Вы находитесь на странице: 1из 31

LAPORAN PENDAHULUAN DENGUE HEMORHAGIC FEVER

A. Tinjauan Teoritis

1. Konsep Dasar Dengue Hemorhagic Fever

a. Pengertian

Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit yang

disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh

melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (Suriadi, 2001).

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit demam akut

dengan ciri–ciri demam manifestasi perdarahan dan bertendensi

mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Mansjoer,

2000).

Demam Berdarah Dengue adalah penyakit demam akut yang

disebabkan oleh empat serotype virus dengue dan ditandai dengan

empat gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi, manifestasi

perdarahan, hepatomegali dan tanda-tanda kegagalan sirkulasi sampai

timbulnya renjatan (sindrom renjatan dengue) sebagai akibat dari

kebocoran plasma yang dapat menyebabkan kematian (Soegeng, 2002).

Demam Berdarah merupakan penyakit yang disebabkan oleh

karena virus dengue yang termasuk golongan arbovirus melalui gigitan

nyamuk aedes aegypti betina (Hidayat, 2008).

WHO (1986) juga membagi menjadi empat kategori penderita

menurut derajat berat penderita sebagai berikut :

6
7

1) Derajat I : Adanya demam tanpa perdarahan spontan,

manifestasi perdarahan hanya berupa torniket test

yang positif.

2) Derajat II : Gejala demam diikuti dengan perdarahan spontan,

biasanya berupa perdarahan dibawah kulit dan atau

berupa perdarahan lainnya .

3) Derajat III : Adanya kegagalan sirkulasi berupa nadi yang cepat

dan lemah, penyempitan tekanan nadi (<20 mmHg),

atau hipotensi, dengan disertai akral yang dingin dan

gelisah.

4) Derajat IV : Adanya syok yang berat dengan nadi tak teraba dan

tekanan darah yang tak terukur.

b. Anatomi fisiologi

Darah adalah suspensi dari partikel dalam larutan koloid cair

yang mengandung elektrolit. Darah berperan sebagai medium

pertukaran antara sel yang terfiksasi dalam tubuh dan lingkungan luar,

serta memiliki sifat protektif terhadap organisme dan khususnya

terhadap darah sendiri.

Komponen cair darah yang disebut plasma terdiri dari 91%

sampai 92% air yang berperan sebagai medium transpor dan 7% sampai

9% terdiri dari zat padat. Zat–zat padat tersebut adalah protein–protein

seperti albumin, globulin, fibrinogen, unsur anorganik berupa natrium,


8

kalsium, kalium, posfor, besi, iodium, unsur organik berupa zat–zat

padat nitrogen non protein, urea, asam urat, xantin, kreatinin, asam

amino, fosfolipid, kolesterol, glukosa dan berbagai enzim seperti

amilase, protease dan lipase. Komposisi darah terdiri dari : sel darah

merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan trombosit yang

bertanggung jawab atas proses pembekuan darah.

Trombosit bukan merupakan sel tetapi merupakan fragmen-fragmen

sel granular, berbentuk cakram, tidak berinti. Trombosit ini merupakan

unsur selular sumsum tulang terkecil dan penting untuk homeostasis dan

koagulasi.

1) Produksi trombosit

Trombosit berasal dari sel induk pluripoten yang tidak terikat

(noncommitted pluripotent stem cell), yang jika ada permintaan dan

dalam keadaan adanya faktor perangsang trombosit, interleukin dan

TPO berdiferensiasi menjadi kelompok sel induk yang terkait untuk

membentuk magakarioblas. Sel ini melalui serangkaian proses

maturasi, menjadi megakariosit raksasa. Tidak seperti unsur sel

lainnya, megakariosit mengalami endomitosis, terjadi pembelahan

inti di dalam sel tetapi sel itu sendiri tidak membelah. Sel dapat

membesar karena sintesis DNA meningkat. Sitoplasma sel akhirnya

membelah diri menjadi trombosit-trombosit. Tiap megakariosit

bertanggung jawab menghasilkan 4000 trombosit, jumlah trombosit


9

normal 150 – 400 k/ul dan lama hidup trombosit normal adalah 7 –

10 hari (Price, 2005).

2) Anatomi trombosit

Gambar 1.
Proses pembekuan darah

3) Fisiologi Pembekuan

Pembekuan diawali dalam keadaan homeostatis dengan

adanya cedera vaskular. Vasokontriksi adalah respons segera

terhadap cedera, yang diikuti dengan adhesi trombosit pada kolagen

pada dinding pembuluh yang terpajan dengan cedera. ADP


10

(adenosin difosfat) dilepas oleh trombosit, menyebabkan agregasi

trombosit. Sejumlah kecil trombin juga merangsang agregasi

trombosit, bekerja memperkuat reaksi. Faktor III trombosit, dari

membran trombosit juga mempercepat pembekuan plasma. Dengan

cara ini, terbentuklah sumbatan trombosit, kemudian segera

diperkuat oleh protein filamentosa yang dikenal sebagai fibrin.

Produksi fibrin dimulai dengan perubahan faktor X menjadi

Xa. Faktor X dapat diaktivasi melalui dua rangkaian reaksi.

Rangkaian pertama memerlukan faktor jaringan atau tromboplastin

jaringan, yang dilepaskan oleh endotel pembuluh darah pada saat

cedera. Karena faktor jaringan tidak terdapat di dalam darah, maka

faktor ini merupakan faktor ekstrinsik pembekuan.

Rangkaian lainnya yang menyebabkan aktivasi faktor X

adalah jalur intrinsik. Jalur intrinsik diawali dengan plasma yang

keluar terpajan dengan kulit atau kolagen di dalam pembuluh darah

yang rusak. Faktor jaringan tidak diperlukan, tetapi trombosit yang

melekat pada kolagen berperan. Faktor- faktor XII, XI dan IX harus

diaktivasi secara berurutan dan faktor VIII harus dilibatkan sebelum

faktor X dapat diaktivasi.

Langkah berikutnya pada pembentukan fibrin berlangsung

jika faktor Xa, dibantu oleh fosfolipid dari trombosit yang diaktivasi,

memecah protrombin, membentuk trombin. Selanjutnya trombin

memecahkan fibrinogen membentuk fibrin. Fibrin ini, yang awalnya


11

merupakan jeli yang dapat larut, distabilkan oleh faktor XIIIa dan

mengalami polimerasi menjadi jalinan fibrin yang kuat, trombosit

dan memerangkap sel-sel darah. Untaian fibrin kemudian memendek

(retraksi bekuan), mendekatnya tepi- tepi dinding pembuluh darah

yang cedera dan menutup daerah tersebut (Price, 2005).

c. Patofisiologi

Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui

gigitan nyamuk Aedes aegypti. Pasien akan mengalami keluhan dan

gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, nyeri otot, mual,

hiperemia pada di tenggorokan, pegal seluruh badan timbulnya ruam,

dan kelainan yang mungkin terjadi pada sistem retikuloendoteal seperti

pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam pada

DHF disebabkan oleh kongesti pembuluh darah di bawah kulit. DHF

disebabkan oleh virus dengue serotif 1,2,3 dan 4 yang ditularkan

melalui vektor nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes albopictus,

Aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang

kurang berperan. Apabila manusia terinfeksi dengan satu serotype

infeksi dengue memberikan kekebalan dalam waktu yang lama (long

life) dengan serotype yang sama dan kekebalan sementara serta

sebagian dengan serotype yang berbeda (Soegoeng, 2002). DHF dapat

terjadi bila seseorang setelah terinfeksi dengue pertama kali, mendapat

infeksi berulang virus dengue lainnya. Re-infeksi ini akan


12

menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibody, sehingga

menimbulkan konsentrasi kompleks antigen antibody (kompleks virus

antibody) yang tinggi. Terdapatnya kompleks virus antibody dalam

sirkulasi darah mengakibatkan pembentukan aktivasi system

komplemen, agregasi trombosit dan aktivasi koagulasi. Kompleks virus

antibodi akan mengaktivasi sistem komplemen, yang berakibat

dilepaskannya anafilatoksin C3a dan C5a, histamine dan serotonin yang

menyebabkan meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan

menghilangnya plasma melalui endotel dinding tersebut, suatu keadaan

yang amat berperan dalam terjadinya renjatan. Timbulnya agregasi

trombosit menyebabkan pelepasan trombosit oleh system

retikuloendoteal dengan akibat trombositopenia hebat sehingga terjadi

koagulopati atau gangguan fungsi trombosit yang menimbulkan

renjatan/syok. Renjatan yang berkepanjangan menyebabkan

Disseminated Intravaskuler Coagulation (DIC) sehingga perdarahan

hebat dengan prognosis buruk dapat terjadi. Terjadinya aktivasi faktor

Hageman (faktor XII) dengan akibat akhir terjadinya pembekuan

intravaskular yang meluas. Dalam proses aktivasi ini, plasminogen

akan menjadi Plasmin yang berperan dalam pembentukan anafilatoksin

dan penghancuran fibrin. Disamping itu akan merangsang system kinin

yang berperan dalam proses meningginya permeabilitas dinding

pembuluh darah. Hal ini berakibat mengurangnya volume plasma,

hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan.


13

Plasma merembes selama perjalanan penyakit mulai dari saat

permulaan demam dan mencapai puncaknya pada saat renjatan.

Renjatan hipovolemia bila tidak segera diatasi dapat berakibat anoksia

jaringan, asidosis metabolic dan kematian. Gambaran klinis sangat

bervariasi dari yang sangat ringan hingga yang sedang dengan masa

inkubasi antara 3-15 hari rata-rata 5-8 hari. Manifestasi klinis yang

mungkin muncul pada DHF adalah demam atau panas, lemah, nyeri ulu

hati, nyeri otot dan sendi, pegal-pegal pada seluruh tubuh, mukosa bibir

kering, perdarahan gusi, wajah kemerahan (flushing), petekie (uji

turniket (+)), epistaksis, konstipasi (sembelit), ekimosis, hematemesis,

hematoma, melena, hyperemia pada tenggorokan, nyeri tekan pada

epigastrik, timbul ruam makulopapular, dan tanda lain menyerupai

demam dengue yaitu anoreksia, muntah dan nyeri kepala. Pada renjatan

(derajad IV) nadi cepat dan lemah, hipotensi, eksremitas dingin,

gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal. Pada DHF sering dijumpai

pembesaran hati (hepatomegali), pembesaran limfe (splenomegali), dan

kelenjar getah bening yang akan kembali normal pada masa

penyembuhan. Adapun komplikasi dari penyakit DHF adalah

Hipotensi, Hemokonsentrasi, Hipoproteinemia, Efusi dan

Renjatan/Syok hipovolemia (Price, 2005).

d. Pemeriksaan Diagnostik

Dilakukan pemeriksaan laboratorium yaitu :

1) Darah
14

Pada DHF akan dijumpai leukopenia yang akan terlihat pada hari

ke-2 atau ke-3 dan titik terendah pada saat peningkatan suhu kedua

kalinya. Pada saat suhu meningkat kedua kalinya sel limposit relatif

sudah bertambah. Sel-sel eusinofil sangat berkurang. Pada DHF

umumnya dijumpai trombositopenia (<100.000/mm3) dan

haemokonsentrasi (kadar HCT  20% dari normal). Uji tourniquet

yang positif merupakan pemeriksaan penting pada pemeriksaan

kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia, serta

hipokalemia, SGOT, SGPT, ureum dan PH darah mungkin

meningkat.

2) Air seni

Mungkin ditemukan albuminuria ringan.

3) Sumsum tulang

Pada awal sakit biasanya hiposelular, kemudian menjadi

hiperselular pada hari kelima dengan gangguan maturasi sedangkan

pada hari kesepuluh biasanya sudah kembali normal untuk semua

data.

4) Serologi

Uji serologi untuk infeksi dengue dapat dikategorikan menjadi:

a) Uji serologi memakai serum ganda, yaitu serum yang diambil

pada masa akut dan konvalesen, yaitu pengikatan kompelemen

(PK), uji netralissi (NT) dan uji dengue blot. Pada uji ini dicari

kenaikan antibodi anti dengue sebanyak minimal 4 kali.


15

b) Uji serologi memakai serum tunggal, yaitu uji dengue blot yang

mengukur antibodi, anti dengue tanpa memandang kelas

antibodinya, uji Imunoglobulin M anti dengue yang mengukur

hanya antibodi anti dengue dari kelas IgM. Pada uji ini yang

dicari adalah ada tidaknya atau titer tertentu antibodi antidengue.

e. Penatalaksanaan Medis

1) Penatalaksanaan penderita DHF adalah :

a) Tirah baring atau istirahat baring.

b) Diet makanan lunak.

c) Minum banyak 50ml/kg BB dalam 4–6 jam pertama dapat

berupa : susu, teh manis, sirup, jus buah, dan oralit, pemberian

cairan merupakan hal yang paling penting bagi penderita DHF.

Setelah keadaan dehidrasi dapat diatasi, memberikan cairan

rumatan 80–100 ml/kg BB dalam 24 jam berikutnya.

d) Pemberian cairan intravena pada pasien DBD tanpa renjatan

dilakukan bila pasien terus menerus muntah sehingga tidak

mungkin diberikan makanan per oral atau didapatkan nilai

hematokrit yang bertendensi terus meningkat (>40 vol%).

Jumlah cairan yang diberikan tergantung dari derajat dehidrasi

dan kehilangan elektrolit, dianjurkan cairan glukosa 5% dalam

1/3 larutan NaCl 0,9%.

e) Cairan-cairan yang digunakan untuk penggantian volume

dengan cepat mencakup berikut ini :


16

(1) Kristaloid.

Larutan ringer laktat (RL) atau dektrose 5% dalam larutan

RL (D5/RL), larutan Ringer Asetat (RA) atau dektrose 5%

dalam larutan asetat (D5/RA), larutan garam faali (D5/GF).

(2) Koloid.

Dekstran 40 dan plasma.

f) Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi,

pernapasan) jika kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap

jam.

g) Periksa HGB, HCT dan trombosit setiap hari.

h) Pemberian obat antipiretik.

i) Monitor tanda-tanda dini renjatan meliputi keadaan umum,

perubahan tanda-tanda vital, hasil-hasil pemeriksaan

laboratoriurn yang memburuk.

j) Monitor tanda-tanda pendarahan lebih lanjut.

k) Pemberian antibiotika bila terdapat kekhawatiran infeksi

sekunder.

l) Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan

dokter).

2) Penatalaksanaan Penderita DHF berdasarkan derajat keparahan.

a) Penanganan DHF derajat I atau derajat II tanpa peningkatan

hematokrit.

(1) Pasien masih dapat minum.


17

(a) Beri minum banyak 1-2 liter/hari

(b) Jenis minuman: air putih, teh manis, sirup, jus buah,

susu.

(c) Bila suhu> 38ºC beri antipiretik

(d) Bila kejang beri antikonvulsif

(e) Monitor gejala klinis dan laboratorium.

(f) Perhatikan tanda syok.

(g) Awasi perdarahan.

(h) Periksa HGB, HCT dan trombosit tiap 6- 12 jam.

(i) Palpasi hati setiap hari

(j) Ukur diurisis setiap hari.

(k) Jika ada perbaikan klinis dan laboratorium pasien

diijinkan untuk pulang.

(2) Pasien tidak dapat minum

(a) Jika ada muntah terus-menerus maka dilakukan

kolaborasi pemasangan IVFD NaCl 0,9% : Dekstrosa

5% (1:3), tetesan rumatan sesuai berat badan.

(b) Periksa HGB, HCT, trombosit tiap 6-12 jam, jika

HCT naik atau trombosit turun maka pemasangan

IVFD NaCl 0.9% berbanding dekstrose 5% diganti

dengan ringer laktat dengan dosis disesuaikan.


18

b) Penanganan DHF derajat I dengan peningkatan HCT>20%.

(1) Pertama berikan cairan awal yaitu : RL/NaCI 0,9% atau

RL/DS/NaCl 0,9% + D5, 6-7 ml/kg BB/jam.

(2) Setelah itu monitor tanda vital/nilai HCT dan trombosit

tiap 6 jam.

(a) Jika ada perbaikan maka ada menunjukkan tanda-tanda

seperti : tidak gelisah, nadi kuat, tekanan darah stabil,

diuresis cukup (12m/kg BB/jam), HCT turun (2 kali

pemeriksaan). Dan apabila tidak ada perbaikan akan

menunjukkan tanda gejala seperti gelisah, distres

pernapasan, frekwensi nadi meningkat, hematokrit

tetap tinggi/meningkat, tekanan nadi <20 mmHg.

(3) Jika sudah menunjukkan perbaikan tetesan dikurangi

menjadi 5ml/kgBB/jam.

(4) Setelah 1 jam berlalu dan kondisi pasien masih

menunjukkan perbaikan maka tetesan disesuaikan menjadi

3 ml/kg BB/jam.

(5) Setelah itu IVFD di stop pada 24-48 jam, bila tanda vital/

HCT stabil, diuresis cukup.

(6) Jika pada saat menurunkan tetesan menjadi 5 ml/kg

BB/jam kemudian ditemukan tanda vital memburuk dan

HCT meningkat maka tetesan dinaikkan 10-15ml/kg

BB/jam tetesan dinaikkan secara bertahap. Kemudian


19

lakukan evaluasi 12-24 jam jika pada saat evaluasi

ditemukan tanda vital tidak stabil dengan tanda adanya

distres pernapasan dan HCT naik maka segera berikan

koloid 20-30m1/kgBB dan jika HCT menurun maka

lakukan transfusi darah segera 10ml/kgBB.

(7) Jika sudah ada perbaikan, maka lanjutkan tindakan dari

pengurangan tetesan 5ml/kgBB/jam dan seterusnya. Jika

tidak ada perbaikan yang ditunjukkan dengan tanda-tanda:

gelisah, distres pernapasan, frekwensi nadi meningkat,

tekanan nadi < 20 mmHg, diuresis kurang/ tidak ada.

(8) Jika tidak menunjukkan adanya perbaikan maka tetesan

akan dinaikkan 10-15ml/kgBB/jam secara bertahap.

(9) Kemudian dilakukan evaluasi 12-24 jam.

(10) Setelah dilakukan evaluasi didapatkan tanda vital tidak

stabil yang ditunjukkan dengan adanya distres pernapasan

dan peningkatan HCT, maka segera berikan koloid 20-30

ml/kgBB dan jika HCT menurun maka lakukan transfusi

darah segera 10ml/kg BB.

(11) Jika sudah ada perbaikan maka lanjutkan tindakan dari

pengurangan dari tetesan 5ml/kgBB/jam dan seterusnya.

c) Penanganan DHF derajat III dan IV.

(1) Lakukan oksigenasi.


20

(2) Penggantian volume (cairan kristaloid isotonik) Ringer

Laktat/NaCl 0,9 % 20 ml/kgBB secepatnya (bolus dalam

30 menit). 30 menit kemudian lakukan evaluasi untuk

mengetahui apakah syok sudah teratasi.

(3) Kemudian pantau tanda vital setiap 10 menit dan catat

balance cairan intravena.

(4) Jika syok teratasi yang dapat ditunjukkan dengan tanda-

tanda :

(a) Kesadaran membaik.

(b) Nadi teraba kuat

(c) Tekanan nadi > 20 mmHg.

(d) Tidak sesak napas atau sianosis.

(e) Diuresis cukup 1 ml/kgBB/jam.

Kemudian cairan dan tetesan disesuaikan

10ml/kgBB/jam, setelah itu lakukan evaluasi ketat,

misalnya ukur tanda vital, tanda perdarahan, diuresis,

HGB, HCT, trombosit. Jika dalam 24 jam sudah stabil,

maka berikan tetesan 5ml/kgBB/jam kemudian lanjutkan

tetesan 3ml/kgBB/jam. Infus dihentikan tidak melebihi 48

jam setelah syok teratasi. Jika syok tidak teratasi yang

ditunjukkan dengan tanda-tanda : kesadaran menurun,

nadi lambat/tidak teraba, tekanan nadi < 20 mmHg, ditress

pernapasan/sianosis, kulit dingin dan lembab, ekstremitas


21

dingin dan periksa kadar gula darah, kemudian lanjutkan

pemberian cairan 20ml/kgBB/jam, setelah itu tambahkan

koloid/plasma, dekstran 10-20 (maksimal 30)

ml/kgBB/jam. Kemudian lakukan koreksi asidosis,

setelah 1 jam lakukan evaluasi untuk mengetahui apakah

syok sudah teratasi atau belum. Jika syok belum teratasi

yang ditunjukkan dengan penurunan HCT atau HCT tetap

tinggi/naik, maka berikan koloid 20 ml/kgBB, kemudian

dilanjutkan dengan pemberian transfusi darah segar 10

ml/kgBB diulang sesuai kebutuhan. Jika syok sudah

teratasi maka lanjutkan tindakan dari mengevaluasi ketat

tanda vital, tanda perdarahan, diuresis, HGB, HCT,

trombosit dan tindakan seterusnya.

f. Kriteria untuk pemulangan pasien.

Kriteria berikut harus dipenuhi sebelum pasien yang pulih dari

DHF/DSS dipulangkan.

1) Tidak ada demam selama sedikitnya 24 jam tanpa penggunaan terapi

antipiretik.

2) Nafsu makan membaik.

3) Perbaikan klinis yang dapat terlihat.

4) Haluaran urine baik.

5) Hematokrit stabil.
22

6) Melewati sedikitnya 2 hari setelah pemulihan dari syok.

7) Tidak ada distres pernapasan dari efusi pleural atau asidosis.

8) Jumlah trombosit lebih dari 50.000 per mm3.

2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan DHF (Doenges, 1999 ; Carpenito,

2000).

a. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses

keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data, analisa

data, merumuskan masalah, analisa masalah dan diagnosa keperawatan

(Ngastiyah, 2005 ; Suriadi, 2001).

1) Data subyektif yaitu : lemah, panas atau demam, sakit kepala, nyeri

pada otot dan sendi, pegal-pegal pada seluruh tubuh, mual muntah,

anoreksia, pasien atau keluarga bertanya-tanya tentang penyakit

DHF.

2) Data obyektif : suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak

kemerahan, mukosa bibir kering, pendarahan gusi, lidah kotor,

tampak bintik merah pada kulit (petekie), uji tourniquet positif,

epistaksis (perdarahan hidung), ekimosis, hematoma, hematemesis

melena, hiperemia pada tenggorokan, nyeri perabaan pada

epigastrik, pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limfa,

pada renjatan (derajat IV), nadi cepat dan lemah, hipotensi,

ekstremitas dingin, gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal,


23

hipoproteinemia, hiponatremia, hipokloremia, keluarga/pasien

tampak tegang.

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul (Carpenito, 2000 ;

Hidayat : 2008) adalah :

1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan

permeabilitas kapiler.

2) Hipertermi berhubungan dengan tidak efektifnya termoregulasi

sekunder terhadap infeksi virus dengue.

3) Risiko terjadinya syok hipovolernik berhubungan dengan

kurangnya masukan cairan tubuh.

4) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan

faktor-faktor pembekuan darah (trombositopenia).

5) Risiko perdarahan berhubungan dengan penurunan faktor-

faktor pembekuan darah (trombositopenia).

6) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan menurunnya nafsu makan sekunder terhadap

anoreksia, mual-muntah.

7) Nyeri akut berhubungan dengan kelainan viseral hepar dan

proses patologis penyakit.

8) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan

kebutuhan metabolisme sekunder terhadap infeksi virus.

9) Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan

lingkungan sekunder akibat hopitalisasi


24

10) Ansietas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan.

b. Perencanaan

Rencana keperawatan ada 2 tahap yaitu prioritas dan rencana

perawatan. Perencanaan keperawatan adalah suatu pemikiran tentang

perumusan tujuan, tindakan dan penilaian rangkaian asuhan

keperawatan pada pasien berdasarkan analisis pengkajian agar dapat

teratasi masalah kesehatan/keperawatannya (Hidayat, 2008).

Tahap awal perencanaan adalah prioritas masalah. Prioritas

masalah berdasarkan mengancam jiwa pasien, tahap kedua adalah

rencana prioritas (Hidayat, 2008).

Perencanaan ditulis sesuai dengan prioritas (mengancam jiwa

pasien) :

1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan

permeabilitas kapiler.

Tujuan : Kebutuhan cairan pasien terpenuhi/adekuat

Tindakan keperawatan

a) Observasi tanda – tanda vital tiap 6 jam.

Rasional : Menetapkan data dasar pasien, untuk mengetahui

dengan cepat penyimpangan dari keadaan

normalnya.

b) Anjurkan pasien banyak minum ± 1500–2000 ml/hari.

Rasional : Menambah cairan dalam tubuh.


25

c) Catat intake dan output cairan tiap 24 jam.

Rasional : Memberi informasi tentang keadekuatan volume

cairan dan kebutuhan pengganti.

d) Kolaborasi dalam pemberian cairan intravena sesuai program

dokter.

Rasional : Untuk mempertahankan/mengganti cairan dalam

tubuh.

e) Kolaborasi dalam pemeriksaan lab HCT, PLT tiap 12 jam.

Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran plasma dalam

pembuluh darah yang dialami pasien dan untuk

acuan melakukan tindakan lebih lanjut.

2) Hipertermi berhubungan dengan tidak efektifnya termoregulasi

sekunder terhadap infeksi virus dengue.

Tujuan : Suhu tubuh dalam batas normal (36 –37,5 oC).

Tindakan keperawatan :

a) Observasi tanda-tanda vital setiap 6 jam atau lebih sering.

Rasional : Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui

keadaan umum pasien.

b) Anjurkan pasien banyak minum yaitu ± 1,5-2 liter per hari

Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan

tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan

asupan cairan yang banyak/adekuat.


26

c) Libatkan keluarga untuk tindakan kompres hangat (pada daerah

axila, kening dan lipatan paha).

Rasional : Pemindahan panas secara konduksi

d) Kolaborasi dalam pemberian obat antipiretik.

Rasional : Dapat membantu menurunkan panas.

3) Resiko terjadi syok hipovolemik berhubungan dengan kekurangan

masukan cairan dalam tubuh/perdarahan.

Tujuan : syok hipovolemik tidak terjadi

Tindakan keperawatan :

a) Monitor keadaan umum pasien.

Rasional : Untuk memantau kondisi pasien selama masa

perawatan terutama saat perdarahan.

b) Observasi tanda-tanda vital tiap 2-3 jam.

Rasional : Tanda vital dalam batas normal menandakan

keadaan umum pasien baik.

c) Observasi tanda-tanda syok.

Rasional : Agar dapat segera dilakukan tindakan untuk

menangani syok yang dialami pasien.

d) Monitor tanda-tanda perdarahan

Rasional : Perdarahan yang cepat diketahui dapat segera diatasi,

sehingga pasien tidak sampai ke tahap syok

hipovolemik atau perdarahan hebat.


27

e) Kolaborasi dalam pemasangan IVFD, beri therapi cairan

intravena jika terjadi perdarahan.

Rasional : Pemberian cairan intravena sangat diperlukan untuk

mengatasi kehilangan cairan tubuh yang hebat.

4) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan faktor-

faktor pembekuan darah (trombositopenia).

Tujuan : Perfusi jaringan adekuat

Tindakan keperawatan :

a) Observasi tanda-tanda vital setiap 6 jam.

Rasional : Hipotensi dan bradikardi menandakan adanya

penurunan aliran darah, perubahan suhu kulit (lebih

dingin atau lebih hangat) menandakan adanya

gangguan dalam suplai darah kapiler.

b) Anjurkan pasien untuk banyak istirahat.

Rasional : Aktivitas pasien yang tidak terkontrol, dapat

menyebabkan perdarahan sehingga terjadi penurunan

suplay darah.

c) Pantau frekuensi jantung dan irama.

Rasional : Frekuensi dan irama jantung dapat menentukan

adanya komplikasi.

d) Kolaborasi pemberian oksigen tambahan.

Rasional : Meningkatkan jumlah sediaan oksigen untuk

kebutuhan sirkulasi.
28

5) Risiko perdarahan berhubungan dengan penurunan faktor-faktor

pembekuan darah (trombositopenia).

Tujuan : Perdarahan tidak terjadi

Tindakan keperawatan :

a) Anjurkan pada pasien untuk banyak istirahat tirah baring.

Rasional : Aktivitas pasien yang tidak terkontrol dapat

menyebabkan terjadinya perdarahan.

b) Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga tentang bahaya

yang dapat timbul akibat dari adanya perdarahan dan anjurkan

untuk segera melaporkan jika ada tanda-tanda perdarahan seperti

pada gusi, hidung (epistaksis). berak darah (melena) atau muntah

darah (hematemesis).

Rasional : Keterlibatan pasien dan keluarga dapat membantu

untuk penanganan dini jika terjadi perdarahan.

c) Kolaborasi pemberian tranfusi (trombosit concentrate).

Rasional : Meningkatkan kadar trombosit dalam darah.

d) Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium secara berkala

(darah lengkap).

Rasional : Melalui data lab dapat diketahui tingkat kebocoran

plasma.

6) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

menurunnya nafsu makan sekunder terhadap anoreksia, mual,

muntah.
29

Tujuan : Nutrisi pasien terpenuhi (adekuat)

Tindakan keperawatan :

a) Timbang berat badan tiap hari.

Rasional : Untuk mengetahui status gizi pasien

b) Beri HE pada pasien/keluarga tentang pentingnya nutrisi bagi

tubuh.

Rasional : Meningkatkan pengetahuan pasien tentang nutrisi

sehingga motivasi untuk makan meningkat.

c) Kaji makanan yang disukai pasien.

Rasional : Menambah/merangsang nafsu makan.

d) Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering.

Rasional : Meningkatkan asupan nutrisi tanpa merangsang

muntah.

e) Sajikan makanan dalam keadaan hangat.

Rasional : Mengurangi mual dan meningkatkan nafsu makan.

f) Kolaborasi dalam pemberian obat anti emetik sesuai indikasi.

Rasional : Antiemetik mengurangi rasa mual dan muntah.

7) Nyeri akut berhubungan dengan kelainan veseral hepar.

Tujuan : pasien merasa nyaman

Tindakan keperawatan :

a) Observasi tanda-tanda vital terutama nadi tiap 6 jam.

Rasional : Tanda-tanda vital merupakan indikator adanya

perubahan kenyamanan.
30

b) Observasi skala nyeri dan karakteristiknya.

Rasional : Untuk mengetahui tingkat nyeri pasien.

c) Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi.

Rasional : Tehnik distraksi dapat mengalihkan perhatian dari

nyeri/ ketidaknyamanan dan relaksasi dapat

memberikan rasa nyaman dengan tehnik nafas

dalam.

d) Berikan posisi yang nyaman pada pasien.

Rasional : Posisi yang nyaman membantu relaksasi tubuh.

e) Kolaborasi dalam pemberian analgetik.

Rasional : Analgetik mengurangi rasa nyeri.

8) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan kebutuhan

metabolisme sekunder terhadap infeksi virus.

Tujuan : Pasien dapat memenuhi kebutuhan ADL

Tindakan keperawatan :

a) Kaji ulang kemampuan pasien melakukan ADLnya

Rasional : Untuk mengetahui tingkat ketergantungan pasien

dalam memenuhi kebutuhannya.

b) Observasi tanda – tanda vital terutama nadi tiap 6 jam.

Rasional : Nadi menurun merupakan salah satu indikasi adanya

penurunan aktivitas (kelemahan).

c) Berikan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung.


31

Rasional : Memberikan suasana yang tenang dan menurunkan

kebutuhan energi.

d) Libatkan keluarga dalam membantu ADL pasien.

Rasional : Memenuhi ADL pasien.

e) Bantu pasien untuk mandiri dalam memenuhi ADLnya.

Rasional : Dengan melatih kemandirian pasien maka pasien

tidak akan mengalami ketergantungan dalam

pemenuhan ADLnya.

9) Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan lingkungan

sekunder akibat hospitalisasi.

Tujuan : Kebutuhan tidur pasien terpenuhi

Tindakan keperawatan :

a) Ciptakan lingkungan yang nyaman dan mengurangi kebisingan.

Rasional : Memberikan situasi yang kondusif untuk tidur

b) Kaji pola tidur pasien.

Rasional : Untuk mengidentifikasi dan melakukan intervensi

yang tepat.

c) Berikan tempat tidur yang nyaman dan beberapa milik pribadi,

misalnya bantal, guling, dll

Rasional : Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan

fisiologis atau psikologis

d) Intruksikan tindakan relaksasi.

Rasional : Membantu menginduksikan tidur.


32

10) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan.

Tujuan : Pengetahuan pasien/keluarga bertambah

Tindakan keperawatan :

a) Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga.

Rasional : Mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan

pasien/ keluarga tentang penyakit.

b) Beri penjelasan pada pasien/keluarga tentang penyakit,

penyebab dan pencegahannya.

Rasional : Agar pasien/keluarga mengerti tentang penyakit,

penyebab dan pencegahannya.

c) Beri kesempatan keluarga/pasien untuk menanyakan hal-hal

yang tidak diketahui.

Rasional : Mengurangi kecemasan dan memotivasi dalam

perawatan pasien.

c) Lakukan evaluasi setelah memberikan penjelasan

Rasional : Untuk mengetahui tentang informasi yang telah

diberikan apakah benar-benar sudah dimengerti atau

tidak.

e) Libatkan orang tua dalam perawatan pasien/keluarga.

Rasional : Memberi support dalam proses penyembuhan.


33

c. Pelaksanaan

Dokumentasi intervensi merupakan catatan tentang tindakan

yang diberikan oleh perawat. Dokumentasi intervensi mencatat

pelaksanaan rencana perawatan, pemenuhan kriteria hasil dari tindakan

keperawatan mandiri dan tindakan kolaboratif. Implementasi

disesuaikan dengan intervensi yang telah disusun (Suriadi, 2000).

d. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi

menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah

direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati

dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan

(Suriadi, 2000).

Dalam proses keperawatan berdasarkan permasalahan

yang muncul maka hal-hal yang diharapkan pada evaluasi adalah

sebagai berikut :

1) Kebutuhan cairan pasien terpenuhi

2) Suhu tubuh menurun (dalam batas normal 36 – 37,5 °C)

3) Syok hipovolemik tidak terjadi

4) Perfusi jaringan perifer adekuat

5) Perdarahan tidak terjadi

6) Kebutuhan pasien akan nutrisi dapat terpenuhi

7) Nyeri berkurang atau hilang.


34

8) Pasien dapat melakukan aktivitas secara mandiri

9) Kebutuhan tidur pasien terpenuhi

10) Tidak terjadi ansietas dan pengetahuan bertambah


35

BAGAN 1
WOC (WEB OF CAUTION)
Perdarahan dalam - Luka pada GI
Hipothalamus me↑ asam
Infeksi virus dengue lambung
Gangguan - Mual muntah
- Demam metabolisme di hati - anoreksia
Reaksi anamnestik antibodi
- Suhu tubuh tinggi > 37 oC
- mengigil Hepatomegali
Aktivasi sistem komplemen Nutrisi kurang
dari kebutuhan
Hipertermi Penekanan abdomen
Pelepasan anafilatoksin C3a dan
C5a, histamin dan serotinin Kelemahan
Aktivasi koagulasi
Nyeri Akut
Pe↑ permeabilitas dinding Intoleransi
faktor Hageman Kekurangan
pembuluh darah Aktivitas
volume cairan
Sistem kinin A
Menghilangnya plasma melalui
n
endotel pembuluh darah Hipovolemia s
Plasminogen menjadi plasmin
i
Gangguan
sistem retikuloendotelial Renjatan/ syok e
pola t
Pembentukan
tidur a
anafilatoksin Reaksi agregasi trombosit
Anoksia Jaringan s

Resiko Perdarahan Trombositopenia O


r
Perdarahan : petekie, melena, Asidosis metabolik a
Kebocoran plasma di paru DIC n
epistaksis, perdarahan gusi,
Penumpukan cairan pada g
ekimosis
Hipoksia jaringan pleura Perdarahan
KEMATIAN T

36
masif u
Resiko Syok hipovolemik - 35
Akral dingin a
- sianosis Perfusi jaringan
35

36

Вам также может понравиться

  • Format Rka RSSR
    Format Rka RSSR
    Документ3 страницы
    Format Rka RSSR
    indah yohana
    Оценок пока нет
  • PPK Anestesi
    PPK Anestesi
    Документ16 страниц
    PPK Anestesi
    indah yohana
    Оценок пока нет
  • PPK Anestesi
    PPK Anestesi
    Документ16 страниц
    PPK Anestesi
    indah yohana
    Оценок пока нет
  • Buku Wisuda Kls A
    Buku Wisuda Kls A
    Документ14 страниц
    Buku Wisuda Kls A
    indah yohana
    Оценок пока нет
  • Typhoid LEAFET
    Typhoid LEAFET
    Документ2 страницы
    Typhoid LEAFET
    indah yohana
    Оценок пока нет
  • Pemberi Informasi Anastesi Spinal
    Pemberi Informasi Anastesi Spinal
    Документ4 страницы
    Pemberi Informasi Anastesi Spinal
    indah yohana
    Оценок пока нет
  • 10 Besar Penyakit
    10 Besar Penyakit
    Документ2 страницы
    10 Besar Penyakit
    Anonymous SSPHqT9S9C
    Оценок пока нет
  • 3783
    3783
    Документ11 страниц
    3783
    indah yohana
    Оценок пока нет
  • Anak Diare
    Anak Diare
    Документ20 страниц
    Anak Diare
    indah yohana
    Оценок пока нет
  • Asesmen Pasien Rawat Inap Anak
    Asesmen Pasien Rawat Inap Anak
    Документ3 страницы
    Asesmen Pasien Rawat Inap Anak
    anon_542143764
    Оценок пока нет
  • Data Mahasiswa Buku Wisuda
    Data Mahasiswa Buku Wisuda
    Документ2 страницы
    Data Mahasiswa Buku Wisuda
    indah yohana
    Оценок пока нет
  • Askep Asma
    Askep Asma
    Документ9 страниц
    Askep Asma
    Yayat Sugiyat
    100% (1)
  • Format Keluarga Fix Legal
    Format Keluarga Fix Legal
    Документ33 страницы
    Format Keluarga Fix Legal
    indah yohana
    Оценок пока нет
  • SPO Asesmen Gizi
    SPO Asesmen Gizi
    Документ2 страницы
    SPO Asesmen Gizi
    Elvinawaty Tarigan
    Оценок пока нет
  • Format Keluarga Fix Legal
    Format Keluarga Fix Legal
    Документ33 страницы
    Format Keluarga Fix Legal
    indah yohana
    Оценок пока нет
  • LP CKD
    LP CKD
    Документ13 страниц
    LP CKD
    indah yohana
    Оценок пока нет
  • Buku Bimbingan
    Buku Bimbingan
    Документ5 страниц
    Buku Bimbingan
    indah yohana
    Оценок пока нет
  • Anak Bronkopnemoni
    Anak Bronkopnemoni
    Документ33 страницы
    Anak Bronkopnemoni
    indah yohana
    Оценок пока нет
  • Buku Bimbingan
    Buku Bimbingan
    Документ5 страниц
    Buku Bimbingan
    indah yohana
    Оценок пока нет
  • Anak Bronkopnemoni
    Anak Bronkopnemoni
    Документ33 страницы
    Anak Bronkopnemoni
    indah yohana
    Оценок пока нет
  • Anak Bronkiolitis
    Anak Bronkiolitis
    Документ23 страницы
    Anak Bronkiolitis
    indah yohana
    Оценок пока нет
  • Pengertian
    Pengertian
    Документ5 страниц
    Pengertian
    indah yohana
    Оценок пока нет
  • Cover
    Cover
    Документ1 страница
    Cover
    indah yohana
    Оценок пока нет
  • Phimosis: Faktor Penyebab dan Gejala Utama
    Phimosis: Faktor Penyebab dan Gejala Utama
    Документ2 страницы
    Phimosis: Faktor Penyebab dan Gejala Utama
    indah yohana
    Оценок пока нет
  • Lembar Pengesahan
    Lembar Pengesahan
    Документ1 страница
    Lembar Pengesahan
    indah yohana
    Оценок пока нет
  • PHIMOSIS
    PHIMOSIS
    Документ8 страниц
    PHIMOSIS
    indah yohana
    Оценок пока нет
  • Abstrak Translate
    Abstrak Translate
    Документ1 страница
    Abstrak Translate
    indah yohana
    Оценок пока нет
  • Askep Asma
    Askep Asma
    Документ9 страниц
    Askep Asma
    Yayat Sugiyat
    100% (1)
  • Perawatan Keluarga Hipertensi Man
    Perawatan Keluarga Hipertensi Man
    Документ37 страниц
    Perawatan Keluarga Hipertensi Man
    Abdur Rakhman
    Оценок пока нет