Вы находитесь на странице: 1из 8

TERJEMAHAN VERBA REFLEKSIF BAHASA JERMAN DALAM

ROMAN „DER STEPPENWOLF“ KARYA HERMANN HESSE DAN


TERJEMAHANNYA
Intan Martika Fatimah, Universitas Padjadjaran 2018
intanmartika1996@gmail.com

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Terjemahan Verba Refleksif Bahasa Jerman dalam Roman der Steppenwolf
Karya Herman Hesse dan Terjemahannya”. Skripsi ini membahas mengenai verba refleksif bahasa
Jerman beserta teknik penerjemahan yang digunakan pada proses penerjemahannya. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif-kualitatif. Pembahasan penelitian ini berlandaskan pada teori verba
refleksif bahasa Jerman yang dikemukakan oleh Helbig Buscha (2005) juga Altman & Hahnemann
(2011), teori verba refleksif bahasa Indonesia yang dikemukakan oleh Kridalaksana (1994) dan teori
teknik penerjemahan yang dikemukakan oleh Michael Schreiber (1998). Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui verba refleksif yang terdapat dalam roman der Steppenwolf serta teknik
penerjemahan yang digunakan pada penerjemahan roman tersebut ke dalam bahasa Indonesia.
Adapun hasil yang didapatkan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat dua bentuk verba
refleksif bahasa Jerman yaitu verba refleksif dan konstruksi refleksif. Teknik penerjemahan yang
digunakan dalam menerjemahkan verba refleksif pada penelitian ini yaitu penggantian leksikal,
transposisi, modulasi, eksplikasi dan implikasi.

Kata kunci : terjemahan, verba refleksif, teknik penerjemahan

ABSTRACT

This research that is entitled Translation of Reflexive Verb in the Novel “der Steppenwolf” by Herman Hesse
and Its Translation Work. This research discusses the German reflexive verb and also the used of translation
techniques on the process of its translation. This research is conducted in descriptive-qualitative method. The
discussion of this research is based on theory of German’s reflexive verb which is proposed by Helbig Buscha
(2005) also by Altman & Hahnemann (2011), Indonesian’s reflexive verb by Kridalaksana (1994) and the
translation techniques by Michael Schreiber (1998). The purpose of this research is to find out the reflexive
verbs in the novel der Steppenwolf and also the translation techniques applied in translating it into Indonesian.
The obtained results from this research are there two forms of German reflexive verbs, namely reflexive verbs
and reflexive constructs. And the translations techniques that are used in translating the reflexive verb in this
research are lexical replacement, transposition, modulation, explication and implications.

Key Words : translation, reflexive verb, translation techniques

I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Penerjemahan merupakan suatu proses yang berkaitan erat dengan pengalihan informasi atau pesan
dari bahasa sumber (bahasa asli yang menjadi bahan dalam proses penerjemahan) ke bahasa sasaran
(bahasa terjemahan tempat pesan bahasa sumber tertuang). Penerjemahan dimaksudkan untuk
menjembatani perbedaan bahasa dan budaya di antara masyarakat dalam berkomunikasi. Dengan
kata lain penerjemahan tersebut perlu mencapai suatu kesepadanan antara pesan dalam bahasa
sumber maupun pesan dalam bahasa sasaran. Dalam praktiknya penerjemahan bukanlah kegiatan
yang mudah karena seorang penerjemah harus dapat mengomunikasikan pesan yang ingin
disampaikan oleh pengarang dalam teks sumber melalui terjemahannya. Sehingga tak jarang untuk
menghasilkan teks terjemahan yang baik, penerjemah mengalami kesulitan dalam memilih padanan
kata yang tepat dikarenakan perbedaan struktur dan tata bahasa antara teks Bsu dengan teks Bsa.
Kendala-kendala tersebut dapat diatasi seorang penerjemah dengan menggunakan teknik
penerjemahan. Teknik penerjemahan merupakan cara untuk menganalisis dan mengklasifikasi
bagaimana proses pencarian padanan itu dilakukan (Molina dan Albir, 2002:509). Dapat dikatakan
pula teknik penerjemahan merupakan hasil dari proses pengambilan keputusan seorang penerjemah
yang dapat diidentifikasikan pada karya terjemahan. Verba refleksif merupakan salah satu jenis
verba yang menggambarkan hubungan verba terhadap subjek dan objek. Verba refleksif adalah kata
kerja yang diikuti oleh pronomina refleksif seperti mich, dich, sich, uns dan euch yang mengacu kepada
subjek dalam kalimat (Helbig & Buscha, 2005:55). Sebuah refleksifitas terjadi apabila terdapat
hubungan refleksif juga identik antara pronomina refleksif dengan subjek. Keberadaan pronomina
refleksif pun menjadi penanda khusus verba refleksif. Suatu bahasa mempunyai bentuk yang
beragam jika dibandingkan dengan bahasa lainnya. Sehingga menarik apabila verba refleksif
digabungkan dengan ilmu penerjemahan karena akan terjadi variasi padanan dalam menerjemahkan
verba refleksif bahasa Jerman ke dalam bahasa Indonesia. Variasi padanan terjadi karena penerjemah
berusaha membuat padanan yang cocok guna mempertahankan makna, isi dan pesan dalam teks
bahasa Jerman. Penelitian sebelumnya mengenai verba refleksif pernah dilakukan oleh Ira Lukiyanti
dari Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta
pada tahun 2013 dengan judul “Verba Refleksif Bahasa Jerman dalam Roman Trӓume Wohnen
Überall karya Carolin Philipps dan Padanannya dalam Bahasa Indonesia dalam Roman Mimpi Selalu
Indah”. Dalam penelitian tersebut Ira berfokus pada linguistik komparatif dengan hanya melihat
padanannya saja. Berbeda dengan penelitian ini yang berfokus pada kajian penerjemahan dengan
mengkaji dan memaparkan mengenai teknik penerjemahan, juga data-data yang diperoleh dari
sumber data yang berbeda yaitu roman der Steppenwolf karya Hermann Hesse dan terjemahannya.
Dapat dikatakan, objek penelitian ini dengan penelitian sebelumnya relevan tetapi memiliki fokus
penelitian dan sumber data yang berbeda. Di dalam penelitian ini dilihat verba refleksif apa saja yang
terdapat dalam roman der Steppenwolf karya Hermann Hesse dan teknik terjemahan apa yang
digunakan penerjemah dalam menerjemahkan verba refleksif bahasa Jerman ke dalam bahasa
Indonesia.

2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diidentifikasikan beberapa pokok permasalahan dalam kajian
ini, sebagai berikut :

1. verba refleksif apa saja yang terdapat dalam roman der Steppenwolf karya Hermann Hesse,
2. teknik penerjemahan apa yang digunakan dalam menerjemahkan verba refleksif tersebut ke
dalam bahasa Indonesia.

3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah yang penulis uraikan di atas, maka tujuan penulis melakukan
penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. mengetahui verba refleksif yang terdapat dalam roman der Steppenwolf karya Hermann
Hesse,
2. mendeskripsikan teknik penerjemahan yang digunakan dalam menerjemahkan verba refleksif
ke dalam bahasa Indonesia.

II METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-kualitatif. Penelitian kualitatif tercermin dalam tahap
pengumpulan dan analisis data. Hasil dari penelitian ini akan disajikan secara deskriptif berupa data
tertulis, yang digambarkan dalam kalimat. Data dalam penelitian ini terbagi ke dalam dua bidang
yaitu data linguistik berupa verba refleksif dan data penerjemahan berupa teknik penerjemahan yang
keduanya bersumber dari roman der Steppenwolf karya Hermann Hesse dan terjemahannya.

Tahapan pertama yang dilakukan penulis dalam mengumpulkan data yaitu membaca dan
mengamati sumber data kemudian memilih data sesuai dengan tema yang diteliti. Data diambil
menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel tidak secara acak, di mana
peneliti menentukan pengambilan sampel berdasarkan karakteristik atau ciri-ciri khusus yang sesuai
dengan tujuan penelitian. Data tersebut lalu dikelompokkan ke dalam dua kategori: data 1 (mengacu
pada data yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah nomor 1) dan data 2 (mengacu pada
data yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah nomor 2). Pengelompokan data ini
bertujuan untuk memudahkan penulis dalam menganalisis data. Penulis juga melakukan
pengamatan data melalui intrarater, yaitu membaca dan mengkaji secara berulang-ulang dan
mendalam. Selain itu, penulis menggunakan triangulasi teori dan triangulasi pengamat untuk
menguji validitas data guna memperoleh keabsahan data serta sesuai dengan tujuan penelitian.

Pada tahapan analisis data, penulis menggunakan analisis data induktif, dengan proses data ke teori.
Tiap-tiap data yang telah terkumpul dan terklasifikasi tersebut akan disusun dalam tabel agar mudah
untuk dilihat hasil terjemahan dari teks bahasa sumber ke teks bahasa sasaran. Analisis data dibagi
menjadi dua poin. Satu poin untuk menjelaskan verba refleksif dan poin lainnya untuk menjelaskan
teknik penerjemahan yang digunakan dalam menerjemahkan verba refleksif tersebut. Adapun
penjelasan kedua poin tersebut dideskripsikan di bawah tabel. Dalam analisis poin pertama
diperlihatkan verba refleksif yang kemudian diklasifikasikan ke dalam dua kategori berdasarkan
teori yang dijabarkan Helbig dan Buscha (2005). Kemudian poin kedua merupakan pendeskripsian
teknik penerjemahan yang digunakan dalam menerjemahkan verba refleksif bahasa Jerman ke bahasa
Indonesia dalam roman der Steppenwolf karya Hermann Hesse berdasarkan teori Schreiber (1998).
Selain itu, penulis juga menggunakan teori pendukung dari Altman & Hahnemann (2011), Hentschel
& Weydt (2003), Lutz Götze (1999), Weinrich (1993). Teori-teori pendukung yang telah disebutkan di
atas digunakan sebagai tambahan referensi dalam penelitian ini. Data yang telah dianalisis kemudian
disimpulkan sesuai dengan rumusan masalah penelitian. Selanjutnya, pada tahapan terakhir yaitu
verifikasi penulis memeriksa kembali dan melakukan interater, yaitu mendiskusikan penelitian
dengan dosen pembimbing, orang yang ahli di bidangnya (linguistik) dan expert judgement guna
memperoleh hasil penelitian yang valid.

III HASIL DAN BAHASAN

1. Verba Refleksif Bahasa Jerman

a. Verba Refleksif
Data 33
“Der alte Harry schien manchmal ganz und gar tot zu sein, gestorben und begraben, und plötzlich
stand er dann wieder da, befahl und tyrannisierte und wußte alles besser, und der neue, kleine, junge
Harry schämte sich, schwieg und ließ sich an die Wand drücken.” (der Steppenwolf, 1927:117)

Pada data 33 terdapat verba refleksif sich schämte ditandai dengan adanya pronomina
refleksif untuk pronomina persona ketiga tunggal yaitu ‘sich’ yang mengikuti verba
‘schämte’ dalam bentuk kala lampau. Pronomina refleksif sich bersifat identik dan mengacu
kepada subjek dalam data di atas yaitu pronomina persona ketiga tunggal ‘Harry’. dan
bukan berperan sebagai objek melainkan bagian dari verba schämte sebagai bentuk kala
lampau dari verba schämen. Kehadiran pronomina refleksif sich dalam data di atas bersifat
wajib ada dan tidak dapat digantikan oleh objek lain. Apabila diganti dengan objek lain
atau pronomina persona lain misalnya ‘Harry schämte dich’ maka kalimat tersebut menjadi
rancu dan tidak mengandung verba refleksif. Sama halnya apabila pronomina refleksif sich
dihilangkan menjadi ‘Harry schämte’, kalimat tersebut pun tidak berterima. Pronomina
refleksif pada data ini juga tidak dapat ditanyakan dengan ‘wen schämst du?’ sehingga verba
refleksif pada data ini merupakan verba refleksif.

b. Konstruksi Refleksif
Data 28
“Wenigstens war Wasser und ein kleines Handtuch da, ich konnte mich waschen, dann legte ich
mich in den Kleidern aufs Bett, ließ das Licht brennen und hatte Zeit zum Nachdenken.” (der
Steppenwolf, 1927:88)

Pada data 28 terdapat verba refleksif mich waschen ditandai dengan adanya pronomina
refleksif untuk pronomina persona pertama tunggal yaitu ‘mich’ yang mengikuti verba
‘waschen’ sebagai bentuk infinitif akibat adanya kata kerja modal ‘konnte’. Pronomina
refleksif mich berfungsi sebagai objek yang mengacu kepada subjek dalam kalimat di atas
yaitu pronomina persona pertama tunggal ‘ich’ yang berperan sebagai pelaku. Terdapat
hubungan refleksif antara pronomina refleksif mich yang identik dengan subjek. Hubungan
refleksif yang identik tersebut yaitu ‘ich’ sebagai subjek pelaku dalam kalimat ini
merangkap pula sebagai objek penderita. ‘ich’ melakukan ‘waschen’ untuk dirinya sendiri
‘mich’, sehingga terlihat jelas pronomina refleksif ‘mich’ merujuk kembali kepada subjek
‘ich’. Verba refleksif pada data di atas termasuk dalam konstruksi refleksif yang diperjelas
kembali dengan kehadiran pronomina refleksif mich dalam kalimat dapat digantikan oleh
objek lain misalnya ‘ich wasche ihn’, kalimat tersebut berterima hanya saja tidak memiliki
hubungan refleksif, yaitu objek ‘ihn’ tidak merujuk kembali pada ‘ich’ sebagai subjek. Selain
itu pronomina refleksif mich dapat ditanyakan dengan ‘wen wasche ich?’ .

2. Teknik Terjemahan

a. Teknik Penerjemahan Leksikal (Penggantian Leksikal)

Data 2
“Ich erinnere mich noch genau daran, wie das mich damals stutzig machte und wie ich meine Tante
davor warnte, auf diese Bedingung einzugehen.” (der Steppenwolf, 1927:4)
“Aku ingat dengan jelas bagaimana hal ini mengagetkanku dan kuminta bibiku untuk
menolak syarat yang diajukan oleh orang itu.” (Steppenwolf, 2011:7)

Pada data 2 terdapat verba refleksif mich erinnere sebagai bentuk persona pertama tunggal
dari sich erinnern yang diterjemahkan menjadi ‘ingat’. Secara harfiah mich erinnere berarti
suatu keadaan yang timbul atau berada dalam pikiran, dapat diartikan pula menimbulkan
sebuah memori begitu pula dengan ‘ingat’ adalah sesuatu yang timbul kembali dalam
pikiran. Sehingga dapat dilihat teknik penerjemahan yang dipakai oleh penerjemah adalah
penggantian leksikal, dimana kedua kata tersebut memiliki makna yang sama atau
sepadan maknanya yaitu suatu keadaan dalam pikiran dimana muncul atua timbul sebuah
memori. Dalam kalimat ini mengartikan bahwa dalam pikiran ‘aku’ sendiri timbul sebuah
memori.

b. Teknik Penerjemahan Gramatikal (Transposisi)

Data 8
“[...], dann bin ich wirklich der Steppenwolf, den ich mich oft nannte, das in eine ihm fremde und
unverständliche Welt verirrte Tier, das seine Heimat, Luft und Nahrung nicht mehr findet.” (der
Steppenwolf, 1927:25)
“Benarlah bahwa aku Steppenwolf, panggilan yang sering kupakai untuk diriku. Sesosok
monster yang tersesat yang tidak menemukan rumah maupun kebahagiaan ataupun
makanan di dunia yang aneh dan tidak bisa dipahaminya.” (Steppenwolf, 2011:43)

Pada data 8 terdapat verba refleksif mich nannte sebagai bentuk kala lampau dari sich
nennen yang dipadankan dengan kata ‘panggilan’ yang berarti sebutan nama untuk
seseorang dalam konteks ini sebutan nama aku adalah Steppenwolf. Mich nannte
merupakan sebuah verba (kata kerja) yang diterjemahkan menjadi ‘panggilan’ yaitu
sebuah kata benda. Sehingga penerjemah melakukan teknik penerjemahan transposisi
yaitu mengubah kelas kata dari kata kerja menjadi kata benda.

c. Teknik Penerjemahan Semantis (Modulasi)

Data 4
“Sie gingen Arm in Arm, und er sah glücklich aus, ich wunderte mich wieder, wieviel Anmut, ja
Kindlichkeit sein versorgtes einsames Gesicht gelegentlich haben konnte,[...]” (der Steppenwolf,
1927:16)
“Mereka bergandengan dan ia terlihat begitu berbahagia. Sekali lagi aku terkesima melihat
raut wajahnya, betapa memikat –bahkan kekanak-kanakan–yang kadang-kadang
ditunjukkannya.” (Steppenwolf, 2011:26)

Pada data 4 terdapat verba refleksif mich wunderte, sebagai bentuk kala lampau untuk
persona pertama tunggal dari sich wundern yang diterjemahkan menjadi ‘terkesima’ yaitu
suatu keadaan emosi yang spontan, tak terelakkan, yang muncul karena takjub. Secara
harfiah sich wundern berarti sebuah perasaan takjub pada sesuatu atau seseorang. Terjadi
perubahan fokus pada leksikalnya karena makna aktif diterjemahkan menjadi pasif yang
ditandai dengan adanya prefiks ter-. Sehingga dapat dilihat penerjemah menggunakan
teknik modulasi yaitu adanya perubahan cara pandang dalam proses penerjemahan.

d. Teknik Penerjemahan Semantis (Eksplikasi)

Data 11
“Er fühlte sich durchaus als Einzelnen, als Sonderling bald und krankhaften Einsiedler, bald auch
als übernormal, als ein geniemäßig veranlagtes, über die kleinen Normen des Durchschnittslebens
erhabenes Individuum.” (der Steppenwolf, 1927:43)
“Dia merasa dirinya sendirian, baik itu sebagai orang aneh dan pertapa yang sakit-sakitan
atau sebagai seseorang yang tercerabut dari hal-hal umum yang dilakukan orang lain
dengan bakat-bakat istimewa sehingga ada sesuatu yang genius dalam diri mereka.”
(Steppenwolf, 2011:71)

Pada data 11 terdapat verba refleksif sich fühlte sebagai bentuk kala lampau untuk persona
ketiga tunggal dari sich fühlen yang diterjemakan dengan kata ‘merasa dirinya’ yang dalam
konteks ini berarti suatu keadaan emosional yang sedang dialami seseorang dalam
hatinya. Dapat dilihat terdapat penambahan kata sehingga terjadi penambahan informasi
yaitu ‘dirinya’. Penambahan ini dilakukan untuk memperjelas dan mempertegas makna
sehingga dalam konteks ini ia mengalami sebuah perasaan pada dirinya sendiri Pada data
ini penerjemah menggunakan teknik penerjemahan eksplikasi, yaitu adanya penambahan
kata sekaligus penambahan informasi.

e. Teknik Penerjemahan Semantis (Implikasi)

Data 16
“Aber würde sie nicht vielleicht aufatmen und sich sehr erleichtert fühlen, wenn sie meinen Tod
erführe?” (der Steppenwolf, 1927:63)
“Akan tetapi, tidakkah ia akan bernapas lebih lega kalau ia mendengar kematianku?”
(Steppenwolf, 2011:102)

Pada data 16 terdapat verba refleksif sich fühlen sebagai bentuk kala lampau untuk persona
ketiga tunggal dari sich fühlen. Secara harfiah sich fühlen berarti merasa, yaitu suatu
keadaan emosional yang sedang dialami seseorang dalam hatinya. Tetapi pada data 16
terjadi penghilangan kata sich fühlen. Penghilangan kata tersebut dilakukan karena
berdasarkan konteks cerita kata tersebut dapat diringkas, terlihat pada kata setelahnya
yaitu ‘lega’ yang dapat mencerminkan pula sebuah perasaan. Selain itu pengurangan kata
tersebut tidak mempengaruhi jalan cerita atau mengurangi kejelasan cerita. Sehingga dapat
dilihat penerjemah menggunakan teknik implikasi.

f. Data Khusus (Sonderfälle)

Data 19
“In dem Augenblick, da ich ihn zu erkennen glaubte, wandte er sich um, bückte sich, machte sich
an seinen schwarzen Hosen zu schaffen,[..]” (der Steppenwolf, 1927:63)
“Di saat itu ketika aku berpikir aku mengenalnya, dia berhenti dan membungkuk, berhati-
hati membalik jaket hitamnya,[...]”
Data 17
“[...],und ich sah dem Pfarrer und den übrigen Aasgeiern, Angestellten einer Begräbnisanstalt, bei
ihren Verrichtungen zu, welchen sie den Anschein einer hohen Feierlichkeit und Trauer zu geben
suchten, so daß sie sich vor lauter Theater und Verlegenheit und Verlogenheit überanstrengten
und ins Komische gerieten,...” (der Steppenwolf, 1927:63)
“..., dan aku melihat pendeta dan misionaris penguburan akan segera melakukan tugas
mereka, dimana mereka berusaha mengadakan upacara yang hebat dan penuh kesedihan
dan dengan efek seperti itu mereka menenangkan diri mereka dan dengan berakting
alami mereka terperangkap dalam kebohongannya sendiri dan terlihat lucu. payung di
tangannya.” (Steppenwolf, 2011:102)

Pada penelitian ini penulis menemukan beberapa data yang tidak dapat dianalisis
menggunakan teori yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya. Hal itu dikarenakan
dalam proses penerjemahannya, penerjemah menampilkan kesepadanan yang tidak
terduga, penerjemah menerjemahkan kata TSu dengan kata TSa yang berbeda maknanya
dengan kata pada TSu yang dapat dilihat pada data 19 yaitu kata sich umwandte
diterjemahkan menjadi ‘berhenti’. Sich umwandte berarti membalikkan, berputar balik,
berbalik dengan kata lain melakukan perubahan arah dapat juga memalingkan muka.
Sedangkan berhenti merupakan keadaan tidak ada pergerakan, maknanya berbeda sekali
dengan makna dari kata pada TSu. Hal tersebut terjadi pula pada data 17 dimana
penerjemah menampilkan kesepadanan yang tidak terduga.

IV SIMPULAN

Berikut simpulan yang didapatkan berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan:

1. Di dalam sebuah verba refleksif selalu hadir pronomina refleksif yang mengikuti verba dengan
bentuk pronomina refleksif yang menyesuaikan subjek kalimat juga terdapat hubungan
refleksif yang identik antara pronomina refleksif terhadap subjek kalimat. Dapat dikatakan,
pronomina refleksif mengacu kembali kepada subjek pada kalimat. Pada penelitian ini
ditemukan bahwa verba refleksif memiliki dua bentuk yaitu verba refleksif (Reflexive Verben im
engeren Sinne) dan konstruksi refleksif (Reflexive Konsruktionen). Pembeda antara kedua bentuk
ini adalah kehadiran pronomina refleksifnya, ada yang tidak dapat diganti karena pronomina
refleksif sudah menjadi bagian dari verba, ada pula yang pronomina refleksifnya dapat
digantikan oleh objek lain. Berikut penjelasannya:

1) Verba refleksif (Reflexive Verben im engeren Sinne)

Pada verba refleksif ini kehadiran pronomina refleksif bersifat wajib ada dan dianggap sebagai
bagian dari verba. Pronomina refleksifnya pun tidak dapat digantikan oleh objek lain.
Tentunya pronomina refleksif pada bentuk ini memiliki hubungan refleksif yang identik
dengan subjek pada kalimatnya. Apabila pronomina refleksif dihilangkan atau digantikan
dengan objek lain maka kalimatnya menjadi rancu dan itu bukanlah sebuah verba refleksif.
Pada penelitian ini dapat dilihat pada data (3), (7), (14), (25), (32), (33), (35).

2) Konstruksi refleksif (Reflexive Konsruktionen)

Pada bentuk ini yaitu konstruksi refleksif, pronomina refleksif juga memiliki hubungan
refleksif dengan subjek pada kalimat. Tetapi kehadiran pronomina refleksif dianggap bukan
bagian dari verba melainkan sebagai penderita sehingga pronomina refleksif dapat digantikan
oleh objek lain. Maksudnya apabila pronomina refleksif diganti dengan objek atau pronomina
lain kalimat tersebut berterima hanya saja itu bukan sebuah verba refleksif karena makna
refleksif dapat terwujud apabila ada hubungan refleksif antara objek yang identik dengan
subjek itu sendiri. Pada penelitian dapat dilihat pada data (1), (5), (23), (26), (28), (30), (31), (34).
2. Teknik penerjemahan merupakan cara atau teknik yang digunakan oleh penerjemah yang
berkaitan atau berhubungan dengan bagian-bagian kecil dalam sebuah teks untuk
mempermudah penerjemah dalam proses pengalihbahasaan dari Bsu ke Bsa. Berdasarkan
analisis dari data-data yang digunakan dalam bab analisis, dapat disimpulkan bahwa teknik
penerjemahan yang digunakan dalam menerjemahkan verba refleksif tersebut ke dalam bahasa
Indonesia yaitu teknik penerjemahan penggantian leksikal, transposisi, modulasi, eksplikasi
dan implikasi. Berikut penjelasannya:

a. Penggantian leksikal
Teknik penerjemahan yang mengganti kata Bsu dengan kata BSa yang mempunyai makna
yang sama. Pada penelitian ini ditemukan 8 data yang menggunakan teknik penggantian
leksikal. Pada teknik ini ditemukan pula 3 data hasil terjemahan dengan bentuk verba
refleksif Indonesia. Teknik penggantian leksikal paling sering digunakan dalam penelitian
ini.
b. Transposisi
Teknik ini merupakan teknik yang mengubah kelas kata pada BSa tanpa mengubah ‘pesan’
yang dimaksud dalam kalimat tersebut. Pada penelitian ini ditemukan perubahan kelas
kata kerja menjadi kelas kata benda dan kata sifat.
c. Modulasi
Teknik penerjemahan yang diterapkan dengan mengubah perspektif atau cara pandang.
Pada penelitian ini ditemukan 3 data hasil terjemahan yang menggunakan teknik modulasi.
d. Eksplikasi
Teknik penerjemahan yang diterapkan dengan mengeksplisitkan kata, penerjemah
menghadirkan kata tambahan juga menambahkan informasi untuk memperjelas maupun
mempertegas makna. Pada penelitian ini ditemukan 4 data dengan 1 data menghasilkan
bentuk verba refleksif Indonesia.
e. Implikasi
Teknik penerjemahan dengan mengimplisitkan kata juga mengurangi kata karena
penerjemah mengganggap informasi dalam teks Bsu tidak terlalu penting dan pengurangan
informasi tersebut tidak mengurangi kejelasan makna teks terjemahan. Pada penelitian ini
ditemukan 4 data hasil terjemahan menggunakan teknik implikasi.
f. Pada penelitian ini ditemukan 2 data yang tidak dapat dianalisis menggunakan teknik
penerjemahan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya karena dalam proses
penerjemahannya, penerjemah menampilkan kesepadanan yang tidak terduga.

DAFTAR SUMBER

Albir, A.H. & Lucía Molina. 2002. Translation Techniques Revisited: A Dynamic and Functionalist
Approach. Meta: Translators Journal.

Altmann, Hans & Hahnemann, Suzan. 2007. Syntax fürs Examen. Göttingen: Vandenhoeck & Ruprecht
GmbH & Co.KG.

Bußmann, Hadumod. 1983. Lexikon der Sprachwissenschaft. Stuttgart: Kröner Verlag.

Eisenberg, Peter / Gelhaus, Hermann / Henne, Helmut / Sitta, Horst dan Wellman, Hans. 1998.
Grammatik der Deutschen Gegenwartssprache. Mannheim-Leipzig-Wien-Zürich: Dudenverlag.

Fleischmann, Eberhard / Kutz, Wladimir / Schmitt, Peter A. 1997. Translationdidaktik. Tübingen: Narr.

Götze, Lutz & Lüttich, Ernest W. B. Hess. 1999. Grammatik der deutschen Sprache: Sprachsystem und
Sprachgebrauch. München: Bertelsmann-Lexikon-Verlag.

Gross, Harro. 1998. Einführung in die germanistische Linguistik. München: Ludicium Verlag GmbH.

Helbig, Gerhard & Buscha, Joachim. 2005. Deutsche Grammatik: Ein Handbuch für den Auslandunterricht.
Leipzig: Langenscheidt Verlag Enzyklopädie.
Hentschel, Elke & Weydt, Harald. 2003. Handbuch der Deutschen Grammatik. Berlin: Walter de Gruyter.

Hoed, B. 2003. Penelitian di Bidang Penerjemahan.Makalah untuk Lokakarya Penelitian PPM STBA LIA,
Wisma Karya Sartika, Cipanas. Jawa Barat

Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kridalaksana, Harimurti. 1994. Kelas Kata Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kürschner, Wilfried. 2008. Grammatisches Kompendium. Berlin: Narr Francke Attempo Verlag GmbH.

Meibauer, Jörg. 2007. Einführung in die germanistische Linguistik. Stuttgart: Metzler Verlag.

Nida, A. Eugene & Taber, R. Charles. 1969. The Theory and Practice of Translation. Leiden: E.J Brill.

Patton, Michael Quinn. 1987. Qualitative Education Methods. Beverly Hills: Sage Publication

Schulz, Dora & Griesbach, Heinz. 1960. Grammatik der deutschen Sprache. München: Max Hueber
Verlag.

Simatupang, Maurits DS. 1995. Pengantar Teori Terjemahan. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Universitas Indonesia.

Snell, Mary-Hornby. 1998. Handbuch Translation. Tübingen: Stauffenburg Verlag Brigitte Narr GmbH.

Venuti,Lawrence. 2004. The Translation Studies Reader.Second Edition. New York:Routledge

Weinrich, Harald. 1993. Textgrammatik der deutschen Sprache. Mannheim-Leipzig-Wien-Zürich:


Dudenverlag.

http://sz.unierlangen.de/intern/templates/course1/heboudet/download/course5/preparations/th
eoriesceance1 .pdf (diakses pada 27 Maret 2018)

http://linguistikid.com/cabang-ilmu-linguistik/ (diakses pada 4 April 2018)

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Donald%20Jupply,%20S.S.,%20M.Hum/KLN%
20XII%20Metode%20Strategi%20dan%20Teknik%20Penerjemahan.pdf (diakses pada 25 September
2018)

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20416148-D2108Arie%20Andra%20Syah%20Isa.pdf
(diakses pada 25 September 2018)

Вам также может понравиться