Вы находитесь на странице: 1из 12

Kebijakan dan Parkir Berlangganan ISSN 2303-341X

Volume …., Nomor…, ……2017

STUDI EVALUASI KEBIJAKAN RETRIBUSI PARKIR BERLANGGANAN DI


KABUPATEN SIDOARJO

Lafitra Marsha Krisnina


Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Airlangga

This research was conducted by qualitative method with purposive determination technique. Data
collection was done by interview, observation and documentation. The process of data analysis is done by grouping
and combining the data obtained. Data validity is tested through source triangulation so that the data presented is
valid data. The results of this study indicate that the policy of subscribed parking is in accordance with the fact
because the subscribers have an impact on orderliness and comfort of parking users and able to increase local
revenue (PAD) Sidoarjo. Satisfaction of the Sidoarjo Community on the policy of subsidized parking is illustrated
through the indicator of the satisfaction index of the community. The level of public satisfaction with the
subscription parking policy in this study is based on the theory of community satisfaction index (IKM) service as
stipulated in Regulation of the Minister of PAN and RB Number 16 of 2014 on General Guidelines Implementation
of Public Service, which then developed into 9 elements that are relevant, valid and reliable, as the minimum
elements that must exist for the basis of measurement of Satisfaction Index, ie service requirements, service
procedures, service time, cost / service tariff, product specification service type, Implementers, executive conduct,
service announcement, complaint handling, suggestions and inputs. Based on the results of research in general
Sidoarjo people are not satisfied will be enacted parking subscription policy.

Keywords: Policy Evaluation, Subscription Parking Levy

Pendahuluan Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 8


Otonomi daerah sebagai wujud dari Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan
kewenangan penyelenggaraan pemerintahan di Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 13 Tahun 2001
daerah secara luas dicanangkan melalui Undang- tentang Pajak Parkir. Peraturan Daerah tersebut
undang Nomor 32 tahun 2004 Tentang Pemerintah diberlakukan sebagai upaya pemerintah daerah dalam
Daerah. Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan menggali dan mengembangkan potensi daerah dalam
kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rangka memperoleh dana sehubungan dengan
sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan penyelenggaraan tugas pemerintahan dan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan pembangunan daerah sebagaiamana Undang-undang
perundang-undangan. Nomor 33 tahun 2004 salah satu sumber penerimaan
Undang-undang otonomi daerah tersebut daerah adalah dari PAD (Pendapatan Asli Daerah)
memberikan angin segar kepada pemerintah daerah yakni Pendapatan yang diperoleh daerah yang
karena otonomi daerah memberikan kewenangan dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan
yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada peraturan perundang-undangan. Menurut UU Nomor
daerah secara professional termasuk menentukan 33 tahun 2004 Pendapatan Asli Daerah diperoleh dari
kebijakan dalam menggali sumber-sumber Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil pengelolahan
pendapatan yang berasal dari daerah sebagai kekayaan daerah yang dipisahkan dan Lain-lain
pendapatan asli daerah (PAD) yang digunakan untuk Pendapatan Asli Daerah yang sah. Pelaksanaan
penyelenggaraan pemerintahan dan sebesar-besar kebijakan parkir berlangganan di Kabupaten Sidoarjo
kemakmuran rakyat di daerah. Salah satu sumber pada prakteknya mampu meningkatkan pendapatan
pendapatan yang ada di daerah melalui penerapan asli daerah (PAD).
kebijakan publik adalah parkir berlangganan Pada tahun 2014 total penerimaan
disamping bertujuan untuk mengatur ketertiban dan Pendapatan Asli Daerah dari penerimaan retribusi
tata ruang kota yang nyaman dan aman. sebesar Rp. 96.645.390.259, sementara pada tahyn
Salah satu Kabupaten yang menerapkan 2014 Pendapatan Asli Daerah dari penerimaan
kebijakan parkir berlangganan adalah Kabupaten retribusi sebesar Rp. 139,369,832,361 dengan
Sidoarjo yakni Kabupaten yang terletak di Provinsi penerimaan jumlah retribusi parkir yang juga
Jawa Timur. Kebijakan parkir berlanggananan di meningkat yakni sebesar Rp. 25,573,015,500 pada
Kabupaten Sidoarjo didasarkan pada Peraturan tahun 2014 dan 27,403,410,000 pada tahun 2015.
Daerah Nomor 1 tahun 2006 tentang Retribusi Parkir, Data tersebut menunjukan parkir berlangganan
Peraturan Bupati Sidoarjo Nomor 4 tahun 2006 menjadi salah satu pendongkrak pendapatan asli
tentang Pelayanan Retribusi Parkir, Surat Keputusan daerah Kabupaten Sidaorjo. Namun dengan adanya
Bupati Sidoarjo No.188/71/404.1.1.3/2006 dan peningkatan pendapatan asli daerah tersebut apakah

1
Kebijakan dan Parkir Berlangganan ISSN 2303-341X

Volume …., Nomor…, ……2017

mampu meningkatkan pelayanan terhadap Berdasarkan latar belakang masalah di atas


masyarakat khususnya pelanggan parkir maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai
berlangganan yang nanti akan penulis bahas pada berikut:
penelitian ini. 1. Bagaimana hasil evaluasi kebijakan parkir
Sejak diberlakukannya peraturan daerah berlangganan di Kabupaten Sidoarjo?
tentang parkir berlangganan di Kabupaten Sidoarjo 2. Bagaimana tingkat kepuasan masyarakat
pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2015 sudah terhadap kebijakan parkir berlangganan di
berjalan 9 tahun yang diharapkan oleh sebagian Kabupaten Sidoarjo?
masyarakat mampu meningkatkan ketertiban dan Dan berdasarkan rumusan masalah di atas
kenyamanan dalam berparkir serta memiliki dampak maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai
postitif secara langsung kepada masyarakat berikut:
khususnya pemilik kendaraan bermotor. Pada 1. Untuk mengetahui hasil evaluasi kebijakan
kenyataannya kebijakan parkir berlangganan telah parkir berlangganan di Kabupaten Sidoarjo
mampu meningkatkan pendapatan asli daerah 2. Untuk mengetahui tingkat kepuasan masyarakat
Kabupaten Sidoarjo namun disisi lain bagaimana terhadap kebijakan parkir berlangganan di
eksistensi kebijakan parkir dan implikasinya pada Kabupaten Sidoarjo
tingkat kepuasan masyarakat Sidoarjo masih belum Hasil penelitian ini diharapkan dapat
diktehaui secara pasti sehingga perlu diadakan memberikan manfaat baik secara akademis maupun
peneletian dengan maksud tersebut, mengingat secara praktis:
bahwa implementasi kebijakan perkir berlangganan 1. Manfaat Akademis
yang didasarkan pada Peraturan Daerah Nomor 1 a. Penelitian ini diharapkan mampu
Tahun 2006 telah menuai berbagai reaksi dari memberikan kontribusi bagi perkembangan
masyarakat diantaranya pada tahun 2009 berdasarkan Ilmu Admnistrasi Negara khususnya dalam
data yang penulis dapatkan melalui situs bidang evaluasi kebijakan publik parkir
www.pusaka-community.org yaitu media aplikasi berlangganan dan tingkat kepuasan
pengaduan yang bernama Aplikasi P3M Online masyarakat.
diperoleh data sebagai berikut: b. Sebagai rujukan bagi peneliti selanjutnya
Berdasarkan tabel di atas selama tahun 2009 yang akan melakukan penelitian yang
setidaknya ada 8 jenis aduan yang masuk dan relevan
masing-masing aduan merupakan bentuk protes dan 2. Manfaat praktis
ketidak puasan atas diberlakukannya kebijakan parkir Penelitian ini diharapkan dapat
berlangganan. Beeberapa aduan sepanjang bulan Juli memberikan informasi atau kontribusi pemikiran bagi
sampai dengan Desember 2009 tersebut Pemerintah Kabupaten Sidoarjo dalam menentukan
membuktikan bahwa semenjak diterapkan parkir kebijakan dalam penggalian pendapatan asli daerah
berlangganan di Kabupaten Sidoarjo, pelayanan dari sektor perkir berlangganan
parkir berlangganan terus mendapat sorotan, kritik,
dan bahkan penentangan oleh masyarakat. Sorotan Kerangka Teori
tajam tersebut mengindikasikan adanya pelayanan Pengertian Kebijakan Publik
yang dipandang tidak memberikan hasil yang sesuai Menurut kamus Bahasa Indonesia kebijakan
dengan harapan masyarakat. berasal dari kata bijak yang artinya pandai, mahir.
Keluhan dan kritikan masyarakat terhadap Kebijakan berarti kepandaian, kemahiran,
layanan parkir berlangganan di Kabupaten Sidoarjo kebijaksanaan dalam suatu rangkaian konsep dan
merupakan isu yang sangat luas. Hal tersebut azas yang menjadi garis besar dan dasar rencana
dibuktikan dengan fakta dominannya protes parkir pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan dan cara
berlangganan sebagai aduan masyarakat yang resmi bertindak dalam pemerintahan umum.1 Istilah
disampaikan melalui salah satu pusat pengaduan kebijaksanaan dan kebijakan berasal dari kata policy,
dibanding keluhan masyarakat yang lain.Penentangan biasanya berkaitan dengan keputusan pemerintah,
terhadap layanan parkir berlangganan tidak hanya karena pemerintah yang mempunyai wewenang dan
datang dari masyarakat melainkan juga dari beberapa kekuasaan untuk mengarahkan suatu masyarakat dan
Fraksi yang ada di DPRD Kabupaten Sidoarjo, bertanggungjawab melayani kepentingan umum. 2
bahkan mereka mulai melahirkan usulan untuk Menurut Friedrick dalam Suntoro dan Hariri
dilakukannya pencabutan Peraturan Daerah tentang kebijakan adalah “… a proposed course of action of
parkir berlangganan. Untuk mengetahui evaluasi a person, group, or government within a given
kebijakan retribusi parkir berlangganan di Kabupaten environment providing obstacles and apportunities
Sidoarjo maka penulis tertarik untuk mengadakan which the policy was proposed to utilize and
penelitian dengan judul Studi Evaluasi Kebijakan overcome in an effort to reach a goal or realize an
Retribusi Parkir Berlangganan di Kabupaten
Sidoarjo. 1
Irawan Suntoro dan Hasan Hariri, Kebijakan
Publik., (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015), hal. 2.
2
Ibid. hal. 2
2
Kebijakan dan Parkir Berlangganan ISSN 2303-341X

Volume …., Nomor…, ……2017

objective or a purpose”. Melalui perkataan yang Evaluasi Kebijakan Publik


sederhana, kebijakan adalah serangkaian tindakan
1. Pengertian Evaluasi Kebijakan Publik
yang diusulkan seseorang, kelompok atau
pemerintah, dalam suatu lingkungan tertentu dengan Evaluasi merupakan salah satu tingkatan di
menunjukkan hambatan-hambatan dan kesempatan- dalam proses kebijakan publik, evaluasi adalah suatu
kesempatan terhadap pelaksanaan usulan kebijakan cara untuk menilai apakah suatu kebijakan atau
tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu.3 program itu berjalan dengan baik atau tidak. Evaluasi
Anderson dalam Suntoro dan Hariri mempunyai definisi yang beragam, William N. Dunn,
mengemukakan bahwa “A Purposive cours of action memberikan arti pada istilah evaluasi bahwa: “Secara
followed by an actor or set of actors in dealing with a umum istilah evaluasi dapat disamakan dengan
problem or matter of concern”. Kebijakan adalah penaksiran (appraisal), pemberian angka (rating) dan
serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan penilaian (assessment), kata-kata yang menyatakan
tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang usaha untuk menganalisis hasil kebijakan dalam arti
pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan satuan nilainya. Dalam arti yang lebih spesifik,
suatu masalah tertentu.4 Menurut pendapat Alfonsus evaluasi berkenaan dengan produksi informasi
Sirait kebijakan merupakan garis pedoman untuk mengenai nilai atau manfaat hasil kebijakan”.8
pengambilan keputusan.5 Pedoman atau garis besar Pengertian di atas menjelaskan bahwa
tersebut bermanfaat sebagai petunjuk haluan dan arah evaluasi kebijakan merupakan hasil kebijakan dimana
bagaimana tujuan akan dilaksankan. Dalam pada kenyataannya mempunyai nilai dari hasil tujuan
mengambil keputusan kebijakan merupakan sesuatu atau sasaran kebijakan. Bagian akhir dari suatu
yang bermanfaat dan dapat membantu dan proses kebijakan adalah evaluasi kebijakan. Menurut
mengurangi masalah-masalah dan serangkaian Lester dan Stewart yang dikutip oleh Leo Agustino
tindakan untuk memecahkan masalah tertentu, oleh bahwa evaluasi ditujukan untuk melihat sebagian-
sebab itu suatu kebijakan dianggap sangat penting. sebagian kegagalan suatu kebijakan dan untuk
Dye dalam Suntoro dan Hariri menyebutkan mengetahui apakah kebijakan telah dirumuskan dan
kebijakan dengan istilah “is whatever government dilaksanakan dapat menghasilkan dampak yang
choose to do or not to do”. Kebijakan publik adalah diinginkan9. Jadi, evaluasi dilakukan karena tidak
apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan semua program kebijakan publik dapat meraih hasil
atau tidak dilakukan.6 Segala sesuatu yang yang diinginkan. Adapun menurut Taliziduhu Ndraha
diperintahkan ataupun dilarang oleh pemerintah bahwa evaluasi merupakan proses perbandingan
untuk ditaati oleh masyarakat. Jadi berdasarkan antara standar dengan fakta dan analisa hasilnya. 10
pendapat tersebut segala sesuatu tindakan untuk Kesimpulannya adalah perbandingan antara tujuan
dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah serta yang hendak dicapai dalam penyelesaian masalah
perintah atau larangan kepada masyarakat dinamakan dengan kejadian yang sebenarnya, sehingga dapat
kebijakan.Merujuk pendapat tesebut kebijakan disimpulkan dengan analisa akhir apakah suatu
tentunya berkaitan dengan masyarakat secara umum kebijakan harus direvisi atau dilanjutkan. Sudarwan
atau kebijakan ynag diberlakukan kepada publik. Danim mengemukakan definisi penilaian
Wiliiam N. Dunn menyebut istilah kebijakan (evaluating) adalah sebagai berikut.11
publik sebagai berikut: “Kebijakan Publik (Public “Proses pengukuran dan perbandingan dari
Policy) adalah pola ketergantungan yang kompleks hasil-hasil pekerjaan yang nyatanya dicapai dengan
dari pilihan-pilihan kolektif yang saling bergantung, hasil-hasil yang seharusnya. Ada beberapa hal yang
termasuk keputusan-keputusan untuk tidak bertindak, penting diperhatikan dalam definisi tersebut, yaitu:
yang dibuat oleh badan atau kantor pemerintah” 7 a. Bahwa penilaian merupakan fungsi organik
Berdasarkan beberapa pengertian di atas
karena pelaksanaan fungsi tersebut turut
dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik
merupakan suatu kumpulan keputusan dari menentukan mati hidupnya suatu organisasi.
keputusan-keputusan yang diambil oleh seorang
b. Bahwa penilaiaan itu adalah suatu proses yang
pelaku atau oleh kelompok politik yaitu pemerintah
berarti bahwa penilaian adalah kegiatan yang
dengan berusaha memilih tujuan dan cara untuk
terus menerus dilakukan oleh administrasi dan
mencapai tujuan yang ingin dicapai.
manajemen

3 8
Ibid.,hal. 2 William N. Dunn, Op.Cit., hal. 608.
4 9
Ibid. hal. 2 Leo Agustino, Dasar-dasar Kebijakan Publik,
5
Alfonus Sirait, Manajemen. (Jakarta: PT Gelora (Bandung: Alfabeta, 2006), hal. 186.
10
Aksara, 1991), hal. 115 Taliziduhu Ndraha, Konsep Administrasi dan
6
Irawan Suntoro dan Hasan Hariri, Op.Cit., hal. 3 Administrasi di Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara,
7
William N Dunn, Analisis Kebijakan Publik, 1989), hal. 201.
11
(Yogyakarta: Gadjah Mada Uiversity Press, Sudarwan Danim, Pengantar studi Penelitian
2003), hal. 112. Kebijakan, (Jakarta: BumiAksara, 2000), hal. 14
3
Kebijakan dan Parkir Berlangganan ISSN 2303-341X

Volume …., Nomor…, ……2017

c. Bahwa penilaian menunjukkan jurang pemisah Tabel I.3


antara hasil pelaksanaan yang sesungguhnya Indikator Evaluasi Kebijakan
dengan hasil yang seharusnya dicapai” Indikator Fokus Penilaian
Berdasarkan pendapat di atas dapat
Input 1. Apakah sumber daya
diperoleh gambaran bahwa evaluasi adalah suatu
kegiatan yang dilakukan untuk mengukur serta pendukung dan bahan-bahan
membandingkan hasil-hasil pelaksanaan kegiatan dasar yang diperlukan untuk
yang telah dicapai dengan hasil yang seharusnya melaksanakan kebijakan ?
menurut rencana. Sehingga diperoleh informasi 2. Berapakah SDM (sumber
mengenai nilai atau manfaat hasil kebijakan, serta daya), uang atau infrastruktur
dapat dilakukan perbaikan bila terjadi penyimpangan pendukung lain yang
didalamnya. Menurut Muchsin evaluasi kebijakan diperlukan?
pemerintah adalah sebagai hakim yang menentukan Proses 1. Bagaimanakah sebuah
kebijakan yang ada telah sukses atau gagal mencapai kebijakan ditransformasikan
tujuan dan dampak-dampaknya.12 Evaluasi kebijakan dalam bentuk pelayanan
pemerintah dapat dikatakan sebagai dasar apakah langsung kepada masyarakat ?
kebijakan yang ada layak untuk dilanjutkan, direvisi 2. Bagaimanakah efektivitas dan
atau bahkan dihentikan sama sekali. efisiensi dari metode / cara
2. Pengukuran dan Kriteria Evaluasi Kebijakan yang dipakai untuk
Publik melaksanakan kebijakan
Menurut Bridgman & Davis Pengukuran publik tersebut ?
evaluasi kebijakan publik secara umum mengacu Outputs 1. Apakah hasil atau produk
pada empat indikator pokok yaitu: (1) indikator input, yang dihasilkan sebuah
(2) indikator process, (3) indikator outputs dan (4) kebijakan publik ?
indikator outcomes.13 Adapun penjelasannya sebagai 2. Berapa orang yang berhasil
berikut : mengikuti program / kebijakan
a. Indikator input memfokuskan pada penilaian tersebut ?
apakah sumber daya pendukung dan bahan-bahan Otcomes 1. Apakah dampak yang diterima
dasar yang diperlukan untuk melaksanakan oleh masyarakat luas atau
kebijakan. Indikator ini dapat meliputi sumber pihak yang terkena kebijakan
daya manusia, uang atau infrastruktur pendukung ?
lainnya. 2. Berapa banyak dampak positif
b. Indikator proses memfokuskan pada penilaian yang dihasilkan ?
bagaimana sebuah kebijakan ditransformasikan 3. Adakah dampak negatifnya ?
dalam bentuk pelayanan langsung kepada seberapa seriuskah ?
masyarakat. Indikator ini meliputi aspek Sumber : Badjuri & Yuwono (2002:140-141)
efektivitas dan efisiensi dari metode atau cara Mengevaluasi suatu program atau kebijakan
yang dipakai untuk melaksanakan kebijakan publik diperlukan adanya suatu kriteria untuk
publik tertentu. mengukur keberhasilan program atau kebijakan
publik tersebut. Mengenai kinerja kebijakan dalam
c. Indikator outputs (hasil) memfokuskan penilaian menghasilkan informasi terdapat kriteria evaluasi
pada hasil atau produk yang dapat dihasilkan dari
menurut William N Dunn sebagai berikut15:
sistem atau proses kebijakan publik. Indikator
Tabel I.4
hasil ini misalnya berapa orang yang berhasil
Kriteria Evaluasi Kebijakan
mengikuti program tertentu.
d. Indikator outcomes (dampak) memfokuskan diri Tipe Kriteria Pertanyaan
pada pertanyaan dampak yang diterima oleh Efektivitas Apakah hasil yang diinginkan
masyarakat luas atau pihak yang terkena telah dicapai?
kebijakan. Efisiensi Seberapa banyak usaha
Untuk memudahkan tentang pengukuran diperlukan untuk mencapai hasil
evaluasi kebijakan Badjuri & Yuwono menyajikan yang diinginkan?
tabel indikator evaluasi kebijakan sebagai berikut :14 Kecukupan Seberapa jauh pencapaian hasil
yang diinginkan memecahkan
12
masalah?
H. Muchsin dan Fadillah Putra, Op.Cit., hal. 110. Perataan Apakah biaya dan manfaat
13
Bridgman, J. & Davis G. Australian Policy didistribusikan dengan merata
Handbook, (Allen & Unwin, NSW, 2000), hal. kepada kelompok-kelompok
130. tertentu?
14
Abdulkahar Badjuri, & Teguh Yuwono, Kebijakan
Publik Konsep & Strategi, (Semarang: Undip
15
Press, 2002), hal. 141 William N Dunn., Op.Cit. hal. 610.
4
Kebijakan dan Parkir Berlangganan ISSN 2303-341X

Volume …., Nomor…, ……2017

Responsivitas Apakah hasil kebijakan kegiatan.18 Ditinjau dari segi pengertian efektivitas
memuaskan kebutuhan, usaha tersebut, maka dapat diartikan bahwa
preferensi atau nilai kelompok- efektivitas adalah sejauhmana dapat mencapai tujuan
kelompok tertentu? pada waktu yang tepat dalam pelaksanaan tugas
Ketepatan Apakah hasil (tujuan) yang pokok, kualitas produk yang dihasilkan dan
diinginkan benar-benar berguna perkembangan. Pendapat lain juga dinyatakan oleh
atau bernilai? Susanto yaitu efektivitas merupakan daya pesan
untuk mempengaruhi atau tingkat kemampuan pesan-
Kriteria-kriteria di atas merupakan tolak pesan untuk mempengaruhi.19 Berdasarkan definisi
ukur atau indikator dari evaluasi kebijakan publik. tersebut, peneliti beranggapan bahwa efektivitas bisa
Dikarenakan penelitian ini menggunakan metode tercipta jika pesan yang disampaikan dapat
kualitatif maka pembahasan dalam penelitian ini mempengaruhi khalayak yang diterpanya.
berhubungan dengan pertanyaan yang dirumuskan Sehubungan dengan hal-hal yang
oleh William N. Dunn untuk setiap kriterianya. dikemukakan di atas, maka ukuran efektivitas
Sedangkan untuk ilustrasi dilihat dari tabel di atas merupakan suatu standar akan terpenuhinya
pembahasannya lebih kepada metode kuantitatif. mengenai sasaran dan tujuan yang akan dicapai.
Untuk lebih jelasnya setiap indikator tersebut akan Selain itu, menunjukan pada tingkat sejauh mana
dijelaskan sebagai berikut. organisasi, program/kegiatan melaksanakan fungsi-
a. Efektivitas fungsinya secara optimal.
Efektivitas berasal dari kata efektif yang b. Efisiensi
mengandung pengertian dicapainya keberhasilan Efektivitas dan efisiensi sangatlah
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. berhubungan. Apabila kita berbicara tentang efisiensi
Efektivitas disebut juga hasil guna. Efektivitas selalu bilamana kita membayangkan hal penggunaan
terkait dengan hubungan antara hasil yang sumber daya (resources) kita secara optimum untuk
diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya dicapai. mencapai suatu tujuan tertentu. Maksudnya adalah
Seperti yang dikemukakan oleh Arthur G. Gedeian efisiensi akan terjadi jika penggunaan sumber daya
dkk mendefinisikan efektivitas adalah That is, the diberdayakan secara optimum sehingga suatu tujuan
greater the extent it which an organization`s goals akan tercapai. Adapun William N. Dunn berpendapat
are met or surpassed, the greater its effectiveness bahwa: “Efisiensi (efficiency) berkenaan dengan
(Semakin besar pencapaian tujuan-tujuan organisasi jumlah usaha yang diperlukan untuk menghasilkan
semakin besar efektivitas.16 tingkat efektivitas tertentu. Efisiensi yang merupakan
Berdasarkan pendapat di atas, bahwa apabila sinonim dari rasionalitas ekonomi, adalah merupakan
pencapaian tujuan-tujuan dari organisasi semakin hubungan antara efektivitas dan usaha, yang terakhir
besar, maka semakin besar pula efektivitasnya. umumnya diukur dari ongkos moneter. Efisiensi
Pengertian tersebut dapat disimpulkan adanya biasanya ditentukan melalui perhitungan biaya per
pencapaian tujuan yang besar dari organisasi, maka unit produk atau layanan. Kebijakan yang mencapai
makin besar pula hasil yang akan dicapai dari tujuan- efektivitas tertinggi dengan biaya terkecil dinamakan
tujuan tersebut. William N. Dunn menyatakan efisien”.20 Apabila sasaran yang ingin dicapai oleh
bahwa: “Efektivitas (effectiveness) berkenaan dengan suatu kebijakan publik ternyata sangat sederhana
apakah suatu alternative mencapai hasil (akibat) yang sedangkan biaya yang dikeluarkan melalui proses
diharapkan, atau mencapai tujuan dari diadakannya kebijakan terlampau besar dibandingkan dengan hasil
tindakan yang secara dekat berhubungan dengan yang dicapai. Ini berarti kegiatan kebijakan telah
rasionalitas teknis, selalu diukur dari unit produk atau melakukan pemborosan dan tidak layak untuk
layanan atau nilai moneternya”.17 dilaksanakan.
Apabila setelah pelaksanaan kegiatan c. Kecukupan
kebijakan publik ternyata dampaknya tidak mampu Kecukupan dalam kebijakan publik dapat
memecahkan permasalahan yang tengah dihadapi dikatakan tujuan yang telah dicapai sudah dirasakan
masyarakat, maka dapat dikatakan bahwa suatu mencukupi dalam berbagai hal. William N. Dunn
kegiatan kebijakan tersebut telah gagal, tetapi mengemukakan bahwa kecukupan (adequacy)
adakalanya suatu kebijakan publik hasilnya tidak berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat
langsung efektif dalam jangka pendek, akan tetapi efektivitas memuaskan kebutuhan, nilai, atau
setelah melalui proses tertentu. Menurut pendapat kesempatan yang menumbuhkan adanya masalah. 21
Mahmudi efektivitas merupakan hubungan antara Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
output dengan tujuan, semakin besar kontribusi
(sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan, 18
Mahmudi, Manajemen Kinerja Sektor Publik,
maka semakin efektif organisasi, program atau (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), hal. 92
19
Astrid Susanto, Pendapat Umum, (Bandung:Bina
16
Gedeian, A. G, Organization Theory and Design, Cipta, 1975), hal. 156
20
(University of Colorado at danver, 1991), hal. 61. William N Dunn, Op.Cit., hal. 430.
17 21
William N Dunn., Op.Cit., hal. 429 Ibid.
5
Kebijakan dan Parkir Berlangganan ISSN 2303-341X

Volume …., Nomor…, ……2017

kecukupan masih berhubungan dengan efektivitas suatu kebijakan dapat memuaskan kebutuhan,
dengan mengukur atau memprediksi seberapa jauh preferensi, atau nilai kelompok-kelompok masyarakat
alternatif yang ada dapat memuaskan kebutuhan, nilai tertentu.24 Suatu keberhasilan kebijakan dapat dilihat
atau kesempatan dalam menyelesaikan masalah yang melalui tanggapan masyarakat yang menanggapi
terjadi. Sebelum suatu produk kebijakan disahkan pelaksanaan setelah terlebih dahulu memprediksi
dan dilaksanakan harus ada analisis kesesuaian pengaruh yang akan terjadi jika suatu kebijakan akan
metoda yang akan dilaksanakan dengan sasaran yang dilaksanakan, juga tanggapan masyarakat setelah
akan dicapai, apakah caranya sudah benar atau dampak kebijakan sudah mulai dapat dirasakan
menyalahi aturan atau teknis pelaksanaannya yang dalam bentuk yang positif berupa dukungan ataupun
benar. wujud yang negatif berupa penolakan. Oleh karena
d. Perataan itu, kriteria responsivitas cerminan nyata kebutuhan,
Perataan dalam kebijakan publik dapat preferensi dan nilai dari kelompok-kelompok tertentu
dikatakan mempunyai arti dengan keadilan yang terhadap kriteria efektivitas, efisiensi, kecukupan,
diberikan dan diperoleh sasaran kebijakan publik. dan kesamaan.
William N. Dunn menyatakan bahwa kriteria f. Ketepatan
kesamaan (equity) erat berhubungan dengan Ketepatan merujuk pada nilai atau harga
rasionalitas legal dan sosial dan menunjuk pada dari tujuan program dan pada kuatnya asumsi yang
distribusi akibat dan usaha antara kelompok- melandasi tujuan-tujuan tersebut. William N. Dunn
kelompok yang berbeda dalam masyarakat. 22 menyatakan bahwa kelayakan (Appropriateness)
Kebijakan yang berorientasi pada perataan adalah adalah “Kriteria yang dipakai untuk menseleksi
kebijakan yang akibatnya atau usaha secara adil sejumlah alternatif untuk dijadikan rekomendasi
didistribusikan. Suatu program tertentu mungkin dengan menilai apakah hasil dari alternatif yang
dapat efektif, efisien, dan mencukupi apabila biaya- direkomendasikan tersebut merupakan pilihan tujuan
manfaat merata. Kunci dari perataan yaitu keadilan yang layak. Kriteria kelayakan dihubungkan dengan
atau kewajaran. rasionalitas substantif, karena kriteria ini menyangkut
Formulasi dari Rawls berupaya substansi tujuan bukan cara atau instrumen untuk
menyediakan landasan terhadap konsep keadilan, merealisasikan tujuan tersebut” 25
tetapi kelemahannya adalah pengabaian pada konflik. Artinya ketepatan dapat diisi oleh indikator
Pertanyaan menyangkut perataan, kewajaran, dan keberhasilan kebijakan lainnya (bila ada). Misalnya
keadilan bersifat politis cara-cara tersebut tidak dapat dampak lain yang tidak mampu diprediksi
menggantikan proses politik, berarti cara-cara di atas sebelumnya baik dampak tak terduga secara positif
tidak dapat dijadikan patokan untuk penilaian dalam maupun negatif atau dimungkinkan alternatif lain
kriteria perataan. Berikut menurut William N. yang dirasakan lebih baik dari suatu pelaksanaan
Dunn:“Pertanyaan menyangkut perataan, kewajaran, kebijakan sehingga kebijakan bisa lebih dapat
dan keadilan bersifat politis; dimana pilihan tersebut bergerak secara lebih dinamis.
dipengaruhi oleh proses distribusi dan legitimasi Menurut Hamdi dalam Suntoro dan Hariri
kekuasaan dalam masyarakat. Walaupun teori dari segi waktunya evaluasi kebijakan dibedakan atas
ekonomi dan filsafat moral dapat memperbaiki evaluasi kebijakan formatif dan evaluasi kebijkan
kapasitas kita untuk menilai secara kritis kriteria sumatif.26 Evaluasi kebijakan formatif adalah
kesamaan, kriteria-kriteria tersebut tidak dapat evaluasi kebijakan yang dilakukan terhadap
menggantikan proses politik”.23 kebijakan yang sedang diimplementasikan dan fokus
pada penilaian tentang seberapa efektif suatu
Pelaksanaan kebijakan haruslah bersifat adil kebijakan dilaksanakan.
dalam arti semua sektor dan dari segi lapisan
masyarakat harus sama-sama dapat menikmati hasil
kebijakan. Karena pelayanan publik merupakan Pajak dan Retribusi Daerah
pelayanan dari birokrasi untuk masyarakat dalam Pajak merupakan sumber pendapatan yang
memenuhi kegiatan masyarakat baik secara langsung sangat penting bagi Negara yang merupakan iuran
maupun tidak langsung. Pelayanan publik sendiri kepada negara yang dapat dipaksakan yang terutang
menghasilkan jasa publik. oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan
e. Responsivitas Perundang-Undangan dengan tidak mendapatkan
Responsivitas dalam kebijakan publik dapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan
diartikan sebagai respon dari suatu aktivitas. Yang yang gunanya untuk membiayai pengeluaran umum
berarti tanggapan sasaran kebijakan publik atas
penerapan suatu kebijakan. Menurut William N.
Dunn menyatakan bahwa responsivitas
(responsiveness) berkenaan dengan seberapa jauh
24
Ibid., hal. 437.
22 25
Ibid., hal. 434. Ibid. hal. 499.
23 26
Ibid. hal. 437. Ibid., hal. 85.
6
Kebijakan dan Parkir Berlangganan ISSN 2303-341X

Volume …., Nomor…, ……2017

berhubung dengan tugas negara untuk didasarkan atas perjanjian tetapi atas ketentuan
menyelenggarakan pemerintahan.27 undang-undang.
Di Indonesia dikenal berbagai jenis pajak Pajak bila dilihat dan segi hukum
yang diberlakukan yang meliputi merupakan perikatan yang timbul karena undang-
seluruh aspek kehidupan masyarakat. Agar lebih undang yang mewajibkan seseorang yang memenuhi
mengerti dan memahami mengenai pajak dan juga syarat-syarat yang telah ditentukan oleh undang-
pajak daerah, maka terlebih dahulu akan dibahas undang (tatbestand), untuk membayar sejumlah uang
mengenai definisi pajak menurut pendapat beberapa kepada negara (kas negara) yang pelaksanaannya
sarjana. Definisi atau pengertian pajak menurut dapat dipaksakan, tanpa mendapatkan suatu imbalan
Djajadiningrat adalah suatu kewajiban menyerahkan yang secara langsung dapat ditunjuk yang digunakan
sebagian daripada kekayaan kepada Negara untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara
disebabkan suatu keadaan, kejadian dan perbuatan (rutin dan pembangunan) dan yang digunakan
yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai alat/sarana untuk mencapai tujuan-tujuan
sebagai hukuman, menurut peraturan-peraturan yang negara/pemerintah di luar bidang keuangan.
ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi Tatbestand itu sendiri artinya sebagai suatu keadaan,
tidak ada jasa balik dari Negara secara langsung, perbuatan maupun peristiwa yang memberikan
untuk memelihara kesejahteraan umum. 28 kedudukan hukum tertentu pada seseorang berkaitan
Definisi atau pengertian pajak menurut dengan hak dan kewajiban sehingga dapat
Rochmat Soemitro adalah “Iuran rakyat kepada kas menimbulkan hutang pajak.
negara berdasarkan undang-undang (yang dapat Pajak daerah adalah pajak yang ditetapkan
dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal serta dipungut oleh pemerintah daerah (daerah
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan otonom) provinsi dan kabupaten/kota berdasarkan
yang digunakan untuk membayar pengeluaran atas kewenangan yang dimiliki. Menurut Rochmat
umum.29 Soemitro, pajak daerah adalah sebagai berikut :
Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan “Pajak lokal atau pajak daerah adalah pajak yang
bahwa pajak memiliki unsur-unsur: dipungut oleh daerah-daerah swatantra, seperti
1. Iuran dari rakyat kepada negara, yang berhak provinsi, kotapraja, kabupaten dan sebagainya”. 31
memungut pajak hanyalah negara, iuran tersebut Siagian merumuskan pengertian pajak daerah adalah
berupa uang (bukan barang). sebagai berikut “Pajak daerah adalah pajak negara
2. Berdasarkan undang-undang, pajak dipungut yang diserahkan kepada daerah dan dinyatakan
berdasarkan atau dengan kekuatan undang- sebagai pajak daerah dengan undang-undang”.32
undang serta aturan pelaksanaannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
3. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari pajak daerah adalah pajak negara yang diserahkan
negara yang secara langsung dapat ditunjuk, kepada daerah otonom untuk dipungut berdasarkan
dalam pembayaran pajak tidak dapat peraturan perundang-undangan yang dipergunakan
ditunjukkan adanya kontraprestasi individual guna membiayai pengeluaranpengeluaran daerah,
oleh pemerintah. baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran
4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga pembangunan. Pajak Daerah adalah pajak yang
negara, yakni pengeluaran-pengeluaran yang pengelolaannya ditangani oleh Pemerintah Daerah,
bermanfaat bagi masyarakat luas.30 dalam hal ini Kepala Daerah, Gubernur, Walikota,
Dari beberapa pengertian pajak tersebut di Bupati.
atas lebih banyak bercorak ekonomis, yaitu adanya Retribusi adalah pembayaran wajib dari
peralihan kekayaan dan biaya/pengeluaran negara penduduk kepada negara karena adanya jasa tertentu
untuk penyelenggaraan kepentingan umum yang diberikan oleh negara bagi penduduknya secara
(masyarakat). Pajak sebenarnya adalah hutang, yaitu perorangan. Jasa tersebut dapat dikatakan bersifat
hutang anggota masyarakat kepada masyarakat. langsung, yaitu hanya yang membayar retribusi yang
Hutang menurut pengertian hukum adalah perikatan menikmati balas jasa dari negara.33 Sesuai dengan
(verbintenis) yang didahului dengan adanya ketentuan perundang-undangan di Indonesia saat ini
perjanjian, namun perikatan dalam hukum pajak tidak penarikan retribusi hanya dapat dipungut oleh
pemerintah daerah. Jadi retribusi yang dipungut
27
R. Santoso Brotodihardjo, 1995, Pengantar Ilmu adalah retribusi daerah.
Hukum Pajak, (Bandung, PT. Eresco), hal. 2
28
Djoko Muljono, Hukum Pajak – Konsep, Aplikasi
31
Dan Penuntun Praktis,(Yogyakartya, CV. Andi Josef Riwu Kaho, 2002, Prospek Otonomi Daerah
Offset, 2010), hal. 1 di Negara Republik Indonesia (Identifikasi
29
Y. Sri Pudyatmoko, Pengantar Hukum Pajak, beberapa faktor yang mempengaruhi
(Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2008), hal. 1 penyelenggaraannya), (Jakarta, PT. Raja
30
Mardiasmo MBA, Perpajakan edisi Revisi 2008, Grafindo Persada, Cet. VI, hal. 5.
32
(Yogyakarta, Penerbit Andi Yogyakarta, 2008), ibid.
33
hal. 22 Djoko Muljono, op.cit., hal. 10.
7
Kebijakan dan Parkir Berlangganan ISSN 2303-341X

Volume …., Nomor…, ……2017

Retribusi diarahkan pada pelayanan Pengertian Parkir


pemerintah yang bersifat final (final good), bukan Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu
pada pelayanan yang sifatnya intermediary service. kendaraan yang bersifat sementara karena
Secara normatif, retribusi adalah pungutan daerah ditinggalkan oleh pengemudinya. Secara hukum
sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin dilarang untuk parkir di tengah jalan raya.
tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan Pembangunan sejumlah gedung atau tempat-tempat
oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang umum lainnya sering tidak menyediakan ruang parkir
pribadi atau badan.34 sehingga berakibat penggunaan badan jalan untuk
parkir kendaraan.35
Retribusi Parkir Berlangganan Parkir sendiri memiliki pengertian yaitu
Retribusi parkir berlangganan merupakan suatu keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang
pembayaran retribusi parkir yang harus dibayar di bersifat sementara pada tempat parkir. Tempat parkir
muka oleh setiap pemilik kendaan bermotor untuk adalah suatu tempat parkir tertentu yang ditetapkan
jangka waktu 1 (satu) tahun dan bersamaan dengan oleh peraturan bupati sebagai tempat parkir
pembayaran pajak kendaraan bermotor yang terdiri kendaraan bermotor. Hingga saat ini tempat parkir di
dari retribusi parkir di tepi jalan umum, di tempat kabupaten Sidoarjo telah berjumlah sebanyak 236
khusus parkir, dan insidentil. titik parkir dan diperkirakan akan bertambah.

Dasar Hukum Pelaksanaan Parkir


Fungsi Retribusi
Pelaskanaan parkir berlangganan di
Fungsi Budgeter (fungsi pengisi kas negara) Kabupaten Sidoarjo didasarkan pada Peraturan
pajak berfungsi sebagai pengisi kas negara adalah Daerah Kabupaten Siodoarjo Nomor 1 Tahun 2006
fungsi yang letaknya di sektor publik dan pajak, tentang Retribusi Parkir.
disini merupakan salah satu alat atau sumber untuk 1. Pemungutan Parkir
memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke dalam kas Parkir berlangganan dipungut pada saat
negara dan pada waktunya akan digunakan untuk bersamaan dengan pembayaran pajak kendaraan
membiayai pengeluaran rutin. bermotor.
2. Tujuan Parkir Berlangganan
Jenis Retribusi Daerah Kebijakan parkir belagganan merupakan
Retribusi daerah menurut UU No 18 Tahun salah satu upaya dari pemerintah daerah Kabupaten
1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah Sidoajo untuk melakukan penertiban parkir liar dna
sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No 34 upaya peningkatan pendapatan asli daerah
Tahun 2000 dan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Kabupaten Sidoarjo.
Tahun 2001 tentang retribusi daerah dapat 3. Kendala yang Dihadapi
dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu: Kendala yang dihadapi parkir berlangganan
a. Retribusi Jasa Umum, adalah retribusi atas jasa adalah adanya broker dan juru parkir yang masih
yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah melakukan penarikan biaya parkir kepada pelanggan
daerah untuk tujuan kepentingan dan parkir.
kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh 4. Fasilitas Parkir Berlangganan
orang pribadi atau badan. Pada Kabupaten Sidoarjo, lokasi parkir
b. Retribusi Jasa Usaha, adalah retribusi atas jasa berlangganan terletak di lahan-lahan parkir di jalan
yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan umum serta tempat parkir khusus seperti pasar milik
menganut prinsip komersial karena pada pemkab Sidoarjo, RSUD, alun-alun, puskesmas, gor,
dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor terminal, kantor PDAM. Sedangkan yang bukan
swasta. termasuk lahan parkir berlangganan adalah lahan
c. Retribusi Perizinan Tertentu, adalah retribusi parkir yang dimiliki perorangan atau suatu Badan
atas kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam Usaha Swasta sehingga dikenakan obyek pajak parkir
rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau seperti Sun city, Sidoarjo Mall, dan sebagainya.
badan yang dimaksudkan untuk pembinaan,
pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas Tingkat Kepuasan Masyarakat
kegiatan pemanfaatan ruang. penggunaan 1. Pengertian Kepuasan Masyarakat
sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, Kepuasan masyarakat terhadap kinerja
atau fasilitas tertentu guna melindungi pelayanan pemerintah perlu untuk terus diukur dan
kepentingan umum dan menjaga kelestarian dibandingkan. Salah satu cara yang dapat dilakukan
lingkungan untuk mengukur kepuasan masyarakat terhadap
pelayanan pemerintah adalah dengan menggunakan
Indeks Kepuasan Masyarakat. Peraturan Menteri

35
Suwardjoko Warpani. 1990. Merencanakan Sistem
34
Marihot P. Siahaan, op.cit.,hal. 5. Perangkutan. Bandung : Penerbit ITB), hal. 80
8
Kebijakan dan Parkir Berlangganan ISSN 2303-341X

Volume …., Nomor…, ……2017

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi pelayanan ini merupakan hasil dari setiap spesifikasi
Birokrasi (PERMENPANRB) Nomor 16 Tahun 2014 jenis pelayanan.
Tentang Pedoman Survey Kepuasan Masyarakat 6. Kompetensi Pelaksana
penyelenggaraan Pelayanan Publik menyebutkan Kompetensi Pelaksana adalah kemampuan
Survei Kepuasan Masyarakat adalah pengukuran yang harus dimiliki oleh pelaksana meliputi
secara komprehensif kegiatan tentang tingkat pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan
kepuasan masyarakat yang diperoleh dari hasil pengalaman.
pengukuran atas pendapat masyarakat dalam 7. Perilaku Pelaksana
memperoleh pelayanan dari penyelenggara pelayanan Perilaku Pelaksana adalah sikap petugas
publik. Lebih lanjut dalam Peraturan Menteri dalam memberikan pelayanan.
Pendayagunaan Aparatur Negara an Reformasi 8. Maklumat Pelayanan
Birokrasi (KEPMENPANRB) Nomor 16 Tahun 2014 Maklumat Pelayanan adalah merupakan
menyebutkan, “Survei Kepuasan Masyarakat yang pernyataan kesanggupan dan kewajiban
dilakukan terhadap setiap jenis penyelenggaraan penyelenggara untuk melaksanakan pelayanan sesuai
pelayanan publik menggunakan indikator dan dengan standar pelayanan.
metodologi survei sesuai kebutuhan”. 9. Penanganan Pengaduan, Saran dan Masukan
2. Mengukur Kepuasan Masyarakat Penanganan pengaduan, saran dan masukan,
Kepuasan masyarakat terhadap organisasi adalah tata cara pelaksanaan penanganan pengaduan
publik sangat penting karena adanya hubungan dan tindak lanjut.
kepercayaan masyarakat. Menurut Harbani Pasolong
Semakin baik kepemerintahan dan kualitas pelayanan Metode Penelitian
yang diberikan, maka semakin tinggi kepercayaan
Penelitian ini menggunakan tipe peneliitan
masyarakat (high trust).36 Kepercayaan masyarakat
kualitatif yang bersifat deskriptif, dengan tujuan
akan semakin tinggi apabila masyarakat mendapatkan
untuk menjelaskan, menggambarkan atau
pelayanan yang baik dan merasa terpuaskan akan
mendeskripsikan tentang suatu keadaan secara
pelayanan tersebut.
objektif mengenai evaluasi kebijakan parkir
Berdasarkan prinsip pelayanan sebagaimana
berlangganan di Kabupaten Sidoarjo. Dalam tipe
telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri
penelitian ini memiliki dua ciri utama yaitu fokus
Pendayagunaan Aparatur Negara an Reformasi
pada masalah yang bersifat aktual dan
Birokrasi (PERMENPANRB) Nomor 16 Tahun 2014
menggambarkan fakta-fakta sesuai dengan kondisi/
tentang Pedoman Survei Kepuasan Masyarakat
masalah yang ada di lapangan secara objektif. Lokasi
terhadap Penyelenggaraan Pelayanan Publik, yang
penelitian dilakukan di Kantor Dinas Perhubungan
kemudian dikembangkan menjadi 9 ruang lingkup
Kabupaten Sidoarjo yang berlokasi di jalan Raya
lingkup Survei Kepuasan Masyarakat:
Candi Nomor 107 Candi Sidoarjo dan lingkungan
1. Persyaratan
kantor bersama SAMSAT Sidoarjo. Pemilihan
Persyaratan adalah syarat yang harus
informan sebagai sumber data dalam penelitian ini
dipenuhi dalam pengurusan suatu jenis pelayanan,
adalah berdasarkan pada asas subyek yang menguasai
baik persyaratan teknis maupun administratif.
permasalahan, memiliki data dan bersedia
2. Prosedur
memberikan imformasi lengkap dan akurat. Teknik
Prosedur adalah tata cara pelayanan yang
pengumpulan data menggunakan data primer dan
dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan,
data sekunder. Data primer diperoleh melalui
termasuk pengaduan.
wawancara dan observasi. Sedangkan data sekunder
3. Waktu pelayanan
diperoleh melalui studi kepustakaan atau dokumen
Waktu pelayanan adalah jangka waktu yang
lainnya yang mendukung seperti data jumlah
diperlukan untuk menyelesaikan seluruh proses
pelanggan parkir, serta data penerimaan retribusi
pelayanan dari setiap jenis pelayanan.
parkir berlangganan. Teknik analisis data
4. Biaya/Tarif
menggunakan teknik analisis data kualitatif sebagai
Biaya/Tarif adalah ongkos yang dikenakan
suatu proses penerapan langkah-langkah dari yang
kepada penerima layanan dalam mengurus dan/atau
spesifik hingga yang umum dengan berbagai level
memperoleh pelayanan dari penyelenggara yang
analisis yang berbeda. Proses analisis data dimulai
besarnya ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara
dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari
penyelenggara dan masyarakat.
berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan
5. Produk Spesifikasi Jenis Pelayanan
yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan,
Produk spesifikasi jenis pelayanan adalah
dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan
hasil pelayanan yang diberikan dan diterima sesuai
sebagainya.
dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Produk

36
Harbani Pasolong, Teori Administrasi Publik,
(Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 221-222.
9
Kebijakan dan Parkir Berlangganan ISSN 2303-341X

Volume …., Nomor…, ……2017

2. Kepuasan masyarakat terhadap kebijakan parkir


Pembahasan berlangganan.
1. Evaluasi Kebijakan Parkir Berlangganan Kepuasan masyarakat terhadap kebijakan
Evaluasi kebijakan dalam penelitian ini meliputi parkir berlangganan merupakan kepuasan yang
input, proses, efektifitas, efisiensi, kecukupan, dirasakan oleh pemilik kendaraan bermotor selaku
perataan, responsivitas, ketepatan. Input dengan pelanggan parkir berlangganan. Berdasarkan
cara melakukan pengamatan sumber daya wawancaa di atas dari 9 indikator terdapat beberapa
pendukung dan bahan-bahan dasar yang indicator yang menurut masyarakat merasa puas
diperlukan untuk melaksanakan kebijakan, diantaranya pada persyaratan pelayanan dan
sumber daya manusia, uang atau infrastruktur prosedur pelayanan karena persyaratan dan prosedur
pendukung lain yang diperlukan. Proses dengan pelayanan parkir sudah secara otomatis masyarakat
cara mengamati kebijakan ditransformasikan pemilik kendaraan bermotor menjadi anggota parkir
dalam bentuk pelayanan kepada masyarakat, berlangganan dengan membayar biyaparkir
efektivitas dengan mengukur ketercapaian hasil berlangganan bersamaan dengan mereka membayar
yang diinginkan, efisiensi dengan mengukur pajak kendaraan bermotor di SAMSAT. Pada
seberapa banyak usaha yang diperlukan untuk indicator ketiga waktu pelayanan masyarakat
mencapai hasil tersebut, kecukupan dengan menilai sesuai dikarenakan pada jam 07.00-17.30
mengukur sejauh mana pencapaian hasil yang masih ada pelayanan parkir.
diinginkan memecahkan masalah, perataan Sedangkan ketidakpuasan yang
dengan mengukur apakah biaya dan manfaat dirasakan masyarakat pada indikator waktu
didistribusikan dengan secara merata, biaya/tariff pelayanan dikarenakan masyarakat
responsivitas dengan mengukur apakah hasil meskipun sudah membayar melalui SAMSAT
kebijakan memuaskan kebutuhan, preferensi atau masyarakat pengguna parkir ditarik kembali oleh
nilai kelompok-kelompok tertentu, ketepatan juru parkir, indicator kelima berkaitan dengan jenis
dengan menilai apakah tujuan yang diinginkan pelayanan kurang memuaskan masyarakat dengan
benar-benar berguna atau bernilai. alasan ada beberapa juru parkir yang tidak berada
a. Input berupa Sumber daya pendukung ditempat pada saat jam pelayanan parkir dan tidak
semuanya mencukupi baik itu ditingkat terlayani dengan baik, pada indikator keenam
dinas perhubungan selaku penanggung kompetensi pelaksana juru parkir memberikan
jawabpelaksanaan kebijakan peraturan kepuasan kepada masyarakat mengingat bahwa juru
daerah maupun dari UPT Parkir selaku parkir sudah dibekali dengan kompetensi bidang
pengelola kebijakan parkir berlangganan di perparkiran, pada indicator ketujuh perilaku
lapangan. pelaksana tidak memuaskan masyarakat disebebkan
b. Input berupa sumber daya manusia yang ada beberapa juru parkir dengan perilaku yang
terdapat pada UPT Parkir cukup memadai kurang sopan kepada pelanggan, indicator maklumat
terbukti keterlibatan langsung dari kepala pelayanan kurang memuaskan pelanggan disebabkan
Dinas sebagai penanggung jawab, tingkat juru parkir ada yang tidak selalu stanbay di lokasi.
pendidikan Kepala Dinas magister maka Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa
sangat mudah untuk melaksanakan tugas- indikator dari sejumlah indikator indeks kepuasan
tugas di lapangan terkait pelaksanaan masyarakat mayoritas semuanya kurang terpenuhi
kebijakan parkir berlangganan. Hal ini dikarenakan ada beberapa kesenjangan yang terjadi
memperkuat bahwa sumber daya manusia di masyarakat sehingga dapat disimpulkan
yang mendukung terlaksananya kebijakan masyarakat pengguna parkir berlangganan kurang
Peraturan daerah Parkir Berlangganan puas dengan kebijakan parkir berlangganan di
tergolong baik. Sidoarjo.
c. Proses Kebijakan ditransformasikan dalam
bentuk pelayanan kepada masyarakat.
Berdasarkan peraturan daerah kabupaten Kesimpulan
Sidoarjo nomor 2 Tahun 2012 tentang Kebijakan retribusi parkir berlangganan di
Penyelenggaraan Parkir tentang parkir Kabupaten Sidoarjo bertujuan untuk meningkatkan
disebutkan bahwa tujuan parkir pendapatan asli daerah dan meningkatkan ketertiban
berlangganan adalah ketertiban pelaksanaan dan kenyamanan parkir. Sejak diberlakukannya
parkir dan peningkatan pendapatan asli kebijakan parkir berlangganan tahun 2006 telah
daerah untuk pembiayaan pembangunan mampu memberikan kontribusi terhadap peningkatan
daearah. Dalam hal tujuan kebijakan parkir pendapatan asli daerah Kabupetan Sidoarjo. Pada
berlanggan sdah sesuai dengan kenyataan kenyataan di lapangan kebijakan parkir berlangganan
karena pakir berlangganan berdampak pada banyak menuai kiritikan dan berbagai elemen
ketertiban dan kenyamanan pengguna parkir masyarakat baik dari kalangan anggota dewan
serta mampu meningkatan pendapatan asli maupun masyarakat bawah. Kritik yang disampaikan
daerah (PAD ) Sidoarjo. berbagai unsur masyarkaat disampaikan melalui
10
Kebijakan dan Parkir Berlangganan ISSN 2303-341X

Volume …., Nomor…, ……2017

media cetak maupun elektronik bahkan melalui sebagaimana telah ditetapkandalam Peraturan
forum pengaduan Kabupaten Sidaorjo. Kritik yang Menteri PAN Nomor 16 Tahun 2014 tentang
disampaikan masyarakat pada umumnya menolak Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik,
adanya kebijakan parkir berlangganan yang dinilai yang kemudian dikembangkan menjadi 9 unsur yang
tidak pro rakyat dan dinilai tidak efisien dikarenakan relevan, valid dan reliabel, sebagai unsur minimal
masih ada tarikan retribusi dari juru parkir meskipun yang harus ada untuk dasar pengukuran Indeks
sudah berlangganan. Kepuasan Masyarakat yaitu persyaratan pelayanan,
Evaluasi kebijakan dalam penelitian ini prosedur pelayanan, waktu pelayanan, biaya/tarif
meliputi input, proses, efektifitas, efisiensi, pelayanan, produk spesifikasi jenis pelayanan,
kecukupan, perataan, responsivitas, ketepatan. Input kompetensi pelaksana, perilaku pelaksana, maklumat
dengan cara melakukan pengamatan sumber daya pelayanan, penanganan pengaduan, saran dan
pendukung dan bahan-bahan dasar yang diperlukan masukan. Berdasakan hasil penelitian secara umum
untuk melaksanakan kebijakan, sumber daya masyarakat Sidoarjo tidak puas akan diberlakukannya
manusia, uang atau infrastruktur pendukung lain yang kebijakan parkir berlangganan sehingga kebijakan
diperlukan. Proses dengan cara mengamati kebijakan parkir berlangganan memberatkan masyarakat.
ditransformasikan dalam bentuk pelayanan kepada
masyarakat, efektivitas dengan mengukur Saran
ketercapaian hasil yang diinginkan, efisiensi dengan Merujuk pada hasil penelitian yaitu belum
mengukur seberapa banyak usaha yang diperlukan terpenuhinya kepuasan masyarakat terhadap
untuk mencapai hasil tersebut, kecukupan dengan pelaksanaan peraturan daerah Nomor 2 Tahun 2012
mengukur sejauh mana pencapaian hasil yang tentang retribusi parkir maka:
diinginkan memecahkan masalah, perataan dengan 1. Bagi UPT Parkir selaku pelaksana peraturan
mengukur apakah biaya dan manfaat didistribusikan daerah nomor 2 tahun 2012 tentang parkir
dengan secara merata, responsivitas dengan berlangganan lebih memperhatikan dan
mengukur apakah hasil kebijakan memuaskan meningkatkan kesejahteraan juru parkir
kebutuhan, preferensi atau nilai kelompok-kelompok dikarenakan masih masih memungut biaya
tertentu, ketepatan dengan menilai apakah tujuan parkir kepada pelanggan parkir
yang diinginkan benar-benar berguna atau bernilai. 2. Lokasi dan area parkir berlangganan hendaknya
Input berupa Sumber daya pendukung makin diperjelas sehingga masyarakat tidak
semuanya mencukupi baik itu ditingkat dinas bingung dalam membedakan area parkir umum
perhubungan selaku penanggung jawabpelaksanaan dan parkir berlangganan
kebijakan peraturan daerahmaupun dari UPT Parkir 3. Kepada juru parkir di wilayah Kabupaten
selaku pengelola kebijakan parkir berlangganan di Sidoarjo hendaknya mampu memberikan
lapangan, Input berupa sumber daya manusia yang pelayanan perparkiran yang lebih baik kepada
terdapat pada UPT Parkir cukup memadai terbukti pelanggan parkir.
keterlibatan langsung dari kepala Dinas sebagai 4. Bagi Pemerintah Kabupaten Sidoarjo perlu
penanggung jawab, tingkat pendidikan Kepala Dinas mengadakan evaluasi dan perbaikan kebijakan
magister maka sangat mudah untuk melaksanakan parkir berlangganan khususnya sanksi yang
tugas-tugas di lapangan terkait pelaksanaan kebijakan diterapkan bagi juru parkir nakal yang masih
parkir berlangganan. Hal ini memperkuat bahwa memungut retribusi dari pelanggan
sumber daya manusia yang mendukung terlaksananya
kebijakan Peraturan daerah Parkir Berlangganan Daftar Pustaka
tergolong baik, Proses Kebijakan ditransformasikan Agustino, L. (2006). Dasar-dasar Kebijakan Publik.
dalam bentuk pelayanan kepada masyarakat. Bandung: Alfabeta.
Berdasarkan peraturan daerah kabupaten Sidoarjo Ahmad Yani, HUbungan Keuangan Antara
nomor 1 tahun 2006 tentang parkir disebutkan bahwa Pemerintah Pusat dan Daerah,
tujuan parkir berlangganan adalah ketertiban (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
pelaksanaan parkir dan peningkatan pendapatan asli 2004), hal. 45
daerah untuk pembiayaan pembangunan daearah. Samudra, Azhari Aziz. 1995. Perpajakan di
Dalam hal tujuan kebijakan parkir berlanggan sudah Indonesia; Keuangan, Pajak dan
sesuai dengan kenyataan karena pakir berlangganan Retribusi Daerah, Jakarta: PT.
berdampak pada ketertiban dan kenyamanan Gramedia Pustaka Utama
pengguna parkir serta mampu meningkatan Halim, Abdul. (2004). Akuntansi Keuangan Daerah,
pendapatan asli daerah (PAD ) Sidoarjo. Jakarta: Salemba Empat
Kepuasan Masyarakat Sidoarjo terhadap Badjuri, A. & Yuwono, toT. (2002). Kebijakan
kebijakan Parkir berlangganan tergambar melalui Publik Konsep & Strategi. Semarang:
indikator indeks kepuasan masyarakat yaitu Tingkat Undip Press.
kepuasan masyarakat terhadap kebijakan parkir Brotodihardjo,R. Santoso, (1995), Pengantar Ilmu
berlangganan dalam penelitian ini didasarkan pada Hukum Pajak, Bandung, PT. Eresco
teori undeks kepuasan masyarakat (IKM) pelayanan
11
Kebijakan dan Parkir Berlangganan ISSN 2303-341X

Volume …., Nomor…, ……2017

Danim, S. (2004). Motivasi Kepemimpinan dan Muchsin, H & Putra, F. (2002). Hukum dan
Efektifitas Kelompok. Jakarta: Rineka Kebijakan Publik. Averroes Malang.
Cipta Pudyatmoko, Y. Sri. (2008), Pengantar Hukum
Danim, S. (2000). Pengantar studi Penelitian Pajak. Yogyakarta: CV. Andi Offset
Kebijakan. Jakarta: BumiAksara Nugroho, R. (2004). Kebijakan Publik: Formulasi,
Dunn. W. N. (1993). Analisis Kebijakan Publik. Implementasi dan Evaluasi. Jakarta:
Yogyakarta: Gadjah Mada Uiversity Elex Media Komputindo.
Press. Ndraha, T. (1989). Konsep Administrasi dan
Dunn. W. N. (2003). Analisis Kebijakan Publik. Administrasi di Indonesia. Jakarta:
Yogyakarta: Gadjah Mada Uiversity Bumi Aksara.
Press. Steers, M. R. (1985). Efektifitas Organisasi. Jakarta:
Gedeian, A. G. (1991). Organization Theory and Erlangga
Design. University of Colorado at Syafei, I. K. (1992). Pengantar Ilmu Pemerintahan.
danver Bandung: Refika Aditama
Kaho, Josef Riwu. (2002). Prospek Otonomi Daerah Sirait. A. (1991). Manajemen. Jakarta: PT Gelora
di Negara Republik Indonesia Aksara
(Identifikasi beberapa faktor yang Subarsono, A. G (2005). Analisis Kebijakan Publik
mempengaruhi Konsep, Teori dan Aplikasi. Pustaka
penyelenggaraannya), Jakarta: PT. Pelajar. Yogyakarta
Raja Grafindo Persada, Tangkilisan. H.N.S. (2003). Kebijakan. Jakarta:
Prakosa, Kesit Bambang. (2005). Pajak dan Retribusi Media Persada
Daerah, Yogyakarta: UII Press. Todaro, Michael P. (1997). Ekonomi Pembangunan
Kountur, R. (2009). Metode Penelitian Untuk di Dunia Ketiga. Erlangga, Jakarta.
Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta: Sugiyono. (2013). Metodologi Penelitian Kuantitatif
Penerbit PPM. Kualitatif dan R&D. Bandung:
Mahmudi, (2005). Manajemen Kinerja Sektor Publik. Alfabeta.
Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Suntoro, I & Hariri, H. (2015). Kebijakan Publik.
Budiarjo, M. (2000). Dasar-dasar Ilmu Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Widodo. (2001). Implementasi Kebijakan. Bandung:
Indonesia. CV Pustaka Pelajar.
Mardiasmo. (2008). Perpajakan edisi Revisi 2008. Winarno, Kebijakan Publik (Teori, Proses Dan Studi
Yogyakarta: Penerbit Andi Kasus). (Yogyakarta: CAPS
Yogyakarta Yamit, Z. (2013). Manajemen Kualitas Produk &
Muljono, Djoko. (2010). Hukum Pajak – Konsep, Jasa. Yogyakarta: Ekonisia.
Aplikasi Dan Penuntun Praktis. Warpani, Suwardjoko. 1990. Merencanakan Sistem
Yogyakartya: CV. Andi Offset Perangkutan. Bandung : Penerbit
Moleong, L. J. (2008). Metodologi Penelitian ITB.
Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosda karya.

12

Вам также может понравиться