Вы находитесь на странице: 1из 8

KEBIJAKAN RPPLH (Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup)

Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup memuat pengertian perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
merupakan upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan
hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang
meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan pembinaan
dan penegakan hukum. Lilin Budiati (2012:25) dalam bukunya Good Governance dalam
pengelolaan lingkungan hidup menjelaskan mengenai: perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup sebagai usaha pencegahan, penanggulangan, kerusakan dan pencemaran serta pemulihan
kualitas lingkungan hidup, yang mana telah menuntut dikembangkannya berbagai perangkat
kebijaksanaan dan dan program serta kegiatan yang didukung oleh sistem pendukung
perlindungan dan pengelolaan lingkungan lainnya.

Pasal 2 UU 32/2009 mengemukakan bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup


dilaksanakan berdasarkan asas:

1. Tanggung jawab negara;


a. Negara menjamin pemanfaatan sumber daya alam akan memberikan mafaat yang
sebesar-besarnya bagi kesejahteraan dan mutu hidup rakyat, baik generasi masa kini
maupun generasi masa depan.
b. Negara menjamin hak warga negara atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.
c. Negara mencegah dilakukannya kegiatan pemanfaatan sumber daya alam yang
menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.
2. Kelestarian dan keberlanjutan
Setiap orang memikul kewajiban dan tanggung jawab terhadap generasi mendatang dan
terhadap sesamanya dalam satu generasi dengan melakukan upaya pelestarian daya dukung
ekosistem dan memperbaiki kualitas lingkungan hidup.
3. Kelestarian dan keseimbangan
Pemanfaatan lingkungan hidup harus memperhatikan berbagai aspek seperti kepentingan
ekonomi, sosial, budaya, dan perlindungan serta pelestarian ekosistem.
4. Keterpaduan
Perlindungan dan pengelolaan lingkunga hidup dilakukan dengan memadukan berbagai
unsur atau menyinergikan berbagai komponen terkait.
5. Manfaat
Segala usaha dan/atau kegiatan pembangunan yang dilaksanakan disesuaikan dengan
potensi sumberdaya alam dan lingkungan hidup untuk peningkatan kesejahteraan
masyarakat dan harkat manusia selaras dengan lingkungannya.
6. Kehati-hatian
Ketidakpastian mengenai dampak suatu usaha dan/atau kegiatan karena keterbatasan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi bukan merupakan alasan untuk menunda
langkah-langkah meminimalisasi atau menghindari ancaman terhadap pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup.

7. Keadilan
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus mencerminkan keadilan secara
proporsional bagi setiap warga negara, baik lintas daerah, lintas generasi, maupun lintas
gender.
8. Ekoregion
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus memperhatikan karakteristik
sumber daya alam, ekosistem, kondisi geografis, budaya masyarakat setempat, dan kearifan
lokal.
9. Keanekaragaman Hayati
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus memperhatikan upaya terpadu
untuk mempertahankan keberadaan, keragaman, dan keberlanjutan sumber daya alam
hayati yang terdiri atas sumber daya alam nabati dan sumber daya alam hewani yang
bersama dengan unsur nonhayati di sekitarnya secara keseluruhan membentuk ekosistem.
10. Pencemar membayar
Setiap penanggung jawab yang usaha dan/atau kegiatannya menimbulkan pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup wajib menanggung biaya pemulihan lingkungan.
11. Partisipatif
Setiap anggota masyarakat didorong untuk berperan aktif dalam proses pengambilan
keputusan dan pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
12. Kearifan lokal
Dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus memperhatikan nilai-nilai
luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat.
13. Tata kelola pemerintah yang baik
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dijiwai oleh prinsip partisipasi, transparasi,
akuntabilitas, efisiensi, dan keadilan.
14. Otonomi daerah
Pemerintah dan pemerintah daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dengan memperhatikan
kekhususan dan keragaman daerah dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Perlidungan dan pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia pada umumnya mengandung dua
aspek, yaitu formal dan informal. Secara formal tanggung jawab Pemerintah menjadi dominan
dan sebagian besar bertumpu pada landasan hukum dan peraturan yang disiapkan untuk
mengatur mengenai perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Pada saat ini landasan
hukum yang digunakan sebagai dasar dalam hal perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
adalah UU 32/2009, yang di dalamnya dirumuskan mengenai Pengertian, Asas, Tujuan, dan
Ruang Lingkup, Perencanaan, Pemanfaatan, Pengendalian, Pemeliharaan, Pengelolaan Bahan
Berbahaya Dan Beracun serta Limbah Bahan Berbahaya Beracun, Sistem Informasi, Tugas Dan
Wewenang Pemerintah dan Pemerintah Daerah, Hak, Kewajiban, Dan Larangan,Peran
Masyarakat, Pengawasan dan Sanksi Administratif, Penyelesaian Sengketa Lingkungan,
Penyidikan Dan Pembuktian, Ketentuan Pidana, Ketentuan Peralihan Penutup. Kendal-kendala
yang sering terjadi dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup anatara lain (Lilin
Budiati, 2012:27):

- Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM);


- Eksploitasi Sumber Daya Alam (SDA);
- Lemahnya implementasi peraturan perundang-undangan;
- Lemahnya penegakan hukum lingkungan;
- Kurangnya pemahaman masyarakat tentang lingkungan hidup;
- Penerapan teknologi yang tidak ramah lingkungan

2.1.1 Tujuan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup


Pasal 3 UU 32/2009, perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup bertujuan:

a. Melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran dan/atau


kerusakan lingkungan hidup;
b. Menjamin keselamatan, kesehatan dan kehidupan manusia;
c. Menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian ekosistem;
d. Menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup
e. Menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan generasi masa depan;
f. Menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai bagian dari hak
asasi manusia;
g. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana;
h. Mewujudkan pembangunan berkelanjutan; dan
i. Mengantisipasi isu lingkungan gobal.

Pasal 4 UU 32/2009, perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup meliputi unsur-unsur


sebagai berikut:
a. Perencanaan, dilaksanakan melalui tahap inventarisasi lingkugan hidup, penetapan wilayah
ekoregion dan penyusunan RPPLH.
b. Pemanfaatan, sumber daya alam dimanfaatkan berdasarkan RPPLH. Pemanfaatan ini harus
dilaksanakan berdasarkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.
c. Pengendalian, dilaksanakan dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup. Kegiatan ini
meliputi pencegahan, penanggulangan dan pemulihan.
d. Pemeliharaan, dilakukan melalui upaya konservasi sumber daya alam, pencadangan sumber
daya alam, dan pelestarian fungsi atmosfer.
e. Pengawasan dan pembinaan, menteri, gubernur, atau bupati/walikota mempunyai
kewajiban dalam pengawasan dan pembinaan terhadap ketaatan penanggung jawab
dan/atau kegiatan dibidang lingkungan hidup sesuai dengan kewenangannya dan dapat
mendelegasikan kewenangannya dalam melakukan pengawasan dan pembinaan kepada
pejabat/instansi teknis yang bertanggung jawab di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.
f. Penegakan hukum, bagi penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang melanggar izin
lingkungan dapat dikenakan sanksi berupa: teguran tertulis, pelaksanaan perintah,
pembekuan izin lingkungan dan pencabutan izin lingkungan.

2.1.2 Peran Para Pihak Dalam Pelaksanaan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pada dasarnya pihak-pihak yang berkepentingan dan memiliki kewajiban dalam pelaksanaan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup ialah, pemerintah, masyarakat dan pelaku
usaha.

1. Pemerintah
Pemerintah pusat merupakan pihak yang paling berperan dan yang paling bertanggung
jawab dalam pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Pemerintah
pusat bertanggung jawab untuk merancang, merumuskan dan mengimplementasikan
kebijakan pembangunan lingkungan yang berkelanjutan. Dalam hal ini, pemerintah pusat
telah menetapkan suatu kebijakan nasional tetang lingkungan hidup berupa aturan hukum
nasional, yaitu dengan dikeluarkannya UU 32/2009. Disamping itu Pemerintah pusat juga
bertangung jawab sebagai pengawas seta penegakan hukum lingkungan. Disamping
pemerintah pusat, pemerintah daerah juga mempunyai peran penting dalam perlindungan
dan pengelolaan lingkungan. “Dengan adanya desentralisasi perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup, maka dalam pelaksanaannya akan lebih efisien karena merantai
pengawasan dan pelaksanaan menjadi lebih pendek serta adanya rasa memiliki (sense of
belonging) yang tinggi” (Lilin Budiati, 2012:8). Dalam lingkup pemerintahan daerah juga
haus dibentuk suatu lembaga yang mengurusi lingkungan hidup, baik berupa kantor atau
badan agar dalam koordinasi kebijakan dengan pemerintah pusat semakin mudah.
2. Masyarakat
Pasal 65 UU 32/2009 dijelaskan bahwa setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik
dan sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia. Masyarakat Indonesia berhak
mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses informasi, akses partisipasi, dan akses
keadilan dalam memenuhi hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Disamping itu
masyarakat juga berhak mengajukan usul dan/atau keberatan terhadap rencana usaha
dan/atau kegiatan yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan
hidup. Anggota masyarakat, baik perorangan maupun kelompok dan lembaga swadaya
masyarakat seperti organisasi lingkungan hidup atau korban pencemaran dan perusakan
lingkungan hidup juga dapat melakukan pengaduan akibat dugaan pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup tersebut kepada kantor lingkungan hidup. Selain itu, sesuai
Pasal 67 UU 32/2009 dijelaskan bahwa setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian
fungsi lingkungan hidup serta mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup.
3. Pelaku usaha
Bagi setiap orang yang melakukan usaha atau kegiatan sesuai dengan Pasal 68 UU 32/2009
diwajibkan untuk:

a. Memberikan informasi yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan


hidup secara benar, akurat, terbuka, dan tepat waktu.
b. Menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup.
c. Mentaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup dan/atau kriteria baku
kerusakan lingkungan hidup.

Sesuai Pasal 22 UU 32/2009 dijelaskan bahwa “setiap usaha dan/atau kegiatan yang
berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki AMDAL (Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan)”. Dokumen AMDAL merupakan dasar keputusan kelayakan atau
ketidaklayakan lingkungan hidup yang ditetapkan berdasarkan penilaian Komisi Penilai
AMDAL. Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya. Selain
daripada itu, sesuai Pasal 34 UU 32/2009 dijelaskan bahwa “Setiap usaha dan/atau kegiatan
yang tidak termasuk dalam kriteria wajib AMDAL wajib memiliki UKL (Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup) dan UPL (Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup)”. Sedangkan untuk
setiap usaha dan atau kegiatan yang tidak wajib dilengkapi UKL dan UPL wajib membuat
surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup. Disamping
ini untuk setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki AMDAL atau UKL dan UPL
diwajibkan untuk memiliki izin lingkungan sesuai dengan Pasal 36 UU 32/2009. Izin
lingkungan tersebut diterbitkan oleh Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai dengan
kewenangannya wajib menolak permohonan izin lingkungan apabila permohonan izin tidak
dilengkapi dengan AMDAL atau UKL dan UPL.

2.1.3 Instrumen Pencegahan dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup


Pasal 14 UU 32/2009 menjelaskan bahwa instrumen – instrumen pencegahan
pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup yang pada dasarnya adalah juga sebagai
instrumen pengelolaan lingkungan hidup karena pengelolaan lingkungan hidup
dimaksudkan juga untuk mencegah dan mengatasi masalah pencemaran dan kerusakan
lingkungan hidup. Dalam Pasal 14 UU 32/2009 tertuliskan instrumen-instrumen
pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas:

a. KLHS (Kajian Lingkungan Hidup Strategis);


b. Tata Ruang;
c. Baku Mutu lingkungan Hidup;
d. Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup;
e. AMDAL;
f. UKL-UPL;
g. Perizinan;
h. Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup;
i. Peraturan Perundang – Undangan Berbasis Lingkungan Hidup;
j. Anggaran Berbasis Lingkungan Hidup;
k. Analisis Risiko Lingkungan Hidup
l. Audit Lingkungan Hidup; dan
m. Instrumen lain sesuai dengan kebutuhan dan/atau perkembangan pengetahuan

2.1.4 Kewenangan Pemerintah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup


Undang–undang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup tidak lagi
mengggunakan konsep kewenangan negara, tetapi kewenangan pemerintah yang
dibedakan atas pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/ kota. Negara
dijalankan oleh pemerintah sebuah organisasi kekuasaan negara. Kewenangan
pemerintah pada tiga tingkatan diformulasikan lebih rinci. Kewenangan pemerintah
meliputi:

a. Menetapkan kebijakan nasional;


b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria;
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai RPPLH nasional;
d. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS;
e. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai AMDAL dan UKL-UPL
f. Menyelenggarakan inventarisasi sumber daya alam nasional dan emisi gas rumah
kaca;
g. Mengembangkan standar kerja sama;
h. Mengoordinasikan dan melaksanakan pengendalian pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup;
i. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai sumber daya alam hayati dan
nonhayati, keanekaragaman hayati, sumber daya genetik, dan keamanan hayati
produk rekayasa genetik;
j. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai B3, limbah, serta limbah B3;
k. Melakukan penegakan hukum lingkungan.

Kewenangan pemerintah provinsi yang dirumuskan dalam Pasal 63 ayat (2) UU 32/2009
meliputi:

a. Menetapkan kebijakan tingkat provinsi;


b. Menetapkan KLHS tingkat provinsi
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai RPPLH provinsi;
d. Melakukan pembinaan dan pengawasan ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan terhadap ketentuan perizinan lingkungan dan peraturan perundang –
undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;
e. Mengoordinasikan dan memfasilitasi kerja sama dan penyelesaian perselisihan
antarkabupaten/antarkota serta penyelesaian sengketa;
f. Menetapkan kebijakan mengenai tata cara pengakuan keberadaan masyarakat
hukum adat, kearifan lokal, dan hak masyarakat hukum adat terkait dengan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pada tingkat provinsi;
g. Mengembangkan dan mensosialisasikan pemanfaatan teknologi ramah lingkungan
hidup;
h. Melakukan penegakan hukum lingkungan pada tingkat provinsi.

Kewenangan pemerintah kabupaten/kota yang dirumuskan dalam Pasal 63 ayat (3) UU


32/2009 meliputi:
a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota;
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota;
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai RPPLH tingkat kabupaten/kota;
d. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL;
e. Menyelenggarakan inventarisasi sumber daya alam dan emisi gas rumah kaca pada
tingkatan kabupaten/kota;
f. Mengembangkan dan melaksanakan kerja sama kemitraan;
g. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup;
h. Memfasilitasi penyelesaian sengketa;
i. Melakukan pembinaan dan pengawasan ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan terhadap ketentuan perizinan lingkungan dan peraturan perundang –
undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;
j. Melaksanakan standar pelayanan minimal;
k. Melaksanakan kebijakan mengenai tata cara pengakuan keberadaan masyarakat
hukum adat, kearifan lokal, dan hak masyarakat hukum adat terkait dengan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pada tingkat kabupaten/kota;
l. Mengelola informasi lingkungan hidup tingkat kabupaten/kota;
m. Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan sistem informasi lingkungan hidup
tingkat kabupaten/kota;
n. Memberikan pendidikan, pelatihan, pembinaan, dan penghargaan;
o. Menerbitkan izin lingkungan pada tingkat kabupaten/kota;
p. Melakukan penegakan hukum lingkungan hidup pada tingkat kabupaten/kota.

Kewenangan pemerintah, pemerintah provinsi, Pemerintah kabupaten/kota yang


dirumuskan secara terperinci sesuai dalam Pasal 63 ayat (1), (2), dan (3) UU 32/2009
(Takdir Rahmadi. 2011; 71-75).

Вам также может понравиться