Вы находитесь на странице: 1из 15

Jurnal Emik, Volume 1 Nomor 1, Desember 2018

“Ini Bukan Lelucon”:


Body Shaming, Citra Tubuh, Dampak dan Cara Mengatasinya

Sakinah
sakinahattamimi@gmail.com
Universitas Hasanuddin

Abstract
Technological advances have an impact on the spread of values that influence people's
perspectives and attitudes towards something, including the standarization of an ideal
body. Thi ideal standard then shape one's self perception in the eyes of others and when
the ideal standard is not met, it may cause body shame. Nowadays, physical appearance
that is considered not ideal is also often used as a joke or ridicule, known as body
shaming. Although by way of joking, body shaming can be categorized as an act of
bullying since it is considered as verbal and non-verbal violence. This article will discuss
self body image in connection with one’s self acceptance, the forms of body shaming, the
impact of body shaming, and how one deals with body shaming. The study was
conducted through social media, namely Instagram. It involved eleven informants who
had experienced body shaming. The data collection techniques are carried out through
interviews and observations. The study indicates that body image is associated with body
proportion, skin colour, condition of face skin, tooth and hair shape. When one’s body is
not met social standard, the participants tend to face body shaming which can be
through bad words (i.e. looks like Mrs. Puff, thin as a board, etc.), actions (i.e. cynical
attitude, broken up by boyfriend, difficult to get a job, etc.). This impacted on one’s self
confidence and a sense of insecurity, their effort to do anything to meet social
expectation, including gaining/loosing weight, accepting themselves as the way they are,
thinking positively, and getting away from people who often do body shaming. It is
argued in this article that one’s physical performance can be socially controlled
depending on one’s self acceptance.

Keywords: values, ideal bodies, ideal standards, body image, and body shaming.

Pendahuluan Tubuh ideal, dalam hal ini penampilan


Kemajuan teknologi pada era ini fisik telah menjadi salah satu nilai utama bagi
menghadirkan kemudahan dalam mengakses setiap individu, terutama bagi kaum
informasi dari berbagai media, baik melalui perempuan. Bahkan sejak zaman dahulu para
televisi, hingga melalui perangkat canggih perempuan diberbagai negara telah memiliki
seperti smartphone. Hal ini kemudian juga standar kecantikannya masing-masing.
berdampak pada penyebaran nilai-nilai yang Misalnya, tubuh ramping dengan bahu sempit
dengan mudah dapat memengaruhi perspektif menjadi standar kecantikan tersendiri bagi para
dan sikap masyarakat terhadap sesuatu, wanita Mesir Kuno;tubuh seksi dengan bentuk
termasuk standarisasi tubuh ideal, baik bagi tubuh yang tegap seperti laki-laki dan kulit yang
laki-laki maupun perempuan. terang bagi wanita Yunani Kuno; tubuh
ramping, berkulit putih, bola mata besar dan

53
“Ini Bukan Lelucon”: Body Shaming......

kaki yang kecil bagi wanita pada masa Dinasti termasuk di Indonesia, standar bentuk tubuh
Han; atau payudara yang besar, kulit putih, ideal adalah tubuh yang memiliki keserasian
bokong besar dan rambut ikal pada masa Italian antara berat dan tinggi badan. Tubuh ideal pada
Renaissance (liputan6.com)1. Untuk memenuhi perempuan digambarkan dengan tubuh yang
standar kecantikan tersebut, para perempuan cenderung kurus, berlekuk, kuat, dan sehat
pada masa itu bahkan rela melakukan berbagai sedangkan tubuh ideal laki-laki adalah yang
“ritual” agar menjadi cantik di lingkungan ramping, berotot, dan sehat (Strandbu dan
sosialnya. Kvalem dalam Widiasti 2016:1). Ini dapat dilihat
Dari masa ke masa, istilah tubuh sering misalnya pada iklan televisi, media cetak
dikaitkan dengan perempuan. Shilling (dalam maupun elektronik yang kebanyakan
Christiani 2015:56) mengatakan bahwa citra menampilkan laki-laki dengan tubuh atletis
tubuh (body image) merupakan sesuatu yang yang berotot sertawanita langsing dan putih,
bias gender sehingga ada ketimpangan di mana para model catwalk dan peserta kontes
citra tubuh ideal lebih ditekankan pada kecantikan dengan tubuh tinggi semampai,
perempuan daripada laki-laki. Susan Bordo bahkan banyak perusahaan yang saat ini
mengamati berbagai karya seni, seperti puisi memasukkan penampilan menarik dan tubuh
dan novel Barat tentang perempuan dan proporsional sebagai salah satu kriteria bagi
kesemuanya membahas mengenai tubuh, baik para calon karyawannya. Implikasi yang
bentuk tubuh, bagian-bagian tubuh, gestur dan ditimbulkan kondisi ini yaitu tingginya usaha
sebagainya. Dalam tulisannya “Women as laki-laki dan perempuan untuk menjadi ideal
Body”, Bordo menjelaskan bahwa dengan sesuai dengan system gender, yaitu big is
lekatnya istilah tubuh bagi perempuan, masculine dan thin is beautiful (Tom dkk dalam
perempuan menjadi terbiasa untuk Frangky 2012:26).
memerhatikan tubuhnya lebih daripada laki- Standar ideal tersebut kemudian
laki, termasuk mengenai citra tubuh ideal yang membentuk citra tubuh pada masyarakat,
harus dicapai, sekaligus menjadi korban dari khususnya para remaja. Citra tubuh atau body
gambaran tubuh ideal yang seringkali tidak image adalah persepsi diri terhadap dirinya
realistis (Gough-Yates 2003:1-5). sendiri di mata orang lain dan anggapan
Namun seiring perkembangan zaman, tentang diri sendiri untuk terlihat pantas di
laki-laki juga mulai memerhatikan penampilan lingkungan sekitarnya (Sa’diyah 2015:12). Cash
tubuhnya. Pergeseran ini dilatarbelakangi oleh dan Prizinsky (2002) menyebutkan ada empat
tekanan yang didapat dari lingkungan untuk faktor yang dapat memengaruhi perkembangan
memiliki tubuh ideal, yaitu tubuh atletis, citra tubuh seseorang, yaitu sosialisasi
maskulin, dan berotot yang dianggap sebagai kebudayaan, pengalaman interpersonal,
salah satu cara untuk menampilkan kekuatan karakteristik, dan kepribadian. Jika seseorang
dan kelaki-lakian sehingga membawa laki-laki yang memiliki harga diri yang positif akan
kepada perhatian terhadap penampilan tubuh mengembangkan evaluasi yang positif terhadap
agar memiliki citra tubuh positif (Frangky tubuhnya. Sebaliknya, seseorang yang memiliki
2012:26-27). harga diri yang negatif akan cenderung
Saat ini bagi sebagian besar negara meningkatkan citra diri yang negatif pula. Citra
terutama negara maju dan berkembang, tubuh memengaruhi penerimaan diri seseorang
terhadap lingkungannya, sehingga semakin
1
https://www.liputan6.com/lifestyle/read/2169617/ tinggi citra tubuh, maka semakin tinggi pula
seperti-apa-standar-kecantikan-wanita-dari-zaman- penerimaan diri seseorang terhadap dirinya.
ke-zaman, diakses tanggal 22 September 2018.
Namun, ketika standar dan penilaian sulit

54
Jurnal Emik, Volume 1 Nomor 1, Desember 2018

dicapai maka akan dapat menimbulkan bentuk tubuh terlalu kurus. Ini menunjukkan
perasaan tidak puas terhadap kondisi diri bahwa apapun bentuk tubuh selalu ada yang
sendiri (Hasmalawati 2017:111-113). Pola pikir nampak kurang di mata orang lain, kemudian
ini terus terbawa, sehingga menimbulkan secara sadar ataupun tidak yang bersangkutan
persepsi negatif terhadap citra tubuh melakukan body shaming terhadap orang lain
cenderung terbentuk jika tidak memiliki bentuk yang dianggapnya memiliki kekurangan.
tubuh ideal yang diharapkan (Sa’diyah Sejumlah penelitian terkait telah
2015:19). dilakukan dan umumnya berfokus pada citra
Adanya citra tubuh memungkinkan tubuh yang diassosiasikan dengan bentuk tubuh
seseorang untuk membandingkan keadaan (Hasmalawati 2017, Vialini 2014, Chairiah
dirinya dengan orang lain dan menimbulkan 2012). Studi Chairiah (2012) tentang hubungan
rasa malu terhadap tubuh, yang sering disebut antara citra tubuh dan pola makan pada remaja
dengan istilah body shame. Body shame putri menunjukkan bahwa seorang remaja
merupakan penilaian individu akan tubuhnya cenderung menjaga pola makan untuk
yang memunculkan perasaan bahwa tubuhnya mendapatkan tubuh yang ideal, sehingga
memalukan yang disebabkan penilaian dirinya semakin positif citra tubuh mereka (ideal),
dan orang lain terhadap bentuk tubuh ideal maka pola makan semakin baik dan teratur.
tidak sesuai dengan tubuhnya (Damanik Hasmalawati (2017) menunjukkan bahwa citra
2018:14). Namun saat ini, juga seringkali secara tubuh sangat berpengaruh terhadap
langsung teman sebaya menjadikan penampilan penerimaan diri. Artinya, semakin tinggi citra
fisik sebagai bahan ejekan terhadap individu tubuh seseorang, maka semakin tinggi pula
didalam kelompoknya (Widiasti 2016:3). Prilaku penerimaan diri seseorang terhadap dirinya.
ini dikenal dengan istilah body shaming, yaitu Meskipun studi Vialini (2014) juga melihat
menghina bentuk fisik orang lain yang tidak aspek bentuk tubuh, ia lebih berfokus pada
sesuai dengan standar ideal. Misalnya, kita pemaknaan tubuh ideal orang yang mengalami
sering mendengar (atau bahkan melakukan) obesitas. Hasilnya menunjukkan bahwa tubuh
ejekan terhadap orang gemuk dengan ideal dimaknai sebagai tubuh yang memberi
menggunakan nama “hewan” bertubuh besar kenyamanan pada diri sendiri, tak peduli gemuk
seperti gajah atau kerbau, dan orang kurus atau kurus.
disebut “papan” karena tidak memiliki lekuk Citra tubuh berkaitan dengan body
tubuh. Meski dengan nada bercanda, body shaming. Kajian Damanik (2018) yang berfokus
shaming dapat dikategorikan sebagai tindakan pada dinamika psikologis perempuan yang
bullying karena dianggap sebagai kekerasan mengalami body shaming pada perempuan usia
dalam bentuk verbal kepada orang lain. dewasa awal dan menunjukkan bahwa mereka
Tindakan body shaming terjadi di sekitar yang mengalami body shaming akan lebih
kita di kalangan masyarakat di semua status memerhatikan tubuh dan menjadikan tubuh
sosial, di dunia nyata maupun di dunia maya mereka sebagai objek (self-objectification). Hal
melalui media sosial, terutama Instagram ini menyebabkan rasa cemas dan meningkatkan
sebagai media yang fokus pada photo sharing rasa malu terhadap diri sendiri. Mereka juga
para penggunanya. Para selebriti juga tidak melakukan usaha untuk mengurangi rasa malu,
luput dari body shaming, misalnya Prilly sesuatu yang membuat mereka menjadi objek
Latuconsina yang dikomentari karena dianggap body shaming. Ini karena citra tubuh
memiliki ukuran tubuh gemuk untuk berhubungan dengan persepsi seseorang,
seorang figur publik, sementara supermodel perasaan dan pikirannya tentang dirinya atau
Gigi Hadid yang justru dianggap memiliki tubuhnya dan biasanya dikonseptualisasikan

55
“Ini Bukan Lelucon”: Body Shaming......

memiliki tubuh yang dinilai dari estimasi Metode Penelitian


ukuran, evaluasi daya tarik tubuh dan emosi Penelitian ini dilakukan melalui media
yang terkait dengan bentuk tubuh dan sosial Instagram sebagai data awal dengan
ukurannya (Grogan, 1999; Muth dan Cash, pertimbangan bahwa pengguna Instagram akan
1997). membagikan potret dirinya kepada para
Berbeda dengan literatur yang telah ada, pengikutnya (followers), dan ini memungkinkan
artikel ini tidak hanya berfokus pada bentuk untuk terjadinya body shaming (dibandingkan
ukuran tubuh ideal karena body shaming tidak dengan media sosial Twitter yang berfokus
sekedar terkait fat shaming (bentuk tubuh yang pada tulisan). Selain itu, body shaming melalui
besar) atau skinny shaming (bentuk tubuh Instagram dapat direkam dalam bentuk
terlalu kurus), tapi body shaming juga gambar, sehingga menjadi contoh yang dapat
mencakup segala aspek fisik seseorang yang diobservasi tentang terjadinya body shaming di
dapat dilihat oleh orang lain, seperti warna kalangan masyarakat. Oleh karena body
kulit, tinggi badan, dan dilakukan oleh dan shaming tidak hanya dialami oleh informan
terhadap perempuan maupun laki-laki. melalui media sosial, maka penelitian ini juga
Diargumentasikan dalam artikel ini bahwa dilakukan di Kota Makassar agar dapat
penampilan fisik seseorang dapat dikontrol menjelaskan bentuk-bentuk body shaming yang
secara sosial, namun ini tergantung pada dilakukan oleh masyarakat di lingkungan sekitar
bagaimana penerimaan seseorang terhadap informan.
dirinya. Informan dalam penelitian ini berjumlah
Pembahasan dalam artikel ini akan sebelas orang yang pernah mengalami body
dimulai dengan mendiskusikan bagaimana citra shaming di Instagram dan/atau secara langsung
tubuh seseorang dikaitkan dengan penerimaan di dunia nyata. Mereka bervariasi berdasarkan
dirinya. Ini diikuti dengan mengindikasikan jenis kelamin (lima laki-laki dan enam
bentuk-bentuk body shaming yang dialami. perempuan), usia (antara 17 dan 27 tahun), dan
Selanjutnya, diskusi akan difokuskan pada pekerjaan (empat pegawai, satu pengangguran,
bagaimana dampak body shaming terhadap empat mahasiswa dan dua pelajar),
informan yang mengalaminya. Pada bagian sebagaimana dijabarkan dalam Tabel 1 berikut
akhir artikel ini mendiskusikan tentang ini:
bagaimana cara mereka mengatasi body
shaming yang dialami.

Tabel 1. Informan Penelitian

No. Nama Jenis Kelamin Umur (Tahun) Pekerjaan


1 Gunawan L 27 Pegawai swasta
2 Aan L 25 Pegawai swasta
3 Erna P 22 Pegawai swasta
4 Jack L 24 Pegawai Negeri
5 Dela P 23 Pengangguran
6 Bella P 22 Mahasiswa
7 Caca P 22 Mahasiswa
8 Hana P 21 Mahasiswa
9 Haris L 21 Mahasiswa
10 Firman L 17 Pelajar
11 Indah P 17 Pelajar

56
Jurnal Emik, Volume 1 Nomor 1, Desember 2018

Pengumpulan data dilakukan melalui lima aspek pada body image (citra tubuh), yaitu
observasi dan wawancara. Pertama, observasi appearance evaluation (evaluasi penampilan),
dilakukan melalui media sosial Instagram yang appearance orientation (orientasi penampilan),
mencakup bentuk fisik orang yang mengalami body areas satisfaction (kepuasan terhadap
body shaming, perlakuan masyarakat terhadap tubuh), overweight preoccupation (kelebihan
informan dan bentuk-bentuk body shaming berat badan), dan self classified weight
yang dilakukan. Selanjutnya, saya mengatur (pengklasifikasian diri terhadap berat badan).
jadwal wawancara baik secara langsung Bagaimana partisipan dalam penelitian ini
ataupun melalui fitur pesan Instagram (direct melihat citra tubuh mereka? dan bagaimana
message). Adapun topik-topik wawancara penerimaan diri mereka? Citra tubuh seseorang
meliputi pandangan tentang citra tubuh dan dipengaruhi oleh proporsi tubuh (bentuk dan
tubuh ideal, bentuk-bentuk body shaming yang berat badan), warna kulit, kondisi kulit wajah,
dialami baik melalui media sosial Instagram dan bentuk gigi.
maupun secara langsung oleh masyarakat di Jack (24 tahun), misalnya, merasa bahwa
lingkungan informan, dampak body shaming, kekurangan tubuhnya terletak pada bentuk
dan cara mengatasinya. tubuh yang gemuk dan perutnya yang buncit.
Proses analisis diawali dengan Menurutnya, porsi makanan yang
mengumpulkan data hasil wawancara dan dikonsumsinya sehari-hari selalu dalam jumlah
catatan observasi di lapangan (field note) lalu yang normal bahkan cenderung dibatasi. Ia juga
mentranskripkan data. Data yang terkumpul mencoba berolahraga namun tubuhnya tetap
dikategorisasi berdasarkan tema-tema yang gemuk dan perutnya tetap buncit. Ia
muncul dari hasil observasi dan wawancara, mengungkapkan:
yaitu citra tubuh informan, bentuk-bentuk body
shaming, dampak body shaming, dan cara Belum bisa berhasil turunkan berat
mengatasi body shaming. Ini kemudian diikuti badanku dan kasih hilang perut buncit
dari dulu, dari jaman kuliahan. Nda
dengan meng-koding data berdasarkan tema-
tau bagaimana bisa membesar terus.
tema yang muncul. Sedih iya, karena setiap medical check
Sebelum melakukan wawancara, up tidak ada yang bermasalah, mulai
informan terlebih dahulu dijelaskan mengenai dari kolesterol, gula juga normal. Tapi
tujuan dan manfaat penelitian serta diminta kelihatannya saya seperti nda baik-
kesediaannya menjadi informan dalam baik saja(Jack, 24 tahun).
penelitian ini. Setelah setuju, peneliti meminta
Jack juga telah beberapa kali mencoba
izin untuk merekam proses wawancara yang
untuk memeriksakan diri ke dokter untuk
dilakukan untuk memudahkan proses
mengetahui penyebabnya atau mencari tahu
penulisan. Oleh karena topik penelitian ini
kalau saja dirinya mengidap penyakit tertentu
cukup sensitif, maka nama-nama yang
yang menyebabkan ukuran tubuh dan perutnya
digunakan adalah nama samaran (pseudonym)
tidak normal. Namun, hasilnya menunjukkan
untuk memproteksi para partisipan dalam
bahwa tidak ada yang bermasalah dengan
penelitian ini serta menjaga kerahasiaan
tubuhnya. Meskipun demikian, ukuran tubuh
identitas informan dan informasi yang
dan perutnya yang buncit tetap membuat Jack
diberikan.
memberi citra negatif terhadap tubuhnya
dengan menganggap bahwa tubuhnya “tidak
Citra Tubuh dan Penerimaan Diri
normal” dan merasa bahwa orang lain juga
Cash (dalam Seawell dan Danoff-Burg
menilai tubuhnya demikian (karena ukuran
2005:868) mengungkapkan bahwa terdapat
tubuh dan perut).

57
“Ini Bukan Lelucon”: Body Shaming......

Aan (25 tahun) juga merasa bahwa kuliah yang menyebabkan waktu makannya
dirinya memiliki bobot tubuh yang berlebih menjadi berantakan dan nafsu makan yang
dengan tinggi badan 164 cm, dia memiliki berat meningkat, sehingga membuat bobot tubuhnya
badan 87 kg. Menurutnya, ukuran ini jauh dari juga terus meningkat. Ini menyebabkan Bella
kategori ideal dan bahkan dapat dikategorikan kehilangan bentuk tubuh idealnya dan
gemuk. Ia bukannya tidak bersyukur, tapi pada membuatnya merasa malu, stresdan tidak
kenyataannya porsi tubuhnya memang tidak percaya diri atas perubahan tersebut. Namun,
ideal. Jika saja tubuhnya besar dan berotot, perasaan stress membuatnya justru makan
maka ia akan kelihatan maco sebagai laki-laki. lebih banyak dan tubuhnya menjadi semakin
Bagi Aan, tubuh ideal laki-laki adalah yang tinggi gemuk. Perubahan tubuh Bella (dari yang ideal
dan berotot seperti yang ditampilkan dalam menjadi gemuk) membuat dirinya memberi
model majalah pria, bintang iklan televisi, citra negatif terhadap tubuhnya, sementara
terutama bentuk tubuh model L-Men (lihat penerimaan dirinya juga negatif. Akibatnya,
Gambar 1). Meskipun Aan mengeluhkan ketimbang memperbaiki berat tubuhnya, ia
tubuhnya yang jauh dari gambaran tubuh ideal, justru melakukan hal yang sebaliknya (makan
Aan tidak sedang berusaha untuk mengubah lebih banyak).
agar tubuhnya menjadi ideal karena Berbeda dari Jack, Aan dan Bella yang
menurutnya:“buat apa memiliki tubuh ideal masing-masing merasa dirinya gemuk, Dela (23
kalau tidak sehat dan menyiksa”. Ini tahun) justru merasa bahwa dengan ukuran
menunjukkan bahwa walaupun Aan tinggi165 cm, ia merasa terlalu kurus hanya
memandang citra tubuhnya negatif, ini dengan berat badan 40-41 kg. Ini membuatnya
tertutupi oleh “penerimaannya” atas segala tidak saja merasa terlalu kurus, tapi juga
kekurangan yang dimilikinya (self acceptance) membuat dirinya tidak puas dengan bentuk dari
mengingat ia lebih mementingkan kesehatan beberapa bagian tubuhnya, misalnya, tangan
ketimbang penampilannya (baca, misalnya, dan betis yang nampak bagai tulang tak
Vialini 2014). berbalut daging, serta payudara dan pantat
yang tidak “berisi”. Dela bersikap kontradiktif
terhadap penerimaan dirinya. Di satu sisi, ia
merasa tidak bermasalah dengan tubuhnya
yang kurus (meskipun itu dianggapnya bukan
permasalahan utama) karena pada dasarnya
para model juga memiliki tubuh yang kurus. Di
sisi lain, tubuhnya yang kurus membuat bagian
tubuhnya tidak berbentuk, terutama payudara
dan pantat, yang membuatnya merasa malu.
Hal ini menurunkan tingkat percaya dirinya
karena, menurutnya, seorang perempuan ideal
memiliki payudara dan pantat yang montok.
Gambar 1. Bentuk tubuh L-Men Padahal, ia beranggapan bahwa dua bagian
tubuh perempuan itu adalah simbol femininitas
Bella (22 tahun) sejak kecil tidak memiliki
fisik perempuan, sementara kondisi tubuhnya
masalah dengan berat badannya karena
terjadi yang sebaliknya, sehingga ia merasa
memiliki tubuh yang proporsional. Akan tetapi
“tidak seksi”. Ini menunjukkan bagaimana citra
sejak memasuki dunia perkuliahan, ia mulai
atas tubuh dan penerimaan atas diri Dela yang
sering begadang untuk menyelesaikan tugas
negatif.

58
Jurnal Emik, Volume 1 Nomor 1, Desember 2018

Hal serupa terjadi pada Gunawan (27 diassosiasikan sebagai “anak mami” dan warna
tahun) yang juga merasa tidak percaya diri kulit demikian lebih cocok untuk perempuan.
terhadap bobot tubuhnya yang terlalu kurus. Hal ini dapat dilihat pada kasus Caca (22 tahun)
Berat badannya selalu dibawah 50 kg, yang berwarna kulit gelap mengikuti warna kulit
sementara tinggi badannya sekitar 170 cm. ayahnya, sementara kakaknya berkulit putih
Selain itu, pertumbuhan rambutnya sangat mengikuti warna kulit ibunya. Ia menganggap
lamban dan pertumbuhannya tidak merata bahwa warna kulitnya bukan warna kulit ideal
(bagian depan lebat, bagian belakang tipis), dan baginya perempuan yang cantik adalah
sehingga ia lebih sering mencukur rambutnya yang berkulit putih. Ia merasa minder karena
sampai botak. Kondisi ini (kurus dan botak) diantara teman-temannya (peer group), ia yang
menyebabkan Gunawan merasa sebagai orang berkulit lebih gelap, warna kulit yang
yang “tidak normal” dan kelihatan seperti orang menurutnya lebih cocok untuk laki-laki. Ini
yang banyak fikiran. merasa jelek dan tidak percaya diri. Dua kasus
Citra tubuh tidak hanya berkaitan dengan di atas—Haris dan Caca—menunjukkan
proporsi tubuh (bentuk dan ukuran tubuh) itu bagaimana keduanya mencitrakan diri mereka
sendiri, tapi warna kulit juga dapat dijadikan secara negatif, dan penerimaan atas diri
sebagai aspek dalam penilaian citra tubuh ideal mereka juga negatif. Kedua kasus ini (Haris dan
seseorang. Firman (17 tahun), misalnya, dengan Caca) juga mengindikasikan bahwa warna kulit
warna kulitnya yang gelap dan tubuh yang juga bergender. Jika warna kulit putih
besar dan tinggi membuatnya selalu merasa diidentikkan dengan perempuan dan
“berbeda” dari teman-teman sebayanya di femininitas, maka warna kulit gelap
sekolah. Meskipun ia menyadari bahwa ukuran diassosiasikan dengan laki-laki dan
tubuh dan warna kulitnya tidak ideal, ia tidak maskulinitas.
mempermasalahkannya karena menurutnya ini Citra tubuh juga berkaitan dengan kondisi
membuatnya unik diantara teman-temannya. wajah. Hana (21 tahun) tidak hanya berkulit
Artinya, meskipun Firman melihat dirinya gelap, tapi juga memiliki kulit wajah yang
“berbeda” dari teman-teman sebayanya, dia sangat sensitif dan berjerawat. Ia bercerita
mencitrakan tubuhnya secara positif, sehingga bahwa kulit wajahnya mulai berjerawat sejak
penerimaan atas dirinya juga positif. menstruasi pertama ketika ia masih kelas 1
Contoh lainnya adalah Haris (21 tahun) SMP. Saat itu kulit wajah teman kelasnya masih
yang justru ingin memiliki warna kulit lebih bersih dan mulus meski tanpa make up,
gelap daripada yang dimilikinya saat ini. Haris sementara wajahnya tidak cerah dan
merasa bahwa kulitnya terlalu putih untuk berjerawat, sehingga ia mulai merasa tidak
standar warna kulit seorang laki-laki. Meskipun percaya diri. Oleh karena merasa malu dengan
bagi beberapa kalangan kulitnya dianggap wajahnya yang “berbeda” dengan teman-
sebagai “kulit idaman”. Meskipun ketika masih temannya yang lain, Hana mencoba memakai
SMP, ia bangga berkulit putih bersih, namun bedak untuk menutupi jerawat di wajahnya dan
setelah SMA dan kuliah, lingkungan memakai krim pemutih wajah untuk
pergaulannya (peer group) justru mencerahkan. Namun, kondisi wajahnya justru
mengidentikkan kemacoan seorang laki-laki menjadi lebih parah karena produk yang
terkait dengan warna kulit yang gelap. Bagi digunakannya tidak cocok dengan kulit
Haris sendiri, laki-laki yang berkulit gelap wajahnya. Ini membuatnya semakin tidak
kelihatan keren dan berwibawa. Sementara percaya diri. Ini berbeda dengan Indah (17
laki-laki yang berkulit putih dianggap feminin tahun) yang merasa bahwa warna kulit
yang dalam konteks lingkungannya wajahnya yang cerah justru membuat

59
“Ini Bukan Lelucon”: Body Shaming......

jerawatnya terlihat jelas. Namun, karena


aktivitas yang padat sebagai pelajar
membuatnya sulit untuk melakukan perawatan
dan terpaksa harus “menerima” keadaan
wajahnya apa adanya.
Dua kasus di atas—Hana dan Indah—
menunjukkan citra tubuh yang negatif.
Keduanya “menerimanya” secara berbeda. Jika
Hana berupaya menutupi kekurangan di
wajahnya dengan make up namun semakin tak
percaya diri karena kulitnya yang sensitif Gambar 2. Panduan penghitungan Indeks
membuat hasilnya tidak sesuai dengan yang Massa Tubuh

diharapkan, sementara Indah yang karena tidak Adanya bentuk tubuh ideal yang
memiliki waktu untuk “mengutak-atik” berkembang ditengah masyarakat saat ini
wajahnya, maka ia membiarkannya dan secara membuat orang menjadikannya sebagai
“terpaksa” menerima kondisi tersebut. Artinya “patokan” untuk menilai hingga menghakimi
meskipun kondisi wajah keduanya relatif (body shaming) bentuk tubuh orang lain jika
serupa, penerimaan diri mereka berbeda satu tidak sesuai dengan “kriteria ideal” tersebut,
sama lain. sebagaimana informan dalam penelitian ini
Aspek lain yang memengaruhi citra tubuh yang kerap menjadi korban body shaming. Pada
adalah bentuk gigi. Erna (22 tahun) menyadari sessi ini akan dijelaskan dua bentuk body
bahwa ia memiliki bentuk tubuh yang ideal shaming yang dialami, yaitu ucapan dan
dengan kulit kuning langsat dan wajah yang kombinasi antara ucapan dan tindakan.
cukup mulus. Namun, permasalahannya adalah
pada bentuk giginya yang “maju” dan tidak Ucapan
tertata, dan ia merasa ini sangat memengaruhi
Body shaming dalam bentuk ucapan
penampilannya. Menurutnya, jika kulit hitam
dilakukan dengan mengolok-olok berdasarkan
dapat diatasi dengan pemakaian bedak, jerawat
kekurangan fisik terhadap orang yang menjadi
dapat tertutupi dengan ber-make up, tapi gigi
objek body shaming. Erna (22 tahun), misalnya,
yang “maju” sulit disembunyikan. Citra diri Erna
yang karena bentuk giginya yang besar dan
yang positif (bentuk tubuh, warna kulit dan
menonjol membuatnya sering di olok-olok di
wajah mulus) “ditenggelamkan” oleh kondisi
lingkungan sekitarnya sejak kecil, seperti
giginya yang menyebabkan ia kehilangan
dipanggil dengan sebutan “gigi, gigi maju,
kepercayaan diri dan membuat penerimaan
gitong (gigi tonggos)”. Serupa dengan Erna,
dirinya juga negatif.
Caca (22 tahun) dengan warna kulitnya yang
lebih gelap dibandingkan dengan orang-orang
Bentuk Body Shaming
di lingkungan sekitarnya menjadikan dirinya
Bentuk tubuh ideal bagi laki-laki adalah
sering menerima olokan, terutama saat masih
tubuh yang tinggi kekar berotot dengan warna
bersekolah dan merasa “kenyang” dengan body
kulit kecoklatan yang menandakan kemacoan.
shaming sejak kecil. Olokannya beragam, yang
Adapun bagi wanita, tubuh ideal yaitu tubuh
intinya disebabkan oleh warna kulitnya yang
yang tinggi semampai dengan berat badan
gelap, seperti hitam, pantat panci, anak
proporsional (Gambar 2), payudara yang
layangan, bahkan pacarnya menyuruhnya untuk
kencang dan pantat montok, kulit putih mulus
serta gigi yang putih dan tersusun rapi.

60
Jurnal Emik, Volume 1 Nomor 1, Desember 2018

suntik pemutih agar kulitnya menjadi cerah,


meski ia sendiri tidak dilakukannya.
Dela (23 tahun) telah mengalami body
shaming sejak kecil oleh teman-temannya
bahkan keluarganya karena bentuk tubuhnya
yang kurus dan tinggi. Dia sering menerima
olokan, seperti “papan, rata kayak tembok,
kutilang darat (kurus tinggi langsing dada rata)”
atau ditakut-takuti, seperti “susah memiliki
anak” dan “susah melahirkan” karena
pinggulnya yang kecil.
Keluhan serupa tapi tak sama dialami
oleh Aan (25 tahun) dan Firman (17 tahun)
karena bentuk tubuh keduanya yang
kegemukan. Aan, misalnya, seringkali dihina
Gambar 4. Komentar body shaming
oleh teman sebayanya “gendut”, bahkan
diibaratkan benda dan/atau hewan yang Haris (21 tahun) juga sering menerima
berukuran besar, seperti “gentong dan kerbau”. candaan olokan dari teman sekelilingnya karena
Sementara Firman yang berkulit gelap, kulitnya yang putih sebagai laki-laki, olokan
bertubuh tinggi dan besar membuatnya sering tersebut misalnya seperti “kayakko boyband
dijuluki “raksasa atau bulldozer”. Demikian Korea”, “rajinko pasti perawatan toh”, hingga
halnya yang terjadi pada Bella (22 tahun) yang diremehkan sebagai “anak mami” yang tak
sering disamakan dengan karakter “Mrs. Puff” bertenaga.
yang bertubuh gempal dalam serial kartun
Spongebob Squarepants (lihat Gambar 3). Kombinasi Antara Ucapan dan Tindakan
Body shaming tidak hanya dilakukan
melalui ucapan, tapi juga dilakukan sekaligus
dalam bentuk tindakan-tindakan yang tidak
menyenangkan bagi orang lain. Bella (22
tahun), misalnya, mengungkapkan bahwa
tubuhnya yang gemuk membuat pacarnya malu
dengan body-nya, sehingga Bella diputuskan
dan ia patah hati. Selain pacarnya, teman-
teman Bella juga suka membanding-bandingkan
Gambar 3. Karakter Mrs. Puff antara Bella dan orang lain yang berbadan
kurus dan cenderung pro pada yang kurus.
Namun tidak hanya olokan secara Misalnya, ketika ada perempuan dengan body
langsung, olokan body shaming juga ia terima ideal lewat atau mengunggah foto di Instagram,
ketika mengunggah foto dirinya melalui media temannya seringkali berkata “nah itu baru bodi
sosial Instagram seperti terlihat pada Gambar cewek” atau “liat itu bodi-nya bagus, kau bodi-
4. Pengikutnya Bella di Instagram sering mu kayak emak-emak”. Ironisnya, orang yang
menuliskan komentar body shaming, seperti tidak dikenalnyapun turut berkomentar atas
“gendut”, atau “semakin gendut” pada bentuk tubuhnya, misalnya, saat ia naik ojek
unggahannya. onlen, beberapa kali pengemudi spontan
melihat ban motor bagian belakang ketika Bella

61
“Ini Bukan Lelucon”: Body Shaming......

naik ke atas motor. Perbuatan ini menyinggung dikarenakan tubuh yang tidak proporsional.
Bella karena menganggap bahwa bobot Teman Gunawan bahkan menganggapnya
tubuhnya yang berat dapat mengakibatkan sebagai “orang stress”, hingga “kebanyakan
kerusakan pada ban motor (seperti ban kempes masturbasi” karena tubuh kurusnya. Yang lebih
atau bocor). menyakitkan lagi karena lamaran kerjanya
Hana (21 tahun) dengan kulitnya yang ditolak berkali-kali dengan alasan bentuk
gelap dan berjerawat membuat dirinya selalu fisiknya, padahal pekerjaan yang dilamarkannya
jadi objek body shaming. Bentuk body shaming adalah posisi Admin dan Akuntan yang lebih
yang dialaminya bervariasi mulai dari ucapan membutuhkan kemampuan hitung yang baik
seperti “ih kenapa begitu mukamu”, dibandingkan bentuk tubuh ideal.
“banyaknya jerawatmu”, hingga tindakan, Bagi Gunawan, body shaming dalam
seperti dipandang dengan tatapan sinis dan bentuk ucapan lebih mudah untuk “dilupakan”
merendahkan, menunjukkan sikap jijik, bahkan ketimbang body shaming dalam bentuk
penjual di mall kadang menariknya dan tindakan. Hal ini karena tindakan body shaming
mengoleskan obat jerawat yang dijualnya ke lebih menimbulkan pengaruh yang lebih besar,
wajah Hana tanpa seizinnya dan promosi seperti trauma dan putus asa, sehingga
produk pemutih yang dikirimkan melalui pesan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
(direct message) Instagram kepadanya (Gambar menerima diri sendiri.
5) karena kulitnya yang hitam.
Dampak Body Shaming
Meskipun mengomentari (bahkan
menghina) bentuk tubuh orang lain seringkali
dianggap hanya sebagai “candaan”, namun
temuan penelitian ini menunjukkan bahwa
perbuatan tersebut dapat berdampak langsung
pada mereka yang mengalaminya. Body
shaming, baik melalui ucapan maupun ucapan
sekaligus tindakan yang dilakukan oleh
seseorang dapat mengganggu kenyamanan dan
menimbulkan dampak yang buruk bagi orang
yang menjadi objek bodyshaming, yaitu
semakin tidak percaya diri (lack of self
confidence) dan merasa tidak aman (insecure
feeling); dan berupaya untuk menjadi ideal
(strive to be ideal).

Semakin Kehilangan Percaya Diri dan Merasa


Gambar 5. Promosi pemutih Tidak Aman
Kehilangan kepercayaan diri dan merasa
Tubuh Gunawan (27 tahun) yang tinggi
tidak aman adalah dua hal yang tak terpisahkan
dan kurus, serta rambutnya yang sulit tumbuh
sebagai dampak body shaming. Olokan body
seringkali dijadikan sebagai bahan olokan
shaming yang diterima dapat memengaruhi
hingga menjadi lelucon di lingkungan
kepribadian para korban dari body shaming ini.
pergaulannya. Tidak hanya itu, banyak
Mereka cenderung menjadi kehilangan
perusahaan yang menolaknya untuk bekerja
kepercayaan diri karena merasa “berbeda

62
Jurnal Emik, Volume 1 Nomor 1, Desember 2018

dengan yang lain” umumnya. Awalnya Dela (23 perbuatan yang mengarah pada body shaming
tahun) mengaku tidak terlalu memedulikan yang membuatnya risih.
olokan yang ditujukan kepadanya, namun lama
kelamaan olokan tersebut membuat dirinya Berupaya Untuk Menjadi Ideal
menjadi tidak percaya diri. Jika bercermin, ia
Berupaya untuk melakukan apa saja
sering mengatai diri sendiri “jelek, kurus” dan
untuk menjadikan tubuhnya ideal adalah
berandai-andai memiliki tubuh yang
dampak lain dari body shaming. Menurut Bella
proporsional. Ia merasa tidak aman (insecure)
(22 tahun), “mungkin bagi orang lain itu (body
karena menganggap akan susah memiliki pacar
shaming) cuma omongan, tapi bagi saya itu
karena pada umumnya laki-laki menyukai
bukan lelucon, tapi menusuk”. Kalimat-kalimat
perempuan yang bertubuh proporsional dengan
dan tindakan body shaming yang dialaminya
payudara dan pantat yang besar, sementara
sempat membuatnya merasa frustasi dan rela
dirinya, hanya berpayudara rata dan berpantat
melakukan tindakan yang justru berbahaya bagi
tepos.
dirinya sendiri demi menjadi kurus. Misalnya,
Bagi Caca (22 tahun), body shaming
dengan berolah raga tiga hingga empat kali
memengaruhi rasa percaya diri dan
seminggu, mengurangi konsumsi karbohidrat,
menganggap bahwa dirinya tidak cantik karena
serta mengonsumsi obat pencahar, seperti
tidak putih sebagaimana “kriteria ideal”
Laxative atau Dulcolax hampir setiap malam
perempuan cantik, sehingga ia selalu merasa
untuk melancarkan pencernaannya dengan
tidak aman (insecure) dengan kondisi yang
harapan agar makanan yang dikonsumsi pada
dialaminya. Sementara Erna (22 tahun) menjadi
hari itu akan dikeluarkan saat buang air besar
malas untuk berfoto, atau berfoto dengan gaya
besok pagi. Dalam tiga minggu, Bella berhasil
merapatkan kedua bibir agar menyembunyikan
menurunkan berat badannya hingga delapan
bentuk giginya yang maju jika “terpaksa” harus
kilogram. Namun setelahnya ia jatuh sakit. Ia
berfoto karena merasa tidak aman jika bentuk
dimasukkan ke Rumah Sakit karena menderita
giginya nampak jelas difoto.
mag diakibatkan pola makan yang tidak teratur
Jack (24 tahun), yang pada kenyataannya
akibat diet ekstrim yang dilakukan. Selain itu,
orang sekelilingnya tidak pernah berkomentar
ginjalnya juga bermasalah karena terlalu sering
mengenai ukuran tubuh dan perutnya yang
mengonsumsi obat pencahar.
dianggapnya “tidak normal”. Namun ketika
Serupa dengan Bella, Dela (23 tahun) juga
orang memandangi perutnya yang buncit, ia
sempat mengonsumsi obat untuk menaikkan
merasa bahwa orang tersebut juga
berat badannya. Namun ia tetap selektif dalam
menganggapnya tidak normal. Ini karena ia
memilih obat untuk menghindari efek samping
memberikan citra negatif terhadap bentuk
berbahaya dari obat tersebut. Dia memilih obat
tubuhnya, yang mengakibatkan rasa percaya
herbal penggemuk Tianshi dengan harga sekitar
diri berkurang dan membuatnya merasa tidak
Rp350.000. Namun setelah mengonsumsi
aman (insecure).
sepaket obat itu ia merasa obat tersebut tidak
Hana (21 tahun) tidak hanya kehilangan
berhasil menaikkan berat badannya.
rasa percaya diri atas ucapan dan perlakuan
Selanjutnya ia mencoba obat penggemuk China
tidak menyenangkan yang dialaminya, tapi juga
Kianpi (lihat Gambar 6) yang harganya jauh
membuatnya selalu merasa khawatir (insecure)
lebih murah yaitu hanya sekitar Rp40.000,-
berada di keramaian. Bahkan ia sering
karena saat itu ia masih menjadi seorang
menggunakan masker wajah menutupi
mahasiswi dengan uang jajan pas-pasan. Kianpi
jerawatnya agar menghindari ucapan dan
cukup berefek pada tubuhnya, namun hanya
pipi-nya yang menjadi lebih berisi (chubby)

63
“Ini Bukan Lelucon”: Body Shaming......

bukan badannya, sehingga ia merasa sia-sia dan kekurangannya, menjauhi mereka yang
hanya buang uang untuk membeli obat-obat memberi dampak buruk, menerima diri apa
tersebut. adanya (self acceptance), dan berpikir positif.
Untuk menghadapi body shaming, ada
yang berusaha memperbaiki gaya hidupnya.
Gunawan (27 tahun), misalnya, setelah
mengalami masa sulit karena tubuhnya yang
terlalu kurus, ia mencoba untuk menaikkan
berat badannya, sebagaimana diungkapkannya
berikut ini:

Saya minum susu penggemuk, obat


penambah nafsu makan, tapi dosisnya
sesuai aturan. Berusaha untuk tambah
porsi makan, tidur yang cukup,
Gambar 6. Obat penggemuk Kianpi kurangi pikiran. Intinya memang
berubah jadi lebih baik. Walaupun
Setelah mengonsumsi obat penggemuk, sebenarnya biar tidak dibully lagi. Tapi
Dela juga menggunakan pantat palsu, yaitu tetap saya tanamkan dalam diriku
sejenis celana dalam dengan busa tebal pada kalau ini untuk diriku sendiri bukan
bagian pantat untuk memberi kesan montok untuk orang lain (Gunawan, 27 tahun).
pada pantat; dan selalu membeli bra dengan
Usaha tersebut dilakukan selain untuk
busa yang tebal, sehingga payudaranya terlihat
menghindari body shaming, juga atas tekadnya
lebih berisi. Dengan cara spekulasi seperti ini,
untuk menjadi lebih baik. Hal tersebut sangat
kekurangan tubuhnya relatif tersamarkan.
berpengaruh dalam hidupnya karena ia tidak
Seseorang yang mengalami body shaming
hanya berhenti menjadi “objek candaan”
tapi cenderung menutupi kekurangan dirinya
temannya dan terlihat proporsional, tapi juga
dengan penerimaan dirinya yang positif, maka
membuatnya merasa lebih sehat dan bugar.
ini membuat seseorang juga memberi citra
Jack (24 tahun) mengalami hal yang
positif terhadap tubuhnya. Dengan demikian,
sebaliknya, tubuhnya yang tambun diatasinya
body shaming yang dialaminya tidak
dengan berenang dan berupaya untuk tidak
berdampak apa-apa terhadap dirinya. Ini
makan malam kecuali jika terdesak. Artinya,
sebagaimana yang terjadi pada Aan (25 tahun)
Jack tidak sekedar ingin menurunkan berat
dan Firman (17 tahun). Meskipun keduanya
badannya, tapi juga ingin sehat. Ia bermimpi
sering menjadi korban body shaming di
ingin memiliki tubuh sixpack yang memang
lingkungan sekitarnya, namun hal tersebut tidak
sedang tren.
menjadikan mereka kehilangan percaya diri
Hal yang sama dilakukan oleh Erna (22
atau merasa ingin menjadi ideal karena telah
tahun). Ia mengakui bahwa bentuk giginya
menanamkan penerimaan diri positif pada
memang sangat memengaruhi penampilannya.
dirinya sejak awal dengan menerima
Oleh karena itu, ia berusaha untuk
kekurangan pada tubuhnya.
memperbaiki bentuknya agar lebih indah
dengan memasang behel gigi agar giginya bisa
Mengatasi Body Shaming
tertata dengan baik.
Sessi ini akan mendiskusikan tindakan
Bella (22 tahun) juga berusaha
yang dilakukan untuk menanggapi body
menurunkan berat badannya karena sering
shaming, yang mencakup memperbaiki
menerima body shaming dari orang-orang di

64
Jurnal Emik, Volume 1 Nomor 1, Desember 2018

sekitarnya karena tubuhnya yang gemuk. Ia shaming. Menurutnya, orang lain akan
menyebut masa-masa itu sebagai “masa kelam” menerima dirinya jika dia mampu menerima
baginya, namun ia berhasil menurunkan berat dirinya apa adanya terlebih dahulu. Begitupun
badannya. Oleh karena ia diet terus, ia malah dengan Dela (23 tahun), ia juga memilih untuk
diolok sebagai “orang bodoh” dan menerima kekurangan dari dirinya dan berpikir
dipertanyakan “kenapa diet terus?”. Ia akhirnya positif bahwa “dibalik setiap kekurangan, pasti
menyadari bahwa apapun yang dilakukan ada kelebihan”. Ia menyadari bahwa kecintaan
terkait tubuhnya, body shaming tetap terjadi. terhadap diri sendiri harus datangnya dari diri
Ia akhirnya memutuskan untuk berhati-hati sendiri, bukan justru menyalahkan diri sendiri
memilih teman dan memilah teman dengan karena bentuk tubuhnya. Dengan kata lain
menjauhi orang-orang yang potensial untuk mensyukuri apa yang dimiliki.
melakukan body shaming dan menghindari Tiga kasus di atas—Aan, Firman, dan
komentar body shaming melalui Instagram Dela—menunjukkan bagaimana mereka
dengan menon-aktifkan kolom komentar pada memandang kekurangan dari diri mereka dari
unggahannya hingga mem-block orang-orang sisi yang positif dan masing-masing memiliki
yang sering berkomentar negatif mengenai caranya untuk mengatasinya.
tubuhnya .
Sementara itu, Haris (21 tahun) yang Kesimpulan
sering diremehkan kemacoannya, menghadapi Tubuh ideal, khususnya tampilan fisik
body shaming dengan membuktikan bahwa (proporsi tubuh, warna kulit, kondisi kulit
anggapan orang-orang tentangnya karena kulit wajah, bentuk gigi dan pertumbuhan rambut)
yang yang dianggap “kulit perempuan” adalah menjadi penilaian yang signifikan terhadap
tidak benar. Misalnya, dengan masuk dalam seseorang. Hadirnya sebuah standar tubuh yang
Organisasi Pecinta Alam yang didalamnya dianggap ideal menjadikan seseorang dapat
membutuhkan fisik yang kuat dan membuat memberikan penilaian terhadap tubuhnya
kulitnya menjadi lebih gelap. Selain itu, ia juga masing-masing (body image) dan terhadap
memilih untuk menerima apa adanya dirinya orang lain. Jika tidak sesuai dengan standar
tanpa berusaha menggelapkan warna kulitnya ideal yang berlaku, ini dapat menimbulkan rasa
dengan berbagai alat kosmetik. malu terhadap diri sendiri, dan menjadi objek
Aan (25 tahun) yang gendut mencoba body shaming.
untuk menerima dirinya apa adanya. Untuk Informan dalam penelitian ini memiliki
mengatasi body shaming yang dialaminya, ia gambaran tubuh ideal masing-masing, sehingga
memilih untuk fokus pada kelebihan dirinya dan mereka dapat menilai citra tubuh yang
berusaha mengubah kekurangannya menjadi dianggap ideal. Mereka menyadari bahwa satu
kelebihan. Meskipun ia tetap gendut, atau beberapa bagian dari tubuh mereka ada
penerimaan atas kondisi tubuhnya yang tidak ideal, seperti ukuran tubuh (terlalu
membuatnya lebih bahagia karena melihat kurus, terlalu gemuk, dan terlalu tinggi), bentuk
kegendutan sebagai sesuatu yang positif, anggota tubuh (perut, payudara, gigi, pantat),
dengan menganggap bahwa cowok gendut warna kulit (terlalu putih atau terlalu gelap),
identik dengan kemapanan dan dilengketi oleh hingga rambut (tidak subur).
cewek. Bentuk body shaming yang dialami
Ini serupa dengan yang terjadi pada terbagi atas dua kategori, yakni dalam bentuk
Firman (17 tahun) juga tetap menerima dirinya ucapan dan kombinasi antara ucapan dan
apa adanya, sehingga tidak ada upaya khusus tindakan secara langsung. Body shaming
yang dia lakukan untuk menghindari body berbentuk ucapan bisa berupa ejekan dengan

65
“Ini Bukan Lelucon”: Body Shaming......

membuat istilah (kutilang darat: kurus tinggi dikontrol oleh orang lain. Penelitian ini belum
langsing dada rata) hingga menyamakan menyentuh secara spesifik tentang bagaimana
dengan benda tertentu (seperti papan), tokoh kontrol diri dalam kaitan dengan body shaming,
kartun (seperti Mrs. Puff), dan/atau hewan sehingga potensial menjadi topik penelitian
bertubuh besar (seperti kerbau), dll tidak hanya berikutnya.
diucapkan secara langsung, ucapan body
shaming juga dilakukan melalui Instagram yang Daftar Pustaka
dituliskan dalam kolom komentar. Body Cash, T. F. dan Pruzinsky, T. 2002. “Future
shaming yang berbentuk kombinasi antara Challenges for Body Image Theory,
ucapan dan tindakan, misalnya ditolak saat Research, and Clinical Practice. In T. F.
melamar pekerjaan, diputuskan pacar, hingga Cash dan T. Pruzinsky (eds.), Body
ditatap sinis. Body shaming yang dialami tidak image: A Handbook of Theory,
saja membuat seseorang semakin kehilangan Research, and Clinical Practice. New
kepercayaan diri dan merasa tidak aman, tapi York: Guilford Press, 509-516.
juga mereka rela melakukan apapun untuk Chairiah, P. 2012. Hubungan Gambaran Body
mendapatkan tubuh ideal. Image Dan Pola Makan Remaja Putri Di
Untuk menghadapi body shaming SMAN 38 Jakarta. Skripsi, Fakultas Ilmu
beragam cara dilakukan, yakni dengan Keperawatan Universitas Indonesia,
mengubah gaya hidup, membuktikan kualitas Depok.
diri, berusaha menerima kelebihan dan
Christiani, Lintang C., 2015. Homogenisasi
kekurangan diri, berpikir positif, dan menjauhi
Tubuh Perempuan Pra-Remaja (Tween)
orang-orang yang sering melakukan body
Dalam Majalah Girls. Tesis, Magister
shaming.
Imu Komunikasi Universitas
Body shaming dapat dikategorikan
Dipenogore, Semarang.
sebagai tindakan bullying karena merupakan
sebuah kekerasan verbal (ucapan) dan non- Damanik, T. M. 2018. Dinamika Psikologis
verbal (tindakan). Body shaming menimbulkan Perempuan Mengalami Body shaming.
dampak buruk terhadap yang mengalaminya, Skripsi, Program Studi Psikologi Fakultas
kecuali bagi mereka yang sejak awal telah Psikologi Universitas Sanata Dharma,
memiliki citra positif terhadap tubuhnya, Yogyakarta.
dimana body shaming tidak berdampak buruk Frangky E. 2012. Pemaknaan Mengenai Nilai-
bagi kondisi psikologisnya. Nilai Maskulinitas dan Citra Tubuh Dalam
Oleh karena itu, sebagai masyarakat kita Program Komunikasi Pemasaran Oleh
perlu untuk menjaga kenyamanan dengan Laki-Laki Homoseksual dan Laki-Laki
saling menghargai kekurangan satu sama lain Heteroseksual. Skripsi, Fakultas Ilmu
dan menghindari ucapan dan/atau tindakan Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu
yang mengusik kenyamanan orang-orang Komunikasi Universitas Indonesia, Depok.
disekitar kita dengan tidak melakukan body
shaming atau menganggap body shaming hanya Gough-Yates, A. 2003. Understanding Women's
sebagai candaan semata. Selain itu, kita juga Magazines: Publishing, Markets and
perlu untuk menerima kelebihan dan Readerships in Late-Twentieth Century
kekurangan diri masing-masing agar tidak Britain. London: Routledge.
dicemaskan (insecure) ketika mengalami body Grogan, S. 1999. Body Image: Understanding
shaming dari lingkungan sekitar karena dengan Body Dissatisfaction in Men, Women
demikian seseorang tidak membiarkan dirinya and Children. London: Routledge.

66
Jurnal Emik, Volume 1 Nomor 1, Desember 2018

Hasmalawati, N. 2017. “Pengaruh Citra Tubuh Seawell, A.H. dan Danoff-Burg, S. (2005). “Body
dan Perilaku Makan Terhadap Image and Sexuality in Women with and
Penerimaan Diri Pada Wanita, Jurnal Without Systemic Lupus Erythematosus”.
Psikoislamedia, 2(2):107-115. Sex Roles, 53 (11): 865-876.
Muth, J. L. dan Cash, T. F. 1997. “Body Image Vialini, Greytha. 2014. Pemaknaan Tubuh Ideal:
Attitudes: What Difference Does Studi Deskriptif Tentang Pemaknaan
Gender Make?”, Journal of Applied Tubuh Ideal Bagi Komunitas XL’SO).
Social Psychology. 27 (16):1438-1452. Skripsi, Departemen Sosiologi FISIP
Universitas Airlangga, Surabaya.
Nurvita, V. dan Handayani, M.M. 2015.
“Hubungan Antara Self-esteem dengan Widiasti, Ni Luh R. 2016. Profil Citra Tubuh
Body Image pada Remaja Awal yang (Body Image) Pada Remaja dan
Mengalami Obesitas”. Jurnal Psikologi Implikasinya Bagi Bimbingan dan
Klinis dan Kesehatan Mental, 4(1):41-49. Konseling. Skripsi, Departemen Psikologi
Pendidikan dan Bimbingan FIP
Sa'diyah, H. 2015. Pengaruh Citra Tubuh
Universitas Pendidikan Indonesia,
Terhadap Penyesuaian Diri Siswa-Siswi
Bandung.
Kelas VII-VIII SMP NU Syamsuddin
Malang. Tesis, UIN Maulana Malik
Ibrahim, Malang.

67

Вам также может понравиться