Вы находитесь на странице: 1из 79

H.R.

Anwar Yamin
Distribution in road length and condition
Distribution in road length and condition

Road Length
based on
authority
ROAD STATUS LENGTH LEVEL OF AUTHORITY
(KM) SERVICE 9,9%
Nation
47,000 9.6%
(non toll al Road
National road) Central
Road 89.91 % Govt.
950
(toll
road) Provinc
Provincial
Road 46,500 70.99 % Provincial
Govt.
80.5 ial
% Road
Municipal / Regency/M
Regency 389,400 57.01 % unicipal
Road Govt.
TOTAL 483,700

• Indonesia with longest road in ASEAN consist of 9,9% National, 9,6% Provincial, & 80,5%
regency/municipal.
• The national road serves primary arterial road network with good condition in general.
• On the other hand, the majority of provincial and municipal road are in poor condition which burden
the overall road network

22
▪ Dari 483.700 km panjang jalan di Indonesia, 53%
adalah jalan tanpa penutup.
▪ Jalan tsb berlalu lintas rendah, LL < 400 kendaraan/hari

Unpaved Asphalt
Road Road
53% 45%

Concrete Road 2%
▪ Jalan tanah (earth or soil road)
▪ Jalan Telford
▪ Water bond MacAdam
▪ Jalan kerikil (gravel road).

▪ Jalan berpenutup aspal


▪ Jalan berpenutup beton
Jalan LL Tanpa Penutup
BUKAN jalan tempo dulu
TETAPI mrpkan tipe jalan
untuk LL rendah dan
berbiaya murah
Just in Short Time

Dirt Road

Telford Road

Gravel Road
UNPAVED ROAD (Dirt Road)
60 40

Good 35 Good
50
Soft Bad
30
Dusty Good- Dusty
Index Plastis (%)

40 25

CBR (%)
30 20

15
20
10
10
5

0 0
0 10 20 30 40 50 60 70 0 20 40 60 80

Samples Number Points of Testing

a. IP Vs Road Performance b. CBR Vs Road Performance

PI, CBR Vs Dirt Road Performance in Indonesia


JALAN KERIKIL
• Jalan bergradasi menerus yang dibuat dari campuran
antara agregat pecah atau kerikil, atau slag atau
agregat lainnya dengan material halus dari lempung
(clay) atau kombinasi campuran agregat dengan
material halus dari lempung.

• Lempung pd jln ini berfungsi sebagai ‘bonding agent’ .

• Shg jalan ini sering djuga disebut sebagai jalan kerikil-


tanah.
Tujuan :
UNPAVED ROAD (Gravel Road)

16 16

14 14
y = 8770.x- 1.62
12 12

Index Plastis (%)


R² = 0.823
Index Plastis (%)

10
10
8
8
6
6
Good 4
4
Loose
2
2 Dusty
0
0
50 55 60 65 70 75 80 85
0 10 20 30 40 50 60
CBR (%)
Samples Number

a. PI Vs Road Performance b. PI Vs CBR

PI, CBR Vs Kinerja Jalan Kerikil Indonesia 50% Batu Pecah


UNPAVED ROAD (Gravel Road)
12

y = 51001x- 2.55
10
R² = 0.77

Index Plastis (%)


8

0
60 70 80 90 100

CBR (%)

a. PI Vs Road Performance b. PI Vs CBR

PI, CBR Vs Kinerja Jalan Kerikil Indonesia 100% Batu Pecah


▪ Dapat dilewati LL dg < 70 km/jam
▪ Bila dibangun dan mendapat perawatan yang baik,
dapat dilalui dg kecepatan 100 km/jam
▪ Memiliki tahanan gelincir sangat baik
▪ Peka kerusakan brp :
▪ Gelombang (washboard)
▪ Lubang (pothole)
▪ Alur jejak roda (rutting)
▪ Pelepasan agregat (ravelling)
▪ Debu (dusty)

▪ Shg harus direncanakan dan dirawat dg baik


Beberapa Ilustrasi Jalan Kerikil (Gravel Road)
Gambar Jalan Kerikil Dengan Bentuk Permukaan yang Baik
MATERIAL UNTUK JALAN KERIKIL
Jalan kerikil dapat dibuat dg menggunakan material lokal :
• Agregat pecah
• Kerikil
• Sandstone, skist ataupun shale
• RAP (Recycling Asphalt Pavement)
• Slag
• Dll

Semua bahan yang digunakan harus mengandung fraksi pasir dan


tanah lempung.

Kinerja jalan tanpa penutup ditentukan oleh dua sifat bahan, yaitu
gradasi dan plastisitas.
MATERIAL UNTUK JALAN KERIKIL
Syarat Material untuk Jalan Kerikil

Syarat Nilai
Ukuran Saringan : Persen Lolos :
− 19 mm 100
− 4,75 mm 51 - 74
− 0,425 mm 18 - 36
− 0,075 10 - 22
Batas cair (%) Maks. 35
Angularitas 95/90
IP (%) 4 - 15
Abrasi 30%
CBR (%) Min. 60%
Permasalahan Pada Jalan Kerikil :
• Alur
• Amblas
• Lubang
• Pelepasan butir
• Debu
▪ Perubahan bentuk
Pelepasan Butir

Lubang

Alur

Debu
Amblas
Perawatan Jalan Kerikil :

• Minimasi Debu
• Pembentukan Kembali
• Pembersihan Agregat Lepas (Dragging 0r Brushing)
• Pengkerikilan Kembali (Regravelling)
• Dll, spt pembersihan saluran, gorong-gorong……
Minimasi Debu Pada Jalan Kerikil :
▪ Membatasi kecepatan laju kendaraan
▪ Menggunakan bahan kimia aktif :
• Klorida,
• Lignin sulfonat,
• Soybean oil
• Limbah gula
• Bentonite
• Dan lain sebagainya.
Catatan : * Dalam satu subsegmen ataupun segmen pada satu ruas jalan mungkin hanya terdapat satu atau dua jenis
kerusakkan saja. Pada satu ruas jalan, sangat jarang sekali semua jenis kerusakan terdapat dalam satu
subsegmen ataupun segmen.
Peralatan Inspeksi
• Alat Pengukur Kekuatan Jalan
tanah (APKJt)
• ASI&K
Slurry Seal
❑ Ditujukan untuk menghambat pelepasan
butir, menutup retak halus, dan
meningkatkan Skid resistance
❑ Bahan pengikat yang digunakan
campuran Slurry Seal adalah Aspal
Emulsi tipe
➢ LL rendah : Tipe SS-1h atau CSS-1h
➢ LL padat : Tipe QS-1h dan CQS-1h

• Bina Marga (2008). Spesifikasi khusus interim seksi 6.7,


“Pemeliharaan Permukaan Jalan Dengan Bubur Aspal
Emulsi Dimodifikasi Latex (Sullry), Jakarta
Tipe campuran Tebal rancangan (mm)
Tipe 1 2 -- 4
Tipe 2 4 -- 6
Tipe 3 6 -- 9

Persyaratan karakteristik campuran campuran lapis


penutup dengan bubur aspal emulsi
Metode Tipe Campuran
Karakteristik Campuran
Pengujian 1 2 3
✓ Kandungan residu aspal, % terhadap berat 10--16 7,5--13,5 6,5--12
agregat kering
✓ Konsistensi, cm ISSA TB NO.106 2-3
✓ Pengelupasan (wet stripping),% ISSA TB NO 114 Min. 90
✓ Kohesi ISSA TB NO.139
 30 menit, kg-cm 12*
 60 menit, kg-cm  20*
✓ Waktu pengikatan, menit ISSA TB NO.139 15 -- 720
✓ Waktu perawatan, menit < 720
✓ Pengujian abrasi jalur basah setelah ISSA TB NO 100 ≤ 500
direndam selama 1 jam, g/m2
Penghamparan Secara Manual

Penghamparan secara Machinery


CONTOH
KONDISI PERMUKAAN DENGAN DAN TANPA
APLIKASI SLURRY SEAL

6/20/2019 Yayan Suryana 28


APLIKASI SLURRY SEAL DI DIY

6/20/2019 Yayan Suryana 29


LABURAN ASPAL PASIR (SAND SEAL)

Digunakan untuk penutupan permukaan


perkerasan beraspal dan meningkatkan
kekesatan terhadap permukaan yang licin atau
sudah aus akibat penuaan, sehingga dapat
mencegah terjadinya pelepasan butiran
agregat.

Laburan aspal tidak tepat untuk memperbaiki


kerusakan seperti retak dengan intensitas
sedang dan berat (lebar retak > 6 mm),
kerusakan akibat fondasi jalan atau kerusakan
perkerasan yang berat lainnya
Tipe Aspal
Jenis Aspal Standar Rujukan
Aspal Keras
Pen 60 RSNI S-01-2003
Pen 80
Aspal Cair
MC 250 SNI 4799: 2008
MC 800
Aspal Emulsi
MS-1 SNI 6832: 2011
HFMS-2 SNI 6832: 2011
RS-1 SNI 6832: 2011
CRS-1 SNI 4798: 2011*

Takaran aspal dan agregat yang digunakan


Takaran Penggunaan untuk Variasi Kedalaman

Bahan Satuan Tekstur Permukaan Eksisting

< 0,10 cm 0,10 cm – 0,20 cm 0,21 cm – 0,30 cm

Aspal (semua jenis) liter/m2 (residu) 0,59-0,72 0,73-0,86 0,87-0,10


Agregat penutup kg/m2 6,90-7,10 7,20-7,7 7,80-8,60
Uji Coba Sand Seal Skala Kecil di Lingkungan Kampus Pusjatan

Kondisi eksisting Penyemprotan aspal emulsi

Penutupan dengan agregat halus Tektur permukaan setelah agregat halus berlebih
dibersihkan
OTTA SEAL

20/06/2019 23.50.01 33
OTTA SEAL

Keterangan :

1.Aspal

2.Agregat Pecah

a. SOS b. DOS

Lapisan Otta Seal dapat terdiri dari satu lapis agregat (Single
Otta Seal, SOS) atau dua lapis agregat (Double Otta Seal, DOS)

20/06/2019 23.50.01 34
Kriteria Penggunaan Otta Seal

❑ Pemilihan Tipe Otta Seal.


Lalu Lintas dan Tipe Pekerjaan Tipe
Pemeliharaan Single Otta Seal
Single Otta Seal dan Lapisan
LHR < 500
Penutup Pasir
500 < LHR < 2000 Double Otta Seal

❑ Pemilihan Gradasi Lapis Otta Seal.

No Lintas Harian Rata-Rata (LHR) Tipe Gradasi


1 < 100 Terbuka

2 100 - 1000 Semi Rapat


3 1000 < LHR < 2000 Rapat

20/06/2019 23.50.01 35
Gradasi Untuk Single ataupun Double Otta Seal

b. Gradasi terbuka

c. Gradasi Semi Rapat

a. Gradasi Otta Seal

catatan : gradasi yang dipilih adalah gradasi yang d. Gradasi Rapat


sejajar degan batas atas atau batas bawah yang
ditetapkan

20/06/2019 23.50.01 36
Kriteria Penggunaan Bahan untuk Otta Seal

1. Kebutuhan Agregat.
3 2
Penggunaan Agregat (m /m )
Tipe Lapisan Gradasi Terbuka Gradasi Semi Rapat Gradasi Rapat

Otta Seal 0,013-0,016 0,013-0,016 0,016-0,020

Lapis Penutup Pasir 0,010-0,020

Catatan:
❖ Tebal SOS yang diperoleh berkisar antara 2–3 cm
❖ Tebal DOS yang diperoleh berkisar antara 5–6 cm

20/06/2019 23.50.01 37
Kriteria Penggunaan Bahan untuk Otta Seal

2. Kebutuhan Aspal (l/m2) untuk Otta Seal.

Gradasi Rapat

Tipe Otta Seal Terbuka Sedang


LHR < 100 LHR > 100

Lapis 1 1.6(*) 1.7(*) 1.8(*) 1.7(*)


Double
Lapis 2 1.5 1.6 2.0 1.9

Single dengan Pasir Halus 0.7 0.7 0.6


lapisan
penutup pasir 1.6(*) 1.7(*) 2.0(*) 1.9(*)
Lapis 1
Single 1.7(*) 1.8(*) 2.0(*) 1.9(*)

Pemeliharaan (Single) 1.5 1.6 1.8 1.7

Catatan : (*) Pada lapis pondasi yang sudah diberi prime coat, jumlah aspal pada lapis 1 dapat
dikurangi 0.2 l/m2

20/06/2019 23.50.01 38
Perbedaan Permukaan Chip Seal Dg Otta Seal

1. Single Chip seal 2. Single Otta seal

20/06/2019 23.50.01 39
Pelaksanaan
Penghamparan
Otta Seal
Tahun - 2011

20/06/2019 23.50.01 40
Pelaksanaan
Penghamparan
Otta Seal
Tahun - 2011

20/06/2019 23.50.01 41
Pelaksanaan
Penghamparan
Otta Seal
Tahun - 2011

20/06/2019 23.50.01 42
Otta Seal Umur 3 Tahun

20/06/2019 23.50.01 43
CHIP SEAL
Chip seal :
Pemberian satu lapisan aspal yang diikuti dengan
pemberian satu lapisan chipping

Pemberian aspal dan chipping ini dapat


dilakukan berkali-kali dengan teknik dan ukuran
chip yang sesuai dengan tipe chip seal yang
diinginkan.

Nama lain chip seal : surface treatment, surface


dressing ataupun spray seal.
Tipe-tipe
Chip Seal
(Surface Dressing)
Bahan untuk Chip Seal :
• Chip, tipikal ukuran umumnya 7, 10, 14, 16 & bahkan 20 mm.
• Untuk double chip seal, rasio ukuran chip adalah 1 : 2.
• Jenis aspal : aspal keras, PMB, PME
Pelaksanaan Pekerjaan Chip Seal
Pelaksanaan Pekerjaan Chip Seal
Pelaksanaan Pekerjaan
Chip Seal
Negara-negara yg Menggunakan Chip Seal :
• Australia
• New Zealand Sangat Dominan
• South Africa.
• Amerika
• Inggris
• Perancis
• Irlandia
• Jerman.
Australia South Africa

New Zealand
Distribusi Umur Pelayan Single Chip Seal
ChipSeal di MUBA
Parameter-parameter yang harus diperhatikan untuk
mendapatkan chip seal dengan kinerja yang baik
antara lain adalah

- Precoating
- Lalu lintas
- Persen kendaraan berat
- kekuatan lapis pondasi
- ukuran agregat.
- Selain itu, faktor lingkungan juga harus diperhatikan.
Faktor yg Mempengaruhi Kegagalan Chip Seal:
a. Kondisi Lapisan Base
b. Lalu Lintas
c. Lingkungan

Oleh sebab itu, banyaknya dan durabilitas binder yang


digunakan, ukuran chip serta kekerasan lapisan base harus
menjadi perhatian dalam perencanaan chip seal.
Unprecoated dan Precoated chip
Ada dua metode penanganan agregat
untuk chip seal :
▪ Unprecoated
Pada metode unprecoated chip. agregat langsung
digunakan untuk pekerjaan chip seal.

▪ Precoated chip
Sebelum digunakan chip terlebih dahulu diselimuti
(precoated) dengan aspal emulsi atau aspal cair.

Tujuan precoated ini adalah untuk meningkatkan daya lekat


antara chip dengan aspal dan untuk mengatasi masalah
terkontaminasinya agregat oleh debu atau partikel halus
lainnya.
Hasil Penyelimutan Pd Variasi Kuantitas MC-30 Untuk Chip No.8
UJI VIALIT

Ketentuan yang berlaku terhadap hasil pengujian


Vialit :
• Bila pada 10 menit chip yang terlepas > 70%,
ada kemungkinan chip akan terangkat oleh roda
pemadat.
• Bila pada 30 menit chip yang terlepas > 35%,
ada kemungkinan chip akan lepas akibat
penyapuan.
• Bila pada 120 menit chip yang terlepas < 35%,
kemungkinan besar dihasilkan chip seal yang
baik.
Precoated Chip
120

Persen Penyelimutan (%)


100

80

60

40

20

0
0 0.5 1 1.5 1.75 2 2.5
Kadar MC-30 (%)

Chip 1/2" Chip 3/8" Chip 4,75 mm Chip 2,36 mm

a. Penyelimutan 100% b. Penyelimutan < 100%


Precoating Chip
Tabel . Pemilihan Jenis dan Metode Pelaksanaan Pekerjaan Chip Seal

Jenis Aspal
Ukuran Pen.60 E-55 E-60 E-70

Chip Temperatur (oC)


(inchi) 40 50 60 40 50 60 40 50 60 40 50 60
Metode Unprecoated
3/8 x x x v v v v v v v v v
1/2 x x x v v v v v v v v v
3/4 x x x v x x v v x v v v
Metode Precoated
3/8 1 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3
1/2 1 x x 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3/4 x x x 3 2 2 3 3 2 3 3 3
Keterangan :
X = Tidak dapat digunakan
V = Dapat digunakan
1 = Dapat digunakan dengan kuantitas coated 1,75% terhadap berat chip
2 = Dapat digunakan dengan kuantitas coated 1,00% - 1,75% terhadap berat chip
3 = Dapat digunakan dengan kuantitas coated 1,00% - 1,75% terhadap berat chip, semakin kecil kuantitas coating, semakin baik
TEXTURE BURDA UMUR 9 TAHUN (2006)
DIHAMPAR TAHUN 1997 DI TIMIKA
LAPIS TIPIS BETON ASPAL (LTBA) ATAU THIN HMA
LAPIS TIPIS BETON ASPAL (LTBA) ATAU THIN HMA
❑ Merupakan campuran beraspal panas
yang menggunakan gradasi dengan
ukuran maksimum < ½ inci (NMAS 9,5
mm dan 4,75 mm).
Gradasi agregat mengacu terhadap
spesifikasi superpave sesuai AASHTO
2008
❑ Lapis tipis beton aspal memberikan
manfaat lebih dari produk teknologi
perkerasan lainnya
KETENTUAN SIFAT-SIFAT CAMPURAN LAPIS TIPIS
BETON ASPAL (LTBA)
Lapis tipis beton aspal

Lapis tipis beton


Lapis tipis aspal
Sifat-sifat campuran
beton aspal 9,50 mm
4,75 mm (LTBA-B)
(LTBA-A)
Halus Kasar
Jumlah tumbukan per bidang 75
Rasio agregat lolos ayakan 0,075 mm (No. 200) 0,6--1,2 0,6--1,2 0,8--1,6
Min. 3,0
Rongga dalam campuran (VIM), %
Maks. 5,0
Rongga dalam agregat (VMA), % Min. 16 15
Rongga terisi aspal (VFB), % Min. 65
Stabilitas Marshall, kg Min. 800
Min. 2
Pelelehan, mm
Maks. 4,5

Stabilitas Sisa, % Min. 85


KETENTUAN SIFAT-SIFAT CAMPURAN LAPIS TIPIS
BETON ASPAL DIMODIFIKASI (LTBA-Modifikasi)
Lapis tipis beton aspal
Sifat-sifat campuran 9,50 mm
(LTBA-B Mod Kasar)
Jumlah tumbukan per bidang 75
Rasio agregat lolos ayakan 0,075 mm (No. 200) 0,8--1,6
Min. 3,0
Rongga dalam campuran (VIM), %
Maks. 5,0
Rongga dalam agregat (VMA), % Min. 15
Rongga terisi aspal (VFB), % Min. 65
Stabilitas Marshall, kg Min. 1000
Min. 2
Pelelehan, mm
Maks. 4,5
Rongga dalam campuran pada kepadatan
Min. 2
membal (refusal), %(1)

Stabilitas Sisa, % Min 90


Hasil Uji Coba Skala Kecil LTBA Di Lapangan

Permukaan lapis tipis beton aspal


UNMA 9,5 mm Permukaan lapis tipis beton aspal
UNMA 4,75 mm
JALAN BETON UNTUK LL RENDAH
Jalan di Desa dengan perkerasan kaku :
Jalan Kab/Kota dengan perkerasan kaku :
Tebal jalan beton hingga 30 cm untuk jalan
Bervolume rendah ?????
Perumusan Masalah
“Perlu SPM Jalan Beton Lalu Lintas Rendah”
Disain Jalan Beton + Spek 2010 : Disain Jalan Bervolume Rendah :

1. Volume Kend. > 1jt ESAL 1. Volume Kend. < 1jt ESAL /
(Beban 8 Ton) ✓ ± 500 Kend. Komersil
(Beban 5 Ton)
✓ Beban Disain 8 Ton,
Fatique 10 %

2. Kuat Lentur FS =45 MPa 2. Kuat Lentur FS min. 3,5 MPa

3. Mutu Beton ± K450 3. Mutu Beton min. K250


Pembagian Kelas Jalan Lalu Lintas Rendah

Lalu Lintas
No. Deskripsi Jalan Baban Disain Maks.
Kend. Komersil
1. Jalan Desa/ Permukiman LHRN < 50 MST 8 Ton
2. Jalan Lokal/ Kolektor 50 ≤ LHRN < 500 MST 8 Ton
3. Jalan Industri LHRN < 500 MST > 10 Ton
Mak. 12 Ton

Disain Katalog
Kriteria Jalan
Uraian
Jalan lokal Jalan kolektor Jalan khusus 3)

1. LHRN < 50 50 - 500 ≤ 800

1. Beban MST 1) Maks. 8 Ton Maks. 8 Ton Maks. 12 Ton

1. Tebal beton 150 mm 200 mm 230 mm

1. Kuat lentur, Sc 3,5 (MPa) 3,8 (MPa) 4,1 (MPa)

1. Tebal beton kurus 2) 50 mm 100 mm 100 mm

1. Tebal Lapis Fondasi 4% ≤ CBR < 6% 250 mm 250 mm 250 mm


bawah CBR ≥ 6% 150 mm 150 mm 150 mm

1. Jarak Sambungan melintang 4,0 m 4,0 m 4,0 m

Mutu Baja Min. BjTS 30 BjTS 30 BjTS 30

1. Batang Pengikat (Tie Diameter, Ø 13 mm 16 mm 16 mm


Bars) Panjang, L 600 mm 700 mm 700 mm

Spasi, S 750 mm 750 mm 750 mm

Mutu Baja Min. BjTP 30 BjTP 30

Diameter, Ø 25 mm 28 mm
1. Ruji (Dowel) Tanpa Ruji
Panjang, L 450 mm 450 mm

Catatan : Spasi, S 300 mm 300 mm


•Jumlah kendaraan dengan Beban MST (Muatan Sumbu Terberat) yang melewati ruas jalan ditentukan maksimal 10% LHRN
•Beton kurus berfungsi sebagai lantai kerja dan tidak diperhitungkan dalam perhitungan kekuatan struktur.
•Akses ke kawasan Industri
Pemakaian Dowel
Jalan Desa/ Permukiman :

Rigid Pavement – Fs 35 15 cm

Lean Concrete 5 cm

Sub Base Min. 15cm

Sub Grade
Jalan Lokal/ Kolektor (8 Ton) :

Rigid Pavement Fs 38 20 cm

Lean Concrete 10 cm

Sub Base Min. 15 cm

Sub Grade
Jalan Industri/ Khusus (>10 Ton) :

Rigid Pavement Fs 41 23 cm

Lean Concrete 10 cm

Sub Base Min. 15 cm

Sub Grade

Вам также может понравиться