/60 mmHg RR : 22x/mnt
Nadi : 110 x/mnt Suhu : 39,5 oC
4. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
a. Kepala : bentuk simetris, tidak ada pembengkakan dan nyeri
tekan, rambut berwarna hitam, distribusi merata dalam keadaan bersih.
b. Mata : konjungtiva berwarna merah muda, sklera berwarna
putih, pupil isokor.
c. Hidung : bentuk simetris, tidak ada pengeluaran, tidak ada nyeri
tekan dan dalam keadaan bersih.
d. Telinga : bentuk simetris, tidak ada pengeluaran dan dalam
keadaan bersih.
e. Mulut : warna bibir pucat dan terkelupas, lidah berwarna putih
dan tidak ada karies.
f. Leher : bentuk simetris, tidak ada pembengkakan dan nyeri
tekan pada kelenjar tiroid, serta terdapat pembengkakan dan nyeri tekan
pada kelenjar getah bening.
g. Dada :
a) Payudara : bentuk simteris, tidak ada pembengkakan dan nyeri
tekan, aerola berwarna coklat gelap, papilla menonjol, tidak ada
pengeluaran.
b) Jantung : tidak terdapat bunyi jantung tambahan.
c) Paru-paru : tidak terdapat bunyi napas tambahan, retraksi
dinding dada pada kedua sisi sama.
h. Abdomen : bentuk simetrsi, tidak ada bekas luka, bentuk perut
datar tidak ada asites, tidak ada nyeri tekan, suara perkusi perut timfani,
bising usus 12x/mnt.
i. Ekstremitas : bentuk simetris, tidak ada edema, refleks pattela dan
refleks babinsky (+).
j. Punggung : bentuk simetris dan normal dan pada pemeriksaan tactil
vremitus getaran di kedua sisi paru sama.

5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
No. Hasil pemeriksaan Nilai normal
penunjang
1. Widhal test Negatif (-)
2. Kadar hemoglobin 13 g/dl 13-16 g/dl
3. Kadar hematokrit 39 % 35-45 %
4. Kadar leukosit 4.500 5000-10.000/uL
5. Kadar trombosit 39.000 sel/mm3 150.000-400.000
sel/mm3

3.4 Analisa
1. Diagnosa
 DS : Pasien mengatakan dirinya demam sejak 5 hari yang
lalu, disertai muntah sebanyak 3 kali dan nyeri pada seluruh badan
(Derajat nyeri 7) serta belum BAB selama 4 hari.
 DO : - Keadaan umum tampak lemah
- Hasil pemeriksaan suhu tubuh (39,5oC)
- Pada pemeriksaan fisik akral teraba hangat dan
kulit dan wajah tampak kemerahan.
- pada pemeriksaan laboratorium kadar trombosit
39.000 M3
 Interpretasi data : Nn. A dengan dangue hameoragic fever (DHF)
2. Diagnosa potensial
1) Gangguan termoregulasi berupa hipertermi berhubungan dengan
perjalanan penyakit yang menjadi suatu tanda dan gejala seseorang
terkena DHF.
2) Nausea berhubungan dengan reaksi virus dan antibodi yang
menyebabkan peningkatakn kerja hati dan limfe, sehingga timbul
hepatomegali dan splenomegali yang mendesak lambung disertai
peningkatan HCL lambung.
3) Nyeri akut berhubungan dengan kebocoran plasma yang meningkatkan
hematokrit menyebabkan viskositas darah meningkat sehingga suplai
O2 menurun dan adanya penumpukan asam laktat di sel otot.
4) Konstipasi berhubungan dengan kekurangan volume cairan tubuh.

3. Kebutuhan segera
1) Gangguan termoregulasi
a. Observasi tanda-tanda vital pasien.
b. Observasi intake dan output pasien sesuai kebutuhan.
c. Kolaborasi dengan dokter terkait pemberian cairan IV (infus)
dengan jumlah sesuai anjuran.
d. Lakukan kompres hangat pada lipatan ketiak dan pada lipatan paha.
e. Kolaborasi dengan dokter terkait pemberian obat golongan anti
piretik dengan dosis sesuai anjuran.
2) Nausea
a. Lakukan pengkajian mual dan muntah termasuk frekuensi, durasi,
tingkatan dan faktor pencetus.
b. Jaga kebersihan mulut dan gigi dengan menganjurkan mengosok.
gigi selama sakit dan berkumur setelah muntah.
c. Anjurkan minum air hangat setelah dan sesudah makan.
d. Anjurkan menghirup wangi aromatherpy sebagai distraksi dari
mual.
e. Anjurkan pola makan sedikit tapi sering.
f. Kolaborasi dengan dokter terkait pemberian obat golongan anti
emetik.
3) Nyeri akut
a. Lakukan pengkajian terhadap nyeri termasuk lokasi, karakteristik,
durasi dan skala nyeri.
b. Dorong keluarga untuk memberikan dukungan terhadap pasien.
c. Ciptakan lingkungan yang nyaman bagi pasien sehingga nyeri dapat
berkurang.
d. Ajarkan pasien relaksasi napas dalam dan distraksi terhadap nyeri.
e. Kolabrasi dengan dokter terkait pemberian obat golongan anlagetik.
4) Konstipasi
a. Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan tinggi serat dan
asupan cairan yang cukup.
b. Anjurkan pasien jangan menahan dorongan BAB.
c. Anjurkan pasien untuk mobilisasi minimal diatas tempat tidur.

3.5 Penatalaksanaan
1) Gangguan termoregulasi
a. Mengobservasi tanda-tanda vital pasien
Evaluasi : TD 100/60 mmhg, Nadi 110x/menit, respirasi
22x/menit, suhu 39,5oc, saturasi oksigen 98%.
b. Mengobservasi intake dan output pasien sesuai kebutuhan
Evaluasi : intake 450 ml, output 30 ml.
c. Berkolaborasi dengan dokter terkait pemberian cairan IV (infus)
dengan jumlah sesuai anjuran
Evaluasi : infus terpasang di tangan kiri dengan jenis cairan ringer
laktat 24 tpm.
d. Melakukan kompres hangat pada lipatan ketiak dan pada lipatan
paha
Evaluasi : kompres dilakukan pada 15 januari 2019 pukul 15.00
WIB di ketiak dan lipatan paha selama 15 menit.
e. Berkolaborasi dengan dokter terkait pemberian obat golongan anti
piretik dengan dosis sesuai anjuran
Evaluasi : terapi paracetamol tablet 500 gram 4x1.
2) Nausea
a. Melaakukan pengkajian mual dan muntah termasuk frekuensi,
durasi, tingkatan dan faktor pencetus.
Evaluasi : frekuensi muntah 3 kali, durasi mual kurang lebih
selama 5 menit, dan faktor pencetus mual dan muntah berupa
minum air putih dan makan.
b. Menjaga kebersihan mulut dan gigi dengan menganjurkan
mengosok gigi selama sakit dan berkumur setelah muntah
Evaluasi : pasien mengosok gigi 2 kali dalam sehari dibantu
keluarga serta minum dan berkumur setelah muntah.
c. Menganjurkan minum air hangat setelah dan sesudah makan
Evaluasi : sebelum makan dan setelah makan pasien minum air
hangat sebanyak 1/2 gelas.
d. Menganjurkan menghirup wangi aromatherpy sebagai distraksi dari
mual
Evaluasi : ketika muncul dorongan mual, pasien menghirup
aromatherapy dan dorongan mual berkurang.
e. Menganjurkan pola makan sedikit tapi sering
Evaluasi : dalam 1 porsi menu makan yang disediakan rumah sakit,
pasien makan sebanyak 4 kali.
f. Berkolaborasi dengan dokter terkait pemberian obat golongan anti
emetik
Evaluasi : terapi pemberian Ondansetron 2x1 hari per-IV
3) Nyeri akut
a. Melakukan pengkajian terhadap nyeri termasuk lokasi,
karakteristik, durasi dan skala nyeri
Evaluasi : lokasi nyeri berada di seluruh badan terutama di
persendian, karakteristik nyerinya seperti ditusuk dan berdenyut,
durasi nyeri kurang lebih selama 30 menit dan skala nyeri 1-10
berada pada nilai 7.
b. Mendorong keluarga untuk memberikan dukungan terhadap pasien
Evaluasi : keluarga memijat kaki pasien dengan pijatan lembut dan
membantu pasien untuk ambulasi minimal.
c. Menciptakan lingkungan yang nyaman bagi pasien sehingga nyeri
dapat berkurang
Evaluasi : pencahayaan cukup, tidak bising dan ventilasi dalam
keadaan baik.
d. Mengajarkan pasien relaksasi napas dalam dan distraksi terhadap
nyeri
Evaluasi : ketika pasien menghirup oksigen dari hidung dan
dikeluarkan lewat mulut serta ketika pasien bermain handphone rasa
sakit dapat teralihkan.
e. Berkolabrasi dengan dokter terkait pemberian obat golongan
anlagetik
Evaluasi : terapi paracetamol tablet 500 gram 4x1.
4) Konstipasi
a. Menganjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan tinggi serat
dan asupan cairan yang cukup
Evaluasi : menu makanan disediakan rumah sakit, termasuk
konsumsi buah harian.
b. Menganjurkan pasien jangan menahan dorongan BAB
Evaluasi : ketika dorongan BAB muncul, pasien meminta ambulasi
dengan bantuan perawat dan kursi roda untuk ke kamar mandi.
c. Menganjurkan pasien untuk mobilisasi minimal diatas tempat tidur
Evaluasi : pasien sudah dapat duduk, miring kanan dan miring kiri.
3.6 Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi
No. Hari/Tanggal DX Catatan perkembangan
Senin
1. 11- I S : -pasien mengeluh dirinya mengalami
Januari 2019 demam sejak 5 hari
O : -observasi tanda-tanda vital (TD :
100/60 mmhg RR: 22x/mnt Nadi : 110
x/mnt Suhu : 39,5 oc)
-hasil pemeriksaan laboratorium kadar
trombosit (39.000 sel/mm3)
A : Gangguan termoregulasi
P : -lakukan observasi tanda-tanda vital
-observasi intake-output pasien
-menganjurkan kompres panas disekitar
ketiak dan lipatan paha
-infus RL 24 tpm dan terapi paracetamol
tablet 500 gram 4x1.
Senin 11- II S : -pasien mengatakan mengalami muntah
Januari 2019 sebanyak 3 kali dalam 1 hari
O : pasien terlihat lemah dan terlihat tidak
ingin makan
A : Nausea
P : -lakukan pengkajian mual dan muntah
-menganjurkan banyak minum air
hangat
-terapi pemberian Ondansetron 2x1 hari
per-IV
3 Selasa 12 III S : pasien mengatakan merasakan nyeri
Januari 2018 diseluruh badan
O : -pasien terlihat lemah dan aktivitas
dibantu oleh alat dan orang lain
-observasi tanda-tanda vital (TD
:110/80 mmhg, Nadi : 86x/mnt, RR :
20x/mnt, suhu : 38,6 oc )
-hasil pemeriksaan laboratorium kadar
trombosit (50.000 sel/mm3)
A : nyeri akut
P : -lakukan pengkajian terhadap nyeri
-anjurkan keluarga untuk memberikan
dukungan terhadap pasien
-terapi paracetamol tablet 500 gram 4x1
sebagai analgetik
4 Rabu 14 I S : -pasien mengeluh dirinya mengalami
Januari 2019 demam sejak 5 hari
O : -observasi tanda-tanda vital (TD :
100/60 mmhg RR: 22x/mnt Nadi : 110
x/mnt Suhu : 39 oc)
-hasil pemeriksaan laboratorium kadar
trombosit (69.000 sel/mm3)
A : Gangguan termoregulasi
P : -lanjutkan terapi

5 Kamis 15 I S : -pasien mengeluh dirinya belum BAB


Januari 2019 selama 4 hari
O : -observasi tanda-tanda vital (TD :
120/60 mmhg RR: 16x/mnt Nadi : 90
x/mnt Suhu : 38,1 oc)
-hasil pemeriksaan laboratorium kadar
trombosit (75.000 sel/mm3)
A : Gangguan termoregulasi
P : -lanjutkan terapi
Selasa 15 II S : pasien mengatakan merasakan nyeri
Januari 2019 diseluruh badan
O : -pasien terlihat lemah dan aktivitas
dibantu oleh alat dan orang lain
-observasi tanda-tanda vital (TD
:120/80 mmhg, Nadi : 100x/mnt, RR :
19x/mnt, suhu : 38,4 oc )
-hasil pemeriksaan laboratorium kadar
trombosit (75.000 sel/mm3)
A : nyeri akut
P : -lanjutkan terapi

Jumat 15 S : Pasien mengatakan merasa dirinya


Januari 2019 lemah dan pusing jika berdiri
O : -pasien terlihat lemah dan aktivitas
dibantu oleh alat dan orang lain
-observasi tanda-tanda vital (TD :120/70
mmhg, Nadi : 98x/mnt, RR : 16x/mnt,
suhu : 37,9 oc )
-hasil pemeriksaan laboratorium kadar
trombosit (100.000 sel/mm3)
A : Trombositopenia
P : transfusi trombosit sebanyak 2 labu/ 30
tpm
Sabtu, 16 V S : pasien mengatakan badannya masih
Januari 2019 terasa hangat dan masih merasa pusing
O : -pasien terlihat lemah dan aktivitas
dibantu oleh alat dan orang lain
-observasi tanda-tanda vital (TD :120/70
mmhg, Nadi : 100x/mnt, RR : 22x/mnt,
suhu : 37,5 oc )
-akral teraba hangat
-hasil pemeriksaan laboratorium kadar
trombosit (120.000 sel/mm3)
A : Trombositopenia
P : -pasien rencana pulang
-obat yang diberikan (Paracetamol tablet
500 gram 3x1, immuno 250 gram 2x1)
-berikan edukasi pasien pulang (cara
mencegah DHF, Pola hidup dan makan
).
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

4.1 Penanganan Berdasarkan Landasan Teori


A. Tirah baring.
B. Diet makanan lunak, atau makanan biasa tanpa bahan perangsang.
C. Infus Ringer Lactate atau Ringer Acetate atau NaCl 0,9% dengan
tetesan 20 cc / Kg BB / Jam diguyur, atau secara praktis : 1 – 1,5
liter di guyur (cor), selanjutnya 5 cc / Kg BB / Jam atau 50 cc / Kg
BB / 24 jam, atau secara praktis 40 tetes/menit, sebagai kebutuhan
cairan rumatan. Cairan oral sebanyak mungkin, larutan Oralit lebih
baik.
D. Monitor Keadaan klinis : Tekanan Darah, Nadi, Pernafasan tiap 30
menit, Suhu ( minimal 2 kali sehari, pagi dan sore dan dicatat pada
grafik suhu pada status), jumlah urine perjam (sebaiknya ≥ 50 cc /
jam).
E. Obat-obat simtomatik hanya diberikan bila benar-benar diperlukan,
seperti paracetamol atau Xylomidon/Novalgin injeksi bila suhu
0
tubuh lebih dari 38,5 C dan Metoklopramide bila terjadi muntah-
muntah.
F. Bila Tekanan Darah sistolik menurun kurang 20 mmHg, atau Nadi
lebih dari 110 x / menit, atau tekanan nadi (TD sistol – TD diastol
kurang dari 20 mmHg), atau jumlah urine kurang dari 40 cc / jam,
pertanda adanya kebocoran plasma (plasma leakage), maka
tambahkan cairan infus guyur 5 cc / KgBB / Jam sampai keadaan
kembali stabil. Setelah Tekanan darah dan nadi stabil, kembali ke
tetesan rumatan.
G. Monitor Laboratorium tergantung keadaan klinis. Bila terjadi
penurunan Tekanan Darah, peningkatan Nadi, atau penurunan
volume urine yang berlanjut, atau terjadi perdarahan masif, atau
penurunan kesadaran, perlu di periksa Hb, Ht, Trombosit.
Penurunan jumlah trombosit perlu dipantau secara laboratorium
dan kondisi klinis. Dan bila diperlukan periksa Haemorrhagic test.
H. Bila selama pemantauan lebih dari 12 jam, keadaan klinis makin
memberat atau respons pemberian cairan minimal, maka penderita
dinyatakan untuk dirujuk (bila dirawat di Puskesmas atau klinik
atau rumah sakit daerah) atau dilakukan tindakan yang lebih
intensif, kalau perlu di rawat di ICU.
I. Infus trombosit diberikan bila ada penurunan jumlah trombosit
yang menyolok disertai dengan tanda-tanda perdarahan masif. Bila
terjadi perdarahan yang masif dengan penurun kadar Hb dan Ht,
segera beri tansfusi Whole blood.
J. Bila keadaan syok masih belum teratasi dengan pemberian cairan
yang cukup sesuai perhitungan, tanda-tanda perdarahan tidak
nyata, dan pemantauan laboratorium tidak menunjukkan perbaikan,
maka pilihan kita adalah pemberian FFP (Fresh Frozen Plasma)
atau Plasma biasa.
K. Bila keadaan klinis stabil, pemeriksaan ulangan laboratorium pada
fase penyembuhan.

4.2 Penanganan di Rumah Sakit Salamun


Sesuai dengan teori diatas dapat kita lihat bahwa banyak
persamaan, di mulai dari penanganan dan penatalaksaan.
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Penyakit Dangue haemoragic faver (DHF) adalah penyakit demam akut
yang disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang berpotensial
mengakibatkan shock yang dapat menyebabkan kematian. (Arief &
Suprohaita, 2002).
Demam berdarah dangue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dangue I, II, III dan IV yang ditularkan oleh nyamuk aedes aygephty dan
aedes albopictus. (Soegijanto, 2006).
Penyebab Dangue haemoragic faver (DHF) dinamakan virus dangue
dengan tipe I, II, III dan IV. Vektor dari DHF adalah aedes aygephty, aedes
albopictus, aedes aobae, aedes cooki, aedes hakanssoni, aedes polynesis,
aedes pseudoscutellaris, aedes rotumae. (Sumarmo, 2005).
Kriteria klinik yang muncul yaitu demam tinggi mendadak dan terus
menerus selama 2-7 hari dengan sebab yang tidak jelas hampir tidak dapat
dipengaruhi oleh antipiretika, manifestasi perdarahan manipulasi (uji
tourniquet positif) dan spontan (petekie, ekimosis, perdarahan gusi,
hematemesis dan melena), hepatomegali dan shock. Sedangkan kriteria
kaloratoriknya dalah trombositopenia : jumlah trombosit kurang dari
100.000/m3 dan hemokonsentrasi : meningginya nilai hematokrit dan nilai
hemoglobin lebih dari 20% dibandingkan dengan nilai pada masa
konvalensense. (Rampengan, 2007).
Menurut Prasetiyono, D.S (2013) pencegahan yang dilakukan dengan
cara menghindari gigitan nyamuk di waktu pagi sampai sore dikarenakan
nyamuk aedes aygepthy aktif disiang hari (bukan malam hari). Hindari pula
lokasi yang banyak nyamuknya disiang hari, terutama di daerah yang ada
penderita DBD-nya.
4.3 Saran
Dengan diselesaikannya makalah ini diharapkan pembaca dapat
menerapkan mengetahui kosep penyakit Dangue haemoragic faver (DHF)
dan dapat menerapkan pola hidup bersih dan sehat.sehingga setiap individu
tersebut bisa lebih merasa khawaktir dan mampu menjaga diri dan
lingkungannya dari kemungkinan terserangnya penyakit Dangue haemoragic
faver (DHF).
Petugas kesehatan melakukan penanggulangan secara dini sebelum
masyarakat mengalami kasus penyakit Dangue haemoragic faver (DHF).
Melakukan promosi kesehatan secara menyeluryh kepada semua pihak
masyarakat agar melakukan pencegahan dan menjaga kebersihan lingkungan
di daerah sekir tempat tinggal.

Вам также может понравиться