BAB II
OBJEK DAN METODE PENELITIAN TUGAS AKHIR-
3.1 Objek Penelitian Tugas Akhir
Penelitian tugas akhir ini dilakukan pada Koperasi Peternakan Bandung
Selatan, berikut ini sekilas tentang seluk beluk KPBS.
3.1.1 Sejarah Koperasi Peternakan Bandung Selatan
Sejak zaman penjajahan Belanda di Pangalengan sudah dikenal peternakan
sapi perah yang dikelola oleh Belanda, perusahaan tersebut diantaranya :
> De Frieche Terp
> Almanak
> Van Der Els
> Big Man
Keempat perusahaan tersebut berjalan baik melalui pemasaran Bandungche Melk
Center (BMC), Sewaktu penjajahan Jepang perusahaan tersebut hancur dan beberapa
ekor sapinya dipelihara oleh penduduk sekitamya, pada saat itulah petemnakan sapi
perah diusahakan oleh masyarakat secara usaha keluarga.
Untuk meningkatkan populasi sapi perah serta meningkatkan pendapatan para
petani peternak sapi perah, maka mulai dibina melalui wadah koperasi yang didirikan
pada bulan Nopember 1949 dengan nama GAPPSIP ( Gabungan Petani peternak
Sapi Indonesia Pangalengan).
GAPPSIP pada saat itu sangat dirasakan manfaatnya oleh para anggotanya,
namun mulai tahun 1961 GAPPSIP tidak mampu lagi menghadapi_labilnyaperekonomian Indonesia, sehingga akhimya GAPPSIP yang sangat dibanggakan
tersebut tidak mampu lagi berperan sebagai koperasi. Kemudian tataniaga susu di
Pangalengan diambil oleh para kolektor (tengkulak).
Dalam kondisi demikian para peternak di pangalengan menderita kerugian
yang sangat besar oleh karena mereka menerima harga susu yang sangat rendah dan
tidak sedikit jerih payah mereka tidak dibayar oleh para tengkulak. Menyadari
keadaan tersebut disepakati untuk mendirikan lagi wadah koperasi. Bersamaan
dengan dimulainya REPELITA 1, maka dengan pembinaan dari Pemerintah
n dari Gubernur Jawa Barat, Direktur Jenderal
Kabupaten DT Il bandung, bantu
Petermakan dan bantuan UNICEF, maka pada tanggal 1 April 1969 berdirilah
Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan.
Periode tahun 1969 sampai dengan 1979 KPBS cukup mendapat tantangan
‘yang sangat besar terutama dari segi pemasaran produksi air susu, hal ini disebabkan
oleh :
> Penerimaan susu oleh Industri Pengolahan Susu (IPS) hanya pada
harichati kerja.
> Permintaan dari Pabrik Susu adalah produksi susu yang telah diproses
dengan pendingin ‘pasteurisasi
> Pemasaran susu ke konsumen langsung cukup sulit, hal ini
disebabkan kualitas susu tidak terjamin serta pemalsuan susu oleh
pengecer.
59> Hal tersebut mengakibatkan produksi sus yang diterima KPBS rata-
rata 2,200,000 literitahun dengan tingkat kerusakan di koperasi
250.000 sampai dengan 300.000 liter’tahun dan kerusakan
eka
petemak antara 200,000 sampai dengan 250.000 liter‘tahun.
Untuk mengatasi kondisi yang tidak menguntungkan tersebut, maka berdasarkan hasil
keputusan Rapat Anggota Tahunan tahun 1976 dan tahun 1977, KPBS bekerjasama
dengan PT. Ultra Jaya dengan jangka waktu pengembalian lima tahun, Cara
pembayaran diangsur dengan saham anggota sebesar Rp. 25/liter sus.
Penyelesaian pinjaman dari PT. Ultra Jaya tersebut dilaksanakan pada bula
juli 1983, sedangkan penandatanganan peralihan manajemen dari PT. Ultra Jaya ke
KPBS dilaksanakan pada tanggal 28 Nopember 1982 yang disaksikan oleh Bapak
Menteri Koperasi dan wakil Gubernur Propinsi Jawa Barat,
Opersional MT KPBS ini sangat dirasakan manfaatnya oleh seluruh anggota KPBS
kkarena :
Sejumlah susu dari anggota dapat diserap setiap hari walaupun IPS
tidak menerima susu pada hari raya,
v
Alat kelengkapan KPBS beserta seluruh anggotanya bergairah karena
kkerusakan susu dapat ditekan baik di tingkat koperasi maupun di
tingkat petemak.
v
KPBS dapat meningkatkan investasi untuk pengembangan_usaha
dalam rangka mempercepat perbaikan kesejahteraan anggota.
60