Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Definisi Komunikasi
Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin Communis yang artinya membuat kebersamaan atau
membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam
bahsa latin Communico yang artinya membagi (Cherry dalam Stuart, 1983).
Oleh Harold D. Lasswell bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu tindakann komunikasi ialah
menjawab pertanyaab “siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada
siapa dan apa pengaruhnya”.
Steven memberikan definisi bahwa komunikasi terjadi kapan saja suatu organisme memberi reaksi
terhadap suatu obyek atau stimuli. Apakah itu berasal dari seseorang atau lingkungan sekitarnya.
Misalnya seseorang berlindung pada sesuatu tempat karena suatu badai, atau kedipan mata sebagai
reaksi terhadap sinar lampu, juga adalah peristiwa komunikasi.
Oleh sekelompok sarjana komunikasi yang mengkhususkan diri pada sutdi komunikasi antarmanusia
(human communication) bahwa Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang
menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan :
membangun hubungan antar sesama manusia
melalui pertukaran informasi
untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain
serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku. (Book, 1980)
Everett M. Rogers (1986) seorang pakar Sosiologi Pedesaan Amerika yang telah banyak memberi perhatian
pada studi riset komunikasi, khususnya dalam hal penyebaran inovasi membuat definisi bahwa,
Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada sat penerima atau lebih,
dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Sebelumnya Everett M. Rogers dengan D.
Lawrence Kincaid (1981) juga telah memberikan definisi, bahwa komunikasi adalah suatu proses
dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama
lainnya, yang pada gilirannya akan tiab pada saling pengertian yang mendalam.
Shanon dan Weaver (1949) juga memberi gambran lain bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi
manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja tau tidak disengaja. Tidak
terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka,
lukisan, seni dan tekhnologi.
Fungsi Komunikasi
Fungsi adalah potensi yang dapat digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan tertentu. Untuk mengetahui
fungsi komunikasi ini maka kita perlu memahami terlebih dahulu tipe komunikasi, sabab itu akan
membedakan fungsinya. Menurut Hafied Cangara (2000) bahwa komunikasi dibagi dalam 4 (empat)
tipe, yakni komunikasi diri sendiri (Intrapersonal Communication), komunikasi antarpribadi
(Interpersonal Communication), komunikasi publik (Public Communication), dan komunikasi massa
(Mass Communication).
Komunikasi diri sendiri (Intrapersonal Communication)Tipe komunikasi ini adalah komunikasi yang
terjadi dalam diri seseorang. Tipe ini sebenranya belum dianggap sepenuhnya sebagai proses
komunikasi, karena tipe ini sebenarnya adalah bentuk respon diri seseorang terhadap sesuatu hal,
apakah yang terlihat, terdengar, maupun yang dirasakannya. Termasuk dalam proses pengambilan
keputusan. Beberapa kalangan menilai hal ini sebagai aktivitas internal monolog bukan sebagai proses
komunikasi (Asante, 1979).
Komunikasi antarpribadi (Interpersonal Communication)Komunkasi ini berlangsung antara dua orang tau
lebih secara tatap muka. R. Wayne Pace (1979), “interpersonal communication is communication
involving two or more people in fafe to face setting”.
Menurut sifatnya, komunikasi ini dibagi menjadi dua yaitu komunikasi diadik dan komunikasi kelompok
kecil.
Komunikasi Diadik
Komunikasi diadik berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap muka (Cangara, 2000). Komunikasi
diadik dapat dilakukan dalam tiga bentuk, yakni (1) percakapan (berlangsung dalam suasana
bersahabat dan informal), (2) dialog (berlangsung dalam situasi lebih intim, mendalam, dan lebih
personal), dan (3) wawancara (sifatnya lebih serius karena ada yang bersifat dominan pada posisi
bertanya dan lainnya pada posisi menjawab) (Pace, 1979).
Komunikasi kelompok kecil
Komunikasi kelompok kecil berlangsung antara 3 orang atau lebih secara bertatap muka, dimana anggota-
anggotanya saling berinteraksi satu sama lainnya. Alasan komunikasi kelompok kecil disebut sebagai
komunikasi antarpribadi karena pertama, proses komunikasinya berlangsung dengan cara tatap muka,
kedua, kedudukan pembicara dan pendengar adalah sama, tidak ada pembiacara yang dominnan,
ketiga, semua anggota memiliki peran yang sama, kadang sebagai pembicara dan juga sebagai
penerima.
Komunikasi publik (Public Communication)Komunikasi ini menunjukkan suatu proses dimana pesan-
pesan yang disampaikan oleh pembicara dalam situasi tatap muka di depan khlayak yang lebih besar.
Ciri-ciri tipe komunikasi publik :
Penyampaian pesan berlangsung secara kontinu
Dapat diidentifikasikan siapa sumber dan siapa penerima
Interaksi terbatas sehingga tanggapan balik juga terbatas
Sumber sering tidak dapat mgnidentifikasikan pendengarnya satu-persatu
Pesan yang disampaikan tidak terjadi secara spontan melainkan sudah dipersiapkan dalam bentuk
konsep/teks
Tipe ini sering ditemui dalam kegiatan seperti kuliah umum, khotbah, rapat akbar, dll
Pesan yang disampaikan juga terbatas pada khalayak tertentu seprti dalam pengarahan, ceramah,
santiaji, seminar, dan rapat anggota.
Komunikasi massa (Mass Communication)Tipe komunikasi ini berlangsung secara massal, dimana
sumbernya biasanya berasal dari suatu lembaga tertentu dan ditujukan kepada khalayak umum secara
massal, dan biasanya menggunakan alat-alat tertentu misalnya radio, televisi, maupun surat kabar. Ciri-
ciri tipe ini adalah :
Sifat pesan terbuka untuk khalayak umum yang variatif, tidak terbatas pada suku, usia, maupun golongan
tertentu
Proses peyampaian pesannya lebih formal dan terencana, karena itu lebih rumit dari tipe sebelumnya
Komunikasi berlangsung satu arah, karena itu tanggapan balik sangat terbatas dilakukan
Penyampaian pesan berlangung secara cepat, serempak, dan meluas
Unsur-unsur Komunikasi
Unsur komunikasi yang dimaksud adalah unsur yang mendukung sehingga dapt terjadinya proses
komunikasi. Dalam banyak pandangan tentang ini terdapat beberapa pandangan yang menyebutkan
unsur-unsur ini.
Seorang ahli filsafat Yunani kuno, Aristoteles menyebutkan bahwa proses komunikasi memerlukan tiga
unsur, yakni siapa yang berbicara, apa yang dibicarakan, siapa yang mendengarkan.
David K. Berlo membuat formula komunikasi yang dikenal dengan nama “SMCR”, yakni Source
(pengirim), Message (Pesan), Channel (Saluran-Media), Receiver (Penerima).
Sebagai pelengkapnya Gerald Miller dan Melvin L. De Fleur menambahkan unsur efek dan umpan balik
(feedback). Kedua unsur ini lebih banyak dikembangkan pada proses komunikasi antarpribadi, dan
komunikasi massa
Joseph de Vito, K. Sereno, dan Erika Vora, memberi anggapan bahwa faktor lingkungan juga merupakan
unsur yang tidak kalah pentingnya dalam mendukung terjadinya proses komunikasi.
Dari rumusan-rumusan di atas, Cangara (hal. 23; 2000) merumuskan bahwa unsur komunikasi adalah
Sumber, Pesan, Media, Penerima, Efek, Lingkungan, dan Umpan balik.
SumberPengirim, komunikator, source, sender, atau encoder adalah istilah yang biasa digunakan untuk
menyebut sumber. Sumberlah yang memegang peranan penting sebagai pelaku utama pembuat
komunikasi. Sumber bisa perorangan maupun kelompok, seperti pemerintah, partai, ormas, dan
lainnya.
PesanMessage, content adalah apa yang biasa disebut sebagai pesan. Dalam proses komunikasi selalu ada
hal yang diberikan dan ditanggapi, yakni pesan. Pesan dapat berisi apa saja. Pesan dapat disampaikan
secara langsung maupun melalui media atau alat. Pesan dapat berupa bahasa verbal maupun bahasa
non-verbal. Intinya pesan adalah sesuatu yang ingin disampaikan oleh sumber kepada penerima.
MediaMedia pada dasarnya adalah alat yang mnghubungkan Sumber dengan Penerima dan juga sebagai
pemindah pesan dari sumber kepada penerima. Dalam hal ini kita bisa menganggap panca indera kita
sebagai media komunikasi. Namun karena keterbatasannya indera kita terutama untuk jarak dan
waktu sehingga media kini telah berkembang dalam bentuk yang lebih canggih.
PenerimaKhalayak, sasaran, komunikan, audience, dan receiver adalah istilah untuk penerima disini.
Penerima merupakan sasaran dalam proses komunikasi sehingga selalu akan timbul masalah jika pesan
itu tidak diterima dengan baik olehnya. Penerima bisa perorangan ataupun massal tergantung pada
tipe komunikasi itu sendiri.
Pengaruh/EfekPengaruh adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh
penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Dengan adanya komunikasi seseorang dapat
mengerti sesuatu hal dan dapat menentukan arah tindakannya. Apakah meneriam dengan diam,
ataupun melakuakn suatu tindakan. Hal itu tergantung dari sifat dan prinsip seseorang.
Tanggapan balik atau Umpan BalikUmpan balik merupakan salah satu bentuk daripada pengaruh yang
berasal dari penerima. Selain itu umpan balik juga dapat berasal dari media itu sendiri disebabkan
karena gangguan/kendala tertentu dalam pengiriman pesan sehingga umpan balik yang diterima disini
juga dapat berupa informasi tersebut.
LingkunganLingkungan merupakan faktor yang juga mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapt
tergolong dalam 4 (empat) macam, yakni Lingkungan Fisik, Sosial budaya, Psikologis, dan Dimensi
waktu
Lingkungan fisik misalnya letak geografisnya atau dengan kata lain masalah jarak. Lingkungan sosial
misalnya masalah perbedaaan bahasa, kepercayaan, adat istiadat, dan status sosial. Lingkungan
Psikologis misalnya memahami perasaaan orang-orang yang menerima pesan tersebut. Sedangkan
Dimensi waktu menunjukkan situasi yang tepat untuk melakukan kegiatan komunikasi, misalnya
musim.
A. KOMUNIKASI EFEKTIF
Kita dapat membedakan komunikasi berdasarkan interaksi yang terjalin antara komunikator dengan
komunikannya, yaitu:
Komunikasi Efektif
Komunikasi efektif adalah komunikasi yang bertujuan agar komunikan dapat memahami pesan yang
disampaikan oleh komunikator dan komunikan memberikan umpan balik yang sesuai dengan pesan.
Umpan balik yang sesuai dengan pesan tidak selalu berupa persetujuan. Komunikan dapat saja
memberikan umpan balik berupa ketidaksetujuan terhadap pesan, yang terpenting adalah dimengertinya
pesan dengan benar oleh komunikan dan komunikator memeroleh umpan balik yang menandakan bahwa
pesannya telah dimengerti oleh komunikan. Sebagai contoh, auditor meminta data anggaran kepada
auditan. Auditan mengerti permintaan auditor, tetapi menolak memberikan data tersebut, maka
komunikasi yang terjadi telah efektif. Komunikasi tersebut efektif, meskipun umpan balik tidak sesuai
keinginan auditor, karena pesan telah dimengerti dengan benar dan diberikan umpan balik.
Agar komunikasi efektif terjadi terdapat 2 hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
a. Keselarasan elemen-elemen komunikasi dengan pesan. Elemen-elemen komunikasi harus mendukung
isi pesan.Elemen-elemen komunikasi tersebut adalah komunikator, encoding, saluran, decoding, dan
komunikannya. Komunikasi akan efektif jika terdapat keselarasan isi pesan dengan elemen-elemen lain dari
proses komunikasi.
b. Minimalisasi hambatan komunikasi. Komunikasi akan efektif jika hambatan berhasil diminimalkan.
Hambatan komunikasi dapat terjadi pada tiap elemen komunikasi termasuk pada situasi komunikasi
Berikut ini ilustrasi ketika keselarasan elemen-elemen komunikasi tidak diperhatikan yang mendorong
komunikasi menjadi tidak efektif.
Seorang auditor memerlukan data anggaran belanja suatu kantor. Untuk itu, dia meminta seorang petugas
kebersihan kantor tersebut untuk meminta data anggaran belanja ke bagian keuangan. Maka, petugas
kebersihan tersebut mendatangi salah seorang staf keuangan, dan meminta anggaran belanja. Kemudian,
petugas kebersihan kembali ke tempat auditor dan menyerahkan anggaran belanja kepada si auditor. Ketika
anggaran tersebut dibaca oleh auditor, maka yang terbaca oleh auditor adalah daftar rencana belanja alat-
alat dan bahan-bahan kebersihan satu tahun mendatang. Komunikasi ini tidak efektif karena staf keuangan
sebagai komunikan tidak memahami pesan dengan benar. Hal ini disebabkan ketidakselarasan elemen
komunikator, yaitu petugas kebersihan, dengan isi pesan.
Komunikasi dikatakan efektif apabila terdapat aliran informasi dua arah antara komunikator dan
komunikan dan informasi tersebut sama-sama direspon sesuai dengan harapan kedua pelaku komunikasi
tersebut. Setidaknya terdapat lima aspek yang perlu dipahami dalam membangun komunikasi yang efektif,
yaitu :
a. Kejelasan
Hal ini dimaksudkan bahwa dalam komunikasi harus menggunakan bahasa dan mengemas informasi secara
jelas, sehingga mudah diterima dan dipahami oleh komunikan.
b. Ketepatan
Ketepatan atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa yang benar dan kebenaran informasi yang
disampaikan.
c. Konteks
Konteks atau sering disebut dengan situasi, maksudnya adalah bahwa bahasa dan informasi yang
disampaikan harus sesuai dengan keadaan dan lingkungan dimana komunikasi itu terjadi.
d. Alur
Bahasa dan informasi yang akan disajikan harus disusun dengan alur atau sistematika yang jelas, sehingga
pihak yang menerima informasi cepat tanggap
e. Budaya
Aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi juga berkaitan dengan tatakrama dan etika.
Artinya dalam berkomunikasi harus menyesuaikan dengan budaya orang yang diajak berkomunikasi, baik
dalam penggunaan bahasa verbal maupun nonverbal, agar tidak menimbulkan kesalahan persepsi. (Endang
Lestari G : 2003)
Menurut Santoso Sastropoetro (Riyono Pratikno : 1987) berkomunkasi efektif berarti bahwa komunikator
dan komunikan sama-sama memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan, atau sering disebut dengan
“the communication is in tune”. Agar komunikasi dapat berjalan secara efektif, harus dipenuhi beberapa
syarat :
a. menciptakan suasana komunikasi yang menguntungkan
b. menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti
c. pesan yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat bagi pihak komunikan
d. pesan dapat menggugah kepentingan komunikan yang dapat menguntungkan
e. pesan dapat menumbuhkan suatu penghargaan bagi pihak komunikan.
HUBUNGAN ANTAR MANUSIA (HAM)
Tujuan HAM
Tujuan dari HAM adalah:
Memanfaatkan pengetahuan tentang faktor sosial dan psikologis dalam penyesuaian diri manusia sehingga
terjadi keselarasan dan keserasian, dengan konflik seminimal mungkin.
Memenuhi kebutuhan antara individu yang satu dengan yang lain.
Memperoleh pengetahuan dan informasi baru.
Menumbuhkan sikap kerjasama.
Menghilangkan sikap egois/paling benar.
Menghindari dari sikap stagnan karena “manusia adalah makhluk homo socius”; mengubah sikap dan
perilaku diri sendiri dan orang lain serta memberikan bantuan.
Rasa Percaya
Secara ilmiah “percaya” didefinisikan mangandalkan perilaku orang untuk mencapai tujuan yang
dikehendaki, yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang penuh resiko (Eiddin, 1967: 224-234).
Keuntungan rasa percaya kepada orang lain adalah meningkatkan komunikasi interpersonal (membuka
saluran komunikasi, memperlancar pengiriman informasi, memperluas peluang mencapai tujuan);
mengurangi hambatan interpersonal.
Faktor yang menumbuhkan rasa percaya adalah:
Menerima, kemampuan berhubungan dengan orang lain tanpa menilai dan berusaha mengendalikan.
Empati, paham dengan keadaan orang lain.
Kejujuran, menyebabkan perilaku dapat diduga.
Sikap Sportif
Sikap yang mengurangi sikap melindungi diri (defensif) dalam komunikasi yang terjadi dalam interaksi
sosial. Jack R. Gibb mengemukakan enam perilaku yang menimbulkan sikap sportif.
Iklim defensif meliputi: evaluasi, kontrol, strategi, netralitas, superioritas dan kepastian. Sedangkan iklim
suportif meliputi: deskripsi, orientasi masalah, spontanitas, empati, persaamaan dan profesionalisme.
Evaluasi dan deskripsi. Evaluasi adalah penilaian terhadap orang lain, memuji atau mengecam. Deskripsi
adalah penyampaian perasaan atau persepsi tanpa melakukan penilaian.
Kontrol dan orientasi masalah. Perilaku kontrol artinya berusaha mengubah orang lain, mengendalikan,
mengubah sikap, pendapat dan tindakannya. Orientasi masalah adalah mengkomunikasikan keinginan
untuk bekerjasama mencari pemecahan masalah.
Strategi dan spontanitas. Strategi adalah penggunaan tujuan atau manipulasi untuk mempengaruhi orang
lain. Spontanitas artinya sikap jujur.
Netralitas dan Empati. Netralitas adalah sikap impersonal, memperlakukan orang lain sebagai objek.
Empati artinya memperlakukan orang lain sebagaimana mestinya.
Superioritas dan persamaan. Superioritas artinya seseorang lebih tinggi karena status, kekuasaan,
kemampuan, intelektual, kekayaan atau kecantikan. Persamaan adalah sikap memperlakukan seseorang
secara horisontal dan demokratis.
Kepastian dan Profesionalisme. Individu yang memiliki kepastian bersifat dogmatis, egois, dan melihat
pendapatnya merupakan kebenaran yang mutlak. Profesionalisme adalah kesediaan meninjau kembali
pendapat orang lain.
Teknik-Teknik HAM
Teknik hubungan antar manusia terbagi dalam:
Tindakan sosial.
Kontak sosial.
Komunikasi sosial.
Teori hubungan antar manusia.
Tindakan Sosial
Menurut Max Weber, tindakan sosial adalah tindakan seorang individu yang dapat mempengaruhi individu
lain dalam masyarakat. Tindakan sosial dibedakan menjadi :
Tindakan rasional instrumental: tindakan yang memperhitungkan kesesuaian antara cara dan tujuan atau
antara efisiensi dengan efektifitas.
Tindakan rasional berepresati nilai: tindakan yang berkaitan dengan nilai dasar dalam masyarakat.
Tindakan tradisional: tindakan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan adat istiadat atau kebiasaan.
Tindakan afektif: tindakan yang dilakukan seseorang atau kelompok berdasarkan perasaan atau emosi.
Kontak Sosial
Kontak sosial adalah hubungan antara satu pihak dengan pihak lain yang merupakan terjadinya awal
interaksi sosial.
Komunikasi Sosial
Proses komunikasi terjadi saat kontak sosial berlangsung. Secara harfiah komunikasi merupakan hubungan
atau pergaulan dengan orang lain.
KONSEP DIRI
Definisi Konsep Diri menurut Wiiliam D. Brooks adalah those physical, social, and psychological
perceptions of ourselves that we have derived from experiences and our interaction with others.
Konsep diri merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan dalam komunikasi antar pribadi.
Kunci keberhasilan hidup adalah konsep diri positip. Konsep diri memainkan peran yang sangat besar
dalam menentukan keberhasilan hidup seseorang, karena konsep diri dapat dianalogikan sebagai suatu
operating sistem yang menjalankan suatu komputer. Konsep diri dapat mempengaruhi kemampuan
berpikir seseorang. Konsep diri yang jelek akan mengakibatkan rasa tidak percaya diri, tidak berani
mencoba hal-hal baru, tidak berani mencoba hal yang menantang, takut gagal, takut sukses, merasa diri
bodoh, rendah diri, merasa diri tidak berharga, merasa tidak layak untuk sukses, pesimis, dan masih banyak
perilaku inferior lainnya.
Sebaliknya orang yang konsep dirinya baik akan selalu optimis, berani mencoba hal-hal baru, berani sukses,
berani gagal, percaya diri, antusias, merasa diri berharga, berani menetapkan tujuan hidup, bersikap dan
berpikir positip, dan dapat menjadi seorang pemimpin yang handal.
Komunikan yang berkonsep diri positip adalah Komunikan yang Tembus Pandang (transparent). Faktor
yang mempengaruhi: orang lain, significant others, reference group.
Joseph Luft dan Harrington Ingham, mengembangkan konsep Johari Window sebagai perwujudan
bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain yang digambarkan sebagai sebuah jendela. ’‘Jendela’’
tersebut terdiri dari matrik empat sel, masing-masing sel menunjukkan daerah self (diri) baik yang terbuka
maupun yang disembunyikan. Keempat sel tersebut adalah daerah publik, daerah buta, daerah tersembunyi,
dan daerah yang tidak disadari.
Open area adalah informasi tentang diri kita yang diketahui oleh orang lain seperti nama, jabatan,
pangkat, status perkawinan, lulusan mana, dll. Ketika memulai sebuah hubungan, kita akan
menginformasikan sesuatu yang ringan tentang diri kita. Makin lama maka informasi tentang diri
kita akan terus bertambah secara vertikal sehingga mengurangi hidden area. Makin besar open area,
makin produktif dan menguntungkan hubungan interpersonal kita.
Hidden area berisi informasi yang kita tahu tentang diri kita tapi tertutup bagi orang lain.
Informasi ini meliputi perhatian kita mengenai atasan, pekerjaan, keuangan, keluarga, kesehatan,
dll. Dengan tidak berbagi mengenai hidden area, biasanya akan menjadi penghambat dalam
berhubungan. Hal ini akan membuat orang lain miss komunikasi tentang kita, yang kalau dalam
hubungan kerja akan mengurangi tingkat kepercayaan orang.
Blind area yang menentukan bahwa orang lain sadar akan sesuatu tapi kita tidak. Misalnya
bagaimana cara mengurangi grogi, bagaimana caranya menghadapi dosen A, dll. Sehingga dengan
mendapatkan masukan dari orang lain, blind area akan berkurang. Makin kita memahami
kekuatan dan kelemahan diri kita yang diketahui orang lain, maka akan bagus dalam bekerja tim.
Unknown area adalah informasi yang tidak diketahui oleh orang lain dan diri kita. Sampai kita
dapat pengalaman tentang sesuatu hal atau orang lain melihat sesuatu akan diri kita bagaimana kita
bertingkah laku atau berperasaan. Misalnya ketika pertama kali seneng sama orang lain selain
anggota keluarga kita. Kita tidak pernah bisa mengatakan perasaan “cinta”. Jendela ini akan
mengecil sehubungan kita tumbuh dewasa, mulai mengembangkan diri atau belajar dari
pengalaman.
Daerah publik adalah daerah yang memuat hal-hal yang diketahui oleh dirinya dan orang lain.
Daerah buta adalah daerah yang memuat hal-hal yang diketahui oleh orang lain tetapi tidak
diketahui oleh dirinya.
Daerah tersembunyi adalah daerah yang memuat hal-hal yang diketahui oleh diri sendiri tetapi
tidak diketahui oleh orang lain.
Oleh karena adanya perbedaan individual, maka besarnya masing-masing daerah pada seseorang berbeda
dengan orang lain.
Pengenalan diri dapat dilakukan melalui 2 tahap, tahap yang pertama pengungkapan diri (self-disclosure)
dan tahap yang kedua menerima umpan balik (feedback). Tahap pengungkapan diri, orang memperluas
daerah C (lihat gambar 2), sedangkan untuk memperluas daerah B dibutuhkan umpan balik dari orang lain
(lihat gambar 3). Akhirnya, ia akan mempunyai daerah publik (A) yang semakin luas.
A. Pengertian Keterampilan Membina Hubungan Baik
Membina hubungan baik adalah dasar dari pemberian konseling pada klien. Dengan adanya
hubungan yang baik akan menciptakan keterbukaan dari klien terhadap bidan.
Ada tiga cara yang membantu klien merasa aman setelah membuka informasi pribadinya, yakni:
1. Mengakhiri pembicaraan secara halus
Konselor perlu mengetahui proses mengakhiri pembicaraan yang biasanya berlangsung. Ketika
mendekati akhir sebuah pembicaraan konseling, sebaiknya konselor:
Memberi tanda bahwa pembicaraan akan berakhir
Membuat rangkuman
Mengatakan bahwa hasil pembicaraan tidak harus dipraktikan
Memberi penegasan.
Mengajak untuk melanjutkan pembicaraan di waktu lain
Memberikan pernyataan tertutup
Mengubah topic pembicaraan.
Hubungan bersifat tidak pasti atau permanen.Hubungan memiliki faktor-faktor yang membantu untuk
menentukan batas teritori percakapan kita.
1. Faktor-faktor yang membantu untuk menentukan batas teritori percakapan:
Status. Status adalah kedudukan yang anda akui pada orang laindikaitkan dengan anda.Anda
melihat diri anda sendiri tinggi atau rendah dalam status hubungan anda dengan orang lain.Orang
member status pada orang lain. Status adalah bukti derajat penghargaan, keakraban atau penolakan
terhadap orang lain.
Kekuatan. Kekuatan adalah kendali manusia unuk mendesak satu sama lain.Jika anda dapat
mempengaruhiatau mengendalikan sikap seseorang dengan segala cara maka anda mempunyai
kekuatan atas mereka.
Peran. Peran adalah perilaku yang diharapkan seseorang terhadap orang lainnya.Orang cenderung
bercakap-cakap dengan orang lain sesuai perannya.Misalnya jika anda seorang Bidan maka orang
akan cenderung bercakap-cakap dengan anda sesuai peran anda sebagai seorang bidan.
Kegemaran. Percakapan bakal berhasil pada orang yang walau tidak saling mengenal tetapi
memiliki kegemaran yang sama,sehingga dapat terjalin suatu hubungan.
Tiga hal penting lain yang perlu diperhatikan pada waktu melakukan konseling agar hubungan baik lebih
mantap, yaitu:
Menunjukan tanda perhatian verbal, yang dimaksud adalah kata-kata pendek seperti: hemmm…, ya,
lalu, oh ya, terus, begitu, ya, dan pengulangan kata-kata penting yang diucapkan oleh
klien.maksudnya mem
Menjalin kerjasama, dalam konseling, bidan yang baik adalah bidan yang meningkatkan hubungan
baik dengan klien. Hal ini akan terwujud apabila selama proses konseling bidan selalu berusaha
bersama dengan klien.
Memberi respon yang positif, pujian dan dukungan. Memberi pujian maksudnya mengungkapkan
persetujuan atau kekaguman sehingga mendorong tingkah laku yang baik, penghargaan terhadap
usaha yang dilakukan klien dengan baik. Memberi dukungan maksudnya memberi dorongan,
kepercayaan dan harapan pada klien, agar klien tahu bahwa bidan percaya klien dapat mengatasi
masalah dan membantu klien mengatasi masalahnya.
Contoh perilaku respon positif yang mendukung terciptannya hubungan baik:
Bersalaman dengan ramah
Mempersilahkan duduk
Besabar
Tidak menginterupsi/ memotong pembicaraan klien
Menjaga rahasia klien
Tidak melakukan penilaian ( misal: menyalahkan klien )
Mendengarkan dengan penuh perhatian
Menanyakan alasan kedatangan klien
Menghargai apapun pertanyaan maupun pendapat klien
MENDENGARKAN SECARA AKTIF
Komunikasi merupakan suatu interaksi dinamis antara komunikator dan komunikan. Interaksi terjadi
dengan baik, jika komunikan dapat memahami pesan dan komunikator dapat memahami umpan balik dari
komunikan. Dalam komunikasi tertulis, kalimat, tata bahasa, dan format penyajian pesan
harusdiperhatikan kedua pihak sehingga pesan dan umpan balik dapat dipahami. Sedangkan dalam
komunikasi lisan dan tatap muka maka mendengarkan adalah cara untuk memahami pesan bagi
komunikan dan memahami umpan balik bagi komunikator. Berbeda dengan komunikasi tertulis di mana
pemahaman bisa tercapai dengan membaca ulang, mendengarkan memerlukan perhatian lebih karena
pengulangan akan menyebabkan gangguan dalam komunikasi. Karena itu, baik komunikator maupun
komunikan perlu mendengarkan secara aktif, sehingga pesan maupun umpan balik dapat dipahami dengan
benar.
Charles J. Stewartdan William B. Cash, Jr3 menjelaskan 4 pendekatan yang dapat digunakan untuk
mendengarkan secara aktif, yaitu mendengarkan untuk:
1. Pemahaman. Mendengarkan untuk pemahaman adalah pendekatan utama dalam menerima, memahami,
dan mengingat pesan secara akurat dan lengkap. Tujuan mendengarkan untuk pemahaman adalah untuk
berkonsentrasi pada pesan atau umpan balik agar mengerti dan tetap obyektif, serta menghindari sikap
menilai. Berikut ini panduan mendengarkan untuk pemahaman:
a. Dengarkan pertanyaan dengan seksama, sebelum menjawab. Dan sebaliknya, dengarkan jawaban,
sebelum mengajukan pertanyaan berikutnya.
b. Tenang, tidak terburu-buru.
c. Dengarkan isi dan ide pesan atau umpan balik.
d. Catat hal-hal penting untuk mempertahankan informasi.
e. Gunakan pertanyaan untuk mengklarifikasi informasi.
2. Empati. Mendengarkan untuk empati adalah suatu cara untuk menunjukkan perhatian yang tulus,
pengertian, dan keterlibatan. Mendengarkan untuk empati adalah usaha untuk memosisikan diri kita
dalam sudut pandang komunikan guna mengerti dan mengapresiasi apa yang dipikir dan dialami
komunikan. Panduan mendengarkan untuk empati, sebagai berikut:
a. Tunjukkan ketertarikan.
b. Jangan memotong pembicaraan.
c. Tetap tenang, meskipun menangkap ungkapan emosi yang kuat.
d. Tetap tidak evaluatif, kecuali jika sangat diperlukan.
e. Saat mendengarkan tetap awas pada isyarat permintaan pilihan atau saran.
f. Menjawablah dengan taktis dan penuh pengertian.
3. Evaluasi. Mendengarkan untuk evaluasi bertujuan untuk menilai apa yang didengar dan dilihat saat
berkomunikasi. Mendengarkan untuk evaluasi adalah tingkatan berikut dari mendengarkan untuk
pemahaman dan empati, karena kita tidak siap untuk menilai sebelum kita memahami dengan benar pesan
verbal dan nonverbal dari mitra komunikasi kita. Panduan mendengarkan untuk evaluasi adalah sebagai
berikut:
a. Dengarkan secara seksama seluruh pesan dan umpan balik sebelum menilai.
b. Dengarkan dengan seksama simbol verbal dalam bentuk kata-kata, pernyataan maupun argumentasi, dan
perhatikan simbol nonverbal berupa raut wajah, intonasi suara, dan bahasa tubuh.
c. Jika belum yakin, bertanyalah untuk meminta penjelasan.
d. Hindari bersikap defensif. Misalnya, ada pernyataan dari komunikan bahwa kita belum mengerti
permasalahannya, maka tidak perlu kita menolak dengan mengatakan bahwa kita sudah tahu, ini sikap
defensif. Sebaiknya kita mempersilahkankomunikan untuk menjelaskan bagaimana persoalan yang
sebenarnya menurut dia.
4. Kesepakatan. Mendengarkan untuk kesepakatan (resolusi) bertujuan untuk mendapatkan kesepakatan
yang berfokus pada masalah bersama, bukan pada masalah masing-masing pihak, guna kesepakatan dan
penyelesaian untuk kepentingan bersama. Mendengarkan untuk kesepakatan biasanya digunakan untuk
rapat, negosiasi, dan pengambilan keputusan kelompok. Panduan mendengarkan untuk kesepakatan adalah
sebagai berikut:
a. Dorong pertukaran yang seimbang antar pihak yang berkomunikasi.
b. Tumbuhkan kepercayaan bahwa tiap pihak dapat berkontribusi dalam pencapaian kesepakatan dan
pemecahan masalah.
c. Berfokuslah pada komunikasi, bukan pada masalah psikologi. Misalnya, jangan terjebak pada
pembahasan kebutuhan masing-masing pihak terlalu dalam, tetapi berfokuslah pada apakah kebutuhan
masing-masing pihak telah tersampaikan dan dimengerti pihak lain.
d. Berfokus pada apa yang dapat dilaksanakan saat ini. Tidak perlu fokus pada apa yang telah terjadi, atau
terlalu banyak memertimbangkan asumsi masa datang yang menjurus pada sikap berandai-andai.
e. Saling memberikan dukungan atas kontribusi masing-masing pihak dalam upaya pencapaian
kesepakatan, pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah.
Keterampilan mendengarkan adalah keterampilan yang dapat dipelajari. Agar mampu berkomunikasi
dengan baik, maka kita perlu berlatih menggunakan pendekatan mendengarkan yang sesuai dengan
pendekatan komunikasi yang kita hadapi. Misalnya, untuk komunikasi yang empatik, kita gunakan
pendekatan mendengarkan untuk empati. Untuk komunikasi persuasif, kita gunakan pendekatan
mendengarkan untuk kesepakatan.
Pesan dalam komunikasi menempati posisi sentral. Pesan tidak lain adalah stimulus-stimulus informatif
dari komunikator kepada komunikan. Stimulus ini disampaikan dalam bentuk verbal dan nonverbal.
Untuk menghasilkan stimulus verbal yang informatif, maka kita perlu menyampaikan pesan secara
sederhana, ringkas, lengkap, dan sistematis. Dalam komunikasi tatap muka, pesan dalam bentuk verbal
tidak dapat dipisahkan dari pesan nonverbal yang disampaikan melalui ekspresi wajah dan bahasa tubuh.
Pemahaman atas ekspresi wajah dan bahasa tubuh akan membantu komunikator untuk:
1. Menjaga keselarasan kode verbal dalam pesan dengan kode nonverbal ekspresi wajah dan bahasa tubuh
agar komunikasi efektif.
2. Memahami umpan balik komunikan.
3. Menilai kesesuaian kode verbal dan nonverbal komunikan untuk menentukan validitas informasi.
Ekspresi wajah adalah gerakan wajah yang menyampaikan emosi dan sikap tertentu. Emosi yang terlihat
dari ekspresi wajah bersifat universal. Ekspresi wajah bahagia dari orang Mesir akan sama dengan ekspresi
wajah bahagia orang Indonesia. Emosi-emosi yang dapat dikenali dari ekspresi wajah adalah:
1. Senang / Bahagia.
2. Sedih.
3. Marah.
4. Tidak suka.
5. Jijik.
6. Takut.
7. Terkejut.
Bahasa tubuh adalah gerakan-gerakan anggota tubuh yang merupakan perwujudan dari “informasi dan
perintah” otak. Gerakan-gerakan ini bersifat spontan karena merupakan hasil belajar seseorang berdasarkan
pengaruh-pengaruh genetik dan kebudayaan. Berikut ini contoh-contoh sederhana bahasa tubuh:
1. Kita mengangguk jika setuju.
2. Kita berjongkok karena ketakutan.
3. Kita tertunduk dan menggelengkan kepala saat merasa prihatin.
4. Kita membusungkan dada dan mencondongkan badan ke depan untuk memberikan tantangan atau
menyatakan siap menyambut tantangan.
STRATEGI MEMBANTU KLIEN DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN
Kemampuan dalam mengambil keputusan adalah sangat penting bagi klien untuk menyelesaikan masalah
kegawatdaruratan terutama yang berhubungan dengan kebidanan. Dalam konseling pengambilan
keputusan mutlak diambil oleh klien, bidan hanya membantu agar keputusan yang diambil klien tepat.
Empat strategi membantu klien dalam mengambil keputusan :
1. Membantu klien meninjau kemungkinan pilihannya.beri kesempatan klien untuk melihat lagi
beberapa alternative pilihannya, agar tidak menyesal atau kecewa terhadap pilihannya.
2. Membantu klien dalam mempertimbangkan keputusan pilihan, dengan melihat kembali keuntungan
atau konsekuensi positif dan kerugiannya atau konsekuensi negative.
3. Membantu klien mengevaluasi pilihan. Setelah klien menetapkan pilihan, bantu klien mencermati
pilihannya.
4. Membantu klien menyusun rencana kerja, untuk menyelesaikan masalahnya.
4. Konseling bukan proses informasi, melainkan informasi setelah konselor memperoleh data atau
informasi tentang keadaan dan kebutuhan klien dan informasi yang diberikan sesuai dengan kondisi klien
dan kebutuhannya.
B. Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan
1. Fisik
Pengambilan keputusan berdasarkan pertimbangan fisik (tidak berat dan tidak memforsir tenaga).
Menghindari tingkah laku yg menimbulkan ketidaksenangan dan memilih tingkah laku yg menimbulkan
kesenangan.
2. Emosional
Biasa terjadi pada kaum perempuan.
Sikap subjektivitas akan mempengaruhi keputusan yang diambil.
3. Rasional
Biasa didasarkan pada pengetahuan (orang terpelajar dan intelektual).
Orang mendapat informasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensinya.
4. Praktikal
Didasarkan kepada keterampilan individu dan kemampuan melaksanakannya (untuk menilai potensi diri
dan kepercayaan diri)
5. Interpersonal
Didasarkan pada pengaruh jaringan social.
Hubungan antara satu orang dan orang lain mempengaruhi tindakan individu.
6. Struktural
Didasarkan pada lingkup social, ekonomi dan politik.
Lingkungan bisa mendukung maupun mengkritik.
Tiga langkah dasar dalam memberikan nasihat atau penyuluhan pada klien:
memberi penjelasan, misalnya cara memberi salep mata, mengeringkan telinga, mengobati luka di mulut,
menyiapkan larutan oralit, atau melegakan tenggorok.
Memberi contoh, misalnya cara memegang anak pada saat di beri salep mata, menyiapkan sumbu untuk
mengeringfkan telinga, cara mencampur satu bungkus oralit dalam air yang benar, cara membubuhi
gention violet di mulut anak, cara melegakan tenggorok dengan bahan atau obat yang aman dan dapat
dibuat sendiri di rumah.
Memberi kesempatan untuk mempraktikan, misalnya cara membubuhi salep pada mata bayi, mencampur
dan melarutkan oralit, memberi dosis pertama anti biotik
E. Jenis-jenis Keputusan
Jenis-jenis keputusan diklasifikasikan dalam 2 kategori, yaitu keputusan yang direncanakan/ diprogram dan
keputusan yang tidak direncanakan/ tidak terprogram.
Keputusan yang diprogram
Keputusan yang diprogram merupakan keputusan yang bersifat rutin dan dilakukan secara berulang-ulang
sehingga dapat dikembangkan suatu prosedur tertentu. Keputusan yang diprogram terjadi jika
permasalahan terstruktur dengan baik dan orang-orang tahu bagaimana mencapainya. Permasalahan ini
umumnya agak sederhana dan solusinya relatif mudah. Di perguruan tinggi keputusan yang diprogram
misalnya keputusan tentang pembimbingan KRS, penyelenggaraan Ujian Akhir Semester, pelaksanaan
wisuda, dan lain sebagainya (Gitosudarmo, 1997).
Keputusan yang tidak diprogram
Keputusan yang tidak diprogram adalah keputusan baru, tidak terstrutur dan tidak dapat diperkirakan
sebelumnya. Tidak dapat dikembangkan prosedur tertentu untuk menangani suatu masalah, apakah karena
permasalahannya belum pernah terjadi atau karena permasalahannya sangat kompleks dan penting.
Keputusan yang tidak diprogram dan tidak terstruktur dengan baik, apakah karena kondisi saat itu tidak
jelas,metode untuk mencapai hasil yang diingankan tidak diketahui,atau adanya ketidaksamaan tentang
hasil yang diinginkan (Wijono,1999).
Keputusan yang tidak diprogram memerlukan penanganan yang khusus dan proses pemecahan masalah
dengan intuisi dan kreatifitas. Tehnik pengambilan keputusan kelompok biasanya dilakukan untuk
keputusan yang tidak diprogram. Hal ini disebabkan oleh karena keputusan yang tidak diprogram biasanya
bersifat unik dan kompleks, dan tanpa kriteria yang jelas, dan umumnya dilingkari oleh kontroversi dan
manuver politik (Wijono, 1999). Gillies (1996), menyebutkan bahwa keputusan yang tidak diprogram
adalah keputusan kreatif yang tidak tersusun, bersifat baru, dan dibuat untuk menangani suatu situasi
dimana strategi/ prosedur yang ditetapkan belum dikembangkan.