Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB I
PENDAHULUAN
merupaka turunan dari Undang Undang nomor 23 tahun 2014. Pasal 43 dalam
Daerah sebagai unit organisasi Fungsional yang bekerja secara profesional. Secara
bahasa tidak ada yang berbeda secara signifikan karna Rumah Sakit Daerah
merupakan unit layanan, hanya secara struktural berubah karna tidak lagi
dilaksanakan oleh pejabat struktural tugas dan fungsi organisasi di Rumah Sakit
undang tersebut disampaikan bahwa perangkat daerah hanya terdiri dari Sekretaris
Daerah, Sekretaris DPRD, Inspektorat, dinas, badan dan kecamatan dalam undang
undang tersebut Rumah Sakit Daerah yang awalnya disebut sebagai lembaga
tahun 2016 . Dalam Peraturan tersebut disebut bahwa Rumah Sakit Daerah berada
1
2
Rumah sakit daerah sebagai unit organisasi fungsional yang bekerja secara
ada lagi pejabat struktural yang di tempatkan di Rumah Sakit Daerah. Dalam
setempat dan dipimpin oleh seorang dokter yang ditetapkan oleh kepala dinas
kesehatan. Tugan memimpin Rumah Sakit Daerah bagi seorang dokter hanya
dunia kesehatan hingga tahun 2011 berkisar pada permasalahan bahwa seorang
direktur Rumah Sakit menurut Komisi IX tidak lah harus seorang dokter siapapun
bisa yang penting dia memiliki kecakapan dalam pengelolaan Rumah Sakit atau
seorang yang memiliki latar belakang manajemen Rumah Sakit. Isu tersebut
sempat menjadi perdebatan yang panjang dan mendapat protes keras terutama dari
profesi dokter. Rumah Sakit sebagai lembaga yang cukup dinamis dalam
sebuah rumah sakit yang tidak melulu bicara soal dokter dan perawat saja.
aturan tersendiri yang hanya dapat dilakukan oleh Rumah sakit melalui peraturan
peraturan tentang pengadaan barang dan jasa yang termuat dalam Peraturan
Rumah sakit adalah organisasi yang unik dan sangat spesifik sebagai
sebuah instansi. Tidak hanya profesi dokter yang ada dan bekerja di rumah sakit,
ada banyak profesi lainnya yang bekerja di rumah sakit seperti farmasi, analis
perawat dan lain lain. Tidak mudah bagi seorang Direktur untuk melakukan
pekerjaan rumah yang masih terus harus dilakukan hingga saat ini antara lain
pelayanan serta membuat rumah sakit sebagai tempat yang nyaman dan cocok
era global dan terbitnya Undang Undang keterbukaan publik Rumah Sakit di
tuntun tidak hanya melakukan pelayanan prima akan tetapi menjadi sebuah
lembaga yang terbuka dan mampu bersaing dengan pengobatan alternatif lainnya.
Dibutuhkan pengelolaan yang jelas agar Rumah Sakit mampu bersaing di era
global. Saat ini begitu banyak undang undang dan peraturan presiden yang baru
Kemajuan perkembangan rumah sakit saat ini mengalami perubahan besar dimana
rumah sakit sedang berada dalam suasana global dan kompetitif. Rumah sakit
yang dapat dipertanggung jawabkan dan dilaksanakan oleh orang orang yang
4
terlatih dan serta memiliki kemampuan yang dapat dipertanggung jawabkan dalam
pelayanan merupakan hal utama yang harus dilakukan oleh seluruh jajaran
Usaha kepuasan suatu kinerja dan kepuasan pasien pada pelayanan Rumah
Sakit memerlukan hubungan yang terjalin diantara unit organisasi yang terkait
tahun 2016 menyebutkan bahwa direktur rumah sakit adalah seorang dokter
kekuasaan tersebut. (Bass and Stogdill 1990) menyatakan bahwa kualitas dari
keefektifan organisasi.
5
dianggap sebagai angin segar bagi tumbuhnya demokrasi di negeri ini. Lahirnya
partai partai baru dan perubahan sistem pemilu membawa dinamika baru
perpolitikan nasional. Menarik untuk dicatat, bahwa sejak tahun 2005 setahun
bupati. Undang undang nomor 32 tahun 2004 yang mengatur tentang pelaksanaan
pemilu kada secara langsung sebagai bentuk dari desentralisasi atau manifestasi
otonomi daerah yang membedakan dua rezim yaitu orde baru dan era reformasi.
amandemen Undang Undang Dasar 1945 dengan tujuan untuk lebih mematangkan
ini direspon oleh pemerintah pusat dengan memberikan dana dekonsentrasi yang
perlu mengingat luasnya wilayah Indonesia. Sejarah telah mencatat bahwa pada
Tahun 1999 dinyatakan sebagai periode big bang dunia kesehatan, dimana
begitu banyak kebijakan sektor kesehatan yang tidak diikuti oleh teknis yang baik
petunjuk pelaksanaannya.
7
dimana pemda merasa tidak memiliki sektor kesehatan. Hal ini tercermin dari
pengadaan anggaran dalam sektor kesehatan yang dapat dilihat dari hasil
pengamatan anggaran yang digunakan selama ini. Sektor kesehatan terlalu kental
tekanan politik.
Ada beberapa hal penting dalam konsep good governance United Nations
good governance peran pemerintah dalam sector Kesehatan ada tiga yaitu :
sebagai regulator, pemberi dana dan pelaksana kegiatan (Walshe and Rundall
2001)
Pemerintah Pusat yaitu bersumber dari APBN yang dibagi menjadi Dana
Dekonsentrasi dan Dana Alokasi Khusus, Dana Dekonsentrasi yaitu dana yang
Dana Alokasi Khusus adalah dana APBN yang membiayai sektor Kesehatan di
8
Umum (DAU).
oleh daerah di buat Standar Pelayanan Minimal daerah sesuai kebutuhan dan
Pelayanan Kesehatan Pemerintah berupa rumah sakit pusat maupun daerah, dan
Pemerintah tapi dilaksanakan juga oleh swasta untuk itu Pemerintah sebagai
pengguna
Kesehatan
8. Desentralisasi Pelayanan
dimulai dengan adanya Undang undang otonomi daerah. Pusat membagi perannya
pemerintah daerah. Pada tahun 2001 hingga 2004 penggunaan fasilitas rumah
sakit oleh masyarakat meningkat. Terlihat dari peningkatan angka hunian rumah
sakit yang mencapai 100 persen. Banyak masyarakat yang semakin sadar untuk
banyak pengelola Rumah Sakit dalam hal ini direktur yang harus mengalami
10
besar yang sangat mengganggu pelayanan kepada masyarakat. Selain itu juga
adanya data pasien peserta jaminan kesehatan yang tidak sama antara yang
dimiliki oleh pemerintah pusat, pemerintah Daerah maupun Rumah sakit yang
undang 32 tahun 2004 dirasa belum maksimal. Pemerintah merasa bahwa urusan
kesehatan tetap menjadi kewenangan pusat karena selama ini pusat lah yang
buruk menjadi salah satu penyebab dari ketidak sesuaian antara pemerintah daerah
dan pemerintah pusat. Dinas Kesehatan merasa tidak punya peran dalam mengatur
dokter spesialis.
Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan diwarnai oleh faham budaya
public Health sementara Rumah Sakit diwarnai oleh Budaya Medik. Ini pun
tercermin dari dua ditjen yang berbeda di Kementrian Kesehatan Rumah Sakit
kesehatan perorangan.
budaya. Dokter dan profesinya semakin memiliki kultur materialisme terlihat dari
berbagai kegiatan ilmiah dan kongres profesi ideologi pasar liberal. Belum adanya
aturan standar pendapatan yang diterima oleh dokter manjadi sebuah masalah
manakala akan dilakukan audit terhadap dokter yang melakukan pelayanan. Dan
Asuransi kesehatan pun tidak memberikan rambu rambu yang jelas mengenai obat
yang dapat digunakan dalam melakukan pelayanan. Tidak pernah ada cerita
negosiasi yang dilakukan asuransi kesehatan terhadap kelompok dokter dalam hal
pelayanan masyarakat, sehingga setiap dokter memiliki wewenang dan tata cara
tersendiri dalam melakukan pelayanan. Seorang kepala Rumah Sakit tidak dapat
Pimpinan Rumah sakit kesulitan mencari bentuk dan budaya rumah sakit
arah birokrasi yang rumit yang tentu saja berpengaruh kepada setiap anggota
sehingga bentuk dan budaya rumah sakit dalam melakukan pelayanan. Budaya
organisasi yang ada cenderung mengacu ke arah birokrasi yang rumit yang tentu
saja berpengaruh kepada setiap anggota organisasi tersebut. Budaya birokrasi pun
kondisi yang menguntungkan baik untuk rumah sakit maupun untuk pasien.
Rumah Sakit belum siap menjadi pengawas sektor kesehatan. Posisi eselonisasi
12
yang sama, ditjen medis yang berbeda di kemenes dan budaya organisasi yang
dilakukan oleh dinas kesehatan belum menjadi hal yang dapat dilakukan karena
selama ini ada jarak yang terjadi antara dinas kesehatan dengan Rumah sakit.
lainnya yang ada di Indonesia. Senioritas dan budaya saling menghormati terlihat
pelayanan yang dilakukan semakin banyak pasien maka akan semakin banyak
bukan senter dari pelayanan dokter di luarnegeri adalah bagian dari rumah sakit
yang mendapat kan gaji selayaknya pegawai rumah sakit yang lainnya jadi
besaran gaji yang diterima tidak berdasarkan kepada banyak nya pasien yang
dilayani.
pemerintah. Informasi merupakan hal yang sangat penting ketika kita berbicara
menjadi kebutuhan dari masyarakatnya sehingga dari situ muncul ketidak puasan
penguasa baik itu dengan cara yang diatur secara konstitusi maupun dengan
kudeta. Disisi lain informasi juga dibutuhkan oleh masyarakat untuk mengetahui
sejauh mana pemerintah menjalankan fungsinya, dengan cara seperti apa dan
sehingga sangat stretegis posisi dalam hubungan ini. Dalam hubungan ini
tentunya akan sangat tergantung dipihak ana partai politik berada, apakah dipihak
pemerintah ataukah oposis, tentunya hal ini akan mempengaruhi isi dari
sakit daerah menjadi rumah sakit rujukan regional. Ini dilakukan sebagai upaya
pemerataan layanan kesehatan bagi masyarakat Jawa Barat. Ada tujuh rumah sakit
Sakit Gunung Jati Cirebon, Rumah Sakit Tasikmalaya, Rumah Sakit Al-Ihsan
metode ini sangat tepat menjadi cara yang dapat menguraikan fenomena pada
14
memberikan potret yang kaya dengan cara ini merupakan manfaat utama studi
kasus. Pembaca riset anda harus dibuat untuk merasakan seolah-olah mereka ada
di sana bersama anda dalam riset yang anda lakukan, melihat apa yang anda lihat,
menyimpulkan apa yang anda telah simpulkan. (Daymon and Holloway 2010)
Raco menjelaskan Studi kasus ini dapat membantu peneliti untuk mengadakan
agama, daerah atau bahkan Negara. Pemahaman kasus khusus yang terjadi masa
lampau akan membantu pribadi, masyarakat dan komunitas untuk memahami dan
mengatasi masalah yang sedang dihadapi atau yang akan dihadapi. (Raco 2010)
sebagaimana diatas, maka maksud dari penelitian ini mengkaji pola komunikasi
politik kesehatan di Rumah Sakit Rujukan Regional Jawa Barat pasca penerapan
memberi konstribusi pada ranah akademis dan menjadi salah satu bahan referensi
bagi studi ilmu komunikasi dalam hal kajian Komunikasi Politik kesehatan
dari hasil penelusuran dari karya karya ilmiah yang telah dibuat oleh peneliti
menggunakan pendekatan agen utama dan peta inovatif 'ruang keputusan' untuk
menentukan rentang pilihan untuk berbagai fungsi yang ditransfer dari pusat ke
banyak fungsi yang diserahkan ke unit pemerintah daerah. Pilihan paling sedikit
Zambia menampilkan variasi di antara ekstrem ini. Tidak cukup bukti dampak
dibidang kesehatan masih terjadi pasca reformasi yang salah satunya adalah
salah satu pelayanan publik yang paling bermasalah setelah bidang pendidikan.
pelayanan publik bidang kesehatan dengan “The New Publik Service” dengan
kebiasaan masyarakat pada pola makan dan pola hidup yang kurang sehat. Untuk
menerapkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 741 Tahun 2008 tentang SPM
mencakup beberapa sektor, termasuk sektor kesehatan. Salah satu aspek yang
bidang kesehatan adalah dalam hal manajemen Sumber Daya Manusia (SDM).
adanya penulisan semacam ini dapat menjadi bahan masukan dalam pelayanan di
kepada pasien.
Rumah Sakit Jiwa Provinsi NTB sebagai satusatuny pusat rujukan utama
pelayanan jiwa di Provinsi NTB dituntut untuk dapat melayani masyarakat, dapat
telah mendapat pengesahan penuh sebagai Rumah Sakit Jiwa dengan Pola
pola keuangan BLUD belum dilaksanakan. Para pengelola keuangan masih ragu-
PPK-BLUD di RSJ Provinsi tidak merugikan kebijakan fiskal daerah karena hasil
kinerja keuangan, kinerja pelayanan dan kinerja manfaat di RSJ Provinsi. yaitu
NAMA (Bossert and Dr. I Wayan Gde M Rifai Dkk Misnaniarti Julastri Rondonuwo Siti Nursanti
Beauvais 2002) Wiryawan, S.H.,M.
JUDUL pengalaman Paradigma Implementasi Aspek Penting Manajemen Komunikasi Politik
desentralisasi di empat pelayanan publik kebijakan tentang Pengembangan Perubahan Kesehatan Pasca
negara berkembang: bidang kesehatan standar pelayanan dan Lembaga di Penerapan PP no 18
Ghana, Uganda, dalam rangka sistem minimal bidang Pemberdayaan Pemerintah: Studi Tahun 2016
Zambia dan Filipina kesehatan nasional kesehatan di Sumber Daya Kasus implementasi
puskesmas garawangi Manusia Kebijakan
kabupaten Kuningan Kesehatan Di Era pelaksanaan
Provinsi Jawa Barat Desentralisasi PPKBLUD di
Rumah Sakit Jiwa
Provinsi NTB
TUJUAN Untuk mengetahui Memperbaharui Untuk mengetahui Untuk menyoroti Mengeksplorasi Untuk mengetahui
sistem desentralisasi pelayanan publik sejauh mana implikasi beberapa spek pelaksanaan proses bagaimana
bidang kesehatan di 4 peraturan pemerintah perubahan SDM transformasi rumah implementasi PP no
negara tentang standar kesehatan dalam sakit jiwa dan 18 Tahun 2016 di
pelayanan minimal era desentralisasi implementasi rumah sakit rujukan
kepada masyarakat kesehatan kebijakan regional Jawa Barat
menjadi aturan dalam pelaksanaan
pelayanan masyarakat PPKBLUD di
Rumah Sakit Jiwa
Provinsi NTB
METODE Studi kasus Majemuk Studi Kasus Studi kasus Studi Literatur Studi Kasus Studi Kasus
HASIL Ini menggunakan dua Kompleksitas Penelitian Peningkatan mutu Tahap pelaksanaan
kerangka analisis pelayanan publik yang dilakukan oleh M pelayanan akan proses transformasi
untuk menggambarkan dibidang kesehatan Rifa”i dkk, pelayanan berhubungan juga tidak semuanya
dan membandingkan masih terjadi pasca kesehatan semakin dengan berjalan sesuai yang
jenis dan tingkat reformasi yang salah dibutuhkan sejalan peningkatan diharapkan
desentralisasi di setiap satunya adalah dengan perkembangan kualitas SDM sehingga
negara. Kerangka tujuannya adalah ilmu kedokteran dan sebagai implementasi
pertama menentukan memperbaiki munculnya berbagai penyelenggara kebijakan PPK-
tiga jenis pelayanan publik penyakit sebagai pelayanan BLUD juga tidak
desentralisasi: dibidang kesehatan. dampak kurangnya kesehatan berjalan maksimal
dekonsentrasi, delegasi Hasil penelitian kesadaran masyarakat tersebut. karena beberapa
dan devolusi. menunjukan bahwa menjaga kesehatan, Peningkatan fleksibilitas sebagai
Kerangka kedua pelayanan publik baik yang ditimbulkan kualitas SDM hak istimewa
menggunakan dibidang kesehatan dari lingkungan sekitar harus dilakukan sebuah RS dengan
pendekatan agen merupakan salah maupun kebiasaan mulai dari tahap pola keuangan
utama dan peta satu pelayanan masyarakat pada pola persiapan hingga BLUD belum
inovatif 'ruang publik yang paling makan dan pola hidup pemanfaatan. dilaksanakan. Para
keputusan' untuk bermasalah setelah yang kurang sehat. Pengembangan pengelola keuangan
menentukan rentang bidang pendidikan. Untuk itu, Pemerintah dan masih ragu-ragu
pilihan untuk berbagai Hal tersebut Kabupaten Kuningan, pemberdayaan untuk menerapkan
fungsi yang ditransfer menunjukkan bahwa melalui dinas SDM kesehatan di fleksibilitas tersebut
dari pusat ke pinggiran reformasi pelayanan kesehatan, berusaha era desentralisasi dimana pola
sistem. Analisis publik bidang menerapkan Peraturan mencakup tiga pengelolaan
tersebut menemukan kesehatan masih Menteri Kesehatan unsur utama, yaitu keuangan yang
berbagai jenis dan terbatas pada Nomor: 741 Tahun perencanaan, dilaksanakan masih
tingkat desentralisasi persoalan prosedural 2008 tentang SPM pengadaan dan mengikuti
yang berbeda, dengan dan belum bidang Kesehatan di pendayagunaan mekanisme
Filipina menunjukkan menyentuh Kabupaten/Kota dan SDM kesehatan. pengelolaan
pilihan terluas atas persoalan Keputusan Nomor: Desentralisasi keuangan
banyak fungsi yang substansial.Pelayana 828 Tahun 2008 menimbulkan pemerintah daerah.
diserahkan ke unit n publik bidang sebagai petunjuk perubahan yang Bagi para
pemerintah daerah. kesehatan sebagai teknis pelaksanaannya. positif pada stakeholder
Pilihan paling sedikit pelayanan jasa yang dengan demikian, beberapa fungsi eksternal,
ditransfer melalui bersifat intangible standar pelayanan manajemen SDM implementasi
delegasi ke layanan yang akan diukur kesehatan yang dalam organisasi kebijakan
kesehatan otonom di tingkat dilaksanakan oleh dinas tingkat pelaksanaan PPK-
Ghana. Uganda dan keberhasilannya Puskesmas Garawangi provinsi dan BLUD di RSJ
Zambia menampilkan dengan kepuasan Kabupaten Kuningan kabupaten/kota. Provinsi tidak
variasi di antara masyarakat yang merupakan Diharapkan merugikan
ekstrem ini. Tidak selalu dinamis, perwujudan dari dengan adanya kebijakan fiskal
22
cukup bukti dampak menyebabkan kebijakan Pemerintah penulisan daerah karena hasil
desentralisasi untuk pentingnya Pusat guna melindungi semacam ini dapat pendapatan RSJ
menilai bagaimana perubahan dan meningkatkan menjadi bahan Provinsi tetap
perbedaan dalam paradigma derajat kesehatan masukan dalam diperhitungkan
'ruang keputusan' ini pelayanan publik masyarakat pelayanan di sebagai penerimaan
mempengaruhi kinerja bidang kesehatan institusi kesehatan daerah. Hasil survei
setiap sistem dengan “The New serta dapat terhadap kepuasan
kesehatan. Publik Service” dijadikan sebagai masyarakat atas
dengan menjadikan informasi dalam pelayanan di RSJ
masyarakat sebagai mendukung Provinsi, data
titik sentralnya kebijakan- pendapatan dan
dalam sistem kebijakan tentang pengelolaan
pelayanan public pengembangan anggaran serta
SDM dalam pembagian jasa
meningkatkan pelayanan kepada
pelayanan kepada para pegawai di
pasien. RSJ Provinsi
memberikan
gambaran bahwa
implementasi
kebijakan PPK-
BLUD di RSJ
Provinsi
memberikan
dampak positif
terhadap kinerja
keuangan, kinerja
pelayanan dan
kinerja manfaat di
RSJ Provinsi. yaitu
terjadi peningkatan
terhadap jumlah
pendapatan RSJ,
beberapa indikator
pelayanan
mengalami
peningkatan dan
peningkatan
terhadap pembagian
jasa pelayanan
kepada seluruh
karyawan RSJ.
KRITIK Penelitian ini bicara Penelitian ini bicara Penelitian ini berbicara Penelitian ini
mengenai pembagian mengenai aspek tentang aturan main bermain pada
wewenang kekuasaan penyebab buruknya yang hanyateradi di ranah literatur
di 4 negara pelayanan publik puskesmas saja dan melalui buku dan
internasional yang hanya tidak membahas sumber lainnya
setara, pada penelitian penelitiannnya bagaimana implikasi sehingga
ini tidak ada belum menyeluruh aturan tersebut di penelitian ini
perbandingan kegiatan ranah yang lebih hanya bicara pada
desentralisasi di tinggi tataran teori tidak
negara yang lebih bicara mengenai
maju atau negara yang apa yang terjadi
memiliki kualitas dilapangan
manajemen kesehatan sehingga tidak
di bawah negara masalah yang
tersebut. terjadi dilapangan.
PERSAMA Sama sama membahas Sama sama Kajian politik Penelitian ini
AN tentang desentralisasi membahas komunikasi memiliki kesamaan
kesehatan dari mengenai bagai kesehatan yang dengan penelitian
pemerintah pusat mana cara rumah akan di teliti oleh komunikasi politik
kepada pemerintah sakit memperbaiki peneliti akan juga kesehatan yang
daerah dan meningkatkan berbicara akan di lakukan
kualitas pelayanan mengenai SDM oleh penulis, yaitu
publik kepada yang ada di sektor sama sama
masyarakat kesehatan membahas tentang
aturan yang khusus
dikenakan bagi
pengurusan
manajemen rumah
sakit yang
merupakan sebuah
23
organisasi yang
cukup unik. PPK-
BLUD merupakan
aturan spesial yang
dikeluarkan oleh
pemerintah untuk
mengatur
manajemen
keuangan di rumah
sakit dalam rangka
mewujudkan
pelayanan terbaik
bagi masyarakat
PERBEDA Penelitian yang akan Pembahasan yang Perbedaan terletak Perbedaan pada Perbedaan dengan
AN diteliti oleh peneliti akan dilakukan pada peraturan penelitian ini dan penelitian yang
tidak hanya bicara peneliti akan lebih pemerintah yang akan penelitian yang dilakukan penulis
mengenai aspek menyeluruh dikupas dengan objek akan dilakukan adalah fokus dari
pembagian wilayah berbicara mengenai penelitian antara oleh peneliti penelitian ini
akan tetapi biccara aspek komunikasi puskesmas dan rumah adalah dimana penulis
juga mengenai aspek dari cara sakit permasalahan akan lebih berfokus
komunikasi yang berinteraksi antara yang dikaji oleh kepada sistem
terjadi pasca anggota organisasi peneliti akan politik komunikasi
desentralisasi yang berpengaruh dilakukan kesehatan yang ikut
kesehatan satu dengan yang dilapangan dan berubah saat ada
lainnya. akan melihat serta peraturan baru yang
memunculkan muncul.
realitas lebih
dekat dengan
masalah yang
akan dikaji.
menempatkan diri pada situasi dan kondisi orang lain. Dalam hal ini (Berlo 1960)
(teori penurunan dari penempatan diri kedalam diri orang lain). Artinya,
komunikan. Dalam hal ini individu memiliki pribadi khayal sehingga individu-
melakukan penyesuaian.
kedalam titik pandang dan empati orang lain memberi peluang kepada seorang
diri sendiri sebagai orang lain itu memang sangat tidak mudah. Justru itu, empati
sangat dekat dengan citra seseorang politikus tentang diri dan tentang orang lain.
yang banyak diguankan dalam kegiatan komunikasi politik. Teori informasi (dan
teroi sistem sosial) telah digunakan oleh B. Aubrey Fisher dalam menggagas dan
komunikasi politik yang bersifat non verbal. Sering juga dikatakn bahwa tidak ada
ketidakpastian. Informasi dapat disebut sebagai konsep yang absolut dan relatif
karen informasi diartikan bukan sebagai pesan, melainkan jumlah, benda dan
energi. Jika dikaitkan dengan teori relativitas, bertindak pun merupakan sebuah
pendapat politik, media politik, kostum partai politik, dan temu kader partai
25
politik. Menurut teori informasi, komunikasi politik adalh semua hal harus
khalayak. Justru itu tindakan itu harus diamati dari waktu ke waktu sehingga
terbentuklah pola tindakan. Pola itu kemudian menjadi pedoman untuk melakukan
prediksi pada masa depan. Artinya prediksi dilakuakan berdasarkan pola. Jika
suatu saat terjadi tindakan di luar pola, maka terjadilah kejutan (Arifin 2003)
politik ada dua disiplin ilmu yang membicarakannya yaitu komunikasi dan politik.
dimaksud adalah komunikasi yang dilakukan secara dua arah dan dilakukan
sebuah proses, berarti unsur yang mendukungnya bergerak secara aktif, dinamis
dan tidak statis(Cangara 2009) . Dalam konteks komunikasi berarti telah terjadi
komunikannya kemudian mendapat timbal balik atau respon yang sesuai yang
serta penyebaran pesan berita dari penerbit atau media massa melalui saluran
media massa kepada publik atau khalayak luas yang dituju dan diinginkan oleh
komunikator.
dan wakil presiden di indonesia, sistemnya tidak lagi seperti pemilu yang
langsung presiden dan wakil presidennya seperti halnya yang dilakukan Amerika
Serikat yang selama ini dikenal sebagai kampiun demokrasi. Sistem pemilihan
langsung tidak saja untu memilih presiden dan wakil presiden, tetapi juga untuk
memilih gubernur dan wakil gubernur, serta bupati dan/ wakil bupati, walikota
dan wakil walikota yang dilakukan secara langsung. Inikah demokrasi (Cangara
2009)
total aset kekayaan bangsa. Ini berarti kue pembangunan hanya dinikmati oleh
ketika terjadi kerusuhan maka yang menjadi sasaran penjarahan, perampokan dan
yang hasilnya diduga diperoleh melaluii berbagai macam kelicikan, sogok serta
bagi hasil dari kerjasama penguasa. Dengan kekuasaan yang ketat oleh rezim orde
baru, maka kebebasan untuk menyatakan pendapat dan memberi koreksi atas
kesalahan dan ketidak adilan yang dibuat oleh pemerintah dibungkam. Budaya
27
telpon kepada para pengelola media sebagai bentuk pengekangan kebebasan pers
penegakan demokrasi, dan salah satu kata kunci dalam demokrasi adalah
rakyat. Demokrasi tidak saja diwarnai oleh kebebasan pers, tetapi juga kebebasan
dimata dunia.
(Cangara 2009) fungsi adalah potensi yang dapat digunakan untuk memperoleh
tujuan tertentu. Komunikasi sebagai disiplin ilmu Memiliki fungsi yang dapat
1. Memberikan informasi
2. Menghibur
3. Mendidik
4. Membentuk opini publik
dan memprediksi sikap orang lain, juga untuk mengetahui keberadaan diri sendiri
melalui informasi yang mereka terima dari media tanpa perlu mengunjungi
dan dilihat.
6. Menumbuhkan partisipasi dalam pengambilan keputusan terhadap hal hal
11. Menjadi sarana pembelajaran melalui pertukaran ide dan pengalaman para
warga.
Dalam kehidupan sehari hari politik sering diartikan sebagai tindakan yang
semacamnya. Politik dicitrakan dengan perbuatan tidak jujur, curang, tega, kotor
dan jahanam. Sebuah penyimpangan perilaku yang keluar dari tatanan kehidupan
normal. Dalam survei yang dilakukan pada 1977 oleh perusahaan jajak pendapat
Politik selalu diartikan sebagai hal yang kejam dan kotor di masyarakat,
politik ibarat bilah pisau yang memiliki berbagai macam sisi baik dan sisi buruk.
pemilihan tahun 1999 yaang diikuti berbagai macam partai serta pemilihan
lagi, partai politik memasuki dinamika baru yang mengalami perubahan yang
Istilah politik (science politique) pertama kali digunakan oleh Jean Budin
di Eropa pada tahun 1576, kemudian thomas Fitzherbert dan jeremy bentham pada
1606. Tetapi istilah politik yang dimaksud adalah ilmu negara sebagaimana
tertulis dalam karya sarjana eropa daratan yang bersifat institusional yuridis
dengan memberikan pengertian yang lebih luas daripada ilmu negara. Dalam
pandangan para sarjana Amerika Ilmu Politik sebagai ilmu negara bukan lagi
dalam pengertian institusi yang statis, tetapi lebih mau dengan melihat negara
Oleh karena itu definisi politik belakangan ini lebih banyak memberikan
dibuat oleh Kaspar Bluntschili bahwa “politic is the science which is concerd with
the state, which endeavors to undreatsan and comprehend the satet in its
penamaannya lebih banyak dikenal istilah propaganda. Ini dimulai pada tahun
publik pada masyarakat, kemudian dilanjutkan oleh bagehot, Maine, Byrce dan
graha wallas diinggris yang menelaah peranan pers dan pembentukan opini pubik.
31
ketika nazi jerman berhasil melakukan ekspansi dengan gemilang oleh propagand
josep gobel. Belajar dari pengalaman itu Amerika Serikat yang tadinya
sejumlah pakar dipekerjakan oleh Office of war informations AS, diantaranya Carl
(politics), Gordon Alford (gosip dan rumor) dan scharm (conten analysis). Berkat
lasswell sebagai tokoh utama dalam studi komunikasi politik, kemudian diikuti
annoted Bibliography oleh laswell bersama Ralph D Casey dan Bruce L Smith
public opinion (1956). Ilmuwan politik lainnya yang memiliki peran penting
dalam disiplin komunikasi dan politik adalah Ithiel de Sola Pool,V.O.Key dan
gabriel Almond.
system” disini meadow memberi tekanan bahwa simbol simbol atau pesan yang
politik. Tetapi Nimmo sendiri yang mengutip Meadow dalam bukunya itu hanya
memberi tekanan pada pengaturan umat manusia yang dilakukan dibawah kondisi
language (1981) bahwa komunikasi politik tidak hanya retorika, tetapi juka
mencakup simbol simbol bahasa, sperti bahasa tubuh, serta tindakan politik
cita politik harus diarahkan untuk menciptakan individu yang memiliki komitmen
maka komunikasi politik sebagai body of knowledge juga terdiri atas beberapa
unsur, yakni sumber (komunikator), pesan, media atau saluran, penerima dan efek
(Nimmo 1990)
politik sehingga bisa menjadi wacana dalam membentuk opini publik, dan
dan masyarakat.
2. Melakukan sosialisasi tentang kebijakan, program dan tujuan lembaga
politik.
3. Memberikan motivasi kepada politisi, fungsionaris dan para pendukung
partai.
4. Menjadi platform yang bisa menampung ide ide masyarakat, sehingga
cara pemilihan umum dan penggunaan hak mereka sebagai pemberi suara.
6. Menjadi hiburan masyarakat sebagai “pesta demokrasi” dengan
pengamat politik.
34
pemilihan khalayak sasaran yang paling peka, dan desain komunikasi yang paling
media, teori kepemimpinan pendapat (opinion leader), teori inovasi, faktor faktor
1. Semua betuk komunikasi yang digunakan oleh politikus dan aktor atau
1. Komunikasi massa
2. Komunikasi interpersonal
3. Komunikasi organisasi
Hal tersebut diperkuat oleh sumarno (1993 :3) yang mengajukan formulasi
komunikasi politik sebagai suatu proses, prosedur, dan kegiatan membentuk sikap
serta perilaku politik yang terintegrasi dalam sistem politik. Dalam ungkapan
yang lebih terbuka, komunikasi politik menyangkut hal hal sebagai berikut :
opini publik” yang menyatakan bahwa opini publik seluruhnya dibangun disekitar
berula, berkembang, dan berlangsung terus menerus dalam situasi sosial. Artinya
hubungan antara komunikator dan khalayak menjadi bagian integral dari sistem
36
semuanya terjadi dalam sistem sosial yang bersangkutan. Karena itu, komunikator
politik memainkan peran sosial yang utama, terutama dalam pembentukan opini
adalah pembuat opini pemerintah atas hal ihwal nasional yang multi masalah.
1. Pejabat ksekutif
2. Pejabat legislatif
3. Pejabat yudikatif
1. Politikus
2. Komunikator profesional
3. Aktivis atau komunikator paruh waktu
Pesan yang dihasilkan dari para peserta komuniksi banyaj bentuk serta
tersebut merupakan merupakan suatu segi dari ilmu semiotika, yaitu teori umum
mengenai tanda dan bahasa. Charles Morris (dalam nimmo 2009) menyatakan
menghubungkan tanda tanda satu sama lain) dan pragmatika (analisis penggunaan
pesan politik yang bisa disamaikan daam beragam bentu : berita, informasi, iklan
gambar dan lain lain. Pesan politik ialah isi dari peristiwa politik yang
Efek komunikasi adalah dampak dari beragam bentuk pesan atau content
massa bagi target audience yang menjadi sasaran media dan saluran politiknya
Berdasarkan tahapannya, dalam proses dan tindakan politik terdapat tiga jenis
efek komunikasi
pemikiran
2. Afektif yaitu efek komunikasi pada level emosional/perasaan/sikap
3. Behavioral yaitu efek komunikasi politik pada level perilaku ( Ardianto,
komunikasi politik yang biasa dilakukan oleh politikus, profesional dan aktivis
1. Retorika politik
2. Agitasi politik
3. Propaganda politik
4. Public relations politik
38
5. Lobi politik
6. Kampanye politik
7. Pemasaran politik
8. Branding dan promosi politik
9. Penelitian politik
Jika kita bicara mengenai komunikasi kesehatan, kita mau tidak mau harus
tentang informasi kesehatan atau promosi kesehatan. Dua isu terakhir ini, secara
penyakit atau mencegah tubuh terinfeksi atau tertular penyakit dari luar
3. Gerakan kesehatan individu merupakan gerakan yang mendrorong setiap
kerja dan lain lain. Gerakan ini berkaitan dengan politik hijau, kesehatan
kota dll yang tertuang dalam konsep Health for all 2000 (barbara Griffin,
Nopember 1998)
apapun namanya oleh masyarakat dunia yang sadar bahwa “kita” semua
2. Konferensi ottawa
Konferensi yang sama dengan yang pernah dilakukan di alma alta itu
peserta yang datang dari seluruh dunia terbukti bahwa perhatian kita masih rendah
dalam promosi kesehatan. Artinya ita harus mengubah konsep promosi kesehatan,
kota besar pulau kota sedang dan kecil warga kota disemua kota, komuitas
loka, tempat tempat umum seperti sekolah, tempat kerja dan pasar.
3. Partisipasi semua pihak agar kita dapat bersama mendorong semua orang
pusat dari aksi promosi kesehatan yang pada gilirannya setiap pihak dapat
tanggung jawab sosial. Baik sektor publik maupun sektor swasta harus
berkelanjutan
c. Membatasi prodak barang dan jasa yang mengancam kesehatan
kerja
e. Memperbaiki resiko komunisai sebagai satu dampak tafsir yang tak
1. Masalah demografi
2. Keadaan geografis
3. Keadaan sosial ekonomi dan budaya keadaan sosial ekonomi dan budaya
sepakat bahwa secara sosial dalam garis besarnya masalah kesehatan itu dibagi
atau rumah sakit, kasus ini murni menjadi tanggung jawab dokter
2. Masalah yang menjadi tanggung jawab pemerintah, misalnya tanggung
masyarakat
3. Masalah yang bukan menjadi tanggung jawab pemerintah maupun dokter
dkk 1991)
individu dan komunitas agar mereka dapat membuat keputusan yang tepat
dalam suatu waktu tertentu (elayne Clift & Vicki Freimuth 1995)
5. Proses untuk mengembangkan datau membagi pesan kesehatan kepada
Database, 2004)
7. Proses kemitraan antara para partisipan berdasarkan dialog dua arah yang
persetujuan adalah aksi dan kerjasama (smith, W.A. and Hornik, R, 1999;
Komunikasi kesehatan
masalah kesehatan
2. Komunikasi yang sama dengan komunikasi pada umumnya, yaitu ada
komunikan kesehatan.
3. Beroperasi pada level atau konteks komunikasi seperti komunikasi antar
pasien di klinik
11. Pendidikan kesehatan
12. Pendekatan yang menekankan usaha merubah perilaku audiens agar
perilaku kesehatan
2. Faktor faktor psikologis individual yang mempengaruhi persepsi terhadap
kesehatan
3. Pendidikan kesehatan yang bertujuan memperkenalkan perilaku hidup
kesalahan informasi
46
kesehatan yang dirancang dalam bentuk paket acara atau paket modul itu dapat
berfungsi untuk
1. Relay information
2. Enable informed decision making
3. Promote healthy behaviors
4. Promote peer information exchange and emitional support
5. Promote selft care
6. Manage demand for health service
dokumentasi, informasi, buku, majalah, dan lain lain (dalam liliweri 2013)
1.7.3 Desentralisasi Kesehatan
Sektor kesehatan menjadi salah satu sektor yang mendapat perhatian
menjadi sebuah beban bagi pemerintah Indonesia. Masalah kesehatan menjadi hal
pemerintah pusat menjadikan alokasi dana kesehatan bagi semua wilayah daerah
menjadi sama. Hal tersebut tentunya tampak menjadi sebuah keadilan yang tidak
merata karna daerah yang penduduknya sedikit dengan daerah yang penduduknya
segar bagi pemerintahan dan dunia politik di Indonesia, Hal ini tentu berimbas
juga pada dunia kesehatan. Pembagian wewenang pusat kepada daerah juga
kesehatan.
yakni dengan prinsip tepat fungsi dan tepat ukuran (rightsizing) berdasarkan
beban kerja yang sesuai dengan kondisi nyata di masing-masing Daerah. Hal ini
49
juga sejalan dengan prinsip penataan organisasi Perangkat Daerah yang rasional,
kebutuhan.
1. perencanaan;
2. keuangan;
50
undangan.
Desa/kelurahan; dan
7. Satuan polisi pamong praja yang dibentuk untuk menegakkan Perda dan
Seperti telah kita ketahui bersama bahwa baru-baru ini telah diundangkan
tanggal 19 Juni 2016 yang mencabut dan menyatakan tidak berlaku Peraturan
Peraturan Pemerintah ini memberikan arah dan pedoman yang jelas kepada
Daerah dalam menata Perangkat Daerah secara efisien, efektif, dan rasional sesuai
yang terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib dibagi atas urusan
wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar, dan urusan wajib yang tidak
pemerintahan yang bersifat pilihan hanya dapat diselenggarakan oleh daerah yang
memiliki potensi unggulan dan kekhasan daerah. Hal ini dimaksudkan untuk
prinsip tepat fungsi dan tepat ukuran (rightsizing) berdasarkan beban kerja yang
sesuai dengan kondisi nyata di masing-masing daerah. Hal ini juga sejalan dengan
dan efisien.
yang diserahkan kepada Daerah, baik urusan wajib maupun urusan pilihan. Badan
tugas dan fungsi sebagai pembantu kepala Daerah dalam melaksanakan fungsi
(operating core).
habis tugas, rentang kendali, tata kerja yang jelas, fleksibilitas, Urusan
Pemerintahan Daerah, kepala Daerah dibantu oleh Perangkat Daerah yang terdiri
dari unsur staf, unsur pelaksana, dan unsur penunjang. Unsur staf diwadahi dalam
camat atau nama lain di kabupaten/kota bertanggung jawab kepada kepala Daerah
dinas, kepala badan, sekretaris DPRD, inspektur, kepala satuan polisi pamong
Wajib dibagi atas Urusan Pemerintahan yang berkaitan dengan pelayanan dasar
unsur manajemen yang meliputi sarana dan prasarana, personil, metode kerja dan
jumlah penduduk, kemampuan keuangan Daerah serta besaran beban tugas sesuai
pelaksanaan dan hasil yang dapat diprediksi. Menurut Bank Dunia (World Bank),
dari duapuluh negara yang menjadi mitrakerjanya dalam desentralisasi, ada empat
pengaruh dalam alokasi anggaran dan pengaruh politik yang merupakan magnet
kesempatan untuk membangun pola kerja yang berbasis stakeholder lokal dan
kapasitas mereka. Kita sudah terbiasa dengan biaya dari pusat dan program yang
kegiatan dikendalikan oleh pusat, peran pengawasan dari daerah adalah utama.
beberapa fenomena keuangan dan politik. Yang pertama, dana lokal makin besar
untuk kesehatan. Jika dana berasal dari pusat, ia lebih diminta dalam bentuk block
grant daripada wujud paket program jadi. Otonomi memberi kesempatan pemda
3
mempengaruhi kemunculan kebijakan dalam masyarakat . Stream masalah
mengacu pada bagaimana orang memahami dan mengangkat prioritas dari banyak
mereka.
dengan alternatif strategi dan membahas mana yang lebih efisien, yang lebih
efektif, atau yang lebih efisien dan efektif. Pengalaman kebijakan sebelumnya dan
pengalaman antar negara biasanya merupakan pelajaran bagi orang yang peduli
Ketiga stream ini ada berdiri sendiri-sendiri. Sebuah kebijakan muncul jika
56
ketiga stream ini bertemu. Tidak ada yang bisa memprediksi seperti apa situasi
dengan keranjang sampah (garbage can). Isu-isu dari masalah, kebijakan, dan
sampah itu mencerminkan proses kemunculan kebijakan itu sangat tidak ideal
diprediksi dan dikelola. Jauh dari situasi dan kondisi yang ideal, sebuah
kebijakan digambarkan seolah kita merogoh barang yang sudah berada dalam
sampah Kingdon ini menekankan bahwa masalah dan opsi kebijakan untuk
mengatasi masalah itu tidak cukup. Meski masalah dan kebijakan pemecahannya
terdiri dari pihak-pihak pendukung dan penentang. Dalam konsep ini, kebijakan
atau penolak. Anggota komunitas bisa berganti-ganti keluar dan masuk. Jika
keluar, kekuatan salah satu kelompok bisa berkurang. Aktor yang baru datang bisa
dan proaktif mengikuti perkembangan kebijakan lebih intensif daripada yang lain.
Anggota yang menolak berpartispasi bisa berarti memberi kesempatan orang lain
kelompok, dan pribadi. Hal ini dikarenakan kekuasaan eksekutif dan legislatif
kuat dan kebijakan kesehatan diwarnai oleh dinamika orang- orang yang duduk di
lembaga ini.
pelaksanaan dan hasil yang dapat diprediksi. Sebagai sebuah kebijakan publik,
penerimaan oleh berbagai pihak dalam pelaksanaan tentunya bervariasi. Ada yang
58
dimana salah satu upaya yang dilakukan adalah mendukung rujukan dari
Rumah Sakit Umum Daerah, merupakan rumah sakit yang dimiliki oleh
pemerintah selama ini dinilai sebagai organisasi yang birokratis, lambat, tidak
efektif dan tidak efisien. Padahal dalam manajemen modern unit pemerintahan
Rumah sakit sebagai salah satu jenis Badan Layanan Umum merupakan
keluhan selama ini diarahkan pada kualitas pelayanan rumah sakit yang dinilai
lingkungan, yaitu antara lain bahwa rumah sakit dituntut untuk memberikan
pengendalian biaya.
PP No. 23 Tahun 2005 sebagai peraturan pelaksanaan dari asal 69 ayat (7)
UU No. 1 Tahun 2004, Pasal 2 yang menyebutkan bahwa “BLU bertujuan untuk
yaitu:
instansi induk yang bersangkutan dan tidak terpisah secara hukum dari
instansi induknya.
pencarian keuntungan.
4. Rencana kerja, anggaran dan laporan BLU dan instansi induk tidak
terpisah.
Dari uraian definisi, tujuan dan asas BLU, maka dapat terlihat bahwa BLU
kekayaan Negara.
korporasi.
langsung.
7. Pegawai dapat terdiri dari pegawai negeri sipil dan bukan pegawai negeri
sipil.
bangsa.
kepala satuan kerja perangkat daerah yang bertanggung jawab atas bidang
6. Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) serta laporan keuangan dan laporan
kinerja BLU disusun dan disajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan
dari RKA serta laporan keuangan dan laporan kinerja kementerian negara/
8. BLU dapat menerima hibah atau sumbangan dari masyarakat atau badan
lain.
unit pemerintah menjadi BLU yang melayani masyarakat tetapi tingkat pelayanan
masyarakat dapat ditingkatkan dengan cara yang profesional, efektif dan efisien
oleh pengelola unit tersebut dengan otonomi pengelolaan yang akan diberikan.
Sampai dengan saat ini urusan kesehatan menjadi urusan absolute yang
Tahun 1999 yang diperbaharui pada tahun 2004 dengan UU Nomor 32 Tahun
2004. Sejak saat itu, urusan kesehatan diserahkan kepada pemerinta daerah
seringkali menentang dan bersikap kritis. Harapan saya bertumpu pada revisi
Nomor 23 Tahun 2014 yang disahkan tahun lalu. Namun ternyata harapan tinggal
harapan, jauh panggang dari api dan kembali harus menelan asa dan menyimpan
mimpi itu lagi. UU 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah Pasal 10 Ayat (1)
seolah menjadi palu godam yang memupuskan harapan bahwa urusan kesehatan
konguren adalah Urusan Pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan
pemerintahan. (UU 23/2014 Pasal 9 Ayat (1) sampai Ayat (5) ). Pasal 10 Ayat (1)
keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional serta agama. Sementara urusan
dengan Pelayanan Dasar dan Urusan Pemerintahan yang tidak berkaitan dengan
Pelayanan Dasar.
mencolok pada sektor kesehatan sejak era otonomi adalah berubahnya status
kepegawaian PNS pada sektor kesehatan (Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit) dari
PNS Depkes (kala itu) menjadi PNS Daerah. Namun secara substansial bahwa
65
menurut saya pribadi perlu untuk dikaji dan dianalisa lebih dalam, diantaranya
“dagangan” politik menjelang Pilkada dan tetap laris manis diterima oleh
masyarakat.
tanpa melalui proses fit and proper test. Sebelum UU Rumah Sakit
pendidikan Sarjana Agama (S.Ag), hal ini terjadi karena pemilihan lebih
Dinas Kesehatan menjadi salah satu unit penghasil (Revenue Center) yang
daerah dengan adanya “dua induk” yang harus berpijak pada dua kaki di
sementara satu kaki lagi harus tetap mempedomani standar, aturan dan
Kesehatan (Kemenkes).
dan aturan hukum dari Kemenkes yang juga wajib dipedomani. Bahkan
BLUD maka harus membuat RBA dan juga membuat DPA, harus
antara daerah yang kaya (PAD tinggi) dengan daerah yang masih tertinggal
(PAD rendah). Begitu juga dengan standar kebutuhan SDM yang masih
khususnya dokter spesialis di Indonesia pada hari ini yang tidak merata,
yang jelas dari Kemenkes namun tetap sulit karena berbenturan dengan
Dinas, Lembaga Teknis Daerah (LTD) dan Kecamatan. Lembaga Teknis Daerah
bisa berbentuk Badan, Kantor dan RUMAH SAKIT. Sehingga jelas kedudukan
RSUD adalah sebagai Lembaga Teknis Daerah yang dipimpin oleh seorang
68
Pasal 209 Ayat (2) yang berbunyi bahwa Perangkat Daerah kabupaten/kota terdiri
pada Pasal 219 Ayat (1) yang menyebutkan bahwa Badan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 209 ayat (1) huruf e dan ayat (2) huruf e dibentuk untuk
pelatihan, penelitian dan pengembangan dan fungsi lain sesuai dengan ketentuan
Sakit karena berlaku azas hukum Lex Specialis Derogat Legi Generalis.
Jika kita menganggap ini adalah pintu masuk terhadap legalitas badan
hukum rumah sakit, maka kedepan rumah sakit akan menjadi sebuah Badan
dengan dipimpin oleh seorang Kepala Badan. RSUD Menjadi UPTD Dinas
Pasal 14 Ayat (6) yang secara tegas menyatakan bahwa pada dinas daerah dapat
dibentuk unit pelaksana teknis dinas untuk melaksanakan sebagian kegiatan teknis
69
Dinas (UPTD) adalah untuk melakukan koordinasi dinas yang memiliki rentang
Rumah Sakit. Pasal 7 Ayat (3) UU RS 44/2009 menyebutkan bahwa Rumah Sakit
yang didirikan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah HARUS berbentuk Unit
tertentu, atau Lembaga Teknis Daerah dengan pengelolaan Badan Layanan Umum
Teknis (UPT) dari instansi yang bertugas di bidang kesehatan adalah Rumah Sakit
Upaya Kesehatan (BUK) seperti RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, RSUP
Dr. Hasan Sadikin Bandung, RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dan lain-lainnya. UPT
yang dimaksud disini adalah Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP), sedangkan
bahwa tidak ada pilihan menjadi UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas), bedakan
antara UPTD dengan UPT (Unit Pelaksana Teknis). Sehingga jika fakta bahwa
RSUP Dr. Cipto Mangungkusumo (RSCM) sebagai UPT nya Ditjen BUK
rumah sakit, terdapat pilihan ATAU menjadi Lembaga Teknis Daerah (LTD)
dengan pengelolaan secara BLU atau BLUD. Jadi kesimpulan atas tafsiran Pasal 7
Ayat (3) tersebut adalah jika rumah sakit milik Pemerintah Pusat maka HARUS
dalam bentuk UPT yang berada dibawah Ditjen BUK Kemenkes dengan
pengelolaan secara Badan Layanan Umum (BLU), sedangkan jika rumah sakit
milik Pemerintah Daerah maka harus dalam bentuk Lembaga Teknis Daerah
dengan pengelolaan secara Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Ini sejalan
dengan PP 41 Tahun 2007 yang menyatakan bahwa rumah sakit daerah berbentuk
Lembaga Teknis Daerah (LTD) berada dibawah kepala daerah langsung dan
dinas.
39 Tahun 2015 yang masih dalam bentuk RUU yang akan mengatur secara rinci
fungsi dan kedudukan rumah sakit umum daerah dimana informasi tersebut
karena tidak boleh ada “matahari kembar” yang membidangi urusan kesehatan di
satu daerah, selain itu juga untuk memperkuat fungsi pengawasan dan pembinaan
71
RSUD oleh Dinas Kesehatan yang dirasakan masih belum optimal. Juga untuk
meningkatkan fungsi koordinasi kebijakan dan teknis antara RSUD dengan Dinas
Kesehatan.
Prof. Laksono Trisnantoro dari UGM dalam sebuah seminar nasional tentang
menyatakan bahwasanya antara regulator dan operator tidak bisa dijadikan satu
dalam sebuah kelembagaan. Dinas Kesehatan akan menjalankan dwi fungsi yaitu
sebagai Regulator yang menyusun dan menetapkan Norma, Standar, Prosedur dan
Maskapai Garuda Indonesia, Lion Air, Air Asia dan sebagainya adalah berfungsi
Perhubungan. Jadi antara regulator dan operator memang tidak bisa disatukan
sendiri.
Persoalan yang pasti akan segera muncul ketika memang benar bahwa
2. Bagaimana dengan RSUD yang kebetulan saat ini masih menjadi pusat
Sebagi contoh RSUD Dr. Moewardi Surakarta adalah rumah sakit daerah
klinis FK UNS dan RSUD Dr. Soetomo Surabaya adalah rumah sakit
daerah tersebut diatas sampai saat ini masih dipergunakan sebagai pusat
notulensi hasil rapat pengurus Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Tanggal
pikir dengan tulisan ini. Sedikit berbeda dalam hal pengambilan rujukan dasar
dalam tulisan ini banyak mengambil rujukan dari PP Nomor 41 Tahun 2007
Yang menarik juga adalah menunggu sikap dan langkah selanjutnya dari
ARSADA terkait hal ini. Bagaimana juga dengan nasib perjuangan anggaran
mimpi ini harus dibawa tidur kembali sembari berharap akan adanya sebuah
Sampai dengan saat ini kelembagaan rumah sakit daerah adalah sebagai
Lembaga Teknis Daerah (LTD) dengan mengacu pada PP Nomor 41 Tahun 2007
yang merupakan aturan hukum turunan dari UU Nomor 32 Tahun 2004 sampai
perubahan dari UU Nomor 22 Tahun 1999 yang merupakan cikal bakal era
rangkaian sejarah reformasi pada tahun 1998. Pasal 120 Ayat (2) UU Nomor 32
Tahun 2004 yaitu Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Pemerintahan Daerah (OPD) pada Pasal 8 dan Pasal 15 sangat jelas
74
disebutkan bahwa Lembaga Teknis Daerah bisa berbentuk Badan, Kantor dan
(RSD) adalah sebagai Lembaga Teknis Daerah yang dipimpin oleh seorang
Daerah. Status badan hukum dan kelembagaan inilah yang dianut oleh rumah
merupakan perubahan atas UU Nomor 32 Tahun 2004 secara eksplisit pada Pasal
209 Ayat (2) yang berbunyi bahwa Perangkat Daerah kabupaten/kota terdiri atas :
rumah sakit daerah. Pada saat saya membuat tulisan tentang kemungkinan RSD
dibawah Dinas Kesehatan (Mei 2015) lalu memang belum ada peraturan hukum
turunan. Hanya saya mendengar selentingan kabar bahwa RSD akan dibawah
Daerah pada Pasal 43 yang secara substansi menyatakan bahwa terdapat Unit
rumah sakit Daerah kabupaten/kota dan pusat kesehatan masyarakat sebagai unit
organisasi bersifat fungsional dan unit layanan yang bekerja secara profesional.
yaitu RSD dan berubah bentuk menjadi UPTD dibawah Dinas Kesehatan
75
yaitu RSD sebagai Unit Organiasai bersifat fungsional dan Unit Layanan yang
RSD dijalankan oleh para profesional yang bekerja berdasarkan standar tata kelola
klinis sehingga tidak ada perubahan yang bermakna. Namun dari sisi organisasi
kelas rumah sakit sebagaimana diatur pada PP Nomor 41 Tahun 2007, namun saat
ini berubah menjadi unit yang bersifat Fungsional. Pada penjelasan Pasal 43 PP
Nomor 18 Tahun 2016 ini disebutkan bahwa yang dimaksud dengan ”unit
organisasi bersifat fungsional” adalah unit organisasi yang dipimpin oleh pejabat
fungsional. Secara sederhana diterjemahkan bahwa di RSD tidak ada lagi pejabat
struktural (eselon-ring) dan hanya diisi oleh para pejabat fungsional dan pelaksana
metamorfosis nya RSD dimana disebutkan bahwa RSD dipimpin oleh direktur
kelola rumah sakit dan tata kelola klinis serta menerapkan pola pengelolaan
Masih pada Pasal 44 PP Nomor 18 Tahun 2016 diatur bahwa Rumah Sakit
Daerah (RSD) kabupaten/kota dalam penyelenggaraan tata kelola rumah sakit dan
tata kelola klinis dibina dan bertanggung jawab kepada Dinas Kesehatan
tata hubungan kerja rumah sakit Daerah kabupaten/kota akan diatur dalam
turunan lagi yaitu Peraturan Presiden (Perpres) tentang organisasi dan tata
struktural di RSD yang terancam akan kehilangan jabatan struktural nya, namun
jika dirasakan dan direnungkan sebetulnya memang lebih baik pejabat pengelola
RSD adalah non eselonisasi. Karena pejabat pengelola RSD yang eselonisasi
sangat rawan dengan kepentingan politis lokal dan secara beban moral akan
banyak terlibat dalam hal-hal yang bersifat non substansial rumah sakit terutama
melaksanakan tata kelola rumah sakit tanpa adanya campur tangan kepentingan
secara profesional. Munculnya persoalan yang sangat pelik adalah pada Pasal 95
77
Ayat (8) yang selengkapnya berbunyi “Kepala unit pelaksana teknis Daerah
dokter atau dokter gigi yang ditetapkan sebagai pejabat fungsional dokter atau
dengan “pejabat fungsional dokter atau dokter gigi” adalah termasuk dokter
spesialis dan dokter gigi spesialis yang menduduki jabatan fungsional dokter dan
dokter gigi.
lampiran susulan atau pelengkap, artinya tugas tambahan adalah hanya merupakan
merupakan tugas sambilan dan yang namanya sambilan maka boleh dilaksanakan
sambil lalu atau disela-sela melakukan tugas utama. Sehingga seorang dokter atau
dokter gigi yang ditunjuk menjadi direktur RSD akan menjalankan tugas sebagai
direktur disela sela tugas utamanya sebagai pegawai fungsional yaitu memberikan
kepada pasien dari pukul 08.00 WIB sampai dengan 12.00 WIB lalu setelah pukul
12.00 WIB baru akan menjalankan fungsi sebagai direktur sebelum pulang. Atau
disela-sela waktu antara pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 14.00 WIB masih
Teori dasar manajemen rumah sakit menyatakan bahwa rumah sakit itu
adalah unik dan sangat spesifik, sebuah instansi yang serba padat dan tingkat
padat ilmu, padat tekhnologi dan pada modal. Banyaknya jenis tenaga fungsional
padat karya yang pada ujungnya akan terjadi padat kepentingan, padat masalah
dan padat konflik. Semunya serba padat karena memang sangat unik dan spesifik
tata kelola yang terpisah yaitu Tata Kelola Rumah Sakit dan Tata Kelola Klinis
karena harus menjalankan tata kelola rumah sakit (layanan) dan tata kelola klinis
enteng mengelola rumah sakit adalah sebuah kesalahan yang sangat fatal dan
pikiran yang absurd. Banyak pihak eksternal rumah sakit yang beranggapan
bahwa mengelola rumah sakit itu mudah dan sederhana, namun ketika sudah ikut
masuk ke dalam jajaran pengelola manajemen rumah sakit baru menyadari bahwa
Setiap hari selalu muncul persoalan dan masalah baru yang menuntut
penyelesaian secara cepat dan tepat karena menyangkut nyawa dan keselamatan
serta mencegah kecacatan. Begitu komplek dan rumitnya mengelola rumah sakit
masih bersifat cash based (kini sudah mulai mengarah ke accrual based semua).
ketika satu kaki harus tetap mengacu pada Perpres 54 Tahun 2010 dan perubahan-
aturan tersebut dengan catatan harus menyusun dan menetapkan aturan tersendiri
menjadi polemik dan memicu konflik antar profesi karena belum adanya
Kesehatan Nasional (JKN) oleh BPJS Kesehatan dimana rumah sakit harus
melaksanakan kendali mutu dan kendali biaya agar tidak terjadi “defisit” tanpa
lagi permasalahan pencatatan aset dan barang milik negara (BMN) atau milik
Semua hal-hal tersebut diatas barulah pada sebatas persoalan pada kutub
tata kelola rumah sakit, belum merambah pada kutub tata kelola klinis yang
80
kesemuanya itu harus memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM) Rumah Sakit
dan juga standar jaminan mutu (quality insurrance) yaitu AKREDITASI yang
kesehatan program JKN dengan BPJS Kesehatan maupun pada saat pengurusan
atau perpanjangan ijin operasional rumah sakit. Dan semua itu akan dijalankan
hanya sebagai tugas tambahan saja. Dijalankan sebagai tugas utama saja tidak
akan pernah selesai karena masalah datang silih berganti, apalagi hanya
Beberapa RSD saat ini bahkan telah menjadi pusat pendidikan fakultas
kedokteran dan masuk dalam kategori RS Kelas A. Dapat dipastikan akan jauh
Saya sulit membayangkan RS. Dr. Soetomo Surabaya dipimpin oleh seorang
dokter spesialis Bedah dengan jabatan fungsional dan mendapat tugas tambahan
dipimpin oleh seorang dokter spesialis Penyakit Dalam dengan jabatan fungsional
naturalistik yang berada dalam ruang lingkup tradisi sosiokultural, peneliti secara
(1996). Salah satu pendekatan dalam ilmu pengetahuan adalah ilmu sosial.
yang dimaksud oleh August Comte memperkenalkan sosiologi sebagai ilmu yang
membahas kehidupan sosial yang dipinjam dari ilmu fisika. Dalam berupaya
seobjektif mungkin dengan kata lain, ilmuwan sosial seperti ilmuwan alam harus
menegakan konsensus pada apa yang diobservasinya secara akurat yang nantinya
pandangan mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok
secara menyeluruh, mencari bingkai yang sesuai dengan kajian ilmu komunikasi
secara naturalistik. Peneliti berada pada posisi yang netral, dan mencari gambaran
longgar tentang asumsi yang secara logis dianut bersama, konsep, atau proposisi
yang mengarahkan cara berpikir dan cara penelitian. Orientasi atau perspektif
82
teoritis adalah cara memandang dunia, asumsi yang dianut orang tentang sesuatu
yang penting, dan apa yang membuat dunia bekerja. Paradigma menjadi sebuah
frame of mind yang didalamnya memuat konsep dan map (peta) kajian secara
menyeluruh.(Endraswara 2008)
Metode adalah cara pandang dan prinsip berpikir mengenai gejala yang
Bogdan dan Taylor (Bogdan and Taylor 1990) secara singkat menyatakan
approach provlems and seek answer (...proses, prinsip, dan prosedur bagaimana
sebagai akar penjelasan perilaku manusia. (Basrowi dan Sodikin, 2002 : 1),
lainnya.
kebenaran ilmiah atau realitas, yang intisarinya sebagai berikut : (1) Nominalisme,
Kebenaran ilmiah merupakan hasil konstruksi yang diberi nama secara suka-suka
83
diasumsikan sebagai makhluk otonom. Secara penuh dan memiliki “free will”,
mereka aktif dan kreatif menjalani realitas; (4) Ideografis, penelitian kualitatif
menyusun pola-pola untuk menemukan sesuatu yang baru atau teori melalui
Penelitian Kualitatif menurut Yin (2011) dalam (Bajari, 2015 : 141), (1)
mempelajari arti masyarakat hidup dalam kondisi dan situasi dunia nyata ;
(2) Mewakili pandangan dan perspektif masyarakat dalam penelitian ;
masyarakat bukanlah objek pengamatan, melainkan mereka memberikan
gambaran realitas yang sebenarnya dari sebuah fakta untuk kebenaran
ilmiah ; (3) meliputi kondisi konstektual di mana anggota masyarakat
hidup (4) berkontribusi terhadap pengembangan wawasan ke dalam
konsep yang ada atau baru yang dapat membantu untuk menjelaskan
perilaku sosial manusia, serta (5) berusaha untuk menggunakan berbagai
sumber data, daripada hanya mengandalkan satu sumber. Penelitian
kualitatif dikenal sebagai penelitian yang mengembangkan berbagai
pendekatan lapangan secara partisipasif.
metode ini sangat tepat menjadi cara yang dapat menguraikan fenomena pada
memberikan potret yang kaya dengan cara ini merupakan manfaat utama studi
kasus. Pembaca riset anda harus dibuat untuk merasakan seolah-olah mereka ada
di sana bersama anda dalam riset yang anda lakukan, melihat apa yang anda lihat,
menyimpulkan apa yang anda telah simpulkan (Daymon and Holloway 2010)
dan kondisi yang terjadi pada konteks penelitian. Peneliti berada langsung di
berlangsung.
peneliti. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data yang khas, tidak diintervensi
perilaku dari kacamata key-informan secara penuh. Upaya ini hanya bisa berhasil
Raco menjelaskan Studi kasus ini dapat membantu peneliti untuk mengadakan
agama, daerah atau bahkan Negara. Pemahaman kasus khusus yang terjadi masa
lampau akan membantu pribadi, masyarakat dan komunitas untuk memahami dan
mengatasi masalah yang sedang dihadapi atau yang akan dihadapi. (Raco 2010)
menjelaskan bahwa dalam studi kasus hendaknya peneliti berusaha menguji unit
dipahami bahwa batasan studi kasus meliputi ; (1) sasaran penelitiannya dapat
ditelaah secara mendalam sebagai suatu totalitas sesuai dengan latar atau
(1) Studi kasus merupakan sarana utama bagi penelitian emik, yakni
menyajikan pandangan subjek yang diteliti; (2) Studi kasus menyajikan
uraian menyeluruh yang mirip dengan apa yang dialami pembaca dalam
kehidupan sehari-hari. (3) Studi kasus merupakan sarana efektif untuk
menunjukkan hubungan antara peneliti dengan responden.(4) Studi kasus
memungkinkan pembaca untuk menemukan konsistensi internal yang
tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi faktual tetapi juga
kepercayaan (trust worthiness); (4) Studi kasus memeberikan “uraian
tebal” yang diperlukan bag penilaian atas transferabilitas; (5) Studi kasus
terbuka bagi penilaian atas konteks yang turut berperan bagi pemaknaan
atas fenomena dalam konteks tersebut. (Mulyana, 2002 : 201).
peristiwa yang bersangkutan tak dapat dimanipulasi. Karena itu studi kasus
mendasarkan diri pada teknik-teknik yang sama dengan kelaziman yang ada pada
strategi historis, tetapi dengan menambahkan dua sumber bukti yang biasanya tak
Jenis-jenis Studi Kasus dapat dijelaskan sebagai berikut : (1) Studi Kasus
senantiasa berjuang untuk membatasi jumlah variabel yang harus dianalisis (dan
87
karenanya juga jumlah pertanyaan yang dapat duajukan), untuk diterapkan secara
Sedangkan studi kasus evaluatif (lihat Patton, 1980, Cronbach dan kawan-
kawan 1980, Guba dan Lincoln, 1981; Datta, sedang terbit). Paling kurang ada
empat aplikasi yang berbeda dalam hal ini. Yang paling penting adalah
kompleks bagi strategi survei ataupun eksperimen. Aplikasi yang kedua adalah
ketiga, evaluasi bisa memberi keuntungan, sekali lagi dalam bentuk deskriptif,
dari studi itu sendiri. Terakhir, studi kasus bisa digunakan untuk mengeksplorasi
situasi-situasi di mana intervensi yang akan dievalusi tidak memiliki struktur hasil
kasus diawali dengan penentuan masalah atau isu yang akan diselidiki dan
penelitian, dan pengembangan studi kasus perintis. Protokol merupakan suatu cara
lingkungan, program, proses, dan masyarakat atau unit sosial. Ukuran dan
kompleksitas objek studi kasus haruslah masuk akal, sehingga dapat diselesaikan
dengan batas waktu dan sumber-sumber yang tersedia. Menurut Yin (2014) dalam
studi kasus hal yang penting dalam langkah-langkah penelitian adalah sebagi
utama selama melangsungkan pengumpulan data, dan bukan hanya sebelum dan
sesudah kegiatan itu saja. Pengumpulan data mengikuti suatu rencana, tetapi
(2) Mendegarkan, meliputi pengamatan dan perabaan yang lebih umum dan tak
terbatas pada pnuturan lisan. Menjadi pendengar yang baik berarti mampu
membaurkan informasi baru dalam jumlah besar tanpa bias. (3) Penyesuaian Diri
dan Flesibilitas, sangat studi kasus yang berakhir tepat seperti yang direncanakan.
Tak dapat dihindari keharusan adanya perubahan-perubahan kecil jika tidak besar,
mulai dari kebutuhan untuk mengidentifikasi “kasus” baru yang perlu diteliti
hingga keperluan untuk mengejar arah-arah tak terduga. (4) Memegang Teguh isu-
isu yang Akan Diteliti, cara utama untuk tetap kukuh pada target, tentu saja,
adalah memahami tujuan semula dari penelitian studi kasusnya sendiri. Setiap
peneliti studi kasus harus memahami isu-isu teoritis atau kebijakan tersebut,
karena keputusan harus dibuat (dan keerdasan diuji) selama fase pengumpulan
data. (5) Mengurangi Bias, semua kondisi terdahulu akan disangkal jika peneliti
peneliti studi kasus terutama cenderung kepada persoalan ini karena mereka harus
ciri-ciri studi kasus dengan definisi yang lebih teknis menurut (Yin, 1984a :
1981b), sebagai berikut : Studi kasus adalah suatu inkuiri empiris yang : (1)
batas antara fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas; dan di mana :
tradisi kualitatif yaitu bisa sampai 10 orang, sebagaimana menurut creswell : “in
qualitative study, the partisipants may be located a single site, although the need
not be. Most important, they must be individuals who have experienced the
terhadap apa yang diungkapkan. Subjek Penelitian ini adalah orang yang benar-
sebagai berikut :
mendapatkan data dalam suatu penelitian. Pada penelitian kali ini peneliti memilih
jenis penelitian kualitatif, maka data yang diperoleh haruslah mendalam, jelas dan
1. Wawancara Mendalam
Teknik pengumpulan data dengan menggunakan wawancara hampir
diselidiki.
3. Dokumentasi
Dokumen menurut Sugiyono (2009:240) merupakan catatan peristiwa
dikutip Moleong (2007:248), adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan menemukan apa yang dapat
analisis data adalah mengumpulkan data yang ada, menyusun secara sistematis,
berikut:
92
reduksi data. Peneliti membuat reduksi data dengan cara membuat abstraksi, yaitu
didapatkan inti kalimatnya saja, tetapi bahasanya sesuai dengan bahasa informan.
dan menyeluruh dari objek penelitian atau situasi sosial. Peneliti memperoleh
domain ini dengan cara melakukan pertanyaan grand dan minitour. Sementara itu,
domain sangat penting bagi peneliti, karena sebagai pijakan untuk penelitian
internalnya.
93
proses reduksi data dan penyajian data yang terus menerus sesuai dengan
dinamika. Data yang telah melalui proses reduksi data, penyajian data dilakukan
Kredibilitas ini yang akan memberikan verifikasi data. Pihak yang berhak
keterujian abstraksi melalui diskusi dalam dunia pengalaman banyak orang pasti
perdebatan.
informasi dan data yang diperoleh dari lapangan dengan informan lain untuk
dilakukan dengan cara mencari data dari banyak sumber informan, yaitu orang
yang terlibat langsung dengan objek kajian, (2) Triangulasi pengumpulan data
(dilakukan dengan cara mencari data dari banyak sumber informan, (3)
dokumententasi, focus group dan (4) Triangulasi teori, dilakukan dengan cara
94
mengkaji berbagai teori relevan, sehingga dalam hal ini tidak digunakan teori
yaiu merupakan validitas eksternal berupa keteralihan. Yakni, sejauh mana hasil
penelitian dapat diterapkan atau sejajarkan pada kasus daerah lain. Kemiripan
atau sekurang-kurangnya ada kesamaan hasil bila diulang oleh peneliti lain. Untuk
menguji hal ini, dilakukan langkah-langkah : (a) pengamatan oleh dua orang atau
lebih terhadap fenomena budaya, (b) checking data dilakukan dengan mencari
data dari orang lain, (c) audit trail, dilakukan oleh pembimbing untuk memeriksa
DAFTAR PUSTAKA
Bajari, A. (2012). Anak jalanan: dinamika komunikasi dan perilaku sosial anak
menyimpang.
Baxter, P. and S. Jack (2008). "Qualitative case study methodology: Study design
and implementation for novice researchers." The qualitative report 13(4): 544-
559.
Indriyani, A. (2009). Pengaruh konflik peran ganda dan stress kerja terhadap
kinerja perawat wanita rumah sakit (studi pada rumah sakit roemani
muhammadiyah semarang, Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.
Schein, E. H. (2010). Organizational culture and leadership, John Wiley & Sons.