Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
2. Tujuan :
Mahasiswa mengenal dan mampu mengoperasikan alat ukur Thodolite.
3. Dasar Teori
Sudut-sudut di lapangan diukur dengan alat ukur yang telah dirancang
konstruksinya sedemikian rupa yang disebut Theodolite. Sedangkan jarak
antara satu titik ke titik lainnya diukur dengan rantai ukur, baja atau pita ukur
dan lainnya.
1
Setiap Theodolite pada umumnya mempunyai bagian-bagian yang sama.
Perbedaannya antara satu dengan yang lain biasanya pada tingkat ketelitian dan
cara pengoperasiannya. Pada Theodolite dikenal adanya tiga macam sistem sumbu
bila theodolite didirikan dalam keadaan sempurna, yaitu :
a. Sumbu I adalah sumbu yang sejajar dengan arah garis gaya berat
b. Sumbu II adalah sumbu yang sejajar dengan bidang horizontal dan
tegak lurus terhadap sumbu I
c. Sumbu Nivo Indeks disebut juga Nivo Vertikal atau Nivo Tabung
Koinsidensi, yaitu sumbu yang sejajar dengan garis bidik bila garis
bidik distel horizontal.
Sebelum melaksanakan pengukuran, harus dicek terlebih dahulu alat yang
akan dipakai. Suatu Theodolite dikatakan dalam keadaan baik dan layak
digunakan untuk pengukuran, bila sistem sumbu-sumbunya memenuhi syarat-
syarat berikut :
a. Sumbu Nivo Tabung tegak lurus sumbu I
b. Garis bidik tegak lurus sumbu II
c. Sumbu II tegak lurus sumbu I
d. Sumbu Nivo Indeks sejajar dengan garis bidik, bila garis bidik distel
horizontal. Syarat no 4 ini diguanakan apabila theodolite diperlakukan
seperti alat sifat datar.
2
Gambar 1.1 Alat Ukur Sifat Ruang (Theodolite) sisi A
Sumber : Dokumentasi Pribadi
3
Gambar 1.2 Alat Ukur Sifat Ruang (Theodolite) sisi B
Sumber : Dokumentasi Pribadi
4
Keterangan Gambar :
1. Pegangan
2. Handle Securing Screw : Pengunci pengaman Pegangan
3. Instrumnet Height Mark : Pedoman Tinggi Alat dari Tanah
4. Batteray Cover : Tempat Baterai
5. Data Output Connector : Pengumpulan data yang keluar
6. Operation Panel : Tombol Panel
7. Tribach Clamp : Pengunci Tribach
8. Base Plate : Tempat Penyambungan Alat dengan Kaki Tiga
9. Levelling Foot Screw : Pengatur Beda Tinggi Kaki Thodolite
10. Circular Level Adjusting Screw : Tombol Nivo
11. Circular Level : Nivo tabung untuk pengaturan kesamaan beda tinggi kaki
theodolite
12. Display : Layar Monitor
13. Optical Plummet Eyepiece : Untuk melihat keseimbangan unting-unting
14. Optical Plummet Reticle Cover : Memperjelas gambar benang-benang
15. Optical Plummet Focussing Ring : Memperjelas bayangan gambar unting-
unting
16. Objective lens : Membaca bacaan pada bak ukur
17. Tabular Compas Shot : Tempat perletakan Kompas
18. Horizontal Clamp : Pengunci sudut horizontal yang diinginkan
19. Horizontal Fine Motion Screw : Pengatur sudut horizontal
20. Plate level : Pengatur ketinggian alat
21. Plate level Adjusting Screw : Pengunci Plate Level
22. Vertical Clamp : Pengunci sudut vertical yang diinginkan
23. Vertical Fine Motion Screw : Pengatur Sudut Vertikal
24. Telescope Eye Piece : Teropong untuk melihat bacaan baak ukur
25. Telescope Focussiing Ring : Pengatur focus bayangan
26. Deep Sight : Teropong Cepat
27. Instrument Center Mark : Pedoman Tengah Alat
5
1.2 Pengukuran Sudut
Sudut adalah selisih harga bacaan lingkaran skala dari dua arah
pengukuran. Dengan demikian bila yang diukur adalah sudut horizontal maka
harganya adalah selisih harga bacaan lingkaran skala horizontal arah pengukuran
kanan dengan harga bacaan lingkaran skala horizontal arah pengukuran kiri.
Setiap theodolite mempunyai 2 macam pembacaan sesuai dengan
kedudukan vizier , yaitu :
a. Pembacaan Biasa (B)
Pembacaan yang dilakukan pada posisi dimana kedudukan alat bidik
(vizier) berada di atas teropong.
b. Pembacaan Luar Biasa (LB)
Pembacaan yang dilakukan pada posisi dimana kedudukan alat bidik
(vizier) berada di bawah teropong.
Pada waktu melaksanakan pengukuran sudut berlaku suatu ketentuan
umum, dimana pengukuran arah pembidikan harus dimulai ke target bidikan kiri
dan selanjutnya ketarget bidikan kanan. Atau dengan kata lain, bahwa teropong
theodolite harus selalu diputar serah jarum jam.
Karena pada alat theodolite dikenal adanya pembacaan pada posisi biasa
(B) dan Luar Biasa (LB), sehingga pengukuran sudut pun dikenal 2 macam cara,
yakni :
a. Pengukuran sudut satu seri tunggal
Pengukuran sudut yang dilakukan hanya dengan pembacaan biasa (B)
saja atau pembacaan LB saja untuk satu kali pengukuran
b. Pengukuran sudut satu seri rangkap
Pengukuran sudut yang dilaksanakan dengan melakukan pembacaan B
dan LB untuk satu kali pengukuran.
6
Beberapa kesalahan sistematis yang bersumber dari kesalahan yang mungkin
terdapat pada suatu alat theodolite, diantaranya adalah :
a. Kesalahan miringnya sumbu I (Sumbu tegak), yaitu bila kedudukan
sumbu I miring terhadap unting-unting alat.
b. Kesalahan miringnya sumbu II (sumbu mendatar) yaitu bila kedudukan
sumbu II tidak tegak lurus sumbu I
c. Kesalahan kolimasi, yaitu bila garis bidik tegak lurus sumbu II
d. Kesalahan eksentrisitas, yaitu bila kedudukan pusat sumbi I tudak tepat
berimpit dengan pusat liingkaran skala horizontal
e. Kesalahan diametral, yaitu bila letak nonius I tidak tepat berhadapan
dengan nonius II
f. Kesalahan indeks, yaitu tidak tepatnya letak indeks bacaan lingkaran
skala vertical.
g. Kesalahan pembagian skala, yang umumnya kesalahan langsung dari
pabrik.
4. Referensi
1. Frick, Ir. Heinz., (1984), Ilmu dan Alat Ukur Tanah, Kanisius,
Yogyakarta.
2. Utomo, Dr. Setio, Mukhlisin, Ir. M, Mulyono, Ir. Tedjo, (1996),
Petunjuk Praktikum Ilmu Ukur Tanah I, Pusat Pengembangan
Politeknik, Bandung.
3. Walijatun, Djoko, R. Wolf, Paul, C. Brinker, Russel, (1984), Dasar-
dasar Pengukuran Tanah (Surveying), Erlangga, Semarang.
7
6. Keselamatan Kerja
1. Ikuti Prosedur kerja yang ada
2. Periksa kelengkapan alat yang akan digunakan dalam melakukan
pengukuran
3. Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya
4. Jauhi diri dari hal-hal yang membahayakan pada saat pengukuran
5. Gunakan payung untuk melindungi alat dari sinar matahari langsung
6. Kembalikan alat ke tempat semula.
7. Prosedur Kerja
Berikut merupakan langkah-langkah pelaksanaan praktikum pengenalan alat
theodolite.
8
9. Selanjutnya arahkan bidikan dari kiri (A) ke titik B, silahkan baca BA,
BT, BB dan sudut, sehingga akan diperoleh sudut antara titik A dan B.
8. Gambar Kerja
ki A
ka
1
P B
2
9. Data Pengukuran
Tabel 1.1 Tabel Pengukuran Sudut dengan alat Theodolite
10. Evaluasi
1. Sebutkan fungsi/kegunaan alat Theodolite?
2. Bagaimana mengetahui sudut dengan menggunakan alat theodolite?
9
“ Halaman ini sengaja dikosongkan “
10
A. IDENTITAS JOB SHEET
2. Tujuan :
Mahasiswa mampu melakukan pengukuran polyghon tertutup dan mampu
menghitung luasan area.
3. Dasar Teori
Tahap awal sebelum melakukan suatu pengukuran adalah dengan
melakukan penentuan titik - titik kerangka dasar pemetaan pada daerah atau
areal yang akan dilakukan pengukuran yaitu penentuan titik – titik yang ada
di lapangan yang ditandai dengan patok kayu , paku atau patok permanen
yang dipasang dengan kerapatan tertentu. Fungsi dari sistem kerangka dasar
pemetaan dengan penentuan titik - titik inilah yang nantinya akan dipakai
sebagai titik acuan (reference) bagi penentuan titik - titik lainya dan juga akan
dipakai sebagai titik kontrol bagi pengukuran yang baru.
Kerangka dasar horizontal merupakan kumpulan titik - titik yang telah
diketahui atau ditentukan posisi horizontalnya berupa koordinat pada bidang
datar (X,Y) dalam sistem proyeksi tertentu. Bila dilakukan dengan cara
teristris, pengadaan kerangka horizontal bisa dilakukan menggunakan cara
triangulasi, trilaterasi atau polyghon.
Metode polyghon adalah metode penentuan posisi lebih dari satu titik
dipermukaan bumi, yang terletak memanjang sehingga membentuk segi
11
banyak. Unsur-unsur yang diukur adalah unsur sudut dan jarak, jika koordinat
awal diketahui, maka titik-titik yang lain pada polyghon tersebut dapat
ditentukan koordinatnya. Pengukuran dengan metode polygon ini terbagi
menjadi dua yaitu Polyghon Tertutup dan Terbuka:
Polyghon Tertutup
Polyghon tertutup adalah serangkaian titik yang dihubungkan dengan garis
lurus yang membentuk suatu bidang dimana titik awal dan titik akhir memiliki
koordinat yang sama.
Parameter dalam polyghon tertutup:
Azimuth : Sudut horizontal yang diukur dari arah utara 0º
kearah dengan putaran jarum jam
Jarak Optis : Jarak antara titik satu dengan titik lainnya dalam
rangkaian polyghon tersebut
Beda Tinggi : Selisih ketinggian antara titik yang diukur terhadap
titik referensi
Koordinat Titik : Letak suatu titik pada polyghon yang diproyeksikan
pada bidang dalam koordinat cartesius (x,y)
12
Syarat-syarat geometris polyghon tertutup adalah sebagai berikut:
Σδ= ( n –2 ) . 180º ( untuk sudut dalam ) (pers 2.1)
Σδ= ( n + 2 ) . 180º ( untuk sudut luar ) (pers 2.2)
4. Referensi
1. Frick, Ir. Heinz., (1984), Ilmu dan Alat Ukur Tanah, Kanisius,
Yogyakarta.
2. Utomo, Dr. Setio, Mukhlisin, Ir. M, Mulyono, Ir. Tedjo, (1996),
Petunjuk Praktikum Ilmu Ukur Tanah I, Pusat Pengembangan
Politeknik, Bandung.
3. Walijatun, Djoko, R. Wolf, Paul, C. Brinker, Russel, (1984), Dasar-
dasar Pengukuran Tanah (Surveying), Erlangga, Semarang.
6. Keselamatan Kerja
1. Ikuti Prosedur kerja yang ada
2. Periksa kelengkapan alat yang akan digunakan dalam melakukan
pengukuran
3. Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya
4. Jauhi diri dari hal-hal yang membahayakan pada saat pengukuran
5. Gunakan payung untuk melindungi alat dari sinar matahari langsung
6. Kembalikan alat ke tempat semula.
13
7. Prosedur Kerja
Berikut merupakan langkah-langkah pelaksanaan praktikum polyghon
tertutup.
14
8. Gambar Kerja
9. Data Pengukuran
Tabel 2.1 Tabel Pengukuran Polyghon Tertutup
Bacaan Rambu Jarak
Tempat Posisi Sudut Sudut
BA BT BB Azimuth Optik (
Alat Bidik Horizontal Vertikal
m)
B
A
E
C
B
A
D
C
B
E
D
C
A
E
C
Sumber : Dokumentasi Pribadi
15
Tahapan perhitungan data-data polyghon tertutup adalah:
1. Merata-rata nilai sudut dalam tiap titik polyghon dari hasil pengukuran
biasa dan luar biasa kemudian menjumlahkannya.
2. Mencari nilai koreksi untuk megetahui besar kesalahan pengukuran
sudut dalam dengan rumus :
Koreksi = (n − 2)x 1800 − ∑ sudut dalam
11. Evaluasi
16
1. Sebutkan pekerjaan konstruksi sipil yang membutuhkan prasurvey
polyghon tertutup?
2. Jelaskan secara ringkas pelaksanaan survey polyghon tertutup?
17
“ Halaman ini sengaja dikosongkan “
18
Perguruan Tinggi : Politeknik Negeri Bengkalis Pertemuan ke : 6-9
Jurusan/Program Studi : PJJ Teknik Sipil Job Sheet ke :3
Kode Mata Kuliah : PJJ-KK-2207 Jumlah Halaman :6
Nama Mata Kuliah : Ilmu Ukur Tanah II Mulai Berlaku : 2018
1. Judul :
JOB SHEET III : POLYGHON TERBUKA
2. Tujuan :
Mahasiswa mampu melakukan pengukuran polyghon terbuka
3. Dasar Teori
Metode polyghon adalah metode penentuan posisi lebih dari satu titik
dipermukaan bumi, yang terletak memanjang sehingga membentuk segi
banyak. Unsur-unsur yang diukur adalah unsur sudut dan jarak, jika koordinat
awal diketahui, maka titik-titik yang lain pada polyghon tersebut dapat
ditentukan koordinatnya. Pengukuran dengan metode polygon ini terbagi
menjadi dua yaitu Polyghon Tertutup dan Terbuka:
Polyghon Terbuka
Polyghon terbuka adalah serangkaian titik yang dihubungkan dengan
garis lurus yang membentuk suatu bidang dimana titik awal dan titik akhir
memiliki tidak koordinat yang tidak sama.
19
a. Polighon terbuka bebas (tidak terikat)
P1
P3
P2 P4
Utara
0
P1
P3
P2 P4
P1 (X, Y)
P3
P2 P4
20
1. Polyghon terbuka terikat azimuth
Utara
0 Utara
P1
P3
P2 P4
P1 (X, Y)
P3
P2 P4 (X, Y)
4. Referensi
1. Frick, Ir. Heinz., (1984), Ilmu dan Alat Ukur Tanah, Kanisius,
Yogyakarta.
2. Utomo, Dr. Setio, Mukhlisin, Ir. M, Mulyono, Ir. Tedjo, (1996),
Petunjuk Praktikum Ilmu Ukur Tanah I, Pusat Pengembangan
Politeknik, Bandung.
3. Walijatun, Djoko, R. Wolf, Paul, C. Brinker, Russel, (1984), Dasar-
dasar Pengukuran Tanah (Surveying), Erlangga, Semarang.
21
Dalam praktikum polyghon tertutup alat-alat yang digunakan antara lain:
1. Theodolith beserta statifnya
2. Rambu ukur
3. Rol meter
4. Kompas
5. Palu / martil
6. Payung
6. Keselamatan Kerja
1. Ikuti Prosedur kerja yang ada
2. Periksa kelengkapan alat yang akan digunakan dalam melakukan
pengukuran
3. Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya
4. Jauhi diri dari hal-hal yang membahayakan pada saat pengukuran
5. Gunakan payung untuk melindungi alat dari sinar matahari langsung
6. Kembalikan alat ke tempat semula.
7. Prosedur Kerja
1. Tentukan titik yang akan dicari koordinatnya dan letakkan patok-
patok pada titik tersebut.
2. Pada pengukuran ini diambil 5 buah titik, usahakan agar titik satu
dengan yang lainnya jelas dan saat pengukuran kelihatan dan dapat
dibaca dengan jelas.
3. Pasanglah tripoot pada titik awal dengan kondisi tripoot yang layak
digunakan (datar dan seimbang). Kemudian letakkan pesawat
Theodolite diatasnya dan atur nivo sehingga gelembung pada nivo
berada di tengah-tengah. Letakkan kompas di pesawat Theodolite dan
arahkan pesawat kearah utara kemudian set 0º 0´ 0" dan alat siap
digunakan.
4. Pada saat alat ditempatkan di titik awal (Titik A), arahkan pesawat ke
titik B, lalu di catat bacaan BA, BT, BB, Sudut Horizontal dan Sudut
22
Vertikal. Perlu diperhatikan bahwa perputaran pesawat diusahan
searah jarumjam, sehingga sudut dalam langsung bisa didapatkan.
Pengukuran di titik A selesai, dan dilanjutkan pengukuran di titik B.
5. Pengukuran di titik B sama seperti pengukuran di titik A hanya saja
diarahkan ke titik C dan pada saat alat diarahkan ke titik A
diset 0º 0´ 0".
6. Demikian juga kita lakukan untuk pengambilan data pada titik
berikutnya sampai pada titik kelima dan semua pengukuran dicatat
dalam table.
7. Selesai pengukuran untuk semua titik maka pengerjaan pengukuran
tanah telah selesai dan dibuat perhitungan serta penggambaran lokasi
pengukuran.
8. Gambar Kerja
H
CP1
awal
H
CP2
BM
CP3
9. Data Pengukuran
Tabel 3.1 Tabel Pengukuran Polyghon Terbuka
23
Tempat Posisi Sudut Bacaan Rambu Sudut Jarak
Azimuth
Alat Bidik Horizontal BA BT BB Vertikal Optik ( m)
A B
B C
C D
D E
E F
Sumber : Dokumentasi Pribadi
11. Evaluasi
1. Jelaskan metode pengukuran polyghon terbuka?
2. Sebutkan jenis-jenis pekerjaan kontruksi sipil yang menggunakan
data survey polyghon terbuka?
24
Jurusan/Program Studi : PJJ Teknik Sipil Job Sheet ke :4
Kode Mata Kuliah : PJJ-KK-2207 Jumlah Halaman :6
Nama Mata Kuliah : Ilmu Ukur Tanah II Mulai Berlaku : 2018
1. Judul :
JOB SHEET IV : KURVA SEDERHANA
2. Tujuan :
Mahasiswa mampu melakukan pengukuran serta membuat kurva sederhana di
lapangan
3. Dasar Teori
Kurva sederhana adalah kurva yang terbentuk antara perpotongan antara 2
garis, kurva memiliki beberapa jenis diantaranya :
1. Kurva sederhana
2. Kurva majemuk, yaitu kurva yang terdiri dari dua atau lebih kurva
sederhana.
3. Kurva bertolak belakang, yaitu kurva yang arah kelengkungannya
berlawanan arah.
Keterangan :
a. Titik – titik awal dan akhir busur
lingkaran yang dinamakan dengan
titik-titik tangnen T1 dan T2
b. Titik tengah busur T1T2 disimbolkan
dengan titik M
c. Titik pusat lingkaran (titik P) dan titik
perpotongan antara dua garis AB dan
AC sisimbolkan dnegan Titik S
25
Gambar 4.1. Kurva Sederhana
Sumber : Sunggono, 1995, buku teknik sipil
Dalam pratikum ini akan digunakan metode selisih absis yang sama
panjang, dengan menggunakan perumusan berikut :
a. Jarak ST yang telah diperoleh dibagi menjadi jarak x yang sama
panjang
b. Kemudian nilai y diperoleh dengan menggunakan persamaan :
𝒀 = 𝑹 − √ 𝑹𝟐 − 𝒙𝟐
Selanjutnya dapat dibuat penggambaran seperti di bawah ini :
Y3
Y2 26
y1
x1 x2 x3
Gambar 4.2. Kurva Sederhana Metode Selisih Absis
Sumber : Dokumentasi Pribadi
4. Referensi
1. Frick, Ir. Heinz., (1984), Ilmu dan Alat Ukur Tanah, Kanisius,
Yogyakarta.
2. Utomo, Dr. Setio, Mukhlisin, Ir. M, Mulyono, Ir. Tedjo, (1996),
Petunjuk Praktikum Ilmu Ukur Tanah I, Pusat Pengembangan
Politeknik, Bandung.
3. Walijatun, Djoko, R. Wolf, Paul, C. Brinker, Russel, (1984), Dasar-
dasar Pengukuran Tanah (Surveying), Erlangga, Semarang.
6. Keselamatan Kerja
1. Ikuti Prosedur kerja yang ada
2. Periksa kelengkapan alat yang akan digunakan dalam melakukan
pengukuran
3. Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya
4. Jauhi diri dari hal-hal yang membahayakan pada saat pengukuran
27
5. Gunakan payung untuk melindungi alat dari sinar matahari langsung
6. Kembalikan alat ke tempat semula.
7. Prosedur Kerja
Berikut merupakan langkah-langkah pelaksanaan praktikum pengukuran
kurva sederhana :
8. Gambar Kerja
R = 50 m
Y3
Y2 28
y1
Gambar 4.3 Gambar Kerja Kurva Sederhana Metode Selisih Absis
Sumber : Dokumentasi Pribadi
9. Data Pengukuran
Tabel 4.1 Tabel Pengukuran Kurva Horizontal
Tempat Bacaan Rambu Beda
Posisi Bidik Jarak Keterangan
Alat BA BT BB Tinggi
ST1
X1Y1
Sisi kiri kurva
X2Y2
X3Y3
S, Tinggi
M Pusat Kurva
Alat :
X3Y3
X2Y2
Sisi kiri kurva
X1Y1
ST2
Sumber : Dokumentasi Pribadi
10. Evaluasi
1. Apa yang dimaksud dengan kurva?
2. Jelaskan metode pembuatan kurva sederhana di lapangan?
29
A. IDENTITAS JOB SHEET
30
2. Tujuan :
Mahasiswa mampu melakukan pengukuran serta membuat peta topografi
(kontur)
3. Dasar Teori
Garis kontur adalah garis yang menunjukkan tempat-tempat yang
mempunyai ketinggian sama. Ketinggian antara dua kontur disebut interval
kontur dan jarak horizontal antara kedua kontur tersebut kita bisa
menentukan kecuraman suatu lereng. Sedangkan ketinggian (elevasi) dari
sembarang titik yang terletak antara kedua kontur bisa kita tentukan dengan
cara interpolasi. Pada peta, garis kontur merupakan garis yang tertutup atau
garis yang tidak boleh berhenti kecuali pada tepi peta.
12 11 10
5
31
a. Metode pengukuran langsung
b. Metode pengukuran tidak langsung
1. Cara Radial
Umum digunakan untuk pemetaan situasi topografi pada daerah terjal,
berlembah dan berbukit-bukit, dan daerah yang banyak bangunan (daerah
pemukiman)
32
Gambar 5.2 Pengukuran dengan Metode Radial
Sumber : Dokumentasi Pribadi
BA
BT
BB
Utara
Dm
B
m h
D
A
Gambar 5.3 Penentuan Jarak Datar Metode Tachymetry
33
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Pada Gambar 5.3, diukur sudut miring (m), tinggi alat (TA), bacaam skala
rambu BA, BT, dan BB, maka jarak miring (Dm) :
𝐷𝑚 = 100 (𝐵𝐴 − 𝐵𝐵) cos 𝑚 Pers (5.1)
𝐷𝑚 = 100 (𝐵𝐴 − 𝐵𝐵) sin 𝑧 Pers (5.2)
Pada daerah yang datar tetapi banyak bangunan pada daerah pemetaan,
maka pelaksanaan pengukurannya dapat dilakukan menggunkan alat sipat datar.
Detail-detail topografi yang diukur adalah titik-titik sepanjang garis radial
pada jarak-jarak tertentu sesuai dengan kebutuhan.
2. Cara Profil
Umum digunakan untuk pemetaan situasi topografi pada daerah
perencanaan jalur jalan raya, jalan kereta api dan saluran irigasi. Jika kondisi
daerahnya relative berbukit-bukit dan terjal makan pengukuran ketinggian detail
topografi dapat dilakukan dengan metode Tachymetrim sedangkan untuk kondisi
daerah yang relative datar menggunakan metode sipat datar.
34
Gambar 5.4 Pengukuran dengan Metode Profil
Sumber : Dokumentasi Pribadi
35
Gambar 5.6 Pengukuran dengan Metode Grid
Sumber : Dokumentasi Pribadi
4. Referensi
1. Frick, Ir. Heinz., (1984), Ilmu dan Alat Ukur Tanah, Kanisius,
Yogyakarta.
36
2. Utomo, Dr. Setio, Mukhlisin, Ir. M, Mulyono, Ir. Tedjo, (1996),
Petunjuk Praktikum Ilmu Ukur Tanah I, Pusat Pengembangan
Politeknik, Bandung.
3. Walijatun, Djoko, R. Wolf, Paul, C. Brinker, Russel, (1984), Dasar-
dasar Pengukuran Tanah (Surveying), Erlangga, Semarang.
6. Keselamatan Kerja
1. Ikuti Prosedur kerja yang ada
2. Periksa kelengkapan alat yang akan digunakan dalam melakukan
pengukuran
3. Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya
4. Jauhi diri dari hal-hal yang membahayakan pada saat pengukuran
5. Gunakan payung untuk melindungi alat dari sinar matahari langsung
6. Kembalikan alat ke tempat semula.
7. Prosedur Kerja
Berikut merupakan langkah-langkah pelaksanaan praktikum
pengukuran kontur :
37
yang berjarak 5 m (sesuai dengan lokasi praktek). Tiap-tiap sudut bujur
sangkar diberi patok agar mudah meletakkan baak ukur.
2. Tentukan titik awal (BM) titik perletakan alat pertama.
3. Dirikan alat dan pesawat tepat di titik BM dengan kondisi alat sudah di
stel dan siap pakai kea rah sumbu x dengan sudut 0.
4. Tarik meteran dari titik BM ke arah sumbu x sepanjang 50 m sebagai
titik ikatnya dan dirikan rambu ukur lalu catat data jarak dan beda
tinggi. Begitu juga titik ikat arah sumbu y yang tegak lurus denngan
sumbu x (90 derajat)
5. Lalu pindahkan rambu ukur tiap 5 meternya sampai selesai semua grid
di sumbu x
6. Kemudian lanjutkan pengukuran yang sama dengan sumbu x untuk di
sumbu y.
7. Data yang dicatat adalah Jarak tiap Grid.
8. Gambar Kerja
Sumbu Y
Sumbu X
Gambar 5.7 Gambar Kerja Pengukuran Kontur dengan Metode Grid
38
Sumber : Dokumentasi Pribadi
9. Data Pengukuran
Tabel 5.1 Tabel Pengukuran Kontur
Bacaan Jarak
Tempat Alat Posisi Bidik
S H V
X1
X2
X3
X
Y1
Y2
Y3
X1Y1
X1 X1Y2
X1Y3
X2Y1
X2 X2Y2
X2Y3
X3Y1
X3 X3Y2
X3Y3
10. Pengolahan Data dan Analisa
Tahapan perhitungan data-data kontur adalah:
11. Evaluasi
1. Apa yang dimaksud dengan kontur?
2. Sebutkan metode pengukuran kontur dan metode pengolahan
datanya?
39
3. Dimanfaatkan untuk apa saja peta kontur tersebut di bidang teknik
sipil?
40