Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
This research was conducted by qualitative method with purposive determination technique. Data
collection was done by interview, observation and documentation. The process of data analysis is done by grouping
and combining the data obtained. Data validity is tested through source triangulation so that the data presented is
valid data. The results of this study indicate that the policy of subscribed parking is in accordance with the fact
because the subscribers have an impact on orderliness and comfort of parking users and able to increase local
revenue (PAD) Sidoarjo. Satisfaction of the Sidoarjo Community on the policy of subsidized parking is illustrated
through the indicator of the satisfaction index of the community. The level of public satisfaction with the
subscription parking policy in this study is based on the theory of community satisfaction index (IKM) service as
stipulated in Regulation of the Minister of PAN and RB Number 16 of 2014 on General Guidelines Implementation
of Public Service, which then developed into 9 elements that are relevant, valid and reliable, as the minimum
elements that must exist for the basis of measurement of Satisfaction Index, ie service requirements, service
procedures, service time, cost / service tariff, product specification service type, Implementers, executive conduct,
service announcement, complaint handling, suggestions and inputs. Based on the results of research in general
Sidoarjo people are not satisfied will be enacted parking subscription policy.
1
Kebijakan dan Parkir Berlangganan ISSN 2303-341X
3 8
Ibid.,hal. 2 William N. Dunn, Op.Cit., hal. 608.
4 9
Ibid. hal. 2 Leo Agustino, Dasar-dasar Kebijakan Publik,
5
Alfonus Sirait, Manajemen. (Jakarta: PT Gelora (Bandung: Alfabeta, 2006), hal. 186.
10
Aksara, 1991), hal. 115 Taliziduhu Ndraha, Konsep Administrasi dan
6
Irawan Suntoro dan Hasan Hariri, Op.Cit., hal. 3 Administrasi di Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara,
7
William N Dunn, Analisis Kebijakan Publik, 1989), hal. 201.
11
(Yogyakarta: Gadjah Mada Uiversity Press, Sudarwan Danim, Pengantar studi Penelitian
2003), hal. 112. Kebijakan, (Jakarta: BumiAksara, 2000), hal. 14
3
Kebijakan dan Parkir Berlangganan ISSN 2303-341X
Responsivitas Apakah hasil kebijakan kegiatan.18 Ditinjau dari segi pengertian efektivitas
memuaskan kebutuhan, usaha tersebut, maka dapat diartikan bahwa
preferensi atau nilai kelompok- efektivitas adalah sejauhmana dapat mencapai tujuan
kelompok tertentu? pada waktu yang tepat dalam pelaksanaan tugas
Ketepatan Apakah hasil (tujuan) yang pokok, kualitas produk yang dihasilkan dan
diinginkan benar-benar berguna perkembangan. Pendapat lain juga dinyatakan oleh
atau bernilai? Susanto yaitu efektivitas merupakan daya pesan
untuk mempengaruhi atau tingkat kemampuan pesan-
Kriteria-kriteria di atas merupakan tolak pesan untuk mempengaruhi.19 Berdasarkan definisi
ukur atau indikator dari evaluasi kebijakan publik. tersebut, peneliti beranggapan bahwa efektivitas bisa
Dikarenakan penelitian ini menggunakan metode tercipta jika pesan yang disampaikan dapat
kualitatif maka pembahasan dalam penelitian ini mempengaruhi khalayak yang diterpanya.
berhubungan dengan pertanyaan yang dirumuskan Sehubungan dengan hal-hal yang
oleh William N. Dunn untuk setiap kriterianya. dikemukakan di atas, maka ukuran efektivitas
Sedangkan untuk ilustrasi dilihat dari tabel di atas merupakan suatu standar akan terpenuhinya
pembahasannya lebih kepada metode kuantitatif. mengenai sasaran dan tujuan yang akan dicapai.
Untuk lebih jelasnya setiap indikator tersebut akan Selain itu, menunjukan pada tingkat sejauh mana
dijelaskan sebagai berikut. organisasi, program/kegiatan melaksanakan fungsi-
a. Efektivitas fungsinya secara optimal.
Efektivitas berasal dari kata efektif yang b. Efisiensi
mengandung pengertian dicapainya keberhasilan Efektivitas dan efisiensi sangatlah
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. berhubungan. Apabila kita berbicara tentang efisiensi
Efektivitas disebut juga hasil guna. Efektivitas selalu bilamana kita membayangkan hal penggunaan
terkait dengan hubungan antara hasil yang sumber daya (resources) kita secara optimum untuk
diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya dicapai. mencapai suatu tujuan tertentu. Maksudnya adalah
Seperti yang dikemukakan oleh Arthur G. Gedeian efisiensi akan terjadi jika penggunaan sumber daya
dkk mendefinisikan efektivitas adalah That is, the diberdayakan secara optimum sehingga suatu tujuan
greater the extent it which an organization`s goals akan tercapai. Adapun William N. Dunn berpendapat
are met or surpassed, the greater its effectiveness bahwa: “Efisiensi (efficiency) berkenaan dengan
(Semakin besar pencapaian tujuan-tujuan organisasi jumlah usaha yang diperlukan untuk menghasilkan
semakin besar efektivitas.16 tingkat efektivitas tertentu. Efisiensi yang merupakan
Berdasarkan pendapat di atas, bahwa apabila sinonim dari rasionalitas ekonomi, adalah merupakan
pencapaian tujuan-tujuan dari organisasi semakin hubungan antara efektivitas dan usaha, yang terakhir
besar, maka semakin besar pula efektivitasnya. umumnya diukur dari ongkos moneter. Efisiensi
Pengertian tersebut dapat disimpulkan adanya biasanya ditentukan melalui perhitungan biaya per
pencapaian tujuan yang besar dari organisasi, maka unit produk atau layanan. Kebijakan yang mencapai
makin besar pula hasil yang akan dicapai dari tujuan- efektivitas tertinggi dengan biaya terkecil dinamakan
tujuan tersebut. William N. Dunn menyatakan efisien”.20 Apabila sasaran yang ingin dicapai oleh
bahwa: “Efektivitas (effectiveness) berkenaan dengan suatu kebijakan publik ternyata sangat sederhana
apakah suatu alternative mencapai hasil (akibat) yang sedangkan biaya yang dikeluarkan melalui proses
diharapkan, atau mencapai tujuan dari diadakannya kebijakan terlampau besar dibandingkan dengan hasil
tindakan yang secara dekat berhubungan dengan yang dicapai. Ini berarti kegiatan kebijakan telah
rasionalitas teknis, selalu diukur dari unit produk atau melakukan pemborosan dan tidak layak untuk
layanan atau nilai moneternya”.17 dilaksanakan.
Apabila setelah pelaksanaan kegiatan c. Kecukupan
kebijakan publik ternyata dampaknya tidak mampu Kecukupan dalam kebijakan publik dapat
memecahkan permasalahan yang tengah dihadapi dikatakan tujuan yang telah dicapai sudah dirasakan
masyarakat, maka dapat dikatakan bahwa suatu mencukupi dalam berbagai hal. William N. Dunn
kegiatan kebijakan tersebut telah gagal, tetapi mengemukakan bahwa kecukupan (adequacy)
adakalanya suatu kebijakan publik hasilnya tidak berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat
langsung efektif dalam jangka pendek, akan tetapi efektivitas memuaskan kebutuhan, nilai, atau
setelah melalui proses tertentu. Menurut pendapat kesempatan yang menumbuhkan adanya masalah. 21
Mahmudi efektivitas merupakan hubungan antara Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
output dengan tujuan, semakin besar kontribusi
(sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan, 18
Mahmudi, Manajemen Kinerja Sektor Publik,
maka semakin efektif organisasi, program atau (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), hal. 92
19
Astrid Susanto, Pendapat Umum, (Bandung:Bina
16
Gedeian, A. G, Organization Theory and Design, Cipta, 1975), hal. 156
20
(University of Colorado at danver, 1991), hal. 61. William N Dunn, Op.Cit., hal. 430.
17 21
William N Dunn., Op.Cit., hal. 429 Ibid.
5
Kebijakan dan Parkir Berlangganan ISSN 2303-341X
kecukupan masih berhubungan dengan efektivitas suatu kebijakan dapat memuaskan kebutuhan,
dengan mengukur atau memprediksi seberapa jauh preferensi, atau nilai kelompok-kelompok masyarakat
alternatif yang ada dapat memuaskan kebutuhan, nilai tertentu.24 Suatu keberhasilan kebijakan dapat dilihat
atau kesempatan dalam menyelesaikan masalah yang melalui tanggapan masyarakat yang menanggapi
terjadi. Sebelum suatu produk kebijakan disahkan pelaksanaan setelah terlebih dahulu memprediksi
dan dilaksanakan harus ada analisis kesesuaian pengaruh yang akan terjadi jika suatu kebijakan akan
metoda yang akan dilaksanakan dengan sasaran yang dilaksanakan, juga tanggapan masyarakat setelah
akan dicapai, apakah caranya sudah benar atau dampak kebijakan sudah mulai dapat dirasakan
menyalahi aturan atau teknis pelaksanaannya yang dalam bentuk yang positif berupa dukungan ataupun
benar. wujud yang negatif berupa penolakan. Oleh karena
d. Perataan itu, kriteria responsivitas cerminan nyata kebutuhan,
Perataan dalam kebijakan publik dapat preferensi dan nilai dari kelompok-kelompok tertentu
dikatakan mempunyai arti dengan keadilan yang terhadap kriteria efektivitas, efisiensi, kecukupan,
diberikan dan diperoleh sasaran kebijakan publik. dan kesamaan.
William N. Dunn menyatakan bahwa kriteria f. Ketepatan
kesamaan (equity) erat berhubungan dengan Ketepatan merujuk pada nilai atau harga
rasionalitas legal dan sosial dan menunjuk pada dari tujuan program dan pada kuatnya asumsi yang
distribusi akibat dan usaha antara kelompok- melandasi tujuan-tujuan tersebut. William N. Dunn
kelompok yang berbeda dalam masyarakat. 22 menyatakan bahwa kelayakan (Appropriateness)
Kebijakan yang berorientasi pada perataan adalah adalah “Kriteria yang dipakai untuk menseleksi
kebijakan yang akibatnya atau usaha secara adil sejumlah alternatif untuk dijadikan rekomendasi
didistribusikan. Suatu program tertentu mungkin dengan menilai apakah hasil dari alternatif yang
dapat efektif, efisien, dan mencukupi apabila biaya- direkomendasikan tersebut merupakan pilihan tujuan
manfaat merata. Kunci dari perataan yaitu keadilan yang layak. Kriteria kelayakan dihubungkan dengan
atau kewajaran. rasionalitas substantif, karena kriteria ini menyangkut
Formulasi dari Rawls berupaya substansi tujuan bukan cara atau instrumen untuk
menyediakan landasan terhadap konsep keadilan, merealisasikan tujuan tersebut” 25
tetapi kelemahannya adalah pengabaian pada konflik. Artinya ketepatan dapat diisi oleh indikator
Pertanyaan menyangkut perataan, kewajaran, dan keberhasilan kebijakan lainnya (bila ada). Misalnya
keadilan bersifat politis cara-cara tersebut tidak dapat dampak lain yang tidak mampu diprediksi
menggantikan proses politik, berarti cara-cara di atas sebelumnya baik dampak tak terduga secara positif
tidak dapat dijadikan patokan untuk penilaian dalam maupun negatif atau dimungkinkan alternatif lain
kriteria perataan. Berikut menurut William N. yang dirasakan lebih baik dari suatu pelaksanaan
Dunn:“Pertanyaan menyangkut perataan, kewajaran, kebijakan sehingga kebijakan bisa lebih dapat
dan keadilan bersifat politis; dimana pilihan tersebut bergerak secara lebih dinamis.
dipengaruhi oleh proses distribusi dan legitimasi Menurut Hamdi dalam Suntoro dan Hariri
kekuasaan dalam masyarakat. Walaupun teori dari segi waktunya evaluasi kebijakan dibedakan atas
ekonomi dan filsafat moral dapat memperbaiki evaluasi kebijakan formatif dan evaluasi kebijkan
kapasitas kita untuk menilai secara kritis kriteria sumatif.26 Evaluasi kebijakan formatif adalah
kesamaan, kriteria-kriteria tersebut tidak dapat evaluasi kebijakan yang dilakukan terhadap
menggantikan proses politik”.23 kebijakan yang sedang diimplementasikan dan fokus
pada penilaian tentang seberapa efektif suatu
Pelaksanaan kebijakan haruslah bersifat adil kebijakan dilaksanakan.
dalam arti semua sektor dan dari segi lapisan
masyarakat harus sama-sama dapat menikmati hasil
kebijakan. Karena pelayanan publik merupakan Pajak dan Retribusi Daerah
pelayanan dari birokrasi untuk masyarakat dalam Pajak merupakan sumber pendapatan yang
memenuhi kegiatan masyarakat baik secara langsung sangat penting bagi Negara yang merupakan iuran
maupun tidak langsung. Pelayanan publik sendiri kepada negara yang dapat dipaksakan yang terutang
menghasilkan jasa publik. oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan
e. Responsivitas Perundang-Undangan dengan tidak mendapatkan
Responsivitas dalam kebijakan publik dapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan
diartikan sebagai respon dari suatu aktivitas. Yang yang gunanya untuk membiayai pengeluaran umum
berarti tanggapan sasaran kebijakan publik atas
penerapan suatu kebijakan. Menurut William N.
Dunn menyatakan bahwa responsivitas
(responsiveness) berkenaan dengan seberapa jauh
24
Ibid., hal. 437.
22 25
Ibid., hal. 434. Ibid. hal. 499.
23 26
Ibid. hal. 437. Ibid., hal. 85.
6
Kebijakan dan Parkir Berlangganan ISSN 2303-341X
berhubung dengan tugas negara untuk didasarkan atas perjanjian tetapi atas ketentuan
menyelenggarakan pemerintahan.27 undang-undang.
Di Indonesia dikenal berbagai jenis pajak Pajak bila dilihat dan segi hukum
yang diberlakukan yang meliputi merupakan perikatan yang timbul karena undang-
seluruh aspek kehidupan masyarakat. Agar lebih undang yang mewajibkan seseorang yang memenuhi
mengerti dan memahami mengenai pajak dan juga syarat-syarat yang telah ditentukan oleh undang-
pajak daerah, maka terlebih dahulu akan dibahas undang (tatbestand), untuk membayar sejumlah uang
mengenai definisi pajak menurut pendapat beberapa kepada negara (kas negara) yang pelaksanaannya
sarjana. Definisi atau pengertian pajak menurut dapat dipaksakan, tanpa mendapatkan suatu imbalan
Djajadiningrat adalah suatu kewajiban menyerahkan yang secara langsung dapat ditunjuk yang digunakan
sebagian daripada kekayaan kepada Negara untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara
disebabkan suatu keadaan, kejadian dan perbuatan (rutin dan pembangunan) dan yang digunakan
yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai alat/sarana untuk mencapai tujuan-tujuan
sebagai hukuman, menurut peraturan-peraturan yang negara/pemerintah di luar bidang keuangan.
ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi Tatbestand itu sendiri artinya sebagai suatu keadaan,
tidak ada jasa balik dari Negara secara langsung, perbuatan maupun peristiwa yang memberikan
untuk memelihara kesejahteraan umum. 28 kedudukan hukum tertentu pada seseorang berkaitan
Definisi atau pengertian pajak menurut dengan hak dan kewajiban sehingga dapat
Rochmat Soemitro adalah “Iuran rakyat kepada kas menimbulkan hutang pajak.
negara berdasarkan undang-undang (yang dapat Pajak daerah adalah pajak yang ditetapkan
dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal serta dipungut oleh pemerintah daerah (daerah
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan otonom) provinsi dan kabupaten/kota berdasarkan
yang digunakan untuk membayar pengeluaran atas kewenangan yang dimiliki. Menurut Rochmat
umum.29 Soemitro, pajak daerah adalah sebagai berikut :
Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan “Pajak lokal atau pajak daerah adalah pajak yang
bahwa pajak memiliki unsur-unsur: dipungut oleh daerah-daerah swatantra, seperti
1. Iuran dari rakyat kepada negara, yang berhak provinsi, kotapraja, kabupaten dan sebagainya”. 31
memungut pajak hanyalah negara, iuran tersebut Siagian merumuskan pengertian pajak daerah adalah
berupa uang (bukan barang). sebagai berikut “Pajak daerah adalah pajak negara
2. Berdasarkan undang-undang, pajak dipungut yang diserahkan kepada daerah dan dinyatakan
berdasarkan atau dengan kekuatan undang- sebagai pajak daerah dengan undang-undang”.32
undang serta aturan pelaksanaannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
3. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari pajak daerah adalah pajak negara yang diserahkan
negara yang secara langsung dapat ditunjuk, kepada daerah otonom untuk dipungut berdasarkan
dalam pembayaran pajak tidak dapat peraturan perundang-undangan yang dipergunakan
ditunjukkan adanya kontraprestasi individual guna membiayai pengeluaranpengeluaran daerah,
oleh pemerintah. baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran
4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga pembangunan. Pajak Daerah adalah pajak yang
negara, yakni pengeluaran-pengeluaran yang pengelolaannya ditangani oleh Pemerintah Daerah,
bermanfaat bagi masyarakat luas.30 dalam hal ini Kepala Daerah, Gubernur, Walikota,
Dari beberapa pengertian pajak tersebut di Bupati.
atas lebih banyak bercorak ekonomis, yaitu adanya Retribusi adalah pembayaran wajib dari
peralihan kekayaan dan biaya/pengeluaran negara penduduk kepada negara karena adanya jasa tertentu
untuk penyelenggaraan kepentingan umum yang diberikan oleh negara bagi penduduknya secara
(masyarakat). Pajak sebenarnya adalah hutang, yaitu perorangan. Jasa tersebut dapat dikatakan bersifat
hutang anggota masyarakat kepada masyarakat. langsung, yaitu hanya yang membayar retribusi yang
Hutang menurut pengertian hukum adalah perikatan menikmati balas jasa dari negara.33 Sesuai dengan
(verbintenis) yang didahului dengan adanya ketentuan perundang-undangan di Indonesia saat ini
perjanjian, namun perikatan dalam hukum pajak tidak penarikan retribusi hanya dapat dipungut oleh
pemerintah daerah. Jadi retribusi yang dipungut
27
R. Santoso Brotodihardjo, 1995, Pengantar Ilmu adalah retribusi daerah.
Hukum Pajak, (Bandung, PT. Eresco), hal. 2
28
Djoko Muljono, Hukum Pajak – Konsep, Aplikasi
31
Dan Penuntun Praktis,(Yogyakartya, CV. Andi Josef Riwu Kaho, 2002, Prospek Otonomi Daerah
Offset, 2010), hal. 1 di Negara Republik Indonesia (Identifikasi
29
Y. Sri Pudyatmoko, Pengantar Hukum Pajak, beberapa faktor yang mempengaruhi
(Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2008), hal. 1 penyelenggaraannya), (Jakarta, PT. Raja
30
Mardiasmo MBA, Perpajakan edisi Revisi 2008, Grafindo Persada, Cet. VI, hal. 5.
32
(Yogyakarta, Penerbit Andi Yogyakarta, 2008), ibid.
33
hal. 22 Djoko Muljono, op.cit., hal. 10.
7
Kebijakan dan Parkir Berlangganan ISSN 2303-341X
35
Suwardjoko Warpani. 1990. Merencanakan Sistem
34
Marihot P. Siahaan, op.cit.,hal. 5. Perangkutan. Bandung : Penerbit ITB), hal. 80
8
Kebijakan dan Parkir Berlangganan ISSN 2303-341X
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi pelayanan ini merupakan hasil dari setiap spesifikasi
Birokrasi (PERMENPANRB) Nomor 16 Tahun 2014 jenis pelayanan.
Tentang Pedoman Survey Kepuasan Masyarakat 6. Kompetensi Pelaksana
penyelenggaraan Pelayanan Publik menyebutkan Kompetensi Pelaksana adalah kemampuan
Survei Kepuasan Masyarakat adalah pengukuran yang harus dimiliki oleh pelaksana meliputi
secara komprehensif kegiatan tentang tingkat pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan
kepuasan masyarakat yang diperoleh dari hasil pengalaman.
pengukuran atas pendapat masyarakat dalam 7. Perilaku Pelaksana
memperoleh pelayanan dari penyelenggara pelayanan Perilaku Pelaksana adalah sikap petugas
publik. Lebih lanjut dalam Peraturan Menteri dalam memberikan pelayanan.
Pendayagunaan Aparatur Negara an Reformasi 8. Maklumat Pelayanan
Birokrasi (KEPMENPANRB) Nomor 16 Tahun 2014 Maklumat Pelayanan adalah merupakan
menyebutkan, “Survei Kepuasan Masyarakat yang pernyataan kesanggupan dan kewajiban
dilakukan terhadap setiap jenis penyelenggaraan penyelenggara untuk melaksanakan pelayanan sesuai
pelayanan publik menggunakan indikator dan dengan standar pelayanan.
metodologi survei sesuai kebutuhan”. 9. Penanganan Pengaduan, Saran dan Masukan
2. Mengukur Kepuasan Masyarakat Penanganan pengaduan, saran dan masukan,
Kepuasan masyarakat terhadap organisasi adalah tata cara pelaksanaan penanganan pengaduan
publik sangat penting karena adanya hubungan dan tindak lanjut.
kepercayaan masyarakat. Menurut Harbani Pasolong
Semakin baik kepemerintahan dan kualitas pelayanan Metode Penelitian
yang diberikan, maka semakin tinggi kepercayaan
Penelitian ini menggunakan tipe peneliitan
masyarakat (high trust).36 Kepercayaan masyarakat
kualitatif yang bersifat deskriptif, dengan tujuan
akan semakin tinggi apabila masyarakat mendapatkan
untuk menjelaskan, menggambarkan atau
pelayanan yang baik dan merasa terpuaskan akan
mendeskripsikan tentang suatu keadaan secara
pelayanan tersebut.
objektif mengenai evaluasi kebijakan parkir
Berdasarkan prinsip pelayanan sebagaimana
berlangganan di Kabupaten Sidoarjo. Dalam tipe
telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri
penelitian ini memiliki dua ciri utama yaitu fokus
Pendayagunaan Aparatur Negara an Reformasi
pada masalah yang bersifat aktual dan
Birokrasi (PERMENPANRB) Nomor 16 Tahun 2014
menggambarkan fakta-fakta sesuai dengan kondisi/
tentang Pedoman Survei Kepuasan Masyarakat
masalah yang ada di lapangan secara objektif. Lokasi
terhadap Penyelenggaraan Pelayanan Publik, yang
penelitian dilakukan di Kantor Dinas Perhubungan
kemudian dikembangkan menjadi 9 ruang lingkup
Kabupaten Sidoarjo yang berlokasi di jalan Raya
lingkup Survei Kepuasan Masyarakat:
Candi Nomor 107 Candi Sidoarjo dan lingkungan
1. Persyaratan
kantor bersama SAMSAT Sidoarjo. Pemilihan
Persyaratan adalah syarat yang harus
informan sebagai sumber data dalam penelitian ini
dipenuhi dalam pengurusan suatu jenis pelayanan,
adalah berdasarkan pada asas subyek yang menguasai
baik persyaratan teknis maupun administratif.
permasalahan, memiliki data dan bersedia
2. Prosedur
memberikan imformasi lengkap dan akurat. Teknik
Prosedur adalah tata cara pelayanan yang
pengumpulan data menggunakan data primer dan
dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan,
data sekunder. Data primer diperoleh melalui
termasuk pengaduan.
wawancara dan observasi. Sedangkan data sekunder
3. Waktu pelayanan
diperoleh melalui studi kepustakaan atau dokumen
Waktu pelayanan adalah jangka waktu yang
lainnya yang mendukung seperti data jumlah
diperlukan untuk menyelesaikan seluruh proses
pelanggan parkir, serta data penerimaan retribusi
pelayanan dari setiap jenis pelayanan.
parkir berlangganan. Teknik analisis data
4. Biaya/Tarif
menggunakan teknik analisis data kualitatif sebagai
Biaya/Tarif adalah ongkos yang dikenakan
suatu proses penerapan langkah-langkah dari yang
kepada penerima layanan dalam mengurus dan/atau
spesifik hingga yang umum dengan berbagai level
memperoleh pelayanan dari penyelenggara yang
analisis yang berbeda. Proses analisis data dimulai
besarnya ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara
dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari
penyelenggara dan masyarakat.
berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan
5. Produk Spesifikasi Jenis Pelayanan
yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan,
Produk spesifikasi jenis pelayanan adalah
dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan
hasil pelayanan yang diberikan dan diterima sesuai
sebagainya.
dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Produk
36
Harbani Pasolong, Teori Administrasi Publik,
(Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 221-222.
9
Kebijakan dan Parkir Berlangganan ISSN 2303-341X
media cetak maupun elektronik bahkan melalui sebagaimana telah ditetapkandalam Peraturan
forum pengaduan Kabupaten Sidaorjo. Kritik yang Menteri PAN Nomor 16 Tahun 2014 tentang
disampaikan masyarakat pada umumnya menolak Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik,
adanya kebijakan parkir berlangganan yang dinilai yang kemudian dikembangkan menjadi 9 unsur yang
tidak pro rakyat dan dinilai tidak efisien dikarenakan relevan, valid dan reliabel, sebagai unsur minimal
masih ada tarikan retribusi dari juru parkir meskipun yang harus ada untuk dasar pengukuran Indeks
sudah berlangganan. Kepuasan Masyarakat yaitu persyaratan pelayanan,
Evaluasi kebijakan dalam penelitian ini prosedur pelayanan, waktu pelayanan, biaya/tarif
meliputi input, proses, efektifitas, efisiensi, pelayanan, produk spesifikasi jenis pelayanan,
kecukupan, perataan, responsivitas, ketepatan. Input kompetensi pelaksana, perilaku pelaksana, maklumat
dengan cara melakukan pengamatan sumber daya pelayanan, penanganan pengaduan, saran dan
pendukung dan bahan-bahan dasar yang diperlukan masukan. Berdasakan hasil penelitian secara umum
untuk melaksanakan kebijakan, sumber daya masyarakat Sidoarjo tidak puas akan diberlakukannya
manusia, uang atau infrastruktur pendukung lain yang kebijakan parkir berlangganan sehingga kebijakan
diperlukan. Proses dengan cara mengamati kebijakan parkir berlangganan memberatkan masyarakat.
ditransformasikan dalam bentuk pelayanan kepada
masyarakat, efektivitas dengan mengukur Saran
ketercapaian hasil yang diinginkan, efisiensi dengan Merujuk pada hasil penelitian yaitu belum
mengukur seberapa banyak usaha yang diperlukan terpenuhinya kepuasan masyarakat terhadap
untuk mencapai hasil tersebut, kecukupan dengan pelaksanaan peraturan daerah Nomor 2 Tahun 2012
mengukur sejauh mana pencapaian hasil yang tentang retribusi parkir maka:
diinginkan memecahkan masalah, perataan dengan 1. Bagi UPT Parkir selaku pelaksana peraturan
mengukur apakah biaya dan manfaat didistribusikan daerah nomor 2 tahun 2012 tentang parkir
dengan secara merata, responsivitas dengan berlangganan lebih memperhatikan dan
mengukur apakah hasil kebijakan memuaskan meningkatkan kesejahteraan juru parkir
kebutuhan, preferensi atau nilai kelompok-kelompok dikarenakan masih masih memungut biaya
tertentu, ketepatan dengan menilai apakah tujuan parkir kepada pelanggan parkir
yang diinginkan benar-benar berguna atau bernilai. 2. Lokasi dan area parkir berlangganan hendaknya
Input berupa Sumber daya pendukung makin diperjelas sehingga masyarakat tidak
semuanya mencukupi baik itu ditingkat dinas bingung dalam membedakan area parkir umum
perhubungan selaku penanggung jawabpelaksanaan dan parkir berlangganan
kebijakan peraturan daerahmaupun dari UPT Parkir 3. Kepada juru parkir di wilayah Kabupaten
selaku pengelola kebijakan parkir berlangganan di Sidoarjo hendaknya mampu memberikan
lapangan, Input berupa sumber daya manusia yang pelayanan perparkiran yang lebih baik kepada
terdapat pada UPT Parkir cukup memadai terbukti pelanggan parkir.
keterlibatan langsung dari kepala Dinas sebagai 4. Bagi Pemerintah Kabupaten Sidoarjo perlu
penanggung jawab, tingkat pendidikan Kepala Dinas mengadakan evaluasi dan perbaikan kebijakan
magister maka sangat mudah untuk melaksanakan parkir berlangganan khususnya sanksi yang
tugas-tugas di lapangan terkait pelaksanaan kebijakan diterapkan bagi juru parkir nakal yang masih
parkir berlangganan. Hal ini memperkuat bahwa memungut retribusi dari pelanggan
sumber daya manusia yang mendukung terlaksananya
kebijakan Peraturan daerah Parkir Berlangganan Daftar Pustaka
tergolong baik, Proses Kebijakan ditransformasikan Agustino, L. (2006). Dasar-dasar Kebijakan Publik.
dalam bentuk pelayanan kepada masyarakat. Bandung: Alfabeta.
Berdasarkan peraturan daerah kabupaten Sidoarjo Ahmad Yani, HUbungan Keuangan Antara
nomor 1 tahun 2006 tentang parkir disebutkan bahwa Pemerintah Pusat dan Daerah,
tujuan parkir berlangganan adalah ketertiban (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
pelaksanaan parkir dan peningkatan pendapatan asli 2004), hal. 45
daerah untuk pembiayaan pembangunan daearah. Samudra, Azhari Aziz. 1995. Perpajakan di
Dalam hal tujuan kebijakan parkir berlanggan sudah Indonesia; Keuangan, Pajak dan
sesuai dengan kenyataan karena pakir berlangganan Retribusi Daerah, Jakarta: PT.
berdampak pada ketertiban dan kenyamanan Gramedia Pustaka Utama
pengguna parkir serta mampu meningkatan Halim, Abdul. (2004). Akuntansi Keuangan Daerah,
pendapatan asli daerah (PAD ) Sidoarjo. Jakarta: Salemba Empat
Kepuasan Masyarakat Sidoarjo terhadap Badjuri, A. & Yuwono, toT. (2002). Kebijakan
kebijakan Parkir berlangganan tergambar melalui Publik Konsep & Strategi. Semarang:
indikator indeks kepuasan masyarakat yaitu Tingkat Undip Press.
kepuasan masyarakat terhadap kebijakan parkir Brotodihardjo,R. Santoso, (1995), Pengantar Ilmu
berlangganan dalam penelitian ini didasarkan pada Hukum Pajak, Bandung, PT. Eresco
teori undeks kepuasan masyarakat (IKM) pelayanan
11
Kebijakan dan Parkir Berlangganan ISSN 2303-341X
Danim, S. (2004). Motivasi Kepemimpinan dan Muchsin, H & Putra, F. (2002). Hukum dan
Efektifitas Kelompok. Jakarta: Rineka Kebijakan Publik. Averroes Malang.
Cipta Pudyatmoko, Y. Sri. (2008), Pengantar Hukum
Danim, S. (2000). Pengantar studi Penelitian Pajak. Yogyakarta: CV. Andi Offset
Kebijakan. Jakarta: BumiAksara Nugroho, R. (2004). Kebijakan Publik: Formulasi,
Dunn. W. N. (1993). Analisis Kebijakan Publik. Implementasi dan Evaluasi. Jakarta:
Yogyakarta: Gadjah Mada Uiversity Elex Media Komputindo.
Press. Ndraha, T. (1989). Konsep Administrasi dan
Dunn. W. N. (2003). Analisis Kebijakan Publik. Administrasi di Indonesia. Jakarta:
Yogyakarta: Gadjah Mada Uiversity Bumi Aksara.
Press. Steers, M. R. (1985). Efektifitas Organisasi. Jakarta:
Gedeian, A. G. (1991). Organization Theory and Erlangga
Design. University of Colorado at Syafei, I. K. (1992). Pengantar Ilmu Pemerintahan.
danver Bandung: Refika Aditama
Kaho, Josef Riwu. (2002). Prospek Otonomi Daerah Sirait. A. (1991). Manajemen. Jakarta: PT Gelora
di Negara Republik Indonesia Aksara
(Identifikasi beberapa faktor yang Subarsono, A. G (2005). Analisis Kebijakan Publik
mempengaruhi Konsep, Teori dan Aplikasi. Pustaka
penyelenggaraannya), Jakarta: PT. Pelajar. Yogyakarta
Raja Grafindo Persada, Tangkilisan. H.N.S. (2003). Kebijakan. Jakarta:
Prakosa, Kesit Bambang. (2005). Pajak dan Retribusi Media Persada
Daerah, Yogyakarta: UII Press. Todaro, Michael P. (1997). Ekonomi Pembangunan
Kountur, R. (2009). Metode Penelitian Untuk di Dunia Ketiga. Erlangga, Jakarta.
Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta: Sugiyono. (2013). Metodologi Penelitian Kuantitatif
Penerbit PPM. Kualitatif dan R&D. Bandung:
Mahmudi, (2005). Manajemen Kinerja Sektor Publik. Alfabeta.
Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Suntoro, I & Hariri, H. (2015). Kebijakan Publik.
Budiarjo, M. (2000). Dasar-dasar Ilmu Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Widodo. (2001). Implementasi Kebijakan. Bandung:
Indonesia. CV Pustaka Pelajar.
Mardiasmo. (2008). Perpajakan edisi Revisi 2008. Winarno, Kebijakan Publik (Teori, Proses Dan Studi
Yogyakarta: Penerbit Andi Kasus). (Yogyakarta: CAPS
Yogyakarta Yamit, Z. (2013). Manajemen Kualitas Produk &
Muljono, Djoko. (2010). Hukum Pajak – Konsep, Jasa. Yogyakarta: Ekonisia.
Aplikasi Dan Penuntun Praktis. Warpani, Suwardjoko. 1990. Merencanakan Sistem
Yogyakartya: CV. Andi Offset Perangkutan. Bandung : Penerbit
Moleong, L. J. (2008). Metodologi Penelitian ITB.
Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosda karya.
12