Вы находитесь на странице: 1из 40

A.

IDENTITAS JOB SHEET

Perguruan Tinggi : Politeknik Negeri Bengkalis Pertemuan ke :1


Jurusan/Program Studi : PJJ Teknik Sipil Job Sheet ke :1
Kode Mata Kuliah : PJJ-KK-2207 Jumlah Halaman : 10
Nama Mata Kuliah : Ilmu Ukur Tanah II Mulai Berlaku : 2018

B. KOMPONEN JOB SHEET


1. Judul :

JOB SHEET I : PENGENALAN DAN PENGOPERASIAN


ALAT THEODOLITE

2. Tujuan :
Mahasiswa mengenal dan mampu mengoperasikan alat ukur Thodolite.

3. Dasar Teori
Sudut-sudut di lapangan diukur dengan alat ukur yang telah dirancang
konstruksinya sedemikian rupa yang disebut Theodolite. Sedangkan jarak
antara satu titik ke titik lainnya diukur dengan rantai ukur, baja atau pita ukur
dan lainnya.

1.1 Alat Ukur Sifat Ruang (Theodolite)


Konstruksi theodolite secara umum terdiri dari tiga bagian utama :
a. Bagian bawah yang statis, ditambah dengan landasan berkaki tiga (statup)
atau Tripod
b. Bagian atas yang dapat bergerak, yaitu dapat diputar secara horizontal
(putaran mendatar)
c. Bagian teropong, yaitu alat bidik target yang dapat diputar secara
horizontal dan vertikal.

1
Setiap Theodolite pada umumnya mempunyai bagian-bagian yang sama.
Perbedaannya antara satu dengan yang lain biasanya pada tingkat ketelitian dan
cara pengoperasiannya. Pada Theodolite dikenal adanya tiga macam sistem sumbu
bila theodolite didirikan dalam keadaan sempurna, yaitu :
a. Sumbu I adalah sumbu yang sejajar dengan arah garis gaya berat
b. Sumbu II adalah sumbu yang sejajar dengan bidang horizontal dan
tegak lurus terhadap sumbu I
c. Sumbu Nivo Indeks disebut juga Nivo Vertikal atau Nivo Tabung
Koinsidensi, yaitu sumbu yang sejajar dengan garis bidik bila garis
bidik distel horizontal.
Sebelum melaksanakan pengukuran, harus dicek terlebih dahulu alat yang
akan dipakai. Suatu Theodolite dikatakan dalam keadaan baik dan layak
digunakan untuk pengukuran, bila sistem sumbu-sumbunya memenuhi syarat-
syarat berikut :
a. Sumbu Nivo Tabung tegak lurus sumbu I
b. Garis bidik tegak lurus sumbu II
c. Sumbu II tegak lurus sumbu I
d. Sumbu Nivo Indeks sejajar dengan garis bidik, bila garis bidik distel
horizontal. Syarat no 4 ini diguanakan apabila theodolite diperlakukan
seperti alat sifat datar.

2
Gambar 1.1 Alat Ukur Sifat Ruang (Theodolite) sisi A
Sumber : Dokumentasi Pribadi

3
Gambar 1.2 Alat Ukur Sifat Ruang (Theodolite) sisi B
Sumber : Dokumentasi Pribadi

4
Keterangan Gambar :
1. Pegangan
2. Handle Securing Screw : Pengunci pengaman Pegangan
3. Instrumnet Height Mark : Pedoman Tinggi Alat dari Tanah
4. Batteray Cover : Tempat Baterai
5. Data Output Connector : Pengumpulan data yang keluar
6. Operation Panel : Tombol Panel
7. Tribach Clamp : Pengunci Tribach
8. Base Plate : Tempat Penyambungan Alat dengan Kaki Tiga
9. Levelling Foot Screw : Pengatur Beda Tinggi Kaki Thodolite
10. Circular Level Adjusting Screw : Tombol Nivo
11. Circular Level : Nivo tabung untuk pengaturan kesamaan beda tinggi kaki
theodolite
12. Display : Layar Monitor
13. Optical Plummet Eyepiece : Untuk melihat keseimbangan unting-unting
14. Optical Plummet Reticle Cover : Memperjelas gambar benang-benang
15. Optical Plummet Focussing Ring : Memperjelas bayangan gambar unting-
unting
16. Objective lens : Membaca bacaan pada bak ukur
17. Tabular Compas Shot : Tempat perletakan Kompas
18. Horizontal Clamp : Pengunci sudut horizontal yang diinginkan
19. Horizontal Fine Motion Screw : Pengatur sudut horizontal
20. Plate level : Pengatur ketinggian alat
21. Plate level Adjusting Screw : Pengunci Plate Level
22. Vertical Clamp : Pengunci sudut vertical yang diinginkan
23. Vertical Fine Motion Screw : Pengatur Sudut Vertikal
24. Telescope Eye Piece : Teropong untuk melihat bacaan baak ukur
25. Telescope Focussiing Ring : Pengatur focus bayangan
26. Deep Sight : Teropong Cepat
27. Instrument Center Mark : Pedoman Tengah Alat

5
1.2 Pengukuran Sudut
Sudut adalah selisih harga bacaan lingkaran skala dari dua arah
pengukuran. Dengan demikian bila yang diukur adalah sudut horizontal maka
harganya adalah selisih harga bacaan lingkaran skala horizontal arah pengukuran
kanan dengan harga bacaan lingkaran skala horizontal arah pengukuran kiri.
Setiap theodolite mempunyai 2 macam pembacaan sesuai dengan
kedudukan vizier , yaitu :
a. Pembacaan Biasa (B)
Pembacaan yang dilakukan pada posisi dimana kedudukan alat bidik
(vizier) berada di atas teropong.
b. Pembacaan Luar Biasa (LB)
Pembacaan yang dilakukan pada posisi dimana kedudukan alat bidik
(vizier) berada di bawah teropong.
Pada waktu melaksanakan pengukuran sudut berlaku suatu ketentuan
umum, dimana pengukuran arah pembidikan harus dimulai ke target bidikan kiri
dan selanjutnya ketarget bidikan kanan. Atau dengan kata lain, bahwa teropong
theodolite harus selalu diputar serah jarum jam.
Karena pada alat theodolite dikenal adanya pembacaan pada posisi biasa
(B) dan Luar Biasa (LB), sehingga pengukuran sudut pun dikenal 2 macam cara,
yakni :
a. Pengukuran sudut satu seri tunggal
Pengukuran sudut yang dilakukan hanya dengan pembacaan biasa (B)
saja atau pembacaan LB saja untuk satu kali pengukuran
b. Pengukuran sudut satu seri rangkap
Pengukuran sudut yang dilaksanakan dengan melakukan pembacaan B
dan LB untuk satu kali pengukuran.

1.3 Kesalahan (Galat)


Kesalahan yang mempengaruhi hasil pengukuran diantaranya adalah
kesalahan sistematis yang umumnya bersumber daro kesalahan alat ukur.

6
Beberapa kesalahan sistematis yang bersumber dari kesalahan yang mungkin
terdapat pada suatu alat theodolite, diantaranya adalah :
a. Kesalahan miringnya sumbu I (Sumbu tegak), yaitu bila kedudukan
sumbu I miring terhadap unting-unting alat.
b. Kesalahan miringnya sumbu II (sumbu mendatar) yaitu bila kedudukan
sumbu II tidak tegak lurus sumbu I
c. Kesalahan kolimasi, yaitu bila garis bidik tegak lurus sumbu II
d. Kesalahan eksentrisitas, yaitu bila kedudukan pusat sumbi I tudak tepat
berimpit dengan pusat liingkaran skala horizontal
e. Kesalahan diametral, yaitu bila letak nonius I tidak tepat berhadapan
dengan nonius II
f. Kesalahan indeks, yaitu tidak tepatnya letak indeks bacaan lingkaran
skala vertical.
g. Kesalahan pembagian skala, yang umumnya kesalahan langsung dari
pabrik.

4. Referensi
1. Frick, Ir. Heinz., (1984), Ilmu dan Alat Ukur Tanah, Kanisius,
Yogyakarta.
2. Utomo, Dr. Setio, Mukhlisin, Ir. M, Mulyono, Ir. Tedjo, (1996),
Petunjuk Praktikum Ilmu Ukur Tanah I, Pusat Pengembangan
Politeknik, Bandung.
3. Walijatun, Djoko, R. Wolf, Paul, C. Brinker, Russel, (1984), Dasar-
dasar Pengukuran Tanah (Surveying), Erlangga, Semarang.

5. Alat dan Bahan


Dalam praktikum pengenalan alat ini, alat-alat yang digunakan antara lain:
1. Theodolite beserta statifnya
2. Rambu ukur
3. Kompas
4. Payung

7
6. Keselamatan Kerja
1. Ikuti Prosedur kerja yang ada
2. Periksa kelengkapan alat yang akan digunakan dalam melakukan
pengukuran
3. Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya
4. Jauhi diri dari hal-hal yang membahayakan pada saat pengukuran
5. Gunakan payung untuk melindungi alat dari sinar matahari langsung
6. Kembalikan alat ke tempat semula.

7. Prosedur Kerja
Berikut merupakan langkah-langkah pelaksanaan praktikum pengenalan alat
theodolite.

1. Dirikan tripod alat di atas target cengtering, usahakan kedudukan


landasan yang berada di atas statip dalam keadaan mendatar
2. Pasang theodolite di atas landasan statip
3. Lakukan centering alat, yaitu usaha untuk menghimpitkan/menepatkan
sumbu I melaui titik target centering. Dapat dilakukan dengan cara
centering optis atau centering unting-unting.
4. Ketengahkan gelembung nivo kotak dengan bantuan sekrup kaki tiga
yang distel sedemikian rupa
5. Setelah gelembung nivo kotak di tengah-tengah, cek kembali centering
alat. Jika kedudukannya berubah, lakukan kembali centering alat.
6. Jika centering alat telah tepat dan gelembung nivo kotak telah di tengah,
maka lakukan usaha mengetengahkan gelembung alhidade yang
dilakukan sedemikian rupa dengan bantuan skrup kaki tiga.
7. Jika centering alat telah tepat, gelembung nivo sudah di tengah, maka
alat siap digunakan.
8. Arahkan teropong ke utara terlebih dahulu (Set 0) kemudian bidik ke titik
A dan baca BA, BT, BB dan sudut sehingga akan didapatkan sudut
Azymuth .

8
9. Selanjutnya arahkan bidikan dari kiri (A) ke titik B, silahkan baca BA,
BT, BB dan sudut, sehingga akan diperoleh sudut antara titik A dan B.

8. Gambar Kerja

ki A

ka

1

P B

2

Gambar 1.3 Pengukuran Sudut dengan alat Theodolite


Sumber : Dokumentasi Pribadi

9. Data Pengukuran
Tabel 1.1 Tabel Pengukuran Sudut dengan alat Theodolite

Tempat Posisi Sudut Bacaan Rambu Sudut Jarak Optik


Azimuth
Alat Bidik Horizontal BA BT BB Vertikal ( m)
Utara
Alat A
B
Sumber : Dokumentasi Pribadi

10. Evaluasi
1. Sebutkan fungsi/kegunaan alat Theodolite?
2. Bagaimana mengetahui sudut dengan menggunakan alat theodolite?

9
“ Halaman ini sengaja dikosongkan “

10
A. IDENTITAS JOB SHEET

Perguruan Tinggi : Politeknik Negeri Bengkalis Pertemuan ke : 2-5


Jurusan/Program Studi : PJJ Teknik Sipil Job Sheet ke :2
Kode Mata Kuliah : PJJ-KK-2207 Jumlah Halaman :8
Nama Mata Kuliah : Ilmu Ukur Tanah II Mulai Berlaku : 2018

B. KOMPONEN JOB SHEET


1. Judul :
JOB SHEET II : POLYGHON TERTUTUP

2. Tujuan :
Mahasiswa mampu melakukan pengukuran polyghon tertutup dan mampu
menghitung luasan area.

3. Dasar Teori
Tahap awal sebelum melakukan suatu pengukuran adalah dengan
melakukan penentuan titik - titik kerangka dasar pemetaan pada daerah atau
areal yang akan dilakukan pengukuran yaitu penentuan titik – titik yang ada
di lapangan yang ditandai dengan patok kayu , paku atau patok permanen
yang dipasang dengan kerapatan tertentu. Fungsi dari sistem kerangka dasar
pemetaan dengan penentuan titik - titik inilah yang nantinya akan dipakai
sebagai titik acuan (reference) bagi penentuan titik - titik lainya dan juga akan
dipakai sebagai titik kontrol bagi pengukuran yang baru.
Kerangka dasar horizontal merupakan kumpulan titik - titik yang telah
diketahui atau ditentukan posisi horizontalnya berupa koordinat pada bidang
datar (X,Y) dalam sistem proyeksi tertentu. Bila dilakukan dengan cara
teristris, pengadaan kerangka horizontal bisa dilakukan menggunakan cara
triangulasi, trilaterasi atau polyghon.
Metode polyghon adalah metode penentuan posisi lebih dari satu titik
dipermukaan bumi, yang terletak memanjang sehingga membentuk segi

11
banyak. Unsur-unsur yang diukur adalah unsur sudut dan jarak, jika koordinat
awal diketahui, maka titik-titik yang lain pada polyghon tersebut dapat
ditentukan koordinatnya. Pengukuran dengan metode polygon ini terbagi
menjadi dua yaitu Polyghon Tertutup dan Terbuka:

Polyghon Tertutup
Polyghon tertutup adalah serangkaian titik yang dihubungkan dengan garis
lurus yang membentuk suatu bidang dimana titik awal dan titik akhir memiliki
koordinat yang sama.
Parameter dalam polyghon tertutup:
Azimuth : Sudut horizontal yang diukur dari arah utara 0º
kearah dengan putaran jarum jam
Jarak Optis : Jarak antara titik satu dengan titik lainnya dalam
rangkaian polyghon tersebut
Beda Tinggi : Selisih ketinggian antara titik yang diukur terhadap
titik referensi
Koordinat Titik : Letak suatu titik pada polyghon yang diproyeksikan
pada bidang dalam koordinat cartesius (x,y)

Gambar 2.1 Polyghon Tertutup


Sumber : Dokumentasi Pribadi

12
Syarat-syarat geometris polyghon tertutup adalah sebagai berikut:
Σδ= ( n –2 ) . 180º ( untuk sudut dalam ) (pers 2.1)
Σδ= ( n + 2 ) . 180º ( untuk sudut luar ) (pers 2.2)

4. Referensi
1. Frick, Ir. Heinz., (1984), Ilmu dan Alat Ukur Tanah, Kanisius,
Yogyakarta.
2. Utomo, Dr. Setio, Mukhlisin, Ir. M, Mulyono, Ir. Tedjo, (1996),
Petunjuk Praktikum Ilmu Ukur Tanah I, Pusat Pengembangan
Politeknik, Bandung.
3. Walijatun, Djoko, R. Wolf, Paul, C. Brinker, Russel, (1984), Dasar-
dasar Pengukuran Tanah (Surveying), Erlangga, Semarang.

5. Alat dan Bahan


Dalam praktikum polyghon tertutup alat-alat yang digunakan antara lain:
1. Theodolith beserta statifnya
2. Rambu ukur
3. Rol meter
4. Kompas
5. Palu / martil
6. Payung

6. Keselamatan Kerja
1. Ikuti Prosedur kerja yang ada
2. Periksa kelengkapan alat yang akan digunakan dalam melakukan
pengukuran
3. Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya
4. Jauhi diri dari hal-hal yang membahayakan pada saat pengukuran
5. Gunakan payung untuk melindungi alat dari sinar matahari langsung
6. Kembalikan alat ke tempat semula.

13
7. Prosedur Kerja
Berikut merupakan langkah-langkah pelaksanaan praktikum polyghon
tertutup.

1. Sebelum melakukan praktikum, terlebih dahulu kita menentukan titik-


titik polyghon dilapangan (titik alat)
2. Setelah menentukan titik, letakan alat pada titik (A) kemudian setting
alat sesuai ketentuan dan setting 0°nya pada arah utara.
3. Putar teropong dan arahkan ke titik B, baca dan catat sudut horizontal
yang sekaligus sebagai sudut azimuth. (bacaan ini merupakan bacaan
biasa untuk bacaan muka )
4. Dengan posisi alat tetap di titik A, putar alat 180 searah jarum jam,
kemudian putar teropong 180 arah vertical dan arahkan ke titik B.
5. Lakukan pembacaan sudut horizontal (bacaan ini merupakan bacaan
luar biasa untuk bacaan muka)
6. Putar teropong alat dan arahkan ke titik akhir (titik E) dan lakukan
pembacaan sudut horizontal pada bacaan biasa dan luar biasa (bacaan
ini merupakan bacaan belakang)
7. Dengan cara yang sama, lakukan pada titik-titik polyghon berikutnya
hingga kembali ke titik A.
8. Lakukan pengukuran jarak antar titik dengan meteran.
9. Lakukan perhitungan sudut pengambilan , sudut azimuth dan
koordinat masing-masing titik serta luasan area
10. Gambarkan hasil pengukuran dan perhitungan.

14
8. Gambar Kerja

Gambar 2.2. Gambar Kerja


Sumber : Dokumentasi Pribadi

9. Data Pengukuran
Tabel 2.1 Tabel Pengukuran Polyghon Tertutup
Bacaan Rambu Jarak
Tempat Posisi Sudut Sudut
BA BT BB Azimuth Optik (
Alat Bidik Horizontal Vertikal
m)
B
A
E
C
B
A
D
C
B
E
D
C
A
E
C
Sumber : Dokumentasi Pribadi

10. Pengolahan Data dan Analisa

15
Tahapan perhitungan data-data polyghon tertutup adalah:

1. Merata-rata nilai sudut dalam tiap titik polyghon dari hasil pengukuran
biasa dan luar biasa kemudian menjumlahkannya.
2. Mencari nilai koreksi untuk megetahui besar kesalahan pengukuran
sudut dalam dengan rumus :
Koreksi = (n − 2)x 1800 − ∑ sudut dalam

n = banyaknya titik polyghon

3. Memperbaiki sudut dalam dengan menambahkan atau mengurangi


dengan sudut koreksi
4. Menghitung azimuth sisi-sisi polygon.
5. Menghitung jarak optis polyghon dengan rumus :
D = 100. ( BA-BB ).cos² h

D : jarak alat ke rambu ukur


100 : Konstanta alat
BA : Pembacaan benang atas
BB : Pembacaan benang bawah
Z : pembacaan sudut vertikal
h : heling ( 90-Z )

6. Menghitung x = D sin  dan y = D cos 


7. Menghitung koreksi Jarak (D) (D sin  = 0 dan D cos  = 0)
8. Menentukan Koordinat masing-masing titik :
Koorniat Titik 1 (X1, Y1)
Koordinat Titik 2 (X1+ x1 ; Y1 + y1)
Dan seterusnya…
9. Menghitung luas area polyghon tertutup dengan metode koordinat.

11. Evaluasi

16
1. Sebutkan pekerjaan konstruksi sipil yang membutuhkan prasurvey
polyghon tertutup?
2. Jelaskan secara ringkas pelaksanaan survey polyghon tertutup?

17
“ Halaman ini sengaja dikosongkan “

A. IDENTITAS JOB SHEET

18
Perguruan Tinggi : Politeknik Negeri Bengkalis Pertemuan ke : 6-9
Jurusan/Program Studi : PJJ Teknik Sipil Job Sheet ke :3
Kode Mata Kuliah : PJJ-KK-2207 Jumlah Halaman :6
Nama Mata Kuliah : Ilmu Ukur Tanah II Mulai Berlaku : 2018

B. KOMPONEN JOB SHEET

1. Judul :
JOB SHEET III : POLYGHON TERBUKA

2. Tujuan :
Mahasiswa mampu melakukan pengukuran polyghon terbuka

3. Dasar Teori
Metode polyghon adalah metode penentuan posisi lebih dari satu titik
dipermukaan bumi, yang terletak memanjang sehingga membentuk segi
banyak. Unsur-unsur yang diukur adalah unsur sudut dan jarak, jika koordinat
awal diketahui, maka titik-titik yang lain pada polyghon tersebut dapat
ditentukan koordinatnya. Pengukuran dengan metode polygon ini terbagi
menjadi dua yaitu Polyghon Tertutup dan Terbuka:

Polyghon Terbuka
Polyghon terbuka adalah serangkaian titik yang dihubungkan dengan
garis lurus yang membentuk suatu bidang dimana titik awal dan titik akhir
memiliki tidak koordinat yang tidak sama.

Jenis polyghon terbuka :

19
a. Polighon terbuka bebas (tidak terikat)

P1
P3

P2 P4

Gambar 3.1 Polyghon Terbuka bebas


Sumber : Dokumentasi Pribadi

b. Polighon terbuka terikat sebagian


1. Polighon terbuka terikat azimuth sebagian

Utara

0

P1
P3

P2 P4

Gambar 3.2 Polyghon Terbuka Terikat Azimuth Sebagian


Sumber : Dokumentasi Pribadi

2. Polighon terbuka terikat koordinat sebagian

P1 (X, Y)

P3

P2 P4

Gambar 3.3 Polyghon Terbuka Terikat Koordinat Sebagian


Sumber : Dokumentasi Pribadi
c. Polyghon terbuka terikat

20
1. Polyghon terbuka terikat azimuth

Utara

0 Utara

P1
P3

P2 P4

Gambar 3.4 Polyghon Terbuka Terikat Azimuth


Sumber : Dokumentasi Pribadi

2. Polyghon terbuka terikat koordinat

P1 (X, Y)

P3

P2 P4 (X, Y)

Gambar 3.5 Polyghon Terbuka Terikat Koordinat


Sumber : Dokumentasi Pribadi

4. Referensi
1. Frick, Ir. Heinz., (1984), Ilmu dan Alat Ukur Tanah, Kanisius,
Yogyakarta.
2. Utomo, Dr. Setio, Mukhlisin, Ir. M, Mulyono, Ir. Tedjo, (1996),
Petunjuk Praktikum Ilmu Ukur Tanah I, Pusat Pengembangan
Politeknik, Bandung.
3. Walijatun, Djoko, R. Wolf, Paul, C. Brinker, Russel, (1984), Dasar-
dasar Pengukuran Tanah (Surveying), Erlangga, Semarang.

5. Alat dan Bahan

21
Dalam praktikum polyghon tertutup alat-alat yang digunakan antara lain:
1. Theodolith beserta statifnya
2. Rambu ukur
3. Rol meter
4. Kompas
5. Palu / martil
6. Payung

6. Keselamatan Kerja
1. Ikuti Prosedur kerja yang ada
2. Periksa kelengkapan alat yang akan digunakan dalam melakukan
pengukuran
3. Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya
4. Jauhi diri dari hal-hal yang membahayakan pada saat pengukuran
5. Gunakan payung untuk melindungi alat dari sinar matahari langsung
6. Kembalikan alat ke tempat semula.

7. Prosedur Kerja
1. Tentukan titik yang akan dicari koordinatnya dan letakkan patok-
patok pada titik tersebut.
2. Pada pengukuran ini diambil 5 buah titik, usahakan agar titik satu
dengan yang lainnya jelas dan saat pengukuran kelihatan dan dapat
dibaca dengan jelas.
3. Pasanglah tripoot pada titik awal dengan kondisi tripoot yang layak
digunakan (datar dan seimbang). Kemudian letakkan pesawat
Theodolite diatasnya dan atur nivo sehingga gelembung pada nivo
berada di tengah-tengah. Letakkan kompas di pesawat Theodolite dan
arahkan pesawat kearah utara kemudian set 0º 0´ 0" dan alat siap
digunakan.
4. Pada saat alat ditempatkan di titik awal (Titik A), arahkan pesawat ke
titik B, lalu di catat bacaan BA, BT, BB, Sudut Horizontal dan Sudut

22
Vertikal. Perlu diperhatikan bahwa perputaran pesawat diusahan
searah jarumjam, sehingga sudut dalam langsung bisa didapatkan.
Pengukuran di titik A selesai, dan dilanjutkan pengukuran di titik B.
5. Pengukuran di titik B sama seperti pengukuran di titik A hanya saja
diarahkan ke titik C dan pada saat alat diarahkan ke titik A
diset 0º 0´ 0".
6. Demikian juga kita lakukan untuk pengambilan data pada titik
berikutnya sampai pada titik kelima dan semua pengukuran dicatat
dalam table.
7. Selesai pengukuran untuk semua titik maka pengerjaan pengukuran
tanah telah selesai dan dibuat perhitungan serta penggambaran lokasi
pengukuran.

8. Gambar Kerja

H
CP1
 awal
H
CP2

BM

CP3

Gambar 3.6 Gambar Kerja


Sumber : Dokumentasi Pribadi

9. Data Pengukuran
Tabel 3.1 Tabel Pengukuran Polyghon Terbuka

23
Tempat Posisi Sudut Bacaan Rambu Sudut Jarak
Azimuth
Alat Bidik Horizontal BA BT BB Vertikal Optik ( m)
A B
B C
C D
D E
E F
Sumber : Dokumentasi Pribadi

10. Pengolahan Data dan Analisa


Tahapan perhitungan data-data polyghon tebuka adalah:

1. Menghitung azimuth sisi-sisi polyghon.


2. Menghitung bearing sisi-sisi polyghon
3. Menghitung jarak optis polyghon dengan rumus :
D = 100. ( BA-BB ).cos² h
4. Menghitung x = D sin  dan y = D cos 
5. Menghitung koreksi Jarak (D) (D sin  = 0 dan D cos  = 0)
6. Menentukan Koordinat masing-masing titik :
Koorniat Titik 1 (X1, Y1)
Koordinat Titik 2 (X1+ x1 ; Y1 + y1)
Dan seterusnya…

11. Evaluasi
1. Jelaskan metode pengukuran polyghon terbuka?
2. Sebutkan jenis-jenis pekerjaan kontruksi sipil yang menggunakan
data survey polyghon terbuka?

A. IDENTITAS JOB SHEET

Perguruan Tinggi : Politeknik Negeri Bengkalis Pertemuan ke : 10-12

24
Jurusan/Program Studi : PJJ Teknik Sipil Job Sheet ke :4
Kode Mata Kuliah : PJJ-KK-2207 Jumlah Halaman :6
Nama Mata Kuliah : Ilmu Ukur Tanah II Mulai Berlaku : 2018

B. KOMPONEN JOB SHEET

1. Judul :
JOB SHEET IV : KURVA SEDERHANA

2. Tujuan :
Mahasiswa mampu melakukan pengukuran serta membuat kurva sederhana di
lapangan

3. Dasar Teori
Kurva sederhana adalah kurva yang terbentuk antara perpotongan antara 2
garis, kurva memiliki beberapa jenis diantaranya :
1. Kurva sederhana
2. Kurva majemuk, yaitu kurva yang terdiri dari dua atau lebih kurva
sederhana.
3. Kurva bertolak belakang, yaitu kurva yang arah kelengkungannya
berlawanan arah.

Keterangan :
a. Titik – titik awal dan akhir busur
lingkaran yang dinamakan dengan
titik-titik tangnen T1 dan T2
b. Titik tengah busur T1T2 disimbolkan
dengan titik M
c. Titik pusat lingkaran (titik P) dan titik
perpotongan antara dua garis AB dan
AC sisimbolkan dnegan Titik S

25
Gambar 4.1. Kurva Sederhana
Sumber : Sunggono, 1995, buku teknik sipil

Menentukan tempat titik-titik T1, T2 dan M sebagai titik-titik utama busur


lingkaran menggunakan perumusan di bawah ini :
T1 dan T2 ditentukan dengan jaraknya dari titik S,
ST1 = ST2 = R . tg ½  (pers 3.1)

Titik tengah M ditentukan dengan jarak dari titik S,


SM = R . tg ½  . tg ¼  (pers 3.2)

Untuk mendapatkan bentuk kurva di lapangan memiliki banyak cara


diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Metode selisih busur yang sama panjang
2. Metode selisih absis yang sama panjang
3. Metode dengan perpanjangan tali busur
4. Metode koordinat polar dan perpanjangan tali busur
5. Metode polyghon

Dalam pratikum ini akan digunakan metode selisih absis yang sama
panjang, dengan menggunakan perumusan berikut :
a. Jarak ST yang telah diperoleh dibagi menjadi jarak x yang sama
panjang
b. Kemudian nilai y diperoleh dengan menggunakan persamaan :
𝒀 = 𝑹 − √ 𝑹𝟐 − 𝒙𝟐
Selanjutnya dapat dibuat penggambaran seperti di bawah ini :

Y3

Y2 26
y1

x1 x2 x3
Gambar 4.2. Kurva Sederhana Metode Selisih Absis
Sumber : Dokumentasi Pribadi

4. Referensi
1. Frick, Ir. Heinz., (1984), Ilmu dan Alat Ukur Tanah, Kanisius,
Yogyakarta.
2. Utomo, Dr. Setio, Mukhlisin, Ir. M, Mulyono, Ir. Tedjo, (1996),
Petunjuk Praktikum Ilmu Ukur Tanah I, Pusat Pengembangan
Politeknik, Bandung.
3. Walijatun, Djoko, R. Wolf, Paul, C. Brinker, Russel, (1984), Dasar-
dasar Pengukuran Tanah (Surveying), Erlangga, Semarang.

5. Alat dan Bahan


Dalam praktikum kurva sederhana alat-alat yang digunakan antara lain:
1. Waterpass beserta statifnya
2. Rambu ukur
3. Rol meter
4. Kompas
5. Palu / martil
6. Payung

6. Keselamatan Kerja
1. Ikuti Prosedur kerja yang ada
2. Periksa kelengkapan alat yang akan digunakan dalam melakukan
pengukuran
3. Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya
4. Jauhi diri dari hal-hal yang membahayakan pada saat pengukuran

27
5. Gunakan payung untuk melindungi alat dari sinar matahari langsung
6. Kembalikan alat ke tempat semula.

7. Prosedur Kerja
Berikut merupakan langkah-langkah pelaksanaan praktikum pengukuran
kurva sederhana :

1. Olah data pengukuran yang diperoleh dari data pengukuran survey


polygon terbuka.
2. Carilah data-data pengukuran seperti X1, X2, X3, Y1, Y2, Y3, ST1,
ST2, SM, dst.
3. Letakkan alat di titik S, kemudian bisik ke titik ST1 dan alat diset
0 derajat, kemudian putarlah searak jarum jam ke titik ST2 sebesar
berapa derajat tikungan yang diingini (survey polygon terbuka)
4. Kemudian tempatkan alat di titik x1 dan bidik ke titik ST1 dengan
derajat dinolkan., kemudian putar alat 90 derjat untuk mendapatkan
titik y1 dengan jarak sesuai hasil perhitungan.
5. Lakukan langkah 4 untuk nilai x berikutnya hingga selesai
pekerjaan sisi kiri kurva.
6. Kemudian lanjutkan pekerjaan di sisi kanan kurva dengan langkah
yang sama
7. Kemudian dirikan kembali alat di titik S, dan bidiklah ke semua
titik dan dilakukan pembacaan BA, BT dan BB
8. Hitung beda tinggi antara masing-masing titik dengan titik S

8. Gambar Kerja

R = 50 m

Y3

Y2 28
y1
Gambar 4.3 Gambar Kerja Kurva Sederhana Metode Selisih Absis
Sumber : Dokumentasi Pribadi

9. Data Pengukuran
Tabel 4.1 Tabel Pengukuran Kurva Horizontal
Tempat Bacaan Rambu Beda
Posisi Bidik Jarak Keterangan
Alat BA BT BB Tinggi
ST1
X1Y1
Sisi kiri kurva
X2Y2
X3Y3
S, Tinggi
M Pusat Kurva
Alat :
X3Y3
X2Y2
Sisi kiri kurva
X1Y1
ST2
Sumber : Dokumentasi Pribadi

10. Evaluasi
1. Apa yang dimaksud dengan kurva?
2. Jelaskan metode pembuatan kurva sederhana di lapangan?

29
A. IDENTITAS JOB SHEET

Perguruan Tinggi : Politeknik Negeri Bengkalis Pertemuan ke : 13-16


Jurusan/Program Studi : PJJ Teknik Sipil Job Sheet ke :5
Kode Mata Kuliah : PJJ-KK-2207 Jumlah Halaman :9
Nama Mata Kuliah : Ilmu Ukur Tanah II Mulai Berlaku : 2018

B. KOMPONEN JOB SHEET


1. Judul :
JOB SHEET V : KONTUR

30
2. Tujuan :
Mahasiswa mampu melakukan pengukuran serta membuat peta topografi
(kontur)

3. Dasar Teori
Garis kontur adalah garis yang menunjukkan tempat-tempat yang
mempunyai ketinggian sama. Ketinggian antara dua kontur disebut interval
kontur dan jarak horizontal antara kedua kontur tersebut kita bisa
menentukan kecuraman suatu lereng. Sedangkan ketinggian (elevasi) dari
sembarang titik yang terletak antara kedua kontur bisa kita tentukan dengan
cara interpolasi. Pada peta, garis kontur merupakan garis yang tertutup atau
garis yang tidak boleh berhenti kecuali pada tepi peta.

Umumnya pada setiap lima garis kontur digambarkan dengan garis


yang lebih tebal dari yang lain (Gambar 5.1). Pada garis-garis kontur yang
teratur dan dekat jaraknya maka garis kontur diberi angka ketinggian hanya
terbatas pada kontur yang berjauhan jaraknya.

12 11 10
5

Gambar 5.1 Garis Kontur


Sumber : Dokumentasi Pribadi

Ada 2 (dua) metode utama untuk pembuatan kontur, yaitu :

31
a. Metode pengukuran langsung
b. Metode pengukuran tidak langsung

Pada metode pengukuran langsung, titik-titik ketinggian yang sama


dihubungkan oleh garis kontur pada selembar peta, adalah hasil pengukuran
langsung di lapangan. Titik-titik tersebut selain diukur langsung ketingiannnya,
juga diukur posisi-posisinya (koordinatnya) dengan cara polygon, agar dapat
diplot posisinya pada peta dan digambarkan garis konturnya.
Metode pengukuran langsung ini memakan waktu lama. Oleh karena itu
hanya diperlukan untuk pekerjaan teknis yang memerlukan ketelitian tinggi,
dengan daerah pengukuran relative kecil, misalnya untuk perencanaan waduk.
Pembuatan peta kontur (peta topografi skala besar) dengan metod e
pengukuran tidak langsung (hasil interpolasi) dapat dilakukan dengan beberapa
cara, diantaranya :
a. Cara Radial
b. Cara Profil
c. Cara Jalur
d. Cara Kotak
Beberapa cara di atas, maksudnya dalah cara atau sistem pemilihan titik-
titik detail ketingian yang akan diukur ketinggiannya, dimana jarak-jarak titik-titik
detail topografi tersebut diambil dan ditentukan sesuai dengan skala peta, kondisi
daerah, kebutuhan teknisnya serta waktu dan dana yang tersedia. Jadi ketentuan
ini sama halnya dalam hal pemilihan dan penentuan interval kontur.
Pengukuran ketinggian detail topografi tersebut dapat dilakukan dengan
metode penentuan beda tinggi sifat datar atau Tachymetri menggunakan alat ukut
Theodolite.

1. Cara Radial
Umum digunakan untuk pemetaan situasi topografi pada daerah terjal,
berlembah dan berbukit-bukit, dan daerah yang banyak bangunan (daerah
pemukiman)

32
Gambar 5.2 Pengukuran dengan Metode Radial
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Pelaksanaan pengukurannya pada umumnya dilakukan menggunakan


metoda penentuan tinggi tachymetry, dengan peralatan ukurnya adalah theodolite
dan rambu ukur.
Metode Tachymetry dapat digunakan untuk penentuan jarak datar dan
beda tinggi yang tidak membutuhkan ketelitian yang akurat (untuk pekerjaan-
pekerjaan pengukuran sederhana)
a. Penentuan Jarak Datar Metode Tachymetry

BA
BT
BB
Utara
Dm
B

m h
D

A
Gambar 5.3 Penentuan Jarak Datar Metode Tachymetry

33
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Pada Gambar 5.3, diukur sudut miring (m), tinggi alat (TA), bacaam skala
rambu BA, BT, dan BB, maka jarak miring (Dm) :
𝐷𝑚 = 100 (𝐵𝐴 − 𝐵𝐵) cos 𝑚 Pers (5.1)
𝐷𝑚 = 100 (𝐵𝐴 − 𝐵𝐵) sin 𝑧 Pers (5.2)

Dan Jarak Mendatar (D)


𝐷 = 100 (𝐵𝐴 − 𝐵𝐵)𝑐𝑜𝑠 2 𝑚 Pers (5.3)
𝐷 = 100 (𝐵𝐴 − 𝐵𝐵)𝑠𝑖𝑛2 𝑧 Pers (5.4)

b. Penentuan Beda Tinggi Metode Tachymetri


𝐻 = 50 (𝐵𝐴 − 𝐵𝐵) (sin 2 𝑚) + 𝑇𝐴 − 𝐵𝑇 Pers (5.5)
𝐻 = 50 (𝐵𝐴 − 𝐵𝐵) (sin 2 𝑧) + 𝑇𝐴 − 𝐵𝑇 Pers (5.6)

Pada daerah yang datar tetapi banyak bangunan pada daerah pemetaan,
maka pelaksanaan pengukurannya dapat dilakukan menggunkan alat sipat datar.
Detail-detail topografi yang diukur adalah titik-titik sepanjang garis radial
pada jarak-jarak tertentu sesuai dengan kebutuhan.
2. Cara Profil
Umum digunakan untuk pemetaan situasi topografi pada daerah
perencanaan jalur jalan raya, jalan kereta api dan saluran irigasi. Jika kondisi
daerahnya relative berbukit-bukit dan terjal makan pengukuran ketinggian detail
topografi dapat dilakukan dengan metode Tachymetrim sedangkan untuk kondisi
daerah yang relative datar menggunakan metode sipat datar.

34
Gambar 5.4 Pengukuran dengan Metode Profil
Sumber : Dokumentasi Pribadi

3. Cara Jalur (Paralel)


Umum digunakan untuk pemetaan situasi topografi pada daerah dengan
kondisi relative datar tetapi berhutan lebat. Seringkali terjadi pada pemetaan
situasi topografi dengan cara fotogrametris terdapat daerah yang tertutup hutan
lebat, sehingga pemetaannya dibantu dengan cara jalur menggunakan pengukuran
teoritis. Pengukuran pada umumnya menggunakan metoda tacymetri, agar
pengukuran lebih mudah dilakukan mengatasi halangan dahan dan ranting kayu
pada penglihatan.

Gambar 5.5 Pengukuran dengan Metode Jalur (Paralel)


Sumber : Dokumentasi Pribadi
4. Cara Kotak (kisi/Grid, Raster)
Umum digunakan untuk pemetaan situasi topografi pada daerah yang
relative datar dan terbuka, dengan luas daerah relative kecil. Ukuran jarak antara
kisi-kisi biasanya antara 5 m sampai 50 m, tergantung pada :
a. Kondisi relief tanah
b. Skala peta
c. Keperluan teknis

35
Gambar 5.6 Pengukuran dengan Metode Grid
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Keperluan –keperluan teknis yang membutuhkan pengukuran cara kotak,


untuk menentukan ketinggian detail topografinya, diantaranya untuk :
a. Perencanaan lapangan terbang
b. Perencanaan komplek perumahan, perkantoran serta komplek industry
c. Perencanaan stasiun kereta api
d. Perencanaan lapangan olahraga, dll

Pelaksanaan pengukurannya pada umumnya menggunakan metoda sifat


datar, tetapi dapat juga dengan metode tachymetry jika tidak memungkinkan
menggunakan metoda sifat datar.
Pada pengukuran kontur ini atau disebut juga pengukuran spot-heights
(titik-titik melapang), selain diukur ketinggian titik-titik detail topografi pada
jarak-jarak yang telah ditentukan disepanjang garis radial, garis profil, garis
jallur/parallel atau pada titik-titik yang dilalui garis-garis radial, profil, jalur dan
garis kotak yang menunjukkan unsur-unsur :
a. Batas-batas tepi tebing dan dasar lembah
b. Batas-batas permukaan air pada tepi danau, rawa dan sungai
c. Batas-batas tepi sawah, perkebunan dan kolam
d. Batas-batas tepi jalan dan selokan

4. Referensi
1. Frick, Ir. Heinz., (1984), Ilmu dan Alat Ukur Tanah, Kanisius,
Yogyakarta.

36
2. Utomo, Dr. Setio, Mukhlisin, Ir. M, Mulyono, Ir. Tedjo, (1996),
Petunjuk Praktikum Ilmu Ukur Tanah I, Pusat Pengembangan
Politeknik, Bandung.
3. Walijatun, Djoko, R. Wolf, Paul, C. Brinker, Russel, (1984), Dasar-
dasar Pengukuran Tanah (Surveying), Erlangga, Semarang.

5. Alat dan Bahan


Dalam praktikum polyghon tertutup alat-alat yang digunakan antara lain:
1. Waterpass beserta statifnya
2. Rambu ukur
3. Rol meter
4. Kompas
5. Palu / martil
6. Payung

6. Keselamatan Kerja
1. Ikuti Prosedur kerja yang ada
2. Periksa kelengkapan alat yang akan digunakan dalam melakukan
pengukuran
3. Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya
4. Jauhi diri dari hal-hal yang membahayakan pada saat pengukuran
5. Gunakan payung untuk melindungi alat dari sinar matahari langsung
6. Kembalikan alat ke tempat semula.

7. Prosedur Kerja
Berikut merupakan langkah-langkah pelaksanaan praktikum
pengukuran kontur :

1. Sebelum pengukuran dimulai, lokasi yang diukur dibagi-bagi dengan


arah memanjang dan melintang, berupa petak-petak bujur sangkar

37
yang berjarak 5 m (sesuai dengan lokasi praktek). Tiap-tiap sudut bujur
sangkar diberi patok agar mudah meletakkan baak ukur.
2. Tentukan titik awal (BM) titik perletakan alat pertama.
3. Dirikan alat dan pesawat tepat di titik BM dengan kondisi alat sudah di
stel dan siap pakai kea rah sumbu x dengan sudut 0.
4. Tarik meteran dari titik BM ke arah sumbu x sepanjang 50 m sebagai
titik ikatnya dan dirikan rambu ukur lalu catat data jarak dan beda
tinggi. Begitu juga titik ikat arah sumbu y yang tegak lurus denngan
sumbu x (90 derajat)
5. Lalu pindahkan rambu ukur tiap 5 meternya sampai selesai semua grid
di sumbu x
6. Kemudian lanjutkan pengukuran yang sama dengan sumbu x untuk di
sumbu y.
7. Data yang dicatat adalah Jarak tiap Grid.

8. Gambar Kerja
Sumbu Y

Sumbu X
Gambar 5.7 Gambar Kerja Pengukuran Kontur dengan Metode Grid

38
Sumber : Dokumentasi Pribadi

9. Data Pengukuran
Tabel 5.1 Tabel Pengukuran Kontur
Bacaan Jarak
Tempat Alat Posisi Bidik
S H V
X1
X2
X3
X
Y1
Y2
Y3
X1Y1
X1 X1Y2
X1Y3
X2Y1
X2 X2Y2
X2Y3
X3Y1
X3 X3Y2
X3Y3
10. Pengolahan Data dan Analisa
Tahapan perhitungan data-data kontur adalah:

1. Data ketinggian masing-masing titik pada grid yang diperoleh dari


pengukuran digunakan sebagi dasar untuk menetapkan garis kontur
yang akan digambarkan.
2. Penggambaran garis kontur menggunakan metode interpolasi
3. Gambarkan hasil perhitungan interpolasi dalam bentuk peta kontur

11. Evaluasi
1. Apa yang dimaksud dengan kontur?
2. Sebutkan metode pengukuran kontur dan metode pengolahan
datanya?

39
3. Dimanfaatkan untuk apa saja peta kontur tersebut di bidang teknik
sipil?

40

Вам также может понравиться