Вы находитесь на странице: 1из 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk menyebabkan jumlah

penduduk lansia terus meningkat dari tahun ke tahun. Lansia adalah sekelompok

orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan secara bertahap dalam

jangka waktu tertentu. Peningkatan populasi lansia dari total populasi penduduk

telah terjadi di seluruh dunia. Proporsi penduduk lansia dari total seluruh dunia

akan mengalami kenaikan sebesar 10% pada tahun pada tahun 2025 (WHO,

2010).

Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2012

diperkirakan pada tahun 2025, Indonesia akan mengalami peningkatan jumlah

lansia sebesar 41,4% (±60 juta jiwa), yang akan menjadi sebuah peningkatan

tertinggi di dunia. Berdasarkan hasil sensus penduduk pada tahun 2010

didapatkan bahwa jumlah lansia di Indonesia mencapai 24 juta jiwa, hal ini

menjadikan Indonesia berada pada urutan keempat dengan jumlah lansia

terbanyak setelah Cina, Amerika, dan India. Diperkirakan pada tahun 2020

jumlah lansia akan semakin meningkat yakni 11,34% atau 28,8 juta orang

(Menkokesra, 2013).

Dalam memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan terhadap lansia,

hirarki Maslow adalah sebuah teori yang dapat digunakan perawat untuk

memahami kebutuhan dasar lansia. Menurut teori ini, beberapa kebutuhan lansia

1
tertentu lebih dasar daripada kebutuhan lainnya. Oleh karena itu, beberapa

kebutuhan harus dipenuhi sebelum kebutuhan yang lain. Misalnya orang yang

lapar akan lebih mencari makanan dari pada melakukan aktivitas untuk

meningkatkan harga diri (Potter & perry, 2010).

Hirarki kebutuhan menurut Maslow terdiri atas lima tingkatan. Tingkat

yang paling dasar, atau yang pertama yaitu kebutuhan fisiologis seperti oksigen,

cairan, nutrisi, temperatur, eliminasi, tempat tinggal, istirahat, dan seks. tingkat

kebutuhan kedua yaitu kebutuhan keselamatan dan keamanan dan tingkat

kebutuhan ketiga yaitu kebutuhan rasa cinta dan rasa memiliki. Tingkat yang ke

empat adalah kebutuhan penghargaan dan harga diri yang melibatkan rasa

percaya diri, merasa berguna, diterima oleh orang lain, dan kepuasan diri. Tingkat

yang terakhir adalah kebutuhan aktualisasi diri, yaitu untuk memecahkan masalah

dan mengatasinya dengan cara yang realistis kehidupan.

Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan

manusia. Tubuh bergantung pada oksigen untuk bertahan hidup. Oksigen paru

secara adekuat diterima dari lingkungan ke dalam paru-paru, pembuluh darah dan

jaringan. Oksigen juga diperlukan dalam proses metabolisme sel. Kekurangan

oksigen akan menimbulkan dampak kematian (Prasetya, 2013).

Nutrisi sangat dibutuhkan bagi lansia untuk mempertahankan kualitas

hidupnya. Bagi lansia yang mengalami gangguan nutrisi diperlukan untuk

penyembuhan dan mencegah agar tidak terjadi komplikasi pada penyakit yang

dideritanya dan juga lansia tidak tahan dengan temperature panas dan dingin

2
lansia lebih rentan dengan suhu dingin. Proses eliminasi pada lansia tidak lepas

dengan adanya gangguan seperti konstipasi. Dengan adanya konstipasi maka akan

mengganggu kesehatan lansia. Begitu juga dengan tempat tinggal. menjadi

alternatif pilihan tempat tinggal bagi lansia, dengan berbagai macam alasan

pribadi yang dimiliki oleh para penghuninya dalam memilih Panti Jompo ini

sebagai tempat tinggal (Darmojo, 2011).

Kualitas tidur pada lansia yang buruk tidak lepas dari faktor-faktor yang

mempengaruhinya. Dengan bertambahnya usia juga terdapat penurunan dalam

kualitas tidur. Kebutuhan tidur setiap orang berbeda-beda, lansia membutuhkan

waktu tidur 6-7 jam per hari. jika kebutuhan seksual terpenuhi maka akan

menghilangkan stress, menghilangkan kesedihan, mengurangi rasa sakit dan

menambah rasa percaya diri pada lansia (Nugroho, 2010).

Terkait dengan kebutuhan fisiologis, ketika usia seseorang memasuki usia

senja maka banyak fungsi-fungsi pada lansia terganggu, misalnya, fungsi

fisiknya. Terutama pada lansia-lansia yang tinggal di panti jompo. Menurut

penelitian yang dilakukan oleh Suci Tuty Putri (2015) di Panti Jompo Kabupaten

Klaten, sebanyak 68,8% lansia yang tinggal di panti jompo memiliki kebutuhan

fisiologis yang kurang, sedangkan lansia yang tinggal bersama keluarga 65,0%

memiliki kebutuhan fisiologis yang cukup (Fatma, 2016).

Di Provinsi Riau jumlah lansia yaitu sebesar 12,3% atau 4 juta jiwa dan

populasi ini akan semakin meningkat setiap tahunnya dan diperkirakan akan

berjumlah 9 juta pada tahun 2016 mendatang (Wahyuni, 2016).

3
Di Panti Tresna Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru merupakan satu-

satunya panti jompo yang ada di Pekanbaru dan memiliki jumlah lansia sebanyak

50 orang lansia. Berdasarkan survey awal yang peneliti lakukan terhadap 10

orang lansia, didapatkan 10 orang lansia (100%) pemenuhan kebutuhan

fisiologisnya belum terpenuhi seluruhnya. Berdasarkan latar belakang diatas,

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Potret pemenuhan

kebutuhan fisiologis lansia yang tinggal di Panti Tresna Werdha Khusnul

Khotimah Kota Pekanbaru mengacu kepada teori Hirarki Maslow Tahun 2019.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat di rumuskan

masalah penelitian sebagai berikut“ Bagaimana potret pemenuhan kebutuhan

fisiologis lansia yang tinggal di Panti Tresna Werdha Khusnul Khotimah Kota

Pekanbaru mengacu kepada teori Hirarki Maslow Tahun 2019?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui potret pemenuhan kebutuhan fisiologis lansia yang tinggal

di Panti Tresna Werdha Khusnul Khotimah Kota Pekanbaru mengacu kepada

teori Hirarki Maslow Tahun 2019.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui potret pemenuhan kebutuhan oksigen, kebutuhan cairan,

nutrisi, kebutuhan temperature, kebutuhan eliminasi, kebutuhan tempat

tinggal, kebutuhan istirahat dan kebutuhan seks

4
D. Manfaat penelitian

1. Aspek Teoritis (Keilmuan)

Penelitian ini di harapkan dapat memberikan suatu masukan dan

mengetahui pemenuhan kebutuhan lansia yang tinggal dengan keluarga

mengacu kepada teori Hirarki Maslow. Penelitian ini di harapkan dapat

memberi acuan bagi peneliti selanjutnya.

2. Aspek praktis

a. Bagi Panti Jompo Trena Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan untuk meningkatkan

kualitas pelayanan dan jadi masukan dalam peningkatan pemenuhan

kebutuhan fidiologis bagi lansia yang tinggal di Panti Werdha Khusnul

Khotimah Pekanbaru

b. Bagi Profesi Keperawatan

Memberikan tambahan pengetahuan mengenai kebutuhan fisiologis pada

lansia, sehingga nantinya perawat dapat memberikan asuhan keperawatan

dalam pemenuhan kebutuhan fisiologis terutama di panti Werdha khusnul

khotimah agar dapat meningkatkan kualitas hidup para lansia

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian tentang pemenuhan kebutuhan fisiologis pada Lansia dapat

dijadikan sebagai referensi data dasar untuk penelitian penelitian

selanjutnya dengan variabel yang berbeda

Вам также может понравиться