Вы находитесь на странице: 1из 26

PENGERTIAN DETERMINAN

Determinan Kesehatan
(Faktor yang mempengaruhi Kesehatan)

 Kesehatan merupakan konsep yang kompleks,


bisa mempunyai arti berbeda bagi individu atau
etnis yang berbeda.

 Derajat “perasaan sehat” berkaitan erat dengan


ke-mampuan seseorang mendayagunakan
“potensi diri” mereka secara penuh.

 Potensidiri ini dipengaruhi oleh berbagai faktor,


antara lain faktor perilaku, perilaku yg
berhubungan dg kesehatan, faktor-faktor sosial,
ekonomi dan ling-kungan, spt dukungan sosial,
pekerjaan, penghasi-lan dan perumahan.
Determinan masalah kesehatan
(Lawrence Green)

1. Faktor perilaku (Behavior causes)


• Faktor’ Predisposisi (disposing
factors)
2. Faktor di luar perilaku (Non behavior
causes)
• Faktor-faktor Pemungkin (enabling
factors)
• Faktor Penguat (reinforcing factors)
Faktor perilaku (behavior causes)
• Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk
oleh
faktor predisposisi (predisposing factor),
yang terwujud dalam pengetahuan tentang asuhan pada masa
nifas mencakup sikap dan kepercayaan mengenai masa nifas
• Merupakan faktor-faktor yang dapat mempermudah atau
mengpresdiposisikan terjadinya perilaku pada diri seseorang
atau masyarakat

• Pengetahuan dan sikap seseorang atau


masyarakat tersebut terhadap apa yang dilakukan.
• Contoh: Perilaku ibu untuk melakukan kunjungan Nifas akan
dipermudah apabila ibu tersebut tahu apa manfaat dari
melakukan kunjungan Nifas, tahu siapa yang akan memberikan
pelayanan dan dimana kunjungan Nifas tersebut dilakukan.
FA K TO R D I L UA R P E R I L A K U
( N ON B E HAVIOR C AU S E S )

- Faktor pendukung (enabling factor) : Terwujud


dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak
tersedianya fasilitas atau sarana kesehatan
dan sebagainya.
- Faktor penguat (reinforcing factor) : merupakan
faktor penguat bagi terjadinya perilaku
seseorang atau masyarakat
faktor pemungkin atau pendukung (enabling)
• Fasilitas, sarana, atau prasarana yang mendukung atau yang
memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat.
• Contoh: Untuk melakukan kunjungan Nifas diperlukan bidan
atau dokter, fasilitas periksa hamil seperti puskesmas, rumah
sakit, klinik, posyandu,dan sebagainya. Agar Ibu dan
keluarganya mau mmelakukan kunjungan Nifas maka
diperlukan materi (=baca uang) yang dapat mengganti jasa di
layanan kesehatan yang terjangkau oleh masyarakat.
• Pengetahuan dan sikap saja belum menjamin terjadinya
perilaku yang baik untuk kesehatan, maka masih diperlukan
sarana atau fasilitas untuk memungkinkan atau mendukung
perilaku tersebut.
• Dari segi kesehatan masyarakat, agar masyarakat mempunyai
perilaku sehat harus terakses (terjangkau) sarana dan
prasarana atau fasilitas pelayanan kesehatan
Faktor penguat (reinforcing factors)
• Pengetahuan, sikap dan fasilitas yang tersedia kadang-
kadang belum menjamin terjadinya perilaku seseorang
atau masyarakat. Sering terjadi, bahwa masyarakat
sudah tahu manfaat keluarga berencana (KB) dan juga
telah tersedia di lingkungannya fasilitas pelayanan KB,
tetapi mereka belum ikut KB karena alasan yang
sederhana, yakni bahwa Toma (tokoh masyarakat) yang
dihormatinya tidak atau belum mengikuti KB. Dari
contoh diatas telah terlihat jelas bahwa Toma (tokoh
masyarakat) merupakan faktor penguat (Reinforcing
factors) bagi terjadinya perilaku seseorang atau
masyarakat.
PERILAKU KESEHATAN PADA MASA NIFAS
- Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang untuk
memelihara yang berkaitan dengan perilaku kesehatan
- Jenis perilaku kesehatan :
a) Perilaku pemeliharaan
b) Perilaku pencarian atau pengguna sistem, atau
fasilitas kesehatan. Sering disebut juga perilaku
pencairan pengobatan (Health seeking behavior)
c) Perilaku kesehatan lingkungan
UMUR
Umur berpengaruh pada pengalaman seseorang terhadap kejadian yang
dialami dan membentuk kesan dalam pikiran, membuat analogi dan
sebagai bahan pertimbangan dalam menghadapi kejadian serupa
(Hadi, 2005).

Usia lebih tua cenderung mempunyai pengalaman dalam hal yang


berkaitan dengan pengetahuan dibandingkan dengan yang berusia muda,
hal ini disebabkan kurangnya pemahaman yang diakibatkan kondisi
psikologis yang cenderung malu-malu sehingga memungkinkan kurang
menerima dan menyerap informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal
yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuan
(Soekanto 2005).
TINGKAT PENDIDIKAN
 Rendahnya tingkat pendidikan, berpengaruh pada
penghasilan individu dan masyarakat.
 Dampaknya adalah ketidakmampuan untuk meng-
konsumsi makanan yang cukup bergizi, tinggal di rumah
yang layak huni dan rendahnya akses masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan.
 Disamping itu ketidakmampuan dalam hal mene-rima dan
mengadopsi perilaku hidup sehat yang ditawarkan oleh
promotor kesehatan.
pendidikan

Pendidikan seseorang yang rendah akan mempengaruhi rendahnya


tingkat pengetahuan yang dimilikinya dan itu terjadi sebaliknya juga
(Notoadmodjo 2003).
Pendidikan dapat mengubah sikap dan tata laku seseorang dengan
demikian pengetahuan juga akan meningkat.
Pendidikan yang tinggi akan menambah pengetahuan dan perubahan
perilaku kesehatan akan tercapai seperti semakin sadar dan semakin
mandiri tentang kesehatan.
PARITAS (PARA)

Paritas berpengaruh kepada pengalaman ibu dalam mengasuh


anak. pengalaman yang diperoleh memberikan pengetahuan dan
ketrampilan serta dapat menegmbangkan kemampuan mengambil
keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar
secara ilmiah (Notoatmojo 2005).

Paritas yang lebih banyak akan berpengaruh kepada pengalaman


ibu dalam mengasuh anak, pengalaman yang diperoleh
memberikan pengetahuan dan ketrampilan serta dapat
mengembangkan kemampuan ibu melakukan kebersihan diri
PENGETAHUAN
•Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu melalui panca indera manusia, yaitu indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba
dimana sebagian besar diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2003).
•Pengetahuan yang tinggi akan menghasilkan perilaku yang
baik di bidang kesehatan dan akan memunculkan
kemandirian ibu dalam melakukan perawatan tali pusat atau
meminimalisir ketergantungan ibu dengan tenaga kesehatan
dalam menjaga kesehatannya.
BIMBINGAN MASA NIFAS
o Bimbingan melibatkan peserta dan fasilitator dalam dialog satu
lawan satu dan mengikuti suatu proses yang tersusun,
diarahkan pada tanggung jawab memelihara kemajuan dan
kinerja yang baik serta hubungan kerja positif antara fasilitator
dan staff (Arifin, 2011).
o Bimbingan merupakan suatu proses pembelajaran yang
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada ibu dan
diarahkan pada tanggung jawab untuk memelihara kesehatan.
o Bimbingan yang baik dan tepat ibu nifas akan lebih mandiri
dalam melakukan perawatan dirinya.
o Salah satu tujuan dari proses bimbingan adalah meningkatkan
kemampuan kemandirian belajar dari peserta dan mengatasi
permasalahan yang dihadapi mereka. Dengan kata lain jika
proses bimbingan semakin baik maka semakin baik juga
kemandirian ibu nifas
KEMANDIRIAN IBU NIFAS DALAM MERAWAT BAYI

Kemandirian adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan


atau tugas sehari-hari sesuai dengan tahapan perkembangan
dan kapasitasnya (Lie, 2004).

Kemandirian merupakan suatu sikap individu yang diperoleh


secara kumulatif selama perkembangan dimana individu akan
terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi
berbagai situasi di lingkungan, sehingga individu mampu
berfikir dan bertindak sendiri.
Hubungan sosial yang rendah

Rendahnya derajat hubungan sosial, menyebabkan


tidak terpenuhinya salah satu dari kebutuhan dasar
manusia yang sehat, kebutuhan sosial. Secara so-
sial, ini tidak sehat.

Berakibat pada timbulnya penyakit budaya, yang di-


kenal dgn “culture shock”, geger budaya, individu
dan masyarakat kehilangan jati diri, harga diri dan
solidaritas sosial antar sesama warga masyarakat.
Jaminan Sosial
Rendah atau tidak adanya jaminan sosial yang me-
madai bagi masyarakat, menyebabkan hidup penuh
ketidakpastian dan rasa waswas dari hari ke hari,
tidak adanya ketenangan. Termasuk menghadapi
masa nifas

Situasi yang penuh dengan ketidakpastian ini, me-


rupakan salah satu sumber masalah masa nifas,
spiritual dan emosional bagi individu dan masyarakat.
Keadilan
Kurang tegaknya keadilan, khususnya di bidang
pelayanan kesehatan, menyebabkan banyak orang,
terutama fakir miskin, anak terlantar dan orang cacat,
tidak memperoleh hak asasinya untuk mem-peroleh
pelayanan kesehatan yang bermutu.

Pelayanan seharusnya bersifat impersonal, artinya


mutu pelayanan kesehatan yg diberikan kpd pasien
harusnya sama untuk siapa saja, tergantung kepada
tingkat kegawatan penyakitnya, bukan kemampuan
bayar (kpd. uang).

Contoj penanganan perdarahan di RS


Pola Makan
Pola makan dan makanan merupakan produk budaya,
sehingga tidak heran kalau masyarakat dari etnis terten-tu
sangat rentan terhadap penyakit tertentu pula, se-
dangkan etnis lainnya kebal terhadap penyakit tersebut,
dan sebaliknya.
Globalisasi menyebabkan proses akulturasi semakin
cepat, pergeseran budaya termasuk pola makan, dan
berakibat terjadinya pergeseran pola penyakit, dari pe-
nyakit infeksi ke penyakit non-infeksi, yang sebelumnya
belum begitu dominan di masyarakat.
Sementara, akibat dari makanan gizi rendah, daya tahan
terhadap penyakit lemah, kasus penyakit infeksi masih
tetap dominan di tengah masyarakat.
Kemiskinan
Pengentasan kemiskinan masih sebatas retorika para
elit belaka, faktor ketidak-adilan memperparah status
kemiskinan masyarakat.

Dalam kondisi miskin, serba keterbatasan, tempat


tinggal yang kurang layak, makanan dengan gizi
rendah, dari menit ke menit penuh dg rasa was-was
(besok apa makan) daya tahan tubuh yang lemah,
tidak mudah bagi masyarakat untuk dapat terhindar
dari penyakit, apa lagi memikirkan untuk meng-adopsi
perilaku baru di bidang kesehatan.
Penghargaan terhadap HAM

Adalah hak asasi setiap insan untuk hidup sehat dan


memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai.
Pelayanan kesehatan seharusnya bersifat imperso-
nal, tidak pandang bulu, namun yang masih terjadi
sampai saat ini adalah pelayanan yang berorientasi
kepada kepemilikan uang serta strata sosial pende-
rita sakit.

Orang miskin hampir tidak memperoleh pelayanan


kesehatan dengan mutu yang seharusnya diberikan
kepada setiap insan yang menderita penyakit,
Pemberdayaan Wanita

Masih banyak wanita, termasuk di rumah tangga,


yang mendapat perlakuan semena-mena, kerja keras
non-stop hampir 24 jam sehari, mengurus RT, anak
dan suami, menyediakan makanan untuk suami dan
anak-anak, namun makannya sisa terakhir, setelah
semuanya selesai, akibatnya kurang gizi.
Bahkan sering menjadi korban kekerasan di RT.
Terlalu sering melahirkan anak, kehabisan tenaga
karena gizi rendah dan kurang vitamin, kehabisan
kalsium, gigi dan tulang jadi kropos.
Proses kehamilan dan persalinan belum sepenuhnya
ditangani oleh tenaga propfesi (nakes), AKI masih
cukup tinggi.
Sumber daya yang dapat diperbaharui
Pengendalian atas penggunaan SDA masih belum
efektif. Pemanfaatannya jauh lebih cepat dari pemu-
lihan, shg terjadi kerusakan hutan dan lingkungan
hidup, rusaknya ekosistem, tanah longsor, banjir di
musim hujan, genangan air dimana-mana, kering di
musim kemarau.
Lahan pertanian yang subur dan produktif diubah
menjadi perumahan. Petani kehabisan lahan, urbani-
sasi ke kota, sumber nafkah hidup tidak jelas menim-
bulkan masalah baru dikota, penyakit stress dan
geger budaya, berdampak pada terganggunya kese-
hatan masa nifas
Kunjungan Waktu Tujuan
1 KF 1  Mencegah terjadinya perdarahan masa nifas.
(6 jam - 48  Mendetaksi dan merawat penyebab lain perdarahan
jam) dan memberi rujukan bila perdarahan berlanjut.
 Memberikan konseling kepada ibu atau salah
 Satu anggota keluarga mengenai bagaimana
mencegah perdarahan masa nifas karena atonia
uteri.
 Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu.
 Mangajarkan cara mempererat hubungan antara ibu
dan bayi baru lahir.
 Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah
hipotermia.
Jika bidan menolong persalinan, maka bidan harus
menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah
kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi dalam
keadaan stabil.
2 KF 2 (4 hari -  Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus
28 hari) berkontraksi, fundus dibawah umbilicus tidak ada
perdarahan abnormal, dan tidak ada bau.
 Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau
kelainan pasca melahirkan.
 Memastikan ibu mendapat cukup makan, cairan, dan
istirahat.
 Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada
tanda-tanda penyulit.
 Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan
pada bayi, cara merawat tali pusat, dan bagaimana
menjaga bayi agar tetap hangat.
3 KF 3 (29 hari -  Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang
42 hari) dialami atau bayinya.
 Memberikan konseling untuk KB secara dini.
TERIMA KASIH

Вам также может понравиться