Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Nama Kelompok :
Tutut Anita Romadhon (201610110311124)
Stefani Gunawan (201610110311134)
Tubagus Setya Mahendra (201610110311139)
Dyah Rahma Fitri (201610110311161)
Qad Jaffal Qalam (201610110311163)
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
KATA PENGANTAR
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kejahatan lintas negara, atau yang dikenal dengan kejahatan
transnasional menimbulkan banyak kerugian bagi suatu negara, bahkan bagi
daerah-daerah tertentu di dalam negara tersebut. Berbagai penyimpangan
yang dapat dilakukan, seperti pengeksploitasian (sumber daya alam dan
sumber daya manusia) yang terlalu berlebihan berdampak kepada manusia
yang ada di dunia. Munculnya masalah-masalah, seperti kemiskinan dan
konflik menjadi salah satu penyebab terjadinya kejahatan yang bersifat
transnasional. Dengan sifatnya yang dapat melintasi batas-batas wilayah
negara dan dapat berdampak terhadap negara lain, membuat kejahatan
transnasional menjadi sebuah ancaman bagi keamanan global.1
PBB mengadakan konvensi mengenai Kejahatan Lintas Negara
Terorganisir (United Nations Convention on Transnational Organized
CrimeUNTOC) atau dikenal dengan sebutan Palermo Convention pada
plenary meeting ke-62 tanggal 15 November 2000, yang telah diratifikasi
Indonesia dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pengesahan
United Nations Convention Against Transnational Organized Crime
menyebutkan sejumlah kejahatan yang termasuk dalam kategori kejahatan
lintas negara terorganisir, yaitu pencucian uang, korupsi, perdagangan gelap
tanaman dan satwa liar yang dilindungi, kejahatan terhadap benda seni
budaya (cultural property), perdagangan manusia, penyelundupan migran
serta produksi dan perdagangan gelap senjata api. 2
Unsur kejahatan lintas negara memuat beberapa aspek seperti
dilakukan di lebih dari satu negara, (persiapan, perencanaan, pengarahan, dan
pengawasan) dilakukan di negara lain, melibatkan kelompok kejahatan
terorganisir dan berdampak serius bagi negara lain. Sangat perlu untuk
mengetahui asas-asas apa saja yang digunakan dalam kejahatan transnasional,
1
Penanggulangan Kejahatan Lintas Negara Terorganisir” dalam
http://www.kemlu.go.id/id/kebijakan/isu-khusus/pages/Penanggulangan-Kejahatan-LintasNegara-
Terorganisir.aspx,
2
Ibid.
maka dari itu perlu dijabarkan secara lebih rinci dalam makalah yang berjudul
“Asas-asas kejahatan transnasional”.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui jenis-jenis asas kejahatan transnasional
2. Bagaimana Ekstradisi menurut hukum nasional indonesia
3. Untuk mengetahui contoh kasus dan analisanya
BAB II
PEMBAHASAN
3
I Wayan Parthiana, Hukum Pidana Internasional dan Ekstradisi, Op. cit, hal. 129
c. ekstradisi bisa dilakukan baik berdasarkan perjanjian ekstradisi
yang sudah ada sebelumnya atau juga bisa dilakukan berdasarkan
asas timbal balik apabila sebelumnya tidak ada perjanjian ekstradisi
antara 2 belah pihak.
d. orang yang diminta bisa berstatus sebagai tersangka, tertuduh atau
terdakwa dan bisa juga sebagai terhukum.
e. maksud dan tujuan ekstradisi adalah untuk mengadili orang yang
diminta atau menjalani masa hukumannya.
ada beberapa asas – asas pokok dalam ekstradisi yaitu :4
a. Asas kejahatan ganda (double criminality principle) Menurut asas
ini, kejahatan yang dijadikan sebagai alasan untuk meminta
ekstradisi atas orang yang diminta haruslah merupakan kejahatan
(tindak pidana), baik menurut hukum negara peminta maupun
negara-diminta. Dalam hal ini tidaklah perlu nama ataupun unsur-
unsurnya semuanya harus sama, mengingat sistem hukum masing-
masing negara itu berbedabeda. Sudah cukup jika hukum kedua
negara sama-sama mengklasifikasikan kejahatan atau tindak
pidana.
b. Asas kekhususan (principle of speciality) Apabila orang yang
diminta telah diserahkan, negara peminta hanya boleh mengadili
dan atau menghukum orang yang diminta, hanyalah berdasarkan
pada kejahatan yang dijadikan alasan untuk meminta ekstradisinya.
Jadi dia tidak boleh diadili dan atau dihukum atas kejahatan lain,
selain daripada kejahatan yang dijadikan alasan sebagai alasan
untuk meminta ekstradisi.
c. Salah satu asas yang dikenal dalam ekstradisi adalah non–
extradition of political crime. Asas ini menentukan bahwa
penyerahan seorang pelaku kejahatan tidak diperbolehkan apabila
kejahatan yang dijadikan dasar mengekstradisikan adalah kejahatan
politik yaitu kejahatan yang menyerang organisasi maupun hak
penduduk yang timbul dari berfungsinya negara tersebut dan
4
I Wayan Parthiana, Hukum Internasional dan ekstradisi, Op.cit hal. 130
negara yang diminta dapat menolaknya. Larangan
mengekstradisikan pelaku kejahatan politik itu didasari pada
penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia orang yang akan
diminta diekstradisikan.
d. Asas tidak menyerahkan warga negara (non-extradition of
nationals) Jika orang yang diminta ternyata adalah warga negara
dari negara diminta, maka negara-diminta “dapat” menolak
permintaan dari negara peminta. Asas ini berlandaskan pada
pemikiran, bahwa negara berkewajiban melindungi warga
negaranya dan sebaliknya warga negara memang berhak untuk
memperoleh perlindungan dari negaranya. Tetapi jika negara
diminta menolak permintaan negara-peminta, negara-diminta
tersebut berkewajiban untuk mengadili dan atau menghukum
warga negaranya itu berdasarkan pada hukum nasionalnya sendiri.
e. asas nebis in idem, menurut asas ini, jika kejahatan yang dijadikan
alasan untuk meminta ekstradisi atas orang yang diminta, ternyata
sudah diadili dan atau dijatuhi hukuman yang telah memiliki
kekuatan yang mengikat pasti, maka permintaan negara-peminta
harus ditolak oleh negara-diminta.
f. Asas Daluarsa Yaitu permintaan negara peminta harus ditolak
apabila penuntutan atau pelaksanaan hukuman terhadap kejahatan
yang dijadikan sebagai alasan untuk meminta ekstradisi atas orang
yang diminta, sudah daluarsa menurut hukum dari salah satu atau
kedua belah pihak.
5
Siahaan, M. (2016). Indonesia ekstradisi buronan Amerika tersangka kasus penipuan.
https://www.merdeka.com/.
menyelundupkan, ekspor ilegal, perencanaan kejahatan dan keterangan
palsu kepada penegak hukum Amerika, sehingga masalah penegakan
hukum terhadap tersangka dapat segera teratasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kejahatan lintas negara telah menimbulkan banyak kerugian bagi suatu
negara, bahkan bagi daerah-daerah tertentu di dalam negara tersebut hal ini
menyebabkan munculnya masalah-masalah, seperti kemiskinan dan konflik
menjadi salah satu penyebab terjadinya kejahatan yang bersifat transnasional.
Ekstradisi sendiri merupakan suatu proses penyerahan tersangka atau
terpidana karena telah melakukan suatu kejahatan, penyerahan tersebut dilakukan
secara formal oleh suatu negara kepada negara lain yang berwenang memeriksa
dan mengadili pelaku kejahatan tersebut. Terdapat azas yang termasuk dalam
kejahatan transnasional yaitu asas ekstradisi yang meliputi asas kejahatan ganda,
asas kekhususan, asas tidak menyerahkan pelaku kejahatan politik dan asas tidak
menyerahkan kewarga negaraan. Prosedur ekstradisi telah diatur dalam undang
undang nomor 1 tahun 1979 Tentang Ekstradisi,yang merupkan dasar hukum
nasional dalam melakukan ekstradisi kepada pelaku kejahatan, ada beberapa
prosedur dan syrat-syrat yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan ekstradisi.
3.2 SARAN
Oleh karena itu disarankan agar Negara-negara lebih mengutamakan :
1. Pemberantasan kejahatan dengan tidak memandang apakah Negara Peminta
dan Negara Diminta telah mengadakan perjanjian ekstradisi sebelumnya;
2. Itikad baik, demi hubungan internasional yang lebih baik antara Negara-
negara, sepanjang penyerahan orang tersebut tidak merugikan Negara yang
Diminta;
3. Menyerahkan orang yang diminta melalui proses timbal balik, yang lebih
hemat, praktis dan tidak berbelit, sekaligus meningkatkan fungsi
INTERPOL.
DAFTAR PUSTAKA
Atmasasmita, R. (2007). Ekstradisi dalam peningkatan kerjasama hukum.
https://medianeliti.com
I Wayan Parthiana, Hukum Pidana Internasional dan Ekstradisi, Op. cit, hal. 129
www.Interpol.go.id hal 23
ibid.