Вы находитесь на странице: 1из 20

Nilai Pancasila dalam Kerangka Praktik Penyelenggaraan Pemerintah Negara

BAG I

SISTEM PEMBAGIAN KEKUASAAN NEGARA


REPUBLIK INDONESIA

Pembagian kekuasaan pemerintah Republik Indonesia 1945


berdasarkan ajaran pembagian kekuasaan yang dikenal garis-garis besarnya
dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia; tetapi pengaruh dari luar; diambil
tindakan atas tiga kekuasaan, yang dinamai Trias Politica, seperti dikenal
dalam sejarah kontitusi di Eropa Barat dan amerika Serikat.

Ajaran Trias Politica diluar negeri pada hakikatnya mendahulukan dasar


pembagian kekuasaan, dan pembagian atas tiga cabang kekuasaan (Trias
Politica) adalah hanya akibat dari pemikiran ketatanegaraan untuk
memberantas tindakan sewenang-wenang pemerintah dan untuk menjamin
kebebasan rakyat yang terperintah.

Ajaran Trias Politika dilahirkan oleh pemikir Inggris Jhon Locke dan oleh
pemikir Perancis de Montesquieu dijabarkan dalam bukunya L’Espris des Lois,
yang mengandung maksud bahwa kekuasaan masing-masing alat
perlengkapan negara atau lembaga negara yang menurut ajaran tersebut
adalah :

a. Badan Legislatif, yaitu badan yang bertugas membentuk Undang-undang


b. Badan Eksekutif yaitu badan yang bertugas melaksanakan undang-undang
c. Badan Yudikatif, yaitu badan yang bertugas mengawasi pelaksanaan Undang-
undang, memeriksa dan mengadilinya.

A.SISTEM PEMBAGIAN KEKUASAAN NEGARA INDONESIA

Sistem ketatanegaraan Republik Indonesia menurut UUD 1945, tidak


menganut suatu sistem negara manapun, tetapi adalah suatu sistem khas
menurut kepribadian bangsa indonesia, namun sistem ketatanegaraan
Republik indonesia tidak terlepas dari ajaran Trias Politica Montesquieu.
Ajaran trias politica tersebut adalah ajaran tentang pemisahan kekuasaan
negara menjadi tiga yaitu Legislatif, Eksekutif, dan Judikatif yang kemudian
masing-masing kekuasaan tersebut dalam pelaksanaannya diserahkan kepada
satu badan mandiri, artinya masing-masing badan itu satu sama lain tidak
dapat saling mempengaruhi dan tidak dapat saling meminta pertanggung
jawaban.

Apabila ajaran trias politika diartikan suatu ajaran pemisahan


kekuasaan maka jelas Undang-undang Dasar 1945 menganut ajaran tersbut,
oleh karena memang dalam UUD 1945 kekuasaan negara dipisah-pisahkan,
dan masing-masing kekuasaan negara tersebut pelaksanaannya diserahkan
kepada suatu alat perlengkapan negara.

Susunan organisasi negara adalah alat-alat perlengkapan negara atau


lembaga-lembaga negara yang diatur dalam UUD 1945 baik baik sebelum
maupun sesudah perubahan. Susunan organisasi negara yang diatur dalam
UUD 1945 sebelum perubahan (amandemen) yaitu :

(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)


(2) Presiden
(3) Dewan Pertimbagan Agung (DPA)
(4) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
(5) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
(6) Mahkmah Agung (MA)

Badan-badan kenegaraan itu disebut lembaga-lembaga Negara. Sebelum


perubahan UUD 1945 lembaga-lembaga Negara tersebut diklasifikasikan, yaitu
MPR adalah lembaga tertinggi Negara, sedangkan lembaga-lembaga
kenegaraan lainnya seperti presiden, DPR, BPK, DPA dan MA disebut sebagai
lembaga tinggi Negara.

Sementara itu menurut hasil perubahan lembaga-lembaga negara yang


terdapat dalam UUD 1945 (setelah amandemen) adalah sebagai berikut:

(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)


(2) Presiden
(3) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
(4) Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
(5) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
(6) Mahkmah Agung (MA)
(7) Mahkamah Konstitusi (MK)

Secara institusional, lembaga-lembaga negara merupakan lembaga


kenegaraan yang berdiri sendiri yang satu tidak merupakan bagian dari yang
lain. Akan tetapi, dalam menjalankan kekuasaan atau wewenangnya, lembaga
Negara tidak terlepas atau terpisah secara mutlak dengan lembaga negara
lain, hal itu menunjukan bahwa UUD 1945 tidak menganut doktrin
pemisahan kekuasaan.
Dengan perkataan lain, UUD 1945 menganut asas pembagian
kekuasaan dengan menunjuk pada jumlah badan-badan kenegaraan yang
diatur didalamnya serta hubungan kekuasaan diantara badan-badan
kenegaraan yang ada, yaitu;

1. Sebelum Perubahan (Amandemen)

1) MPR
Sebagai pelaksana kedaulatan rakyat, mempunyai kekuasaan untuk
menetapkan UUD, GBHN, memilih Presiden dan Wakil Presiden serta
mengubah UUD.

2) Presiden
Yang berkedudukan dibawah MPR, mempunyai kekuasaan yang luas yang
dapat digolongkan kedalam beberapa jenis:

a. Kekuasaan penyelenggaran pemerintahan;


b. Kekuasaan didalam bidang perundang undangan, menetapakn PP, Perpu;
c. Kekuasaan dalam bidang yustisial, berkaitan dengan pemberian grasi,
amnesti, abolisi dan rehabilitasi;
d. Kekuasaan dalam bidang hubungan luar negeri, yaitu menyatakan perang,
membuat perdamaian dan perjanjian dengan Negara lain, mengangkat duta
dan konsul.

3) DPR
Sebagai pelaksana kedaulatan rakyat mempunyai kekuasaan utama, yaitu
kekuasaan membentuk undang-undang (bersama-sama Presiden dan
mengawasi tindakan presiden.

4) DPA
Yang berkedudukan sebagai badan penasehat Presiden, berkewajiban
memberikan jawaban atas pertanyaan presiden dan berhak mengajukan usul
kepada pemerintah.

5) BPK
Sebagai “counterpart” terkuat DPR, mempunyai kekuasaan untuk
memeriksa tanggung jawab keuangan Negara dan hasil pemeriksaannya
diberitahukan kepada DPR.

6) MA
Sebagai badan kehakiman yang tertinggi yang didalam menjalankan
tugasnya tidak boleh dipengaruhi oleh kekuasaan pemerintah.

2. Setelah Perubahan (Amandemen)

1) MPR

Lembaga tinggi negara sejajar kedudukannya dengan lembaga tinggi


negara lainnya seperti Presiden, DPR, DPD, MA, MK, BPK, menghilangkan
kewenangannya menetapkan GBHN, menghilangkan kewenangannya
mengangkat Presiden (karena presiden dipilih secara langsung melalui
pemilu), tetap berwenang menetapkan dan mengubah UUD, susunan
keanggotaanya berubah, yaitu terdiri dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat
dan angota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih secara langsung melalui
pemilu.

2) DPR

Posisi dan kewenangannya diperkuat, mempunyai kekuasan membentuk


UU (sebelumnya ada di tangan presiden, sedangkan DPR hanya memberikan
persetujuan saja) sementara pemerintah berhak mengajukan RUU, Proses dan
mekanisme membentuk UU antara DPR dan Pemerintah, Mempertegas fungsi
DPR, yaitu: fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan sebagai
mekanisme kontrol antar lembaga negara.

3) DPD

Lembaga negara baru sebagai langkah akomodasi bagi keterwakilan


kepentingan daerah dalam badan perwakilan tingkat nasional setelah
ditiadakannya utusan daerah dan utusan golongan yang diangkat sebagai
anggota MPR, keberadaanya dimaksudkan untuk memperkuat kesatuan
negara Republik Indonesia, dipilih secara langsung oleh masyarakat di daerah
melalui pemilu, mempunyai kewenangan mengajukan dan ikut membahas
RUU yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,
RUU lain yang berkait dengan kepentingan daerah.

4) BPK
Anggota BPK dipilih DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD,
berwenang mengawasi dan memeriksa pengelolaan keuangan negara (APBN)
dan daerah (APBD) serta menyampaikan hasil pemeriksaan kepada DPR dan
DPD dan ditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum, berkedudukan di
ibukota negara dan memiliki perwakilan di setiap provinsi, mengintegrasi
peran BPKP sebagai instansi pengawas internal departemen yang
bersangkutan ke dalam BPK.

]5) Presiden

Membatasi beberapa kekuasaan presiden dengan memperbaiki tata cara


pemilihan dan pemberhentian presiden dalam masa jabatannya serta
memperkuat sistem pemerintahan presidensial, Kekuasaan legislatif
sepenuhnya diserahkan kepada DPR, Membatasi masa jabatan presiden
maksimum menjadi dua periode saja, Kewenangan pengangkatan duta dan
menerima duta harus memperhatikan pertimbangan DPR, kewenangan
pemberian grasi, amnesti dan abolisi harus memperhatikan pertimbangan
DPR, memperbaiki syarat dan mekanisme pengangkatan calon presiden dan
wakil presiden menjadi dipilih secara langsung oleh rakyat melui pemilu, juga
mengenai pemberhentian jabatan presiden dalam masa jabatannya.

7) Mahkmah Agung

Lembaga negara yang melakukan kekuasaan kekuasaan kehakiman, yaitu


kekuasaan yang menyelenggarakan peradilan untuk menegakkan hukum dan
keadilan [Pasal 24 ayat (1)], berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji
peaturan perundang-undangan di bawah Undang-undang dan wewenang lain
yang diberikan Undang-undang.dibawahnya terdapat badan-badan peradilan
dalam lingkungan Peradilan Umum, lingkungan Peradilan Agama, lingkungan
Peradilan militer dan lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN), badan-
badan lain yang yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman
diatur dalam Undang-undang seperti : Kejaksaan, Kepolisian,
Advokat/Pengacara dan lain-lain.

8) Mahkamah Konstitusi

Keberadaanya dimaksudkan sebagai penjaga kemurnian konstitusi (the


guardian of the constitution), Mempunyai kewenangan: Menguji UU terhadap
UUD, Memutus sengketa kewenangan antar lembaga negara, memutus
pembubaran partai politik, memutus sengketa hasil pemilu dan memberikan
putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh presiden dan
atau wakil presiden menurut UUD, Hakim Konstitusi terdiri dari 9 orang yang
diajukan masing-masing oleh Mahkamah Agung, DPR dan pemerintah dan
ditetapkan oleh Presiden, sehingga mencerminkan perwakilan dari 3 cabang
kekuasaan negara yaitu yudikatif, legislatif, dan eksekutif.

Atas dasar itu, UUD 1945 meletakan asas dan ketentuan-ketentuan yang
mengatur hubungan-hubungan (kekuasaan) diantara lembaga-lembaga negara
tersebut. Hubungan –hubungan itu adakalanya bersifat timbal balik dan ada
kalanya tidak bersifat timbal balik hanya sepihak atau searah saja.

BAG II

KEDUDUKAN DAN FUNGSI KEMENTRIAN NEGARA


INDONESIA DAN LEMBAGA PEMERINTAHAN NON
KEMENTRIAN

A.KEDUDUKAN DAN FUNGSI KEMENTRIAN NEGARA


INDONESIA

1.KEDUDUKAN

-Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusiadan Kebudayaan


berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.
-Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
dipimpin oleh Menteri Koordinator.

2.TUGAS

Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusiadan Kebudayaan


mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi, sinkronisasi, dan
pengendalian urusan Kementerian dalam penyelenggaraan pemerintahan di
bidang pembangunan manusia dan kebudayaan.

3.FUNGSI

-koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan


kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang
pembangunan manusia dan kebudayaan.
-pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait
dengan isu di bidang pembangunan manusia dan kebudayaan.
-koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan
administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian
Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.
-pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan;
-pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Koordinator
Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.
-pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Presiden.
Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan mengkoordinasikan:

-Kementerian Agama;
-Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
-Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi;
-Kementerian Kesehatan;
-Kementerian Sosial;
-Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi;
-Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak;
-Kementerian Pemuda dan Olahraga; dan
-Instansi lain yang dianggap perlu.

B.LEMBAGA PEMERINTAHAN NON KEMENTRIAN

Dalam penyelenggaraan negara, terdapat lembaga-lembaga non-


kementerian yang memiliki tugas untuk membantu presiden dalam
melaksanakan tugas pemerintahan tertentu. Dulu namanya adalah Lembaga
Pemerintah Non-Departemen saat ini menjadi Lembaga Pemerintah Non-
Kementerian (LPNK). Lembaga Pemerintah Non-Kementerian berada di bawah
presiden dan bertanggung jawab langsung kepada presiden melalui menteri
atau pejabat setingkat menteri terkait.

LPNK diatur dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia, yaitu


Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2001 tentang
kedudukan, tugas, fungsi, kewenangan, susunan organisasi, dan tata kerja
Lembaga Pemerintah Non-Kementrian. Berikut beberapa contoh lembaga-
lembaga pemerintahan non-kementrian:

1.Arsip Nasional Republik Indonesia


a.Tugas
-Melaksanakan tugas pemerintahan di bidang kearsipan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b.Fungsi
-Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang kearsipan
-Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas lembaga
-Fasilitasi dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang
kearsipan
-Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang
perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tata laksana,
kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan dan
rumah tangga.

2.Badan Intelijen Negara

Tugas dan Fungsi


-Melaksanakan tugas pemerintahan di bidang intelijen.

3.Badan Kepegawaian Negara

Untuk dapat menyelenggarakan fungsinya, BAKN mempunyai tugas


sebagai berikut :
-Merencanakan pembinaan kepegawaian sesuai dengan kebijaksanaan
Presiden;
-Merencanakan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian;
-Menyelenggarakan tata usaha kepegawaian dan tata usaha pensiun;
-Menyelenggarakan pengawasan, koordinasi dan bimbingan terhadap
pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian dan
pensiun pada departemen-departemen dan lembaga-lembaga
negara/Lembaga-lembaga Pemerintah Non departemen.

4.Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Tugas
-Melaksanakan tugas pemerintahan dibidang keluarga berencana dan keluarga
sejahtera sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Fungsi
-Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang Keluarga
Berencana dan Keluarga Sejahtera.
-Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BKKBN.
-Fasilitasi dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah, swasta,
LSOM dan masyarakat dibidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera.
-Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum dibidang
perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana,
kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan dan
rumah tangga.

5.Badan Koordinasi Penanaman Modal

Tugas
-Untuk merumuskan kebijakan pemerintah di bidang penanaman modal, baik
dari dalam negeri maupun luar negeri.

6.Badan Informasi Geospasial

Tugas
-Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang meteorologi,
klimatologi, kualitas udara dan geofisika
-Koordinasi kegiatan fungsional di bidang meteorologi, klimatologi, kualitas
udara dan geofisika
-Memfasilitasi dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah dan
swasta di bidang meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika
-Penyelenggaraan pengamatan, pengumpulan dan penyebaran, pengolahan
dan analisis serta pelayanan di bidang meteorologi, klimatologi, kualitas udara
dan geofisika
-Penyelenggaraan kegiatan kerjasama di bidang meteorologi, klimatologi,
kualitas udara dan geofisika
-Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang
perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana,
kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan dan
rumah tangga

7.Badan Narkotika Nasional (BNN)

Tugas
-Menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional mengenai pencegahan dan
pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor
Narkotika;
-Mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika
dan Prekursor
-Berkoordinasi dengan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam
pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkotika dan Prekursor Narkotika;
-Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial
pecandu Narkotika, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun
masyarakat;
-Memberdayakan masyarakat dalam pencegahan penyalahgunaan dan
peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;
-Memantau, mengarahkan dan meningkatkan kegiatan masyarakat dalam
pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Psikotropika
Narkotika;
-Melalui kerja sama bilateral dan multiteral, baik regional maupun
internasional, guna mencegah dan memberantas peredaran gelap Narkotika
dan Prekursor Narkotika;
-Mengembangkan laboratorium Narkotika dan Prekursor Narkotika;
-Melaksanakan administrasi penyelidikan dan penyidikan terhadap perkara
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika; dan
-Membuat laporan tahunan mengenai pelaksanaan tugas dan wewenang.
-Selain tugas sebagaimana diatas, BNN juga bertugas menyusun dan
melaksanakan kebijakan nasional mengenai pencegahan dan pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap psikotropika, prekursor dan bahan
adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol.
Fungsi

-Penyusunan dan perumusan kebijakan nasional di bidang pencegahan dan


pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika
dan prekursor serta bahan adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk
tembakau dan alkohol yang selanjutnya disingkat dengan P4GN.
-Penyusunan, perumusan dan penetapan norma, standar, kriteria dan
prosedur P4GN.
-Penyusunan perencanaan, program dan anggaran BNN.
-Penyusunan dan perumusan kebijakan teknis pencegahan, pemberdayaan
masyarakat, pemberantasan, rehabilitasi, hukum dan kerjasama di bidang
P4GN.
-Pelaksanaan kebijakan nasional dan kebijakna teknis P4GN di bidang
pencegahan, pemberdayaan masyarakat, pemberantasan, rehabilitasi, hukum
dan kerjasama.
-Pelaksanaan pembinaan teknis di bidang P4GN kepada instansi vertikal di
lingkungan BNN.
-Pengoordinasian instansi pemerintah terkait dan komponen masyarakat
dalam rangka penyusunan dan perumusan serta pelaksanaan kebijakan
nasional di bidang P4GN.
-Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi di lingkungan BNN.
-Pelaksanaan fasilitasi dan pengkoordinasian wadah peran serta masyarakat.
-Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan penyalahgunaan dan peredaran
gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika.
-Pelaksanaan pemutusan jaringan kejahatan terorganisasi di bidang
narkotika, psikotropika dan prekursor serta bahan adiktif lainnya, kecuali
bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol.
-Pengoordinasian instansi pemerintah terkait maupun komponen masarakat
dalam pelaksanaan rehabilitasi dan penyatuan kembali ke dalam masyarakat
serta perawatan lanjutan bagi penyalahguna dan/atau pecandu narkotika dan
psikotropika serta bahan adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau
dan alkohol di tingkat pusat dan daerah.
-Pengkoordinasian peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan
rehabilitasi sosial pecandu narkotika dan psikotropika serta bahan adiktif
lainnya, kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol yang
diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat.
-Peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi penyalahguna dan/atau
pecandu narkotika dan psikotropika serta bahan adiktif lainnya, kecuali
bahan adiktif tembakau dan alkohol berbasis komunitas terapeutik atau
metode lain yang telah teruji keberhasilannya.
-Pelaksanaan penyusunan, pengkajian dan perumusan peraturan perundang-
undangan serta pemberian bantuan hukum di bidang P4GN.
-Pelaksanaan kerjasama nasional, regional dan internasional di bidang P4GN.
-Pelaksanaan pengawasan fungsional terhadap pelaksanaan P4GN di
lingkungan BNN.
-Pelaksanaan koordinasi pengawasan fungsional instansi pemerintah terkait
dan komponen masyarakat di bidang P4GN.
-Pelaksanaan penegakan disiplin, kode etik pegawai BNN dan kode etik profesi
penyidik BNN.
-Pelaksanaan pendataan dan informasi nasional penelitian dan
pengembangan, serta pendidikan dan pelatihan di bidang P4GN.
-Pelaksanaan pengujian narkotika, psikotropika dan prekursor serta bahan
adiktif lainnya, kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol.
-Pengembangan laboratorium uji narkotika, psikotropika dan prekursor serta
bahan adiktif lainnya, kecuali bahan adiktif tembakau dan alkohol.
-Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan nasional di
bidang
P4GN.
Itulah beberapa contoh lembaga pemerintahan non kementrian.

BAG III
NILAI PANCASILA DALAM KERANGKA PRAKTIK
PENYELENGGARAAN PEMERINTAH NEGARA
A.BEBERAPA CONTOH PELANGGARAN NILAI-NILAI
PANCASILA DALAM PENYELENGGARAAN NEGARA
Berdasarkan pengamatan terhadap kehidupan masyarakat, mulai
nampak berbagai peristiwa yang mencerminkan penyimpangan terhadap nilai-
nilai luhur pancasila. Pancasila sebagai dasar falsafah Negara republic
Indonesia idealnya menjadi acuan tingkah laku warga Negara dalam
penyelenggaraan Negara, kenyataannya terindikasi akan ditinggalkan. Berikut
beberapa contoh kasus penyimpangan yang terjadi di lingkungan masyarakat
Indonesia.

1. Demonstrasi mahasiswa

Pada asal mulanya demonstrasi merupakan salah satu cara


penyampaian aspirasi yang dilegalkan. Demonstrasi dapat pula digunakan
sebagai media penyampaian kritik ataupun saran-saran terhadap kebijakan
pemerintah yang dinilai kurang berpihak kepada rakyat. Tetapi dewasa ini
demonstrasi identik dengan kegiatan penyampaian pendapat disertai
anarkisme masa dan perusakan infrastruktur pemerintah. Orasi disertai
dengan aksi baku hantam antara pengunjuk rasa dan aparat keamanan. Hal
ini sangat bertentangan dan tidak sesuai dengan sila ke empat yang berbunyi
“Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan / perwakilan”. Demonstrasi yang berujung dengan anarki
sering kali merupakan demo yang dilakukan oleh mahasiswa. Hal ini tentunya
sangat disayangkan sekali, mengingat mahasiswa adalah generasi muda
dengan intelektual tinggi sekaligus sebagai pewaris bangsa ini. Bagaimana
Negara ini kedepannya sangat tergantung pada generasi muda saat ini. Diakui
maupun tidak generasi muda kita telah beralih acuan, acuan mereka adalah
acuan yang mengatas namakan sebuah kebebasan dalam liberalisme. Dapat
pula dikatakan kebebasan yang kebablas.

Mahasiswa yang notabene masih tergolong ke dalam usia remaja


mengalami masa yang rawan, karena pada saat itulah mereka mulai mampu
berfikir abstrak, dan mencoba menjelaskan beberapa hal yang kompleks,
dengan emosi yang masih labil. Sebetulnya remaja dapat dikatakan tidak
memiliki tempat yang jelas, Mereka sudah tidak termasuk dalam golongan
anak-anak dan belum dapat diterima ke dalam golongan orang dewasa.
Dengan adanya globalisasi dan liberalisme tidak menutup kemungkinan masa
rawan ini akan datang lebih awal. Pada masa ini pula remaja akan mencoba
mencari jati dirinya.

Sebagai manusia yang tergolong kedalam usia labil, mahasiswa,tak


dapat dipungkiri, belum bisa memahami dan menghayati pancasila dengan
sepenuhnya. Harus diakui bahwa sila demokrasi belum bisa berjalan seperti
apa yang diharapkan. Hal tersebut membuktikan bahwa jalannya demokrasi
belum sepenuhnya didasarkan pada pancasila sehingga perlu dibenahi agar
dapat berjalan lancar dan sesuai dengan tuntutan hakekat pancasila.

2. Kunjungan sejumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat ke Yunani

Beberapa waktu lalu sejumlah anggota Badan Kehormatan DPR


berangkat ke Yunani dengan alasan melakukan studi banding soal kode etik
anggota Dewan. Hal ini menuai berbagai kontroversi dari masyarakat.
Sebenarnya, apabila para anggota DPR hendak studi banding ke Negara
manapun, tidak akan dipersoalkan asalkan dapat diterima nalar publik dalam
mengukur skala prioritas kebutuhan mendasar dan mendesak serta
memenuhi asas kepatutan. Studi banding anggota DPR ke luar negeri pada
saat negeri kita tertimpa bencana, walaupun sudah dijadwalkan, mestinya
harus dipertimbangkan dan ditunda sampai waktu yang tak ditentukan. Hal
ini bertentangan dengan sila ke lima “Kemanusiaan yang adil dan beradab”.
Seharusnya dewan kehormatan tersebut berempati terhadap keadaan
sebagian kecil rakyat negeri ini yang berduka. Diberitakan jika Komisi II DPR
membatalkan kunjungan ke China, tetapi rombongan Komisi V DPR telanjur
pergi ke Italia hanya sehari setelah bencana tsunami Mentawai dan letusan
Gunung Merapi. Sangat wajar jika masyarakat akan merasa sinis dan kecewa
kepada anggota DPR yang nekat melakukan studi banding ke luar negeri
ditengah kedaan Indonesia yang seperti ini. Ibu pertiwi menangis. Itulah
perumpamaan yang dapat diibaratkan dengan realita yang ada. Rasa
kekeluargaan dikalangan bangsa Indonesia perlu dijaga dan dikembangkan.
Diperlukan sikap saling tolong-menolong, terutama diperuntukkan bagi
kalangan yang kurang beruntung.

Studi banding tidak harus keluar negeri. Inti utama dari studi
banding adalah belajar. Belajar bisa dimana saja. Tidak harus menuju ke
negeri orang. Negeri ini terbuka dengan informasi dari mancanegara.
Perkembangan teknologi informasi dapat dimanfaatkan seluas-luasnya untuk
membangun dan mengembangkan diri sehingga mampu menyejajarkan diri
dengan negara-negara lainnya dalam pergaulan masyarakat internasional.

3.Bangga menggunakan produk Luar Negeri daripada produk Dalam


Negeri

Sebagian besar masyarakat Indonesia sesungguhnya masih memiliki


kecintaan dan kebanggaan untuk menggunakan produksi dalam negeri. Hal
ini terbukti dengan makin meningkatnya citra dan penggunaan batik dan
sepatu produksi dalam negeri. Namun sebagian besar lainnya justru merasa
lebih bangga menggunakan produk dari luar negeri. Dengan anggapan bahwa
produk luar memiliki kualitas yang jauh lebih baik. Hal ini sebenarnya keliru.
Sebagai warga Negara Indonesia yang baik, tentunya harus menggunakan
nilai-nilai pancasila sebagai dasar dalam kegiatan sehari-hari. Perwujudan
rasa bangga terhadap tanah air merupakan salah satu kandungan dari sila
ketiga “ Persatuan Indonesia”. Rasa bangga dapat diaktualisasikan misalnya
saja dengan senantiasa menggunakan produk dalam negeri.

Ketika kita merasa lebih bangga dengan menggunakan barang-


barang dari luar negeri, hal tersebut sesungguhnya termasuk dalam
penyimpangan nilai-nilai pancasila. Kegemaran kalangan masyarakat tertentu
terhadap produk impor sebetulnya disebabkan gaya hidup yang ingin meniru
luar negeri. Ini sesungguhnya patut disesalkan karena kalangan masyarakat
ini umumnya berintelektual tinggi. Sudah sepatutnya rasa nasionalisme
terhadap produksi dalam negeri harus dikampanyekan secara luas dan terus
menerus agar tumbuh rasa bangga terhadap produk-produk karya anak
negeri.

B.UPAYA AKTUALISASI NILAI-NILAI PANCASILA


Pancasila adalah rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan
bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila berasal dari bahasa
Sanskerta yaitu Panca yang artinya lima dan Sila yang artinya prinsip atau
asas. Sedangkan Aktualisasi menurut KBBI diambil dari kata aktual yang
artinya betul-betul ada (terlaksana). Jadi, Aktualisasi Pancasila artinya
mengaplikasikan atau mewujudkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.

Upaya yang bisa kita lakukan untuk mengaktualisasikan nilai-nilai


Pancasila dalam kehidupan sehari -hari sangatlah banyak, namun yang paling
dasar adalah diawali dari dalam diri sendiri. Bagaimana caranya? Yaitu
dengan berusaha melalui hal-hal yang kecil terelebih dahulu. Contohnya
belajar disiplin, mematuhi orang tua, mematuhi peraturan yang dibuat
didalam rumah berdasarkan kesepakatan yang telah dibuat bersama-sama,
dan juga selalu tunduk dan patuh kepada Tuhan Yang Maha Esa. Jika sudah
bisa menerapkan Ideologi Pancasila didalam kawasan rumah barulah
berusaha melakukannya dikawasan yang lebih luas yaitu lingkungan
masyarakat.

Sebagai makhluk sosial kita tentu tidak bisa hidup sendirian. Kita
membutuhkan orang lain untuk bisa tetap bertahan hidup dan memenuhi
segala kebutuhan hidup kita baik rohani maupun jasmani. Oleh sebab itu,
Kita harus berinteraksi dengan baik kepada semua orang yang ada didekat
kita. Agar tidak ada kesalahpahaman dalam ruanglingkup kemasyarakatan.
Kita harus bisa menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat, contohnya seperti saling bertoleransi, ramah tamah, murah
senyum, olong menolong, selalu bekerja sama, dan berusaha sekeras mungkin
untuk menjauhkan diri dari perpecahan juga tidak menjadi biang masalah.

Jika kita adalah pelajar maka ruang lingkup kita selain di rumah dan
di masyarakat adalah di sekolah. Di sekolah kita juga harus selalu bisa
menerapkan nilai-nilai pancasila dengan baik. Kita harus bisa menyesuaikan
diri dengan lingkungan sekolah yang tentu saja berbeda dengan lingkungan
yang lainnya. Di lingkungan sekolah kita harus mematuhi segala peraturan
yang dibuat, seperti memakai atribut sekolah dengan lengkap dan baik, tidak
berkelahi, mengerjakan tugas dengan baik, patuh kepada guru, berteman
dengan baik dengan seluruh murid-murid disekolah, belajar menuntut ilmu
dengan sungguh-sungguh, dan masih banyak lagi tentunya.

Upaya-upaya pengaktualisasian Pancasila tidak hanya sampai dalam


lingkungan rumah, masyarakat, dan juga sekolah masih ada lagi yang lebih
jauh dan lebih luas yaitu negara dan dunia.

C. AKTUALISASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM BIDANG


POLITIK, EKONOMI, SOSIAL BUDAYA, DAN HUKUM DI
ERA GLOBALISASI
1.Bidang Poltik

Landasan aksiologis (sumbernilai) sistem politik Indonesia


pembukaan UUD 1945 alenia IV, ”… maka disusunlah Kemerdekaan
Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Dasar Negara
Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia
yang Berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan yang Maha
Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan keadilan social bagi
seluruh rakyat Indonesia”. Sehingga system politik Indonsia adalah Demokrasi
Pancasila.

Dimana demokrasi pancasila itu merupakan system pemerintahan dari


rakyat dalam arti rakyat adalah awal mula kekuasaan Negara sehingga rakyat
harus ikut serta dalam pemerintahan untuk mewujudkan suatu cita-cita.
Organisasi social politik adalah wadah pemimpin-pemimpin bangsa dalam
bidangnya masing-masing sesuai dengan keahliannya, peran dan tanggung
jawabnya. Sehingga segala unsur-unsur dalam organisasi social politik seperti
para pegawai Republik Indonesia harus mengikuti pedoman pengalaman
Pancasila agar berkepribadian Pancasila karena mereka selain warga Negara
Indonesia, juga sebagai abdi masyarakat, denganbegitu maka segala kendala
akan mudah dihadapi dan tujuan serta cita-cita hidup bangsa Indonesia akan
terwujud.

Nilai dan ruh demokrasi yang sesuai dengan visi Pancasila adalah yang
berhakikat:

a.Kebebasan,terbagikan/terdesentralisasikan, kesederajatan, keterbukaan,


menjunjung etika dan norma kehidupan.
b.Kebijakan politik atas dasar nilai-nilai dan prinsip-prinsip demokrasi yang
memperjuangkan kepentingan rakyat, kontrol public.
c.Pemelihan umum yang lebih berkualitas dengan partisipasi rakyat yang
seluas-luasnya.

Begitu pula standar demokrasinya yang:

a.Bermekanisme ‘checks and balances’.


b.Transparan dan akuntabel.
c.Berpihak kepada ‘social welfare’, dan
d.Meredam konflik dan utuhnya NKRI.

2.Bidang Ekonomi
Pengaktualisasian pancasila dalam bidang ekonomi yaitu dengan
menerapkan sistem ekonomi Pancasila yang menekankan pada harmoni
mekanisme harga dan sosial (sistem ekonomi campuran), bukan pada
mekanisme pasar yang bersasaran ekonomi kerakyatan agar rakyat bebas dari
kemiskinan, keterbelakangan, penjajahan/ketergantungan, rasa was-was, dan
rasa diperlakukan tidak adil yang memosisikan pemerintah memiliki asset
produksi dalam jumlah yang signifikan terutama dalam kegiatan ekonomi
yang penting bagi Negara dan yang menyangkut hidup orang banyak.
Sehingga perlu pengembangan Sistem Ekonomi Pancasila sehingga dapat
menjamin dan berpihak pada pemberdayaan koperasi serta usaha menengah,
kecil, mikro(UMKM). Selain itu ekonomi yang berdasarkan Pancasila tidak
dapat dilepaskan dari sifat dasar individu dan sosial.
Ekonomi menurut pancasila adalah berdasarkan asas kebersamaan
kekeluargaan artinya walaupun terjadi persaingan namun tetap dalam
kerangka tujuan bersama sehingga tidak terjadi persaingan bebas yang
mematikan. Dengan demikian pelaku ekonomi di Indonesia dalam
menjalankan usahanya tidak melakukan persaingan bebas, meskipun
sebagian dari mereka akan mendapat keuntungan yang lebih besar dan
menjanjikan. Hal ini dilakukan karena pengalaman dalam bidang ekonomi
harus berdasarkan kekeluargaan. Jadi interaksi antar pelaku ekonomi sama-
sama menguntungkan.

Pilar Sistem Ekonomi Pancasila yang meliputi:

a.Ekonomi kaetik dan ekonomi kahumanistik.


b.Nasionalisme ekonomi dan demokrasi ekonomi.
c.Ekonomi berkeadilan sosial.

3.Bidang Sosial Budaya

Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan,


kepercayaan, moral, hukum, adat-istiadat dan lain kemaampuan serta
kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagaian aggota
masyarakat.

Aktualisasi Pancasila dalam bidang sosial budaya berwujud sebagai


pengkarakter sosial budaya (keadaban) Indonesia yang mengandung nilai-nilai
religi, kekeluargaan, kehidupan yang selaras, serasi dan seimbang, serta
kerakyatan profil sosial budaya Pancasila dalam kehidupan bangsa Indonesia
yang gagasan, nilai, dan norma/aturannya yang tanpa paksaaan sebagai
sesuatu yang dibutuhkan proses pembangunan budaya yang
dibelajarkan/dikondisikan dengan tepat dan diseimbangkan dalam tatanan
kehidupan, bukan sebagai suatu warisan dari generasi kegenerasi, serta
penguatan kembali proses integrasi nasional baik secara vertikal maupun
horizontal. Begitu luasnya cakupan kebudayaan tetapidalam pengalaman
Pancasila kebudayaan bangsa Indonesia adalah budaya ketimuran, yang
sangat menjunjung tinggi sopan santun, ramah tamah, kesusilaan dan lain-
lain. Budaya Indonesia memang mengalami perkembangan misalnya dalam
hal iptek dan pola hidup, perubahan dan perkembangan ini didapat dari
kebudayaan asing yang berhasil masuk dan diterima oleh bangsa Indonesia.

Beberapa indikasi dapat dikemukakan disini, antara lain: manusia


hidup cenderung materialistik dan individualistik, menurunnnya rasa
solidaritas, persaudaraan, dan rasa senasib-sepenanggungan. Oleh karena itu
harus ada tindakan lanjut agar budaya bangsa Indonesia sesuai dengan
pancasila. Pemudayaan pancasila tidak hanya pada kulit luar budaya
misalnya hanya pada tingkat propaganda, pengenalan serta pemasyarakatan
akan tetapi sampai pada tingkat kemampuan mental kejiwaan manusia yaitu
sampai pada tingkat akal, rasa dan kehendak manusia.

4.Bidang Hukum

Pertahanan dan Keamanan Negara harus berdasarkan pada tujuan demi


tercapainya hidup manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, harus
menjamin hak-hak dasar, persamaan derajat serat kebebasan kemanusiaan
dan hankam. Pertahanan dan keamanan harus diletakkan pada fungsi yang
sebenarnya sebagai suatu Negara hokum dan bukannya suatu Negara yang
berdasarkan kekuasaan.

Peranan Pancasila sebagai margin of appreciation di bidang hokum akan


mewarnai segala sub sistem di bidang hukum, baik substansi hukum yang
bernuansa ”law making process”, struktur hukum yang banyak bersentuhan
dengan ”law enforcement” maupun budaya hukum yang berkaitan dengan
“law awareness”. Peranan Pancasila sebagai margin of appreciation yang
mengendalikan kontekstualisasi dan implementasinya telah terjadi pada:

1. Pada saat dimantabkan dalam pembukaan UUD 1945 pada saat 4 kali proses
amandemen.
2. Pada saat merumuskan HAM dalam hokum positif Indonesia.
3. Pada saat proses internal dimana The Founding Father menentukan urutan
pancasila.

Beberapa arah kebijakan negara yang tertuang dalam GBHN, dan yang
harus segera direlisasikan, khususnya dalam bidang hokum antara lain:

1. Menata sistem hokum nasional yang menyeluruh dan terpadu dengan


mengakui dan menghormati hukum agama dan hokum adat serta
memperbarui Undang-undang warisan kolonial dan hokum nasional yang
diskriminatif, termasuk ketidakadilan gender dan ketidaksesuaiannya dengan
tuntunan reformasi melalui program legislasi.
2. Meningkatkan integritas moral dan keprofesionalan para penegak hukum,
termasuk Kepolisian RI, untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat
dengan meningkatkan kesejahteraan, dukungan sarana dan prasarana
hukum, pendidikan, serta pengawasan yang efektif
3. Mewujudkan lembaga peradilan yang mandiri dan bebas dari pengaruh
penguasa dan pihak manapun.
4. Mengembangkan budaya hukum di semua lapisan masyarakat untuk
terciptanya kesadaran dan kepatuhan hokum dalam kerangka supremasi
hokum dan tegaknya Negara hukum.

Вам также может понравиться